Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SUMBER DAN DALIL HUKUM ISLAM

Tentang

MASLAHAH AL MURSALAH

Disusun Oleh :

Addina Ashlam Helman Furqan / 2113010017

Dosen Pembimbing :

Mhd. Yazid SH.I, MH.

JURUSAN HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERIIMAM BONJOL PADANG

1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada allah SWT. atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya
sehingga pemakalah dapat menyelesaikan rangkaian susunan makalah yang berjudul
”MASLAHAH AL MURSALAH” dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana dan
masih banyak kekurangan dalam makalah yang kami buat. Semoga makalah yang kami
buat dapat dipergunakan dan disampaikan kepada pembaca.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas dan kewajiban
kami sebagai pelajar dari dosen pembimbing Bapak M. YAZID pada matakuliah “Sumber
dan Dalil Hukum Islam”

Harapan kami dengan makalah inidapat membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun kesempunaan makalah ini.

Padang, 1 NOVEMBER 2022

ADDINA ASHLAM HELMAN F.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………....ii

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar Belakang...........................................................................................................................1

Rumusan Masalah......................................................................................................................1

Tujuan Masalah...........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Al Maslahah Al Mursalah............................................................................2

B. Dasar Hukum Al Maslahah Al Mursalah........................................................................3

C. Kedudukan Al Maslahah al Mursalah Sebagai Dalil Hukum....................................4

D. Penerapan Al-Maslahah AlMursalah di Zaman Kontemporer................................6

BAB III

Kesimpulan.................................................................................................................................7

Saran............................................................................................................................................7

Daftar pustaka...........................................................................................................................8

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seluruh hukum Islam yang ditetapkan Allah Swt atas hamba-Nya dalam bentuk
perintah atau larangan mengandung mashlahah atau manfaat. Seluruh perintah
Allah Swt pada manusia mengandung manfaat. Manfaat tersebut terkadang
langsung dapat dirasakan saat itu juga, namun ada juga yang dapat dirasakan
sesudahnya. Salah satu contoh adalah perintah melakukan puasa, yang di
dalamnya terkandung banyak kemaslahatan bagi kesehatan jiwa dan raga
manusia. Konsep maslahah tumbuh berkembang sejalan dengan berkembangnya
hukum Islam. Secara aplikatif keberadaannya telah ada sejak periode awal Islam.
Pespektif pemikiran hukum Islam, mashlahah dikaji dalam dua fungsi. Pertama
sebagai tujuan hukum (maqashid al-syari’ah) dan kedua sebagai sumber hukum
yang berdiri sendiri (adillat al-syari’ah). Teori tentang mashlahah sebagai tujuan
hukum telah mengalami kematangan dengan diklasifikasikannya sektorsektor
dan skala prioritasnya. Bermula dari paparan mengenai mashlahah sebagai
tujuan hukum, pembahasan kemudian berkembang menuju kontroversi tentang
mashlahah sebagai dalil atau sumber hukum Islam

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan maslahah al mursalah?

2. Dasar hukum apa yang terdapat dalam maslahah al mursalah?

3. Apa saja kehujjahan yang terdapat dalam metode hukum maslahah al


mursalah?

4. Apa –apa saja penerapan hukum dalam maslahah al mursalah pada masa
kontemporer?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui tentang penjelasan maslahah al mursalah

2. Dapat mengungkapkan dasar hukum maslahah al mursalah

3. Mengetahui penerapan penerapan maslahah al mursalah dalam masa


kontemperer

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Maslahah Mursalah

Dari segi bahasa, kata al-maslahah adalah seperti lafadzh al-manfa‟at, baik artinya
ataupun wajan-nya (timbangan kata), yaitu kalimat masdar yang sama artinya dengan kalimat
ashshalah, seperti halnya lafadzh al-manfa‟at sama arinya dengan alnaf‟u yang mana maslahah
artinya kebaikan. Secara bahasa, maslahah memiliki arti adanya manfaat. Menurut Imam
Ghozali menjelaskan bahwa pada dasarnya, maslahah adalah mengambil manfaat dan menolak
kemudharatan dalam rangka memelihara tujuan-tujuan syara’. Sedangkan mursalah memiliki
arti terlepas atau bebas. Maksudnya adalah terlepas atau bebas dari keterangan yang
menunjukkan boleh atau tidak bolehnya dilakukan.

