Anda di halaman 1dari 16

TAFSIR TARBAWI AL-HAJJU ARAFAH DOSEN PENGAMPU : Dr.

Syarif, MA Oleh Kamilul fiqri 1111111555 Semester : III/F

Program Studi Pendidikan agama islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak 2012

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji milik pencipta alam semesta yang senantiasa melimpahkah ratmatnya kepada segenap hambanya sehingga makalah yang sangat ringkas dan sederhana ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan keharibaan nabi kita Muhammad SAW. Karena berkat perjuangannya kita terlepas dari alam yang gelap gulita berada dalam alam yang derang benderang, ialah seperti yang kita rasakan pada masa ini. Selanjutnya kepada semua pihak yang telah membantu terealisasinya makalah ini kami ucapkan banyak-banyak terima kasih dan jazakumullah khaira. Terutama kepada dosen pembimbing mata kuliah "Tafsir tarbawi" kami haturkan salam hormat penuh takdzim, yang telah senantiasa memikirkan dan memperhatikan perkembangan kami, tiada hal yang dapat kami balaskan untuk semua itu kecuali seutas do'a semoga mendapatkan pahala yang besar disisi-Nya. Amin ya rabbal alamin. Terlepas dari kekurangan-kekurangan dan kesalahan makalah ini kami mohon maaf, dan kami mengharap saran dari pembaca agar bisa kami jadikan cermin bagi kami untuk memperbaiki diri. Dan juga kami mengharap semoga makalah ini menjadi sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi pembaca terutama bagi saya selaku penulis sehingga dapat menciptakan sesuatu yang lebih baik. Terutama dalam bilang " TAFSIR TARBAWI" sesuai dengan tugas yang di berikan oleh pembimbing mata kuliah Tafsir Tarbawi.

Pontianak,10 Desember 2012

BAB I
A.Latar belakang Rukun Islam yang kelima adalah melaksanakan haji.Ia wajib dikerjakan bagi orang yang mampu. Artinya, parameter kewajiban itu adalah mampu untuk melaksanakannya.Sehingga, disini tergambar bahwa Islam tidak memberatkan bagi umatnya dalam mengikuti segala ajarannya selama ada halangan yang membuatnya tidak bisa memenuhi kewajiban itu.Ada pertimbangan-pertimbangan yang bersifat kemanusiaan dalam menjalankan tuntunan agama.Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa ibadah yang dikerjakan bukan semata-mata untuk Allah, tetapi untuk kepentingan manusia sendiri.Termasuk pada persoalan ibadah haji. Sudah maklum, haji merupakan ibadah yang dilakukan dalam satu waktu (hanya beberapa hari) sepanjang tahun dan disatu tempat. Sehingga, ia meniscayakan untuk dikerjakan bersama-sama dengan umat Islam lain. Makanya, ada kalangan yang kemudian menyebut haji sebagai sarana pertemuan umat Islam sedunia. Al-Quran banyak berbicara tentang persoalan ibadah haji, sampai ia dijadikan nama surat tersendiri, yaitu al-Hajj. Sekalipun pembahasan tentang haji tidak hanya terdapat di dalam surat al-Hajj. Pembahasan tentang haji justru terdapat diberbagai surat yang lain di dalam al-Quran. Termasuk penjelasan tentang kewajiban haji bagi orang yang mampu berada pada surat Ali Imran, bukan al-Hajj. Dan di dalam tulisan ini coba di ulas tentang bagaimana penjelasan al-Quran tentang persoalan haji tersebut.Termasuk juga tujuan pelaksanaan ritual haji pada teologis dan sosiologis masuk dalam pembahasan ini. Sebab, di dalam al-Quran tersirat bahwa haji tidak hanya diandaikan sebagai ibadah vertikal, dalam hubungan makhluk dan Sang al-Khaliq, tapi juga ada penekanan pada ranah sosial.

