Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ILMU FALAK

Tentang

Menentukan Awal Shalat Fardhu

DisusunOleh :

AddinaAshlamHelman Furqan / 2113010017

DosenPembimbing :

Rudi Hartono. I, S.HI.,MA

JURUSAN HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERIIMAM BONJOL PADANG

1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada allah SWT. atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga
pemakalah dapat menyelesaikan rangkaian susunan makalah yang berjudul ”MENENTUKAN
AWAL WAKTU SHALAT FARDHU ” dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana
dan masih banyak kekurangan dalam makalah yang kami buat. Semoga makalah yang kami buat
dapat dipergunakan dan disampaikan kepada pembaca.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas dan kewajiban kami
sebagai pelajar dari dosen pembimbing Bapak RUDI HARTONO. I, S.HI.,MA pada
matakuliah “SILMU FALAK”

Harapan kami dengan makalah inidapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki. Oleh
karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun kesempunaan makalah ini.

Padang, 4 APRIL 2023

ADDINA ASHLAM HELMAN F.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusiasebagaimakhluk yang muliamempunyaitugasutamayaitumelakukanibadahkepada


Allah SWT TuhansemestaAlam.Sebagaimana Allah SWT berfirmandalam Al – Qur‘an yang
artinya “Dan akutidakmenciptakanjindanmanusiamelainkansupayamerekamengabdikepada-Ku”
(Q.S. al-Dzariat : 56). Dengan beribadah kita dapat menifestasikan keyakinan dan kepercayaan
kita terhadap Allah SWT., sang Pencipta Kuasa Langit Dan Bumi. Shalat merupakan kegiatan
ubudiyah langsung antara makhluk dengan penciptanya serta shalat juga merupkan salah satu
rukun islam yang ke-lima setelah pengakuan dua kalimat syahadat. Kewajiban ini harus
dilakukan oleh orang Islam sampai akhir hayatnya.

Sebelum kita melakukan ibadah shalat kita haru mengetahui waktu-waktu yang telah
ditetukan untuk melaksanakan shalat terutama pada shalat fardhu. Waktu shalat fardhu harus
diketahui setiap muslim, kapan saat awal masuk waktu shalat, agar dalam pelaksanaan kewajiban
shalat bagi setiap muslim tidak ada kekeliruan atau kekurangan dalam pemenuhan syarat sahnya
yang dapat mempengaruhi kesahan shalatnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana asal mula shalat lima waktu?


2. Bagaimana dasar hisab penentuan awal waktu shalat?

C. Tujuan Penulisan

1. Dapat mengetahui asal mula shalat lima waktu


2. Mengetahui dari hisab penentuan waktu shalat fardhu
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asal mula shalat fardhu

Sejarah singkat awal mulanya penjemputan shalat dimulai dengan perjalanan kisah nabi
SAW. yang mana beliau menjalan perintah wahyu dari allah yang terjadi pada saat peristiwa
isra’ mi’raj yang ditempuh dalam waktu semalam yang mana allah lansung memerintahkan nabi
untuk shalat. Selama dalam perjalanannya raulullah bertemu dengan nabi-nabi terdahu diantara
nabi Adam as. yang mengisahakan tentang shalat subuh, nabi Ibrahim tentang waktu salat
dzuhur, nabi yunus yang berkaitan dengan salat ashar, dan untuk waktu maghrib dan isa
dikatakan dengan kisah nabi Isa as,dan nabi Musa as. berikut sirat perjalanan dari kisah asal
mula shalat sebagai berikut:

1. Shalat Subuh
Ketika Nabi Adam diturunkan ke dunia diwaktu malam, beliau merasa takut. Ia dan Siti
Hawa tidak diturunkan di satu tempat yang sama. Siti Hawa di Jeddah Saudi Arabia,
sedangkan Nabi Adam di bukit Ruhun di pulau Sailan atau kini dinamakan Sailandra.
Setelah fajar terbit, Nabi Adam 'Alaihi Sallam. sujud syukur dua kali sujud kehadirat
Allah. Itulah sebabnya sholat subuh dua raka’at mengingatkan akan Nabi Adam 'Alaihi
Sallam sebagai orang yang pertama sujud di muka bumi. Maka disunahkan sholat Isyraq (
Shalat isyraq adalah shalat dua rakaat setelah matahari terbit dan meninggi, bagi yang
shalat Fajar secara berjamaah di masjid kemudian duduk di tempat shalatnya untuk
berzikir kepada Allah Ta'ala hingga shalat dua rakaat.
Keutamaannya telah disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
،‫ َر ٍة‬8‫ َو ُع ْم‬، ‫ َأ ْج ِر َح َّج ٍة‬8‫ َكانَتْ لَهُ َك‬، ‫صلَّى َر ْك َعتَ ْي ِن‬
َ ‫ ثُ َّم‬، ‫س‬ َّ ‫صلَّى ا ْل َغدَاةَ فِي َج َما َع ٍة ثُ َّم قَ َع َد يَ ْذ ُك ُر هَّللا َ َحتَّى تَ ْطلُ َع ال‬
ُ ‫ش ْم‬ َ ْ‫َمن‬
‫س ْب ِن َمالِ ٍك رضي هللا عنه‬ ‫َأ‬
ِ َ‫ من حديث ن‬586 ‫ رقم‬،‫ تَا َّم ٍة (رواه الترمذي‬، ‫ تَا َّم ٍة‬، ‫تَا َّم ٍة‬
"Siapa yang shalat suubuh berjamaah, kemidian duduk dab berzikir kepada allah hingga
matahari terbit, kemudian ia shalat dua rakaat, maka baginya pahala haji dan umrah,
sempurna, sempurna.” (HR. Tirmidzi, No. 586, dari hadis Anas bin Malik ra.)
Hadits ini diperselisihkan keshahihannya, sejumlah ulama menyatakan dha'if, sementara
yang lainnya menyatakan hasan. Termasuk yang menyatakan hasan adalah Syekh Al-
Albany rahimahullah dalam shahih Sunan Tirmizi.
Syekh Ibnu Baz rahimahullah ditanya tentang hal tersebut, maka beliau berkata, 'Hadits
ini memiliki jalur periwayatan yang lumayan baik, maka dapat dikatakan sebagai hadits
hasan lighairihi. Maka shalat tersebut disunnahkan setelah matahari terbit dan meninggi
seukuran tombak, yakni kira-kira setelah sepertiga atau seperempat jam dari waktu
terbitnya." (Fatawa Syekh Ibnu Baz, 25/171)). Sujud pertama karena telah hilang rasa
takutnya sebab gelapnya malam, Sujud kedua karena syukur telah datangnya waktu
siang.

2. SHALAT DZUHUR
Manusiua pertama yang mengerjakan Sholat Dzuhur empat raka’at Nabi Ibrahim 'Alaihi
Sallam. Empat kali sujud dilakukan oleh Nabi Ibrahim dikarenakan, sujud pertama
menyatakan syukur kehadirat Allah, karena ia dan puteranya Ismail mampu
menyelesaikan tugas berat dari Allah. sujud ke dua, syukur atas kehadirat Allah karena
beliau tidak terperdaya oleh bujukan syetan. Sujud ke tiga, syukur kehadirat Allah karena
Ismail adalah putera yang sabar dan ia selamat tanpa luka apapun. Sujud ke empat,
kurban itu kemudian diganti dengan seekor domba gemuk.