Maslahah mursalah adalah sesuatu yang baik menurut akal. Namun dengan pertimbangan
dapat mewujudkan kebaikan dan menghindarkan keburukan bagi manusia.Jadi mursalah
artinya yang terlepas dalam arti tidak disebutkan dalam Al-Quran atau As-Sunnah. Dengan kata
lain, maslahah mursalah berarti suatu nilai positif/kebaikan yang tidak disebutkan (terlepas)
dari Al-Quran atau As-Sunnah. maslahah mursalah adalah sesuatu yang baik menurut akal.
Namun dengan pertimbangan dapat mewujudkan kebaikan dan menghindarkan keburukan bagi
manusia.

Adapun pengertian maslahah mursalah menurut para ahli sebagai berikut:

1. Syekh Muhammad Mustafa Wahbah Al-Zuhaili mengatakan, bahwa maslahah mursalah


adalah;

‫ و ﻟ ﻢ ﻳ ﺪ ل د ﻟ ﻴ ﻞ ﺷ ﺮﻋ ﻲ ﻋﻠ ﻰ اﻋ ﺘ ﺒ ﺎر ﻫ ﺎ أ و إ ﻟ ﻐ ﺎ ﺋ ﻬ ﺎ‬، ‫ا ﻟ ﻤ ﺼﻠ ﺤ ﺔ ا ﻟ ﺘ ﻲ ﻟ ﻢ ﻳ ﻨ ﺺ ا ﻟ ﺸ ﺎ رع ﻋﻠ ﻰ ﺣ ﻜ ﻢ ﻟ ﺘ ﺤ ﻘ ﻴ ﻘ ﻬ ﺎ‬

“Maslahah mursalah adalah jenis maslahat yang mana Allah tidak menyebutkan satu
ketentuan hukum pun untuk mewujudkannya. Dan tidak ada dalil agama yang
menunjukkan penerimaan atau pengabaian terhadapnya.” (Al-Wajiz Fi Ushul Al-Fiqh Al-
Islami, jilid 1, hlm. 253).

2. Sayfuddin Abi Hasan al Midi

Yang menjelaskan tentang pengertian maslahah mursalah ialah kemaslahatan


yang telah disyari’atkan oleh syari’ dalam wujud hukum, di dalam rangka menciptakan
kemaslahatan, di samping tidak terdapatnya dalil yang membenarkan atau menyalahkan.
Karenanya, maslahah al-mursalah itu disebut mutlak lantaran tidak terdapat dalil yang
menyatakan benar dan salah.

2
3. Asy-Syatibi, salah seorang ulama madzhab maliki mengatakan bahwa al-maslahah al-
mursalah adalah setiap perinsip syara‟ yang tidak disertai bukti nash khusus, namun
sesuai dengan tindakan syara‟. Maka prinsip tersebut adalah sah sebagai dasar hukum
dan dapat dijadikan rujukan sepanjang ia telah menjadi perinsip dan digunakan syara’
yang qat’i .

Penjelasan definisi-definisi di atas juga menjelaskan bahwa tidak semua yang mengandung
unsur manfaat bisa dikatakan mashlahah mursalah, jika tidak termasuk pada maqashid
asysyari‟ah. Namun demikian, al-mashlahah al-mursalah itu jangan dipahami tidak memiliki
dalil untuk dijadikan sandarannya atau jauh dari dalil-dalil pembatalnya. Tapi harus dipahami al-
mashlahah al-mursalah berdasarkan pada dalil yang terdapat pada syara‟, namun tidak
dikhususkan terhadap al-maslahah al- mursalah ini. Bisa dikatakan melalui metode yang jauh,
seperti penjagaan terhadap roh, akal dan keturrunan. Di antara contoh yang dapat dikatakan al-
mashlahah almursalah adalah kemaslahatan daulah Islam dalam penjagaan harta penduduk
oleh tentara ketika membutuhkannya, atau ketika adanya musuh, juga ketika tidak sedikitpun
harta yang dimiliki oleh negara karena dibelanjakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat.
Kemaslahatan seperti itu tidak ada penguatnya dan tidak ad pula dalil yang membatalkannya,
namun termasuk sala satu dari maksud ketentuan syariat, yakni menjaga agama.

B. Dasar Hukum

Mashlahan mursalah merupakan dalil hukum untuk menetapkan hukum atas pesoalan
persoalan baru yang seara ekslplinsit tidak disebutkan di dalam al- Quran dan sunnah. Dari segi
dasar hukummya mashlahah mursalah dapat dilihat dari segi kehujjahannnya.