B.Rumusan masalah 1.Apa yang di maksud dengan Haji? 2. Apa-apa saja syarat-syarat dan rukun Haji? 3. Hikmah apa saja yang ada dalam Haji

C. Tujuan pembahasan

Dalam materi ini saya sengaja menjelaskan tentang hukum haji dan syaratsyarat haji begitu juga hal-hal yang berkaitan dengan haji, dalam segi sejarah ibadah haji, maupun segi hikmah-hikmah yang dapat di petik dari haji itu sendiri. Haji merupakan ritual ibadah penyempurna ke-islaman seorang muslim dalam masalah fiqh, begitulah kiranya jawaban kita kepada seseorang yang bertanya tentang apa itu haji?, padahal, kalau kita periksa lebih dalam lagi makna haji itu sendiri, maka kita akan memukan haji itu bukan hanya sepintas ritual ibadah dzahir saja dengan tanpa makna-makna hikmah,begitu juga ritual ibadah lainnya, seperti shalat, puasa dll. Oleh karena itu dalam materi ini, selain membahas tentang haji dalam dalam kaca mata fiqh, saya juga akan memberikan beberapa materi yang yang berkaitan dengan hikmah yang terkandung dalam haji itu sendiri menurut pandangan saya sendiri ataupun dari hasil kutipan terhadap pendapat-pendapat pakar yang ahli dalam bidang ilmu hikmah. Hikmah adalah hal yang paling penting dalam semua aspek kehidupan kita, lebih-lebih dalam urusan ibadah mahdhah. Karena ibadah tanpa hikmah seperti jiwa tanpa ruh, kosong, tidak ada nilainya sama sekali karena tanpa keseriusan dan keikhlasan. Hal inilah yang mendorong saya untuk menulis tentang masalah haji dan hikmah yang terkandung dalam haji. Berlandaskan hadits rasul haji adalah arafah ulama-ulama fiqh banyak memberi pandangan tentang hadits tersebut dengan kaca mata fiqh, ada yang berpendapat bahwa haji seorang tidak sah apabila tidak wuquf di arafah karena inti haji adalah arafah, melalui pendekatan hikmah yang insyaallah saya tulis ini, saya akan mengungkap hikmah apa yang ada dalam sabda rasul tersebut yang tentunya tidak terlepas dari beberapa kutipan-kutipan terhadap ahli dan pakar dalam ilmu hikmah. Terlepas dari semua itu, mudah-mudahan petunjuk Allah SWT tetap tercurahkan kepada kita sehingga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua orang khususnyaa kepada diri saya pribadi Amin.

BAB II
1) Pengertian Haji Haji menurut bahasa berarti menyengaja sesuatu.Sedangkan menurut syara haji adalah menyengaja atau sengaja mengunjungi kabah untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan syarat-syarat tertentu.1 Perlu diketahui bahwa sebagian praktek ibadah haji adalah ibadah badaniah dan disunatkan membaca doa-doa tertentu.Dengan menunaikan ibadah haji berarti kita harus meninggalkan rumah tangga, harta benda, sanak saudara, pekerjaan dan tanah air.Untuk itu diperlukan badan sehat dan biaya yang tidak sedikit, oleh karena itu betapa besar pahala haji bagi yang melaksanakannya dengan baik dan benar.Haji
diwajibkan atas kaum muslimin-muslimat yang sudah mampu satu kali seumur hidup.1

Pengertian haji secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa haji adalah berkunjung ke Baitullah, untuk melakukan Thawaf, Sai, Wukuf di Arafah dan melakukan amalan amalan yang lain dalam waktu tertentu (antara 1 syawal sampai 13 Dzul Hijjah) untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT. Macam-macam Haji a. Haji Ifrad yaitu : mendahulukan Haji daripada Umrah. b. Haji Tamattu yaitu : mendahulukan Umrah baru kemudian Haji. c. Haji Qiran yaitu : melaksanakan Haji sekaligus Umrah.

2) Syarat, Rukun dan Wajib Hajji a. 1. 2. 3. 4. 5. Syarat Haji Islam Baligh Berakal sehat Merdeka Mampu

Abdul Karim, Khalil, Syariah; Sejarah Perkelahian Pemaknaan

b. 1. 2. 3. 4. 5. 6. c. 1. 2. 3. 4. 5.