3. SHALAT ASHAR
Manusia pertama yang mengerjakan Sholat ashar adalah Nabi Yunus 'Alaihi Sallam.
Ketika Nabi Yunus berada di dalam perut ikan yang dapat dilakukannya hanyalah pasrah.
Pada saat itu malaikat Jibril mengajarkan beliau mengucap zikrullah: “Laa ilaaha anta
subhaanaka innii kuntu minazh zhoolimiin.”
Artinya: “Tidak ada Tuhan kecuali Engkau, Maha suci Engkau, sesungguhnya aku
daripada orang yang zhalim.”
Sujud pertama meyatakan syukur kehadirat Allah atas karunia beliau sudah terlepas dari
kegelapan pikiran sehingga beliau mendapat musibah ditelan ikan besar. Sujud ke dua
menyatakan syukur kehadirat Allah sudah terlepas dari bahaya maut terkubur dalam perut
ikan.Sujud ke tiga menyatakan syukur kehadirat Allah atas karunia-Nya sudah keluar dari
dalam laut yang dalam dan gelap. Sujud ke empat menyatakan syukur kehadirat Allah
atas karunia yang mengerakkan seekor kambing betina memberi minum air susunya tiap
hari sehingga kekuatan tubuhnya pulih kembali.

4. SHALAT MAGHRIB
Manusia pertama yang mengerjakan sholat maghrib adalah Nabi Isa 'Alaihi Sallam. Hal
ini terjadi ketika Nabi Isa dikeluarkan oleh Allah dari kejahilan dan kebodohan kaumnya,
sedang waktu itu telah terbenamnya matahari. Bersyukurlah Nabi Isa 'Alaihi Sallam, lalu
sholat tiga rakaat karena diselamatkan dari kejahilan tersebut. Sujud pertama adalah
ungkapan syukur kehadirat Allah yang telah menyelamatkan ibunya dari tuduhan yang
tidak benar, karena kemu’jizatan beliau.
Sujud ke dua, syukur kehadirat Allah yang telah menyelamatkan ibunya dari
penganiayaan orang yahudi. Sujud ke tiga adalah syukur kehadirat Allah yang telah
menyelamatkan dirinya dari penghianatan muridnya yang akan menangkapnya untuk
diserahkan kepada raja Herodes dan akan dijatuhkan hukuman mati di palang kayu salib.
Di saat itu adalah waktu maghrib, beliau sujud tiga kali dan kemudian diangkat ke langit
oleh Malaikat Jibril.
5. SHALAT ISYA’
Manusia pertama yang mengerjakan sholat Isya adalah Nabi Musa 'Alaihi Sallam. Hal
ini terjadi ketika Nabi Musa 'Alaihi Sallam telah tersesat dan berusaha mencari jalan keluar
dari Negeri Madyan, sedang dalam dadanya penuh dengan duka cita. Allah menghilangkan
semua perasaan duka citanya itu pada waktu isya yang akhir. Lalu Nabi Musa mengerjakan
sholat empat rakaat sebagai tanda syukur Sujud pertama sebagai ungkapan syukur karena
Allah menyelamatkan beliau dari kejaran fir’aun. Sujud ke dua sebagai ungkapan syukur
karena Allah telah menolong beliau selama dalam perantauan di Madyan sampai beliau
beristri puteri Nabi Syu’aib,
Sujud ke tiga, sebagai ungkapan syukur kerena Allah telah memilih beliau sebagai Nabi
untuk menyelamatkan Bani Israil dari tindasan Fir’aun. Sujud ke empat, sebagai ungkapan
syukur karena Allah telah menerima permohonan beliau untuk menjadikan kakaknya (Nabi
Harun 'Alaihi Sallam) sebagai Nabi.

B. Dasar Hisab dalam Penentuan Shalat Fardhu

1. Al Quran

Dijelaskan dalam firman Allah Quran surah al isra’ ayat 78 yang berbunyi:

ْ ‫ق الَّ ْي ِل َوقُ ْر ٰانَ ا ْلفَ ْج ۗ ِر اِنَّ قُ ْر ٰانَ ا ْلفَ ْج ِر َكانَ َم‬


‫ش ُه ْودًا‬ َ ‫س اِ ٰلى َغ‬
ِ ‫س‬ َّ ‫ص ٰلوةَ لِ ُدلُ ْو ِك ال‬
ِ ‫ش ْم‬ َّ ‫اَقِ ِم ال‬