Menurut al Ghazali dalam sebuah kitabnya menyatakan bahwa maslahah al-mursalah bersifat
dharuri (menyangkut kebutuhan pokok dalam kehidupan), Qat‟i (pasti) dan kulli (menyeluruh)
secara kumulatif.

Yang mana allah berfirman dalam:

QS. Al Anbiya’ ayat 107

َ ‫و َ ﻣ َ ﺎ ٓ ا َ ر ْ ﺳ َﻠ ْ ﻨ ٰ ﻚ َ ا ِﻟ ّ َ ﺎ ر َ ﺣ ْ ﻤ َ ﺔ ً ﻟ ّ ِﻠ ْﻌ ٰﻠ َﻤ ِ ﻴ ْ ﻦ‬

107. Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
seluruh alam.

QS. An-Nisa’ ayat 59:

ِ ‫ ﺗ َ ﻨ َ ﺎ ز َﻋ ْ ﺘ ُ ﻢ ْ ﻓ ِ ﻲ ْ ﺷ َ ﻲ ْ ء ٍ ﻓ َ ﺮ ُ د ّ ُ و ْ ه ُ ا ِ ﻟ َ ﻰ ا ﻟ ﻠ ّ ٰ ﻪ ِ ا ﻟ ﺮ ّ َ ﺳ ُ ﻮ ْ ل‬  ْ ‫ﻳ ٰ ٓ ﺎ َ ﻳ ّ ُ ﻬ َ ﺎ ﻣ َ ﻨ ُ ﻮ ْ ٓ ا ا ﻟ ّ َ ﺬ ِ ﻳ ْ ﻦ َ ا ﻃ ِ ﻴ ْﻌ ُ ﻮ ا ا ﻟ ﻠ ّ ٰ ﻪ َ و َ ا َ ﻃ ِ ﻴ ْ ﻊ ُ ا ا ﻟ ﺮ ّ َ ﺳ ُ ﻮ ْ ل َ و َ ا ُ و ﻟ ِ ﻰ ا ﻟ ْ ﺎ َ ﻣ ْ ﺮ ِ ﻣ ِ ﻨ ْ ﻜ ُ ﻢ ْ ۚ ﻓ َ ﺎ ِ ن‬

‫ا ِ ن ْ ﻛ ُ ﻨ ْ ﺘ ُ ﻢ ْ ﺗ ُ ﺆ ْ ﻣ ِ ﻨ ُ ﻮ ْ ن َ ب ِ اﻟﻠ ّ ٰ ﻪ ِ و َ اﻟ ْ ﻴ َ ﻮ ْ م ِ ا ﻟ ْﺎ ٰ ﺧ ِ ﺮ ِ ۗ ذ ٰ ﻟ ِ ﻚ َ ﺧ َ ﻴ ْ ﺮ ٌ و ّ َ ا َ ﺣ ْ ﺴ َ ﻦ ُ ﺗ َﺄ ْ و ِ ﻳ ْﻠ ً ﺎ‬

3
59. Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil
Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya.

Dan adapun hadis yang diriwayatkan oleh Ummul Mu‟minin,yaitu Sayyidah Aiyisiah,
meriwayatkan hadist dari Nabi Muhamad SAW :

‫اﻧﻪ ﻣﺎ ﺧﺮﻳﺒﻨﻲ اﻣﺮﻳﻦ اال اﺧﺘﺎ ر ا ﻳﺴﺮ ﻫﻤﺎ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ اﺛﻤﺎ‬


“bahwasannya tidak sekali-kali nabi dihadapkan pada dua pilihan, kecuali beliau memilih yang
lebih mudah/ringan selagi bukan merupakan perbuatan dosa.”

C . Kedudukan Al Maslahah al Mursalah Sebagai Dalil Hukum

Fungsi dan Kedudukan maslahah mursalah dalam hukum Islam sudah banyak
diterangkan dalam ayat Al-Qur'an tentang maslahah mursalah. Namun pertanyaan-
pertanyaan tentang maslahah mursalah ini acap masih bisa diperdebatkan. Sehingga
sudah dapat diketahui bahwa maslahah adalah segala sesuatu yang mendatangkan
manfaat, baik dengan cara mengambil dan melakukan sesuatu tindakan maupun
dengan menolak dan menghindarkan sesgala bentuk yang menimbulkan kemudaratan
dan kesulitan. Dan sejalan dengan prinsip maslahah, Imam As-Syatibi menjelaskan
bahwa kemaslahatan tidak dibedakan antara kemaslahatan dunia maupun
kemaslahatan akhirat, karena kedua bentuk kemaslahatan ini selama bertujuan
memelihara kulliatul khams, maka termasuk dalam ruang lingkup maslahah.