Rukun Haji ihram Wukuf di Arafah Thawaf Ifadlah Sai Memotong rambut / Tahallul Tertib Wajib Haji Ihram dari Miqat Mabit di Muzdalifah Mabit di Mina Melempar Jumrah Thawaf Wada

3) Haji Sepanjang Masa dan Sejarah Haji merupakan ritual ziarah Kabah dan kegiatan manasik yang dilakukan di sepanjang abad dan masa, dalam berbagai macam dan bentuknya.Kabah adalah rumah pertama yang dibangun dengan tujuan agar manusia beribadah dan menyembah Allah.Dan Kabah merupakan titik pusat pertama yang menarik para ahli ibadah menuju Allah SWT. Allah berfirman : Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (diantaranya) maqam Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia. Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa yang mengingkari kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Ali Imran : 9697)

Tempat peribadahan Kabah juga disebut dengan Bakkah, yang berarti penuh sesak dan ramai.Ini menunjukkan bahwa Kabah merupakan pusat dunia yang didatangi oleh manusia dari seluruh penjuru di sepanjang masa. Ya, lantaran ramainya manusia yang berdatangan ke tempat peribadahan tersebut, maka dinamakanlah ia dengan Bakkah (Mekah). Ketika Kabah diumumkan sebagai kiblat resmi kaum muslimin, pengikut Nabi Musa mengajukan protes, bagaimana mungkin kiblat dipindahkan dari Bait alMaqdis ke Kabah?Kemudian, turunlah wahyu yang menjelaskan bahwa Kabah telah lebih dulu dibangun sebagai tempat peribadahan dibanding tempat-tempat ibadah lainnya. Kabah merupakan rumah pertama yang digunakan untuk beribadah dan menyembah Allah SWT. Ia dibangun dengan tujuan memberikan hidayah kepada seluruh manusia dan bangunan tersebut mengandungi banyak berkah. Hidayah Kabah tidak dikhususkan bagi umat dan masa tertentu saja. Namun, ia diperuntukkan bagi seluruh umat manusia sepanjang masa. Oleh karena itu, sejak zaman dahulu kala para penyembah berhala dari semua bangsa telah menghormati Kabah.lantaran berbagai faktor, mereka yakin bahwa menghormati Kabah adalah sebuah kewajiban. Singkatnya, argumentasi yang membuktikan bahwa Kabah lebih dulu dibangun ketimbang Bait al-Maqdis merupakan jawaban atas protes yang diajukan oleh sebagian pengikut agama samawi. Barangkali, dikarenakan protes inilah kemudian turun sebuah ayat yang menjelaskan bahwa Kabah adalah rumah yang tua.Tak ada tempat ibadah yang lebih tua ketimbang Kabah. 4) Arafah adalah Tempat Pertemuan Adam dan Hawa Arafah juga merupakan tempat pertemuan Nabi Adam dan Siti Hawa setelah dipisahkan Allah SWT selama 200 tahun setelah diturunkan dari Surga karena melanggar perintah Allah dengan memakan buah Khuldi. Setelah bertemu di Jabal Rahmah, Nabi Adam dan Siti Hawa memohon ampun atas keselahan mereka selama puluhan tahun di padang Arafah. Kemudian Allah mengampuni Nabi Adam dan Siti Hawa.Di Arafah juga lah Allah memberi ampunan pertama kali kepada manusia.

