Disusun Oleh :
Hacila Ratu Balqis Maurila (2121020194)
Hafiz Muammar (2121020195)
Kahvi Wilanta Perdana (2121020208)
M.Bisma Yadinata (2121020220)
FAKULTAS SYARIAH
2023/2024
KATA PENGANTAR
Penyusun (Kelompok 6)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Asal Mula Sholat Lima Waktu 3
2
B. Persektif Syar’i dan Sains Tentang Awal Waktu Sholat 6
C. Hadits Yang Berkaitan Dengan Penetapan Waktu Shalat 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 17
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perspektif ajaran Islam ibadah merupakan ajaran dasar
yang dititahkan kepada seluruh mukallaf. Sebagai ibadah yang
disyari’atkan, maka merupakan keharusan untuk dilakukan dengan sikap
ikhlas dan semata-mata mengharap balasan dari Allah Swt. Dan idealnya
terhadap kewajiban ini, adalah dilakukan dengan bekal ilmu yang cukup,
pengetahuan yang benar dan pemahaman yang proporsionl. Baik dari
segi dasar pensyari’atannya (landasan normatif), maupun dari sisi
pengamalan atau penerapannya.
Atas dasar firman Allah pada surah an-Nisa ; 103 tersebut, maka
telah menjadi suatu kewajiban bagi umat untuk berusaha mengetahui
dengan benar waktu-waktu ibadah yang disyari’atkan, baik awal waktu
maupun akhir waktu ibadah. Kini, dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi umat manusia semakin menemukan banyak kemudahan
hidup bukan hanya pada bidang mu’amalah tetapi juga pada masalah-
masalah ibadah mahdah seperti penetapan
1
B. Rumus Masalah
1. Bagaimana Asal Mula Sholat Lima Waktu ?
2. Bagaimana Menentukan Awal Waktu Shalat Dengan Menurut
Syara’dan Sains-Astronomi ?
3. Apa Saja Hadist Yang Berkaitan Dengan Penepatan Waktu Sholat ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Asal Mula Sholat Lima Waktu
2. Untuk Mengetahui Menentukan Awal Waktu Shalat Dengan Menurut
Syara’dan Sains-Astronomi
3. Untuk Mengetahu apai Saja Hadist Yang Berkaitan Dengan Penepatan
Waktu Sholat
BAB II
PEMBAHASAN
2
kehadirat Allah. Itulah sebabnya sholat subuh dua raka’at
mengingatkan akan Nabi Adam ‘Alaihi Sallam sebagai orang yang
pertama sujud di muka bumi. Maka disunahkan sholat Isyraq , Shalat
isyraq adalah shalat dua rakaat setelah matahari terbit dan
meninggi, bagi yang shalat Fajar secara berjamaah di masjid
kemudian duduk di tempat shalatnya untuk berzikir kepada Allah
Ta'ala hingga shalat dua rakaat.
Keutamaan telah disebutkan dalam sabda Nabi Shallallahua ‘alaihi
wa sallam:
، َكاَنْت َلُه َك َأْج ِر َح َّج ٍة، ُثَّم َص َّلى َر ْك َع َتْيِن، َم ْن َص َّلى اْلَغ َد اَة ِفي َج َم اَعٍة ُثَّم َقَع َد َيْذ ُك ُر َهَّللا َح َّتى َتْطُلَع الَّش ْم ُس
( من حديث َأَنِس ْبِن َم اِلٍك رضي هللا عنه586 رقم، َتاَّمٍة (رواه الترمذي، َتاَّمٍة، َتاَّمٍة،َو ُع ْمَر ٍة
3
menyelesaikan tugas berat dari Allah. sujud ke dua, syukur atas
kehadirat Allah karena beliau tidak terperdaya oleh bujukan syetan.
Sujud ke tiga, syukur kehadirat Allah karena Ismail adalah putera
yang sabar dan ia selamat tanpa luka apapun. Sujud ke empat,
kurban itu kemudian diganti dengan seekor domba gemuk
3. Shalat Ashar
Manusia pertama yang mengerjakan Sholat ashar adalah Nabi
Yunus 'Alaihi Sallam. Ketika Nabi Yunus berada di dalam perut ikan
yang dapat dilakukannya hanyalah pasrah. Pada saat itu malaikat
Jibril mengajarkan beliau mengucap zikrullah:
4
Sujud ke dua, syukur kehadirat Allah yang telah menyelamatkan
ibunya dari penganiayaan orang yahudi. Sujud ke tiga adalah syukur
kehadirat Allah yang telah menyelamatkan dirinya dari penghianatan
muridnya yang akan menangkapnya untuk diserahkan kepada raja
Herodes dan akan dijatuhkan hukuman mati di palang kayu salib. Di
saat itu adalah waktu maghrib, beliau sujud tiga kali dan kemudian
diangkat ke langit oleh Malaikat Jibril
5. Shalat Isya’
Manusia pertama yang mengerjakan sholat Isya adalah Nabi Musa
'Alaihi Sallam. Hal ini terjadi ketika Nabi Musa 'Alaihi Sallam telah
tersesat dan berusaha mencari jalan keluar dari Negeri Madyan,
sedang dalam dadanya penuh dengan duka cita. Allah
menghilangkan semua perasaan duka citanya itu pada waktu isya
yang akhir. Lalu Nabi Musa mengerjakan sholat empat rakaat
sebagai tanda syukur Sujud pertama sebagai ungkapan syukur
karena Allah menyelamatkan beliau dari kejaran fir’aun. Sujud ke
dua sebagai ungkapan syukur karena Allah telah menolong beliau
selama dalam perantauan di Madyan sampai beliau beristri puteri
Nabi Syu’aib,
Sujud ke tiga, sebagai ungkapan syukur kerena Allah telah memilih
beliau sebagai Nabi untuk menyelamatkan Bani Israil dari tindasan
Fir’aun. Sujud ke empat, sebagai ungkapan syukur karena Allah telah
menerima permohonan beliau untuk menjadikan kakaknya (Nabi
Harun 'Alaihi Sallam) sebagai Nabi.