“laksanakanlah shalat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakanlah
pula shalat) subuh, sungguh shalat subuh itu disaksikan oleh para malaikat”

Dalam masalah menghisap waktu salat dapat kita ambil sebagai dalilnya dalam Quran surat
Yunus 5 yang berbunyi:

‫ ُل‬8‫ص‬ ِّ َ‫ق يُف‬ ِّ ۗ ‫ا ْل َح‬88ِ‫ق هّٰللا ُ ٰذلِ َك اِاَّل ب‬ َۗ ‫س‬


َ َ‫اب َما َخل‬ ِّ ‫ضيَ ۤا ًء َّوا ْلقَ َم َر نُ ْو ًرا َّوقَ َّد َر ٗه َمنَا ِز َل لِتَ ْعلَ ُم ْوا َع َد َد ال‬
َ ‫سنِيْنَ َوا ْل ِح‬ ِ ‫س‬
َ ‫ش ْم‬ ْ ‫ه َُو الَّ ِذ‬
َّ ‫ي َج َع َل ال‬
َ‫ت لِقَ ْو ٍم يَّ ْعلَ ُم ْون‬ ٰ
ِ ‫ااْل ٰي‬

“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya. Dan Dialah yang
menetapkan tempat-tempat orbitnya, apa kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
waktu . allsh tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar .Dia menjelaskan tanda-
tanda (kebesarann-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”

2. Hadis Nabi Muhammad SAW

Dari Anas bin Malik R.A berkata: diwajibkan salat itu pada nabi Muhammad SAW pada
malam Isra, lima puluh kali. kemudian dikurangi sehingga menjadi lima kali, kemudian nabi
dipanggil,"ya Muhammad, sesungguhnya tidak diganti (diubah) ketetapan itu di sisi-Ku.Dan
sesungguhnya lima kali itu sama dengan lima puluh kali."(HR. Ahmad, Nasa'i dan Tirmidzi.
dan Tirmidzi manshahihkannya, dalam nailul Authar Juz 1, halaman 334)

A. Waktu subuh
Kata subuh atau istilah subuh bisa dijumpai Dalam surat Al Muddasthir ayat 34 :

‫ح اِ َذ ۤا اَ ۡسفَ ۙ َر‬
ِ ‫الص ۡب‬
ُّ ‫َو‬

“Dan subuh apabila mulai terbit / terang.

Dalam surat Hud ayat 81 berbunyi :

‫ٓا‬8‫ ْيبُ َها َم‬8‫ص‬ ۗ ‫ ٌد اِاَّل ا ْم َراَت‬8‫ ِل َواَل يَ ْلتَفِتْ ِم ْن ُك ْم اَ َح‬8‫ع ِّمنَ الَّ ْي‬88‫كَ ِبقِ ْط‬8ِ‫ ِر بِا َ ْهل‬8‫س‬
ِ ‫كَ اِنَّ ٗه ُم‬8َ ْ َ ‫ َك فَا‬8‫لُ ْٓوا اِلَ ْي‬8‫ص‬ ُ ‫وطُ اِنَّا ُر‬8
ِ َّ‫ ُل َربِّ َك لَنْ ي‬8‫س‬ ْ 8ُ‫قَالُ ْوا ٰيل‬
ٍ
ٍ ‫الص ْب ُح بِقَ ِر ْي‬
‫ب‬ ُّ ‫س‬ َ ‫الص ْب ُح ۗ اَلَ ْي‬
ُّ ‫صابَ ُه ْم ۗاِنَّ َم ْو ِع َد ُه ُم‬ َ َ‫ا‬

“Mereka ( para malaikat) berkata “ wahai Lut! Sesunggguhnya kami adalah para malaikat
utusan tuhanmu, mereka tidak akan dapat menggangngu kamu, sebab itu pergilah beserta
keluargamu pada waktu akhir malam dan jangan ada seorang pun diantara kamu yang
menoleh ke belakang, kecuali istrimu. Sungguh dia(juga) akan ditimpa(siksaan) yang
menimpa mereka. Sesungguhnya saat terjadiya siksaan bagi mereka itu pada waktu subuh.
Bukankah subuh itu sudah dekat?.