Di dalam hadits qudsi Allah berfirman bahwa:Lihatlah kepada hamba-Ku di Arafah yang lesu dan berdebu. Mereka datang kesini dari penjuru dunia.Mereka datang memohon rahmat-Ku sekalipun mereka tidak melihatku. Mereka minta perlindungan dari azab-Ku, sekalipun mereka tidak melihat Aku Allah sangat memuliakan hari wukuf di Arafah.Hari itu, Allah mendekat sedekat-dekatnya kepada orang yang wukuf di Arafah untuk mendengarkan keluhan hati mereka, menatap dekat wajah dan perilaku mereka. Rasulullah SAW bersabda : Ia (Allah) mendekat kepada orang-orang yang di Arafah. Dengan bangga Ia bertanya kepada para malaikat, Apa yang diinginkan oleh orang yang sedang wukuf itu ? Pada hari itu, Allah senang sekali jika mereka berdoa kepada-Nya. Ia mengabulkan semua doa mereka disana, sebagaimana tersebut dalam hadist yang lain, Sabda Rasullullah saw : Di antara berbagai jenis dosa, ada dosa yang tidak akan tertebus kecuali dengan melakukan wukuf di Arafah (disanadkan oleh Jafar bin Muhammad sampai kepada Rasulullah saw) Bahkan Allah murka ketika manusia tidak yakin dosanya diampunkan di Arafah, seperti sabda Rasullullah saw : Yang paling besar dosanya di antara manusia adalah seseorang yang berwukuf di Arafah lalu berprasangka bahwa Allah tidak memberinya ampun (Al Khatib dalam kitab Al-Muttafaq wal Muftaraq) Meski hanya beberapa jam saja, wukuf di Arafah sangat berarti. Sungguh sangat penting berdoa di Arafah, disaksikan dari dekat oleh Allah SWT dan dibangga-banggakan-Nya di depan para malaikatnya. Hai malaikat-Ku !Apa balasan (bagi) hamba-Ku ini, ia bertasbih kepada-Ku, ia bertahlil kepada-Ku, ia bertakbir kepada-Ku, ia mengagungkan-Ku, ia mengenali-Ku, ia memuji-Ku, ia bershalawat kepada nabi-Ku. Wahai para malaikat-Ku !Saksikanlah, bahwasanya Aku telah mengampuninya, Aku memberi syafaat (bantuan) kepadanya. Jika hambaku memintanya tentu akan Kuberikan untuk semua yang wukuf di Arafah ini. Momen Arafah merupakan kesempatan bagi jamaah haji untuk merenung, mengingat dosa-dosa yang pernah diperbuat.Kemudian menengadah ke langit meminta ampun kepada Allah SWT, serta tidak mengulanginya lagi setelah haji.

5) Haji adalah Ritualitas Umat Sebelum Islam Di sadari atau tidak, sebenarnya sebelum Islam datang, bangsa Arab sudah menunaikan ibadah haji pada bulan Dzulhijjah.Setiap tahun, pada musim haji, mereka berdatangan ke Makkah dari segala penjuru untuk menunaikan kewajiban ibadah haji.Latar belakang ibadah haji ini juga didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh nabi-nabi sebelumnya, terutama Nabi Ibrahim.Ritual thawaf, misalnya, merupakan ibadah yang dilaksanakan oleh umat-umat sebelum Nabi Ibarahim.2 Ritual sai, yakni berlari antara bukit Shafa dan Marwah (daerah tinggi di sekitar Kabah yang sekarang sudah menjadi satu dengan Masjidil Haram, Makkah), juga didasarkan untuk mengenang ritual istri Nabi Ibrahim bernama Siti Hajar ketika mencari air untuk anaknya, Nabi Ismail. Hal itu juga dapat dibuktikan dengan pernyataan al-Quran sendiri di dalam surat alHajj yang menjelaskan bahwa Allah memerintahkan nabi Ibrahim memanggil umat manusia untuk melaksanakan haji ke Baitullah. Dengan sebab panggilan itulah, umat manusia akan berdatangan dari segenap penjuru. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat buat mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Dia telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan berikanlah untuk dimakan oleh orangorang yang sengsara lagi fakir.Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah melakukan thawaf di Bait al-Atiq. (QS. Al-Hajj: 27-29)
Dengan ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa umat-umat sebelum Islam juga menjalankan ritual-ritual tersebut sebagaimana yang dijalankan oleh kaum muslimin hingga sekarang, seperti talbiyah (meski dulu dengan beberapa ungkapan bernada syirik),