Namun ada pula ulama yang tidak menerima maslahah mursalah sebagai dalil untuk
menetapkan hukum, di antaranya adalah ulama Hanafiyyah, dan sebagian ulama
menilai Imam Syafi’i termasuk ulama yang menolak penggunaan maslahah mursalah
sebagai dalil karena ketegasannya menolak “istihsan”. Sementara itu, sebagian ulama
menerima maslahah mursalah sebagai dalil untuk menetapkan hukum. Di antaranya
adalah Imam Malik dan Imam Ahmad yang penggunaan didasarkan pada sejumlah
alasan berikut: 

a. Syari’at Islam diturunkan untuk mewujudkan kemaslahatan bagi manusia.


Demikian pula dengan kebolehan bagi orang yang berada dalam keadaan darurat
atau terpaksa mengkonsumsi sesuatu yang diharamkan dalam batas tertentu
sebagai upaya mewujudkan kemaslahatan.

4
b. Kemaslahatan manusia yang berhubungan dengan persoalan duniawi selalu
berubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Apabila kemaslahatan
itu tidak diperhatikan dan diwujudkan tentu manusia akan mengalami kesulitan
dalam kehidupannya.

c. Syariat Islam menjelaskan alasan (illat) berbagai hukum yang sudah ditetapkan
dengan berbagai sifat yang melekat pada perbuatan yang dikenai hukum tersebut.
Apabila dapat diterima, maka ketentuan seperti ini juga berlaku bagi hukum yang
ditetapkan berdasarkan maslahah mursalah.

Syarat Kehujjahan Maslahah Mursalah  

Ulama yang menerima maslahah mursalah sebagai dalil untuk menetapkan hukum
memberikan beberapa syarat yaitu :

1. Kemaslahatan tersebut bersifat hakiki, bukan didasarkan pada praduga semata.


Tegasnya, maslahat itu dapat diterima secara logika keberadaannya. Sebab, tujuan
pensyariatan suatu hukum dalam Islam bertujuan untuk mendatangkan manfaat
ataumenghilangkan kemudaratan. Hal ini tentunya tidak akan terwujud apabila
penetapan hukum didasarkan pada kemaslahatan yang didasarkan pada praduga
(wahmiah) 
2. Kemaslahatan itu sejalan dengan maqasid syari’ah dan tidak bertentangan
dengan nash atau dalil-dalil qath’i. Artinya, kemaslahatan tersebut harus sejalan
dengan kemaslahatan yang ditetapkan syar’i. 
3. Kemaslahatan itu berlaku umum bagi orang banyak, bukan kemaslahatan bagi
individu atau kelompok tertentu hal ini selaras dengan nash bahwa Islam adalah
agama rahmat bagi semesta alam. 

Macam –macam Tingkatan Maslahah Mursalah


Ahli ushul fiqh membagi maslahah kepada tiga tingkatan berikut:

1. Maslahat Dharuriyat

Kemaslahatan dharuriyat adalah suatu kemaslahatan yang berkaitan dengan


kebutuhan dasar manusia di dunia dan akhirat. Demikian penting kemaslahatan
tersebut, apabila luput dalam manusia akan terjadi kehancuran, bencana dan

5
kerusakan dalam tatanan kehidupan manusia. Dalam maslahat ini meliputi
pemeliharaan agama, diri, akal, keturunan dan harta. Pemeliharaan kemaslahatan
ini dalam bentuk penanaman tauhid seperti mengucapkan dua kalimat syahadat,
melaksanakan shalat, menunaikan zakat, puasa, haji dan melaksanakan perintah
serta menjauhi larangan Allah.

2. Maslahat Hajiyat

Kemaslahatan hajiyat adalah suatu kemaslahatan yang dibutuhkan manusia


untuk menyempurnakan kemaslahatan pokok mereka dan menghilangkan
kesulitan yang dihadapi. Termasuk dalam kemaslahatan ini adalah keringanan
bagi manusia dalam beribadah, contohnya adalah qashar shalat dan kebolehan
berbuka puasa bagi orang yang musafir.