5
Al-Qur’an secara umum menegaskan bahwa shalat adalah
kewajiban bagi orang mukmin yang telah ditentukan wa ktunya. Hal
ini tersebut pada surah An-Nisa: 103:
“Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah
di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian
apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu
(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.(QS. 4 : 103)”
Ayat tersebut memberikan penegasan bahwa perintah mendirikan
shalat adalah suatu kewajiban yang amat dipentingkan dengan
memperhatikan dan berusaha maksimal mengetahui waktu-waktu
shalat yang ditetapkan. Hal ini juga menunjukkan bahwa diantara
implikasi perhatian pada perintah mendirikan shalat adalah
memperhatikan dengan baik seluruh syarat-syarat sah shalat hal
mana diantaranya adalah “waktu shalat”. Atau dengan kata lain,
bahwa isntimbath hukum pada ayat tersebut adalah umat Islam wajib
mengetahui waktu-waktu shalat wajib dengan mempelajarinya
sebagimana wajibnya mengetahui syarat-syarat sah shalat yang lain
seperti bersuci (thaharah), menutup aurat dan menghadap arah
kiblat1..
Dari petunjuk dapat dipahami bahwa waktu-waktu shalat
yang disyari’atkan adalah ;
a. Waktu Shalat Dhuhur, adalah apabila posisi matahari
tergelincir.
b. Waktu shalat Ashar, adalah apabila bayang-bayang suatu
benda sama panjang dengan bendanya.
1Hasbi Ash-Shiddiqy, Koleksi Hadis-Hadis Hukum, Cet. III (Bandung : PT. al-Ma’arif,
1979), h. 44-45
6
c. Waktu shalat Magrib, adalah ketika matahari telah terbenam
sampai megah merah belum hilang atau selama megah
merah masih ada.
d. Waktu shalat Isya, adalah mulai ketika hilang megah merah
sampai terbit fajar, pada riwayat lain hingga tengah malam
atau seperdua malam.
e. Waktu shalat Subuh, adalah apabila terbit fajar.
2 Muhyiddin Khazin. Ilmu Falak dan Teori dan Praktik, (Cet.I: Yogyakarta : Buana Pustaka
2004), h. 80-82
7
menyebabkan titik kulminasi itu bergeser adalah lintang tempat
dan deklinasi matahari sehingga lintang tempat dianggap sama
harganya dengan jarak zenith dan titik pusat matahari pada saat
berkulminasi setelah dikurangi dengan deklinasi matahari.
Rumus yang digunakan saat kulminasi adalah ; = 12 - e.,
Rumus ini turunan dari Zm=(p-d), karena tinggi matahari =900 ,
maka p=d juga. Dengan demikian hm = 900-(p-d), oleh karena Zm,
p, dan d harganya dianggap sama dengan 0, Dari proses inilah,
awal waktu shalat zuhur yang dipahami dari hadis dengan
sebutan “tergelincir matahari”.3
Angka 12.00 dianggap sama dengan 900 karena matahari
berada pada titik zenith, sedang e adalah perata waktu (equation
of time). Untuk mengetahui apakah data perata waktu dalam
almanac nautika itu bertanda positif atau negatif, perlu dilihat
Mer Pas nya. Jika Mer Pass lebih dari jam 12.00 berarti perata
waktu bertanda negatif (-), dan jika Mer Pass kurang dari jam
12.00 berarti perata waktu bertanda positif (+). Data perata
waktu yang menentukan saat matahari “berkulminasi” setiap hari
berubah, namun dari tahun ke tahun relatif sama. Dengan
demikian, saat matahari tergelincir yang dipahami sebagai awal
waktu shalat zuhur adalah posisi dimana matahari telah bergeser
dari kulminasinya atau bergeser dari meridian.. atau dimana
matahari berkulminasi disitulah dipahami sebagai awal
permulaan waktu zuhur.