http://id.shvoong.com /humanities/religion-studies/2071359-pengertian-haji/

ihram,memakai pakaian khas ihram, membawa hewan kurban dan mengumumkannya,

wukuf di Arafah, menuju Muzdalifah, bertolak ke Mina untuk melempar jumrah, menyembelih kurban, thawaf mengelilingi Kabah sebanyak tujuh putaran, mencium Hajar Aswad (sebagai bentuk penghormatan padanya), Sai antara bukit Shafa dan Marwah. Mereka juga menamai hari kedelapan Dzulhijjah dengan nama Yaum alTarwiyah (hari Tarwiyah), wukuf di Arafah pada hari kesembilan, dan pada hari kesepuluh mulai menuju Mina dan melempar jumrah. Bahkan mereka pun menyebut hari-hari itu sebagai hari-hari Tasyriq.Begitu pula mereka melaksanakan umrah diluar musim haji.

Kemudian ketika Islam datang ritual bangsa Arab (sebelumnya) tersebut juga dipraktikkan dengan rangkaian ritual yang sama persis berikut pengistilahannya. Hanya saja Islam membersihkan ibadah ini dari perilaku syirik, seperti ungkapanungkapan yang terangkum dalam talbiyah mereka.Islam juga melarang berthawaf secara telanjang (tanpa busana). Akan tetapi perlu ditegaskan di sini bahwa bangsa Arab melakukan prosesi tersebut, bukan karena kebejatan moral mereka, melainkan lebih dikarenakan pengagungan mereka yang berlebihan terhadap Kabah dan Hajar Aswad.Mereka segan berthawaf mengelilingi Kabah dan mencium Hajar Aswad dengan baju yang pernah mereka pakai untuk berbuat dosa atau berbuat hal-hal yang tidak sesuai dengan kesucian keduanya.Bahkan sebagian dari mereka ada yang membeli pakaian dari orang-orang Quraisy untuk busana thawaf, dengan persepsi bahwa putra-putra Quraisy merupakan orang-orang yang suci dan disiplin dalam beribadah. Jadi, ritual haji yang dilaksanakan oleh Islam itu adalah praktik-praktik yang tidak bertentangan dengan konsep syariat.Sebab, praktik-praktik yang menyimpang telah dirubah dan diganti sesuai tuntunan ajaran Islam.Bentuk umum pelaksanaannya masih tetap ada, seperti thawaf, sai, wukuf, dan lempar jumrah.Hanya saja karena pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai lagi dengan syariat yang sebenarnya, Islam datang dan memperbaiki segi-segi yang salah dan tetap menjalankan ritual yang sesuai dengan petunjuk syara (syariat), sebagaimana yang diatur dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah.

6) Haji adalah Arafah "Haji adalah Arafah".Begitulah jawaban Rasulullah Muhammad SAW saat ditanya tentang haji oleh penduduk Najed lebih dari seribu tahun lalu."Barangsiapa yang datang sebelum salat fajar dari malam harinya, sesungguhnya yang bersangkutan telah berhaji" hadist riwayat Ahmad. Wukuf adalah kegiatan paling utama dalam berhaji.Jika seseorang tidak dapat melaksanakan wukuf dengan baik maka tidak sahlah ibadah hajinya. Karenanya, sepalipun sakit calon jamaah yang masih mampu akan ditandu untuk melakukan safari wukuf ke padang arafah yang mulia sehingga dapat ikut melakukan wukuf. Dalam bahasa Arab wukuf berarti berdiam diri. Seseorang yang menjalani ibadah haji haruslah berdiam diri dan berdoa di padang Arafah, padang luas di sebelah timur Kota Makkah. Kegiatan ini dilaksanakan hanya pada satu hari (siang hari) pada tanggal 9 Dzulhijjah pada penanggalan Hijriyah.Pada tahun ini tanggal 9 Dzulhijjah jatuh pada hari Sabtu, 5 November 2011.Arafah adalah sebuah lembah yang terletak di antara Muzdalifah dan Thaif.Padang tandus yang terbentang mulai dari perbatasan kawasan Arafah sampai di gunung yang dinamakan Jabal Arafah.Yang mengelilingi lembah ini mulai dari arah timur berbentuk seperti setengah lingkaran.Di ujung sebelah selatan adalah jalan menuju Thaif dan ujung utara terdapat Jabal Rahmah.Di sebelah barat terdapat sebuah bukit bebatuan, di tempat inilah Rasulullah berkhutbah. Di bawahnya terdapat sebuah musholla yang dikenal dengan nama mesjid Shakrat. Jarak antara batas awal Arafah dengan kaki gunung Arafah sekitar 1.500 meter. Di Arafah inilah Rasulullah menyampaikan khutbahnya yang terkenal dengan nama khutbah wada atau khutbah perpisahan, karena tak lama setelah menyampaikan khutbah itu beliaupun wafat. Di saat itu, ayat Al-Quran, surat al-Maaidah ayat 3 turun sebagai pernyataan telah sempurna dan lengkapnya ajaran Islam yang disampaikan Allah SWT melalui Muhammad saw. Firman Allah SWT : ..Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu

7).Teori analisis

Dari keterangan di atas, telah kita ketahui bahwa Haji adalah

ibadah

penyempurna dari rukun islam yang lima. Di dalam materi sebelumnya juga di bahas tentang syarat-syarat dan rukun Haji, kemudian tentang sejarah Haji sepanjang masa. Ibadah Haji pada hakikatnya bukanlah hanya ritual saja dengan tanpa makna dan hikmah-hikmah di dalamnya. Di dalamnya terdapat sir (rahasia) yang perlu kita ungkap. Bermula dari sabda rasul Al-hajju arafah dari sini banyak pendapatpendapat dan penafsiran, namun berbeda halnya apabila kita lihat dari sudut pandang hikmah,kalimat al-hajju sebenarnya adalah akar dari kalimat hujjah yang bermakna argumentasi, dengan arti ini, maka haji sebagai alasan tertinggi untuk menggapai islam yang kaffah. Dalam bukunya, DR. Syarif, MA menjelaskan :
Teks-teks Al-quran menjelaskan bahwa Haji sebagai hujjah tertinggi dalam menggapai islam.3

Sedangkan kalimat Arafah berasal dari kalimat arafa - yarifu yang bermakna kenal, tahu, mengerti, yang dalam ilmu taswuf di kenal dengan istilah Marifah ( kenal Allah melalui sifat dan ayat-ayat Allah ). Oleh karena itu, pada hakikatnya ibadah Haji adalah upaya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan jalan mngenal Baitullah terlebih dahulu. Dalam hal mengenal Baitullah ini, Allah SWT memerintahkan kita untuk berhaji ke Baitullah, dalam surat Ali imran ayat 97 Allah SWT berfirman : . Bagi Allah, atas manusia (mukmin) berhaji ke baitullah, yaitu orang-orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke baitullah.

Syarif, Tafsir tarbawi mengenal ontologi agama berbasis hikmah. Pontianak: STAIN Pontianak Press. 2011

Selanjutnya, yang menjadi pertanyaan adalah apa itu baitullah?, apakah baitullah itu adalah kabah yang ada di mekkah itu? Apakah kita harus kesana terlebih dahulu untuk mengenal Allah? Bagaimana dengan orang yang tidak punya biaya?

pertanyaan tersebut terus berlanjut apabila kita terus memahami bahwa baitullah itu adalah kabah yang di mekkah itu. Dalam bukunya, Dr. Syarif MA. menjelaskan:
Teks-teks Al-quran menjelaskan bahwa Haji sebagai hujjah tertinggi dalam menggapai islam yaitu untuk memperoleh keselamatan adalah harus terkait dengan: pertama, kepahaman tentang baitullah.
4

Jadi, langkah awal kita untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan mengenal baitullah terlebih dahulu. Pada hakikatnya baitullah yang sebenarnya bukanlah yang berbentuk fisik yang kita lihat di mekkah sana, kabah hanyalah simbol dan tanda dari baitullah yang sebenarnya.