Dalam surat At Takwir ayat 18 berbunyi :

َ َّ‫ح اِ َذا تَنَف‬


‫س‬ ِ ‫الص ۡب‬
ُّ ‫َو‬

“Dan subuh apabila sudah terang”.

Yang dimaksud waktu subuh, sebagaimana diterangkan dalam surat di atas, yaitu bila
matahari sudah terbit atau agak terang. Ternyata juga tidak di ikuti oleh kata shalat.
Sedangkan waktu subuh saat matahari terbit. Jarak antara waktu fajar dan waktu subuh sangat
dekat (singkat). Dan waktu fajar lebih dahulu dari pada waktu subuh. Sebab, shalat sunah
sebelum shalat fardhu fajar di sebut shalat sunah fajar, bukan shalat sunah subuh. Karena
begitu dekatnya jarak antara waktu fajar dan waktu subuh, maka disebut shalat fajar itu
dengan shalat subuh. Karena itu shalat fajar masih bisa dilakukan di waktu subuh jika
terlambat. Tetapi tidak boleh terusmenerus. Sebab dalam Al Qur‘an disebut waktu fajar,
bukan waktu subuh.

Di samping kata subhi yang diartikan dengan subuh ada lagi kata alfalaq yang di
indonesiakan juga dengan subuh [Al Falaq (113):1] yaitu waktu pagi yang memulai
memancarkan cahaya terang. Tapi tidak dikaitkan dengan kata shalat. Kata falaq hanya
menunjukkan waktu saja.

Waktu subuh yaitu terbitnya fajar shadiq sampai terbitnya matahari, menurut kesepakatan
semua ulama mazhab kecuali Maliki. Menurut imam Maliki, waktu subuh ada dua, pertama
adalah ikhtar (memilih), yaitu dari terbit fajar sampai terlihatnya wajah orang yang kita
pandang. Sedangkan yang ke dua adalah idhthiari (terpaksa), yaitu dari terlihatnya wajah
tersebut sampai terbit matahari.
B. Shalat Dzuhur

Jubir berkata: “nabi shalat dhuhur persis setelah tengah hari (begitu matahari condong di
siang hari).
Dilaksanakan setelah fajar. Tapi kata dhuhur tidak ada dalam surat yang kita bahas. Yang ada
hanya kata demi siang [Asy-Syam (91): 3]. Guna menentukan waktu dhuhur dikutip kembali
surat Al Isra' 78 "Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan
(dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
Shalat saat tergelincir matahari di siang hari kira-kira lewat sedikitnya jam 12.00 siang. Shalat
disebut shalat dhuhur atau shalat jum‘at bila tiba hari jum‘at. Dan akhir shalat dhuhur dalam
hadist di riwayatkan: “Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Nabi Saw. shalat di Madinah tujuh
rakaat (Jama' 1/40) dan delapan jama' yaitu dhuhur dan ashar, maghrib dan isya'. Ibnu Abbas
berkata, “wahai Abu Sya'tsa.! saya kira beliau memundurkan shalat dhuhur dan memajukan
shalat ashar, dan memajukan shalat isya' dan memundurkan shalat maghrib. “Abu Sya‟tsa
menjawab, “saya juga mengira begitu.”