8
Sesuai petunjuk hadis bahwa awal waktu shalat ashar adalah
apabila bayangan suatu benda sama panjang dengan bendanya,
maka hal ini secara hisab-astronomi dapat dicapai dengan ;
pertama menentukan tinggi matahari pada waktu ashar (ho) dan
kedua menentukan sudut waktu matahari. (to). Rumus yang
digunakan untuk ho adalah:
Cotg h = tg (p-d) + 1
Maksud rumus ini adalah cotg hoA sama besarnya dengan
tg jarak zenit titik pusat matahari pada waktu berkulminasi
ditambah satu. Sedang untuk sudut waktu matahari (to),
digunakan rumus ;
to, Cost t = -tg p.tg d + sin h : cos p : cos d
Selanjutnya, untuk keakuratan nilai ilmiah hasil
perhitungan pada waktu shalat yang akan dihitung, maka perlu
dilakukan koreksi bujur atau penyesuaian bujur masing-masing
daerah (BD – Bt) dan selisih waktu antara daerah (: 15). Serta
ihtiyat sebagai tanda hati-hati atau pengaman/pembulatan hasil
akhir perhitungan.
9
Substansi keterangan ini dapat dilihat dalam al-Qur’an pada surah
4
al-Isra’ ayat 78. Dalam ilmu falak, peristiwa tersebut dikenal
sebagai akhir senja astronomi ((astronomical twilight). Tinggi
matahari pada saat itu adalah 180 di bawah ufuk (horizon),
sebelah barat dan jarak zenith matahari adalah 1080 ( 900 + 180),
atau h= -180 derajat.
Untuk hisab awal waktu shalat Isya data-data yang
diperlukan sama dengan data-data yang diperlukan waktu shalat .
4
5 Syaikh Mamduh Farhan al-Buhairi, dkk. Koreksi Awal Waktu Subuh, Cet. I; Malang :
Pustaka Qiblati, 2010,), h. 210-211.
10
matahari belum menguning, waktu shalat Maghrib selama awan merah
belum menghilang, waktu shalat Isya hingga tengah malam, dan waktu
shalat Shubuh semenjak terbitnya fajar hingga matahari belum terbit”.
Riwayat Muslim.
Dari Abu Said Al-Khudry bahwa dia mendengar Rasulullah
Shallallaahu 'alaihiwa Sallam bersabda: “Tidak ada shalat (sunat) setelah
shalat Shubuh hingga matahari terbit dan tidak ada shalat setelah shalat
Ashar hingga matahar iterbenam. “ MuttafaqAlaihi. DalamlafadzRiwayat
Muslim: "Tidak ada shalat setelah shalat fajar”.
Dalam riwayat Muslim dari Uqbah Ibnu Amir: Tiga waktu dimana
Rasulullah Shallallaahu 'alaihiwa Sallam melarang kami melakukan shalat
dan menguburkan mayit, yaitu: ketika matahari terbit hingga meninggi,
ketikatengahharihinggamataharicondongkebarat, dan ketika matahari
hampir terbenam.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Masa dewasa lanjut usia merupakan masa lanjut atau masa dewasa
akhir Sebagai kesimpulan dari dua sub permasalahan adalah sebagai
berikut : Menurut syara’ Waktu Shalat Dhuhur, adalah apabila posisi
11
matahari tergelincir, sedang waktu shalat Ashar, apabila bayang-
bayang suatu benda sama panjang dengan bendanya. Sementara
Waktu shalat Magrib, adalah ketika matahari telah terbenam sampai
megah merah belum hilang atau selama megah merah masih ada.
adapun waktu shalat Isya, yakni mulai ketika hilang megah merah
sampai terbit fajar, pada riwayat lain hingga tengah malam atau
seperdua malam, dan untuk waktu shalat Subuh, adalah apabila terbit
fajar.
2. Selanjutnya, Menurut Sains (astronomi), penetapan hisab awal waktu
shalat sangat dipengaruhi oleh beberapa hal penting dalam tata
ordinat di antaranya adalah deklinasi matahari dan perata waktu.
Awal waktu Zuhur; dirumuskan sejak seluruh bundaran matahari
meninggalkan meridian, biasanya diambil sekitar 2 derajat setelah
lewat tengah hari, Saat berkulminasi atas pusat bundaran matahari
berada di meridian. Awal waktu shalat Ashar; dalam ilmu falak
dinyatakan sebagai keadaan tinggi matahari sama dengan jarak zenith
titik pusat matahari pada waktu berkulminasi ditambah bilangan satu.
Sedang waktu shalat Magrib; berarti saat terbenam matahari
(ghurub), yaitu seluruh piringan matahari tidak kelihatan oleh
pengamat. Piringan matahari berdiameter 32’ menit busur,
setengahnya berarti 16 menit busur
DAFTAR PUSTAKA
12
Hasbi Ash-Shiddiqy, Koleksi Hadis-Hadis Hukum, Cet. III Bandung : PT. al-
Ma’arif, 1979.
Muhyiddin Khazin. Ilmu Falak dan Teori dan Praktik, Cet.I: Yogyakarta :
Buana Pustaka 2004), h. 80-82
Syaikh Mamduh Farhan al-Buhairi, dkk. Koreksi Awal Waktu Subuh, Cet. I;
Malang : Pustaka Qiblati, 2010.
13