Seorang yang berhasil mengenal baitullah yang sesungguhnya dan masuk ke dalamnya akan merasa aman dari segala ketakutan dan ancaman, inilah esensi dari baitullah sesungguhnya. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam Al-quran surat Ali imran ayat 97: "Barang siapa yang masuk ke baitullah itu, menjadi amanlah dia Sepatutnya dan sudah menjadi kewajiban kepada kita untuk menghormati Allah SWT ketika kita masuk kesana, karena kita termasuk tamu-tamu Allah SWT yang di berikan jaminan oleh Allah berupa keamanan di dalam baitullah.

Syarif, Tafsir tarbawi mengenal ontologi agama berbasis hikmah. Pontianak: STAIN Pontianak Press. 2011

Maka tidak berlebihan ketika kita masuk ke dalam simbol dan tanda baitullah yaitu kabah itu, kita juga harus memuliakan sesuatu apapun yang ada di dalamnya, termasuklah kita dilarang membunuh hewan ketika kita ada di tanah haram, menebang pohonnya dan seterusnya.

Siapakah orang yang mampu pergi ke baitullah? Pertanyaan inilah yang harus kita cermati bersama, bahwa orang yang mampu pergi ke baitullah hanyalah orang yang sadar dan dapat merasakan seruan yang mengajak ke baitullah dalam dadanya. Inilah hakikat orang yang mampu pergi ke baitullah. Allah SWT berfirman dalam AL-quran surat Al-hajj ayat 27 :

Dan serulah yang di dalam manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus,yang datang dari segenap penjuru yang jauh.
Dalam bukunya Dr. Syarif, MA menulis :
Siapa yang bisa datang, itulah yang diseru5

Jadi, hanya orang-orang yang diserulah yang dapat datang ke baitullah. Yakni orang-orang yang beribadah kepada Allah SWT dengan khusyu dan ikhlas, bukan orang-orang yang hanya menganggap ibadah hanya ritual dzahir saja tentunya.

Syarif, Tafsir tarbawi mengenal ontologi agama berbasis hikmah. Pontianak: STAIN Pontianak Press. 2011

BAB III Penutup A) Kesimpulan Haji menurut bahasa berarti menyengaja sesuatu. Sedangkan menurut syara haji adalah menyengaja atau sengaja mengunjungi kabah untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat haji
1. Islam 2. Baligh 3. Berakal sehat 4. Merdeka 5. Mampu

Salah satu hikmah dari haji yang sebenarnya adalah jiwa yang semakin mndekat kepada Allah, merasa tenang dalam lindungan Allah SWT.

B) Saran

Segala syukur kita haturkan kepada Dzat yang maha Agung yang telah memberikan kepada penulis sebuah inspirasi yang insya Allah bermanfaat sebagai bentuk kasih sayang Dzat maha Dahsyat kepada hambanya. Serta shalawat salam kepada Rasul-Nya yang dimuliakan sebagai pintu gerbang terbukanya segala ilmu dari Dzat pembuat ilmu yang maha mengetahui. Selanjutnya sebagai manusia yang pasti mempunyai salah dan lupa, penulis mengharapkan saran dan kritik dari saudara pembaca yang budiman guna kesempurnaan makalah ini dan makalah yang mendatang dan untuk penyemangat bagi penulis khususnya dan teman-teman pembaca yang budiman umumnya. Demikian makalah ini penulis buat dengan inayah Allah dan akhir kata penulis ucapkan selamat meraih kesuksesan dunia akhirat

DAFTAR PUSTAKA Abdul Karim, Khalil, Syariah; Sejarah Perkelahian Pemaknaan, LKiS, Yogyakarta, 2003 http://id.shvoong.com /humanities/religion-studies/2071359-pengertianhaji/ Syarif, Tafsir tarbawi mengenal ontologi agama berbasis hikmah. Pontianak: STAIN Pontianak Press. 2011

Anda mungkin juga menyukai