Para ulama mazhab sepakat bahwa shalat itu tidak boleh di dirikan sebelum masuk
waktunya, dan juga sepakat bahwa apabila matahari telah tergelincir berarti waktu dhuhur
telah masuk, hanya mereka berbeda pendapat batas ketentuan waktu ini dan sampai kapan
waktu shalat itu berakhir. Ulama empat mazhab sepakat bahwa waktu dhuhur di mulai dari
tergelincir matahari sampai bayang-bayang sesuatu sama panjangnya dengan sesuatu itu.
Apabila lebih, walau hanya sedikit, berarti waktu dhuhur telah habis. Tetapi imam Syafi'i dan
imam Maliki menyatakan Bahwa ini hanya berlaku khusus bagi orang yang, memilihnya,
sedangkan bagi orang yang terpaksa, maka waktu dhuhur itu sampai bayang-bayang sesuatu
(benda) lebih panjang dari benda tersebut. Sedangkan imamiyah, ukuran panjang bayang-
bayang sesuatu sampai, sama dengan panjang benda tersebut merupakan waktu dhuhur yang
saling utama. Dan kalau ukuran bayang-bayang suatil benda lebih panjang dua kali dari pada
tanda tersebut merupakan waktu ashar yang utama.

C. Waktu Ashar

Menurut imam Syafi‘I dan imam Hanafi, waktu ashar di mulai dari lebihnya bayang-bayang
sesuatu dengan benda tersebut sampai terbenamnya matahari. Pendapat imam Maliki, waktu
ashar mempunyai dua waktu. Yang pertama di sebut waktu ikhtiyari, yatu di mulai dari
lebihnya bayang-bayang suatu benda dari benda tersebut. Sampai matahari tampak
menguning. Sedangkan yang ke dua di sebut idhthirari, yaitu di mulai dari matahari yang
tampak menguning sampai terbenanmya matahari. Perspektif imam Hambali yang termasuk
paling akhirnya waktu shalat ashar adalah sampai bayang-bayang suatu benda lebih panjang
dua kali dari benda tersebut. Dan pada saat itu boleh mendirikan shalat ashar sampai
terbenamnya matahari, tetapi orangorang yang shalat pada saat itu berdosa, dan di haramkan
sampai mengahirkannya pada waktu tersebut.
D. Waktu Maghrib

Firman allah dalam Surat Hud ayat 114 berbunyi :

ّ ٰ ِ‫ت ؕ‌ ٰذ لِ َك ِذ ۡك ٰرى ل‬
َ‫لذ ِك ِر ۡين‬ َّ ‫ت يُ ۡذ ِه ۡبنَ ال‬
ِ ‫سيِّ ٰا‬ َ ‫ص ٰلوةَ طَ َرفَ ِى النَّ َها ِر َو ُزلَـفًا ِّمنَ الَّ ۡي ِ‌ل ؕ اِنَّ ۡال َح‬
ِ ‫س ٰن‬ َّ ‫َواَقِ ِم ال‬

Artinya:
Dan Dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian
permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatanperbuatan yang baik itu menghapuskan
(dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.

Ada dua tepi siang. Yang mana tepi siang pertama dan tepi siang ke dua. Tepi siang, berarti
belum siang. Tepi siang belum siang tersebut berdasarkan uraian tadi adalah waktu fajar (tepi
siang pertama). Tepi siang kedua, saat perpindahan dari siang ke malam. Jadi, belum masuk
malam. Shalat di tepi siang pertama adalah shalat fajar. Shalat di tepi siang ke dua adalah
shalat maghrib atau permulaan malam.
Kata maghrib dijumpai dalam surat Al Baqarah [(2): 115], berbunyi:
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬ ُ ‫َوهّٰلِل ِ ۡال َم ۡش ِر‬
‌ُ ‫ق َو ۡال َم ۡغ ِر‬
ِ ‫ب ۚ فَا َ ۡينَ َما ت َُولُّ ۡوا فَثَ َّم َو ۡجهُ ‌ِؕ اِنَّ َ َو‬
‫اس ٌع َعلِ ۡي ٌم‬

”Dan kepunyaan Allah-lah timur (masyrik) dan barat (magbrib). Maka kemanapun kamu
menghadap (shalat) di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya)
lagi Maha mengetahui.”