3. Maslahat Tahsiniyat

Maslahat ini sering disebut maslahat takmiliyat, yaitu suatu kemaslahatan yang
bersifat pelengkap dan keleluasaan terhadap kemaslahatan dharuriyat dan hajiyat.
Kemaslahatan ini dimaksudkan untuk kebaikan dan kebagusan budi pekerti.
Sekiranya, kemaslahatan ini tidak dapat diwujudkan dalam kehidupan, tidaklah
sampai menimbulkan kerusakan terhadap tatanan kehidupan manusia. Meskipun
demikian, kemaslahatan ini tetap dibutuhkan manusia.

Dengan demikian, dari ketiga maslahat dari segi kepentingan dapat kita
simpulkan kemaslahatan dharuriyat harus lebih didahulukan dari hajiyat, dan
kemaslahatan hajiyat harus lebih didahulukan dari tahsiniyat.

D . Penerapan Al-Maslahah AlMursalah di Zaman Kontemporer

Penerapan Maslahah dalam muamalah jauh lebih luas dibanding maslahah dalam
ibadah karena pada fiqh ibadah biasanya sudah ada dalil yang menjelaskan ketentuan
dan tata cara pengerjaannya baik dalam Al-Qur’an maupun hadits dan kemudian para
ulama akan terus berijtihad bagaimana untuk menyempurnakan syariat itu. Namun
dalam muamalah manusia secara umum bisa menalar bagaimana hukum suatu
transaksi, karena pada prinsip muamalah atau (ekonomi syariah) maslahah menjadi
urutan kedua setelah tauhid (ketuhanan) yang artinya bagaimana pun interaksi dalam
muamalah itu adalah kegiatan yang tidak termasuk ibadah murni atau disebut dengan
ibadah mahdhoh maupun yang bersifat dogmatik (ta’abbudi). karenanya inovasi dan
kreasi sangat diterima dalam muamalah yang pada intinya semua kegiatan transaksi
haruslah bermuara kepada maslahah dan maslahah ini harus memenuhi dua unsur yakni
halalan (halal) dan tayyiban (memberikan manfaat dan tidak membawa kemudharatan).

6
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Maslahah mursalah adalah sesuatu yang baik menurut akal. Namun dengan pertimbangan
dapat mewujudkan kebaikan dan menghindarkan keburukan bagi manusia.Jadi mursalah
artinya yang terlepas dalam arti tidak disebutkan dalam Al-Quran atau As-Sunnah. Dengan
demikian, maslahah mursalah berarti suatu nilai positif/kebaikan yang tidak disebutkan
(terlepas) dari Al-Quran atau As-Sunnah. maslahah mursalah adalah sesuatu yang baik menurut
akal. Namun dengan pertimbangan dapat mewujudkan kebaikan dan menghindarkan
keburukan bagi manusia.

Penerapan Maslahah dalam muamalah jauh lebih luas dibanding maslahah dalam
ibadah karena pada fiqh ibadah biasanya sudah ada dalil yang menjelaskan ketentuan
dan tata cara pengerjaannya baik dalam Al-Qur’an maupun hadits dan kemudian para
ulama akan terus berijtihad bagaimana untuk menyempurnakan syariat itu. Namun
dalam muamalah manusia secara umum bisa menalar bagaimana hukum suatu
transaksi, karena pada prinsip muamalah atau (ekonomi syariah) maslahah menjadi
urutan kedua setelah tauhid (ketuhanan) yang artinya bagaimana pun interaksi dalam
muamalah itu adalah kegiatan yang tidak termasuk ibadah murni atau disebut dengan
ibadah mahdhoh maupun yang bersifat dogmatik (ta’abbudi).

Saran

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut kami
menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Terimakasih.
Daftar Pustaka

Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh (Jakarta: Penerbit Amzah, 2011),

Muharrom Pasha, Implementasi Maslahah dalam Muamalah. Kompasiana.com

Ahmad Zidan, blog Fungsi dan Kedudukan Maslahah Mursalah dalam Hukum Islam.
Dutaislam.com

Saifudin Zuhri, Ushul Fiqh Akal Sebagai Sumber Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011)

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2011)

Soenarjo, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Madinah: Mujamma‟ Khadim al Haramain asy


Syarifain al Malik Fahd li Thiba‟at al Mush-haf asy-Syarif, 1971

Anda mungkin juga menyukai