E. Waktu Isya'

Shalat isya‘ dilakukan bila malam telah gelap atau saat mulai hilangnya cahaya merah di
ufuk barat (syaffaq).Dari lima shalat fardhu, tiga diantaranya dengan jelas didahului oleh kata
shalat.
Dua di dalam ayat diadi atas ada frasa shalaatil fajri dan shalaatil isya‟.
Kemudian dalam surah Al Baqarah terdahulu dengan frasa shalaatil wusthaa.Karena hanya
pada tiga ayat tersebut dinyatakan secara tegas nama shalatnya, berdasarkan uraian ayat-ayat
Al Qur‘an diatas, yang menyatakan bahwa ketika Nabi Saw isra‘ mi‘raj menerima perintah
shalat lima kali sehari semalam. Sedangkan waktu isya‘ hanya khusus dari akhir separuh
malam pada bagian pertama, sampai di perkirakan dapat melaksanakannya. Di antara dua
waktu tesebut adalah waktu musytarak (penggabungan) antara shalat maghrib dan shalat
isya‘. Keterangan tersebut kalau di hubungkan dengan orang yang memilih. Tapi bagi orang
yang terpaksa, baik karena tidur atau lupa, maka waktu dua shalat tersebut sampai terbitnya
fajar, hanya waktu shalat isya‘ khusus dari akhir waktu malam sampai di perkirakan cukup
untuk melaksanakan saja dan waktu shalat maghrib khusus dari bagian pertama separuh
malam bagian ke dua sampai di perkirakan cukup untuk melaksanakannya.
Dalam hal ini kami berpendapat bahwa penentuan awal waktu shalat yang tertulis dalam Al-
Qur‘an adalah sebagai sumber acuan untuk menentukan awal waktu shalat yang dapat dicari
dari proses perhitungan dengan menggunakan ilmu Hisab.

BAB III

PENUTUB

Kesimpulan

awal mulanya penjemputan shalat dimulai dengan perjalanan kisah nabi SAW. yang mana
beliau menjalan perintah wahyu dari allah yang terjadi pada saat peristiwa isra’ mi’raj yang
ditempuh dalam waktu semalam yang mana allah lansung memerintahkan nabi untuk shalat.
Selama dalam perjalanannya raulullah bertemu dengan nabi-nabi terdahu diantara nabi Adam
as. yang mengisahakan tentang shalat subuh, nabi Ibrahim tentang waktu salat dzuhur, nabi
yunus yang berkaitan dengan salat ashar, dan untuk waktu maghrib dan isa dikatakan dengan
kisah nabi Isa as,dan nabi Musa as.

serta dilanjutka dengan penetuan waktu shalat subuh, yang mana dilakatsanakan pada saat
terbitnya fajar dari ufuk barat hinggang shalat maghrib dan isya pada saat waktu telah
terbenamnya matahari sampai malam

Saran

Demikian makalah yang telah pemakalah susun berdasarkan sumber yang penulis
dapatkan baik sumber primer atau sekunder. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca terkhusus bagi penulis tersendiri dan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
kita.
Pemakalah menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca terutama dosen
pengampu mata kuliah Tafsir Ayat-ayat Hukum Keluarga ini terkhususnya. Hal demikian
guna untuk memperbaiki makalah ini dan agar makalah selanjutnya mendekati dari kata
sempurna.
DAFRAT PUSTAKA

Andi Nur Aminah, sejarah awal mula shalat lima waktu. Jakarta. Republika.co.id

Departement Agama RI. Al-quran dan terjemahannya dari juz 1-30 (Jakarta, Yayasan
penyelenggaraan penerjemahan Al-quran, 1999)

Rudi Hartono. I, S.HI., MA. Studi ilmu falak ( teori dan implementasi). Kab. agam, Serambi
Media. 2023.

Ahmad Khoiri, Penentuan awal waktu shlat fardhu dengan peredaran matahari., Jurnal
pendidikan sains.com

Anda mungkin juga menyukai