Disusun Oleh :
1. Syafrudin
2. Uripah
3. Apip
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON (IAI BBC)
Jl.Widarasari III Tuparev – Cirebon, Telp. (0231) 246215,Email:staibbc.cirebon@gmail.com
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini, shalawat serta salam kita haturkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita di jalan yang baik. Makala ini penulis
buat atas tugas yang diberikan dosen pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang
berjudul “Fiqih Ibadah“
Dalam penyusunan makala ini penulis banyak mendapat bantuan, untuk itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih, dan tak lupa penulis juga sadar makalah ini masih banyak
kekurangan maka penulis sangat mengharapkan kritikan maupun saran yang sifatnya
membangun untuk kesempurnaan penyusunan makala yang baik dan benar.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ibadah Haji adalah rukun Islam kelima setelah syahat, shalat, zakat dan puasa yang wajib
dilaksanakan oleh setiap orang islam yang memenuhi syarat isitaah, baik secara finansial,
fisik, maupun mental dan merupakan ibadah yang hanya wajib dilakukan sekali seumur
hidup. Ibadah haji adalah bentuk ritual yahunan yang dilaksanakan kaum muslim sedunia
dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi
pada suatu waktu yang dikenal sebagai bulan haji (bulan dzulhijjah). Hal ini berbeda dengan
ibadah umrah yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.
1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah akan dibahas dalam makalah ini antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan haji dan umrah?
2. Apa saja macam-macam haji?
3. Apa hukum Haji dan Umrah?
4. Apa syarat-syarat Haji dan Umrah?
5. Apa saja hikmah dan keutamaan Haji dan Umrah?
1.3.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan haji dan umrah.
2. Untuk mengetahui dan memahami macam – macam haji.
3. Untuk meggetahui apa hukum haji dan umrah
4. Untuk mengetahui apa syarat-syarat-syarat haji dan umrah
5. Untuk mengetahui apa saja hikmah dan ketamaan haji dan umrah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Haji
Secara terminologi haji berasal dari bahasa Arab yang mengandung arti qash,
yakni tujuan, maksud, dan menyengaja, berarti menyengaja atau menuju dan
mengunjungi. Menurut istilah syara’, haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat
tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu.
Menurut Hasbi Ash Shiddieqy dalam bukunya, Pedoman Haji menyatakan haji
menurut bahasa ialah menuju kesuatu tempat berulang kali atau menuju kepada sesuatu
yang dibesarkan.
Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum
muslim sedunia yang mampu secara material, fisik, dan keilmuan dengan berkunjung
dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu
waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan dzulhijjah).
Dari pengertian di atas saya bisa menyimpulkan, haji artinya mengunjungi Kabah
untuk mengerjakan thawaf, sai, wuquf dan ibadah lainnya karena Allah semata. Haji
diwajibkan bagi yang berakal, baligh, merdeka, mampu menempuh perjalanan serta
tersedianya dana baik bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarga yang ditinggalkannya.
Kewajiban mengerjakan haji hanya wajib sekali saja dalam seumur hidup sedangkan
selebihnya adalah sunnah.
2. Umrah
Dilihat dari segi bahasa umroh berarti meramaikan. Menurut Nurcholis Madjid
meramaikan berarti meramaikan tempat suci Makkah, yang di situ terletak Masjidil
Haram dan di dalamnya terdapat Ka’bah. Namun demikian umroh dalam konteks
ibadah tidak sekedar mempunyai arti meramaikan, melainkan lebih dari itu yaitu kita
dituntut agar bisa mengambil manfaat darinya.
Sedangkan Muhammad Taufiq Ali Yahya dalam bukunya Makkah, Manasik
Lengkap Umroh dan Haji serta Doa-doanya menyatakan, umroh menurut bahasa
umroh berarti ziarah secara umum. Sedangkan menurut syariat umroh berarti ziarah ke
baitullah Haram untuk menunaikan manasik tertentu seperti thawaf, sa’i dan taqshir.
B. Macam-Macam Haji
Dalam pelaksanaannya haji dibagi menjadi tiga macam yaitu: haji qiran, haji ifrad
dan haji tamathu.
1. Haji qiran, yaitu berihram di miqat dengan niat melaksanakan haji dan umrah secara
bersamaan, yang melaksanakan haji qiran tetap dalam keadaan ihwamnya sampai
selesai amalan haji dan umrahnya, kemudian tahallul awwal pada hari nahar (10
dzulhijjah) sesudah melontar Jumrah Aqabah dan tahallu tsani sesudah thawaf
ifadhah
2. Haji Ifrad, yaitu seorang yang berihram untuk melaksanakan ibadah haji saja, dia
tidak bertahallul dari ihwamnya sampai dia selesai melaksanakan manasik hajinya
pada tanggan 10 dzulhijjah.
3. Haji tamathu, yaitu berihrâm untuk umrah terlebih dahulu pada bulan Syawal,
Dzulqa’dah dan Dzulhijjah kemudian mengerjakan haji di tahun itu juga. Disebut
tamattu karena menunaikan dua macam ibadah (haji dan Umrah) di satu musim haji,
tanpa kembali dahulu ke kampung halamannya. Setelah niat atau ihram kemudian
mengerjakan semua amalan umrah hingga tahallul. Setelah itu boleh mengenakan
pakaian biasa lagi dan halal yang tadinya terlarang ketika ihrâm sambil menunggu
datangnya waktu ibadah haji. Tanggal 8 Dzulhijjah (hari tarwiyah) kembali berihrâm
untuk melaksanakan haji setelah sebelumnya melaksanakan semua sunah ihram.
adalah kewajiban manusia kepada Allah, yaitu bagi mereka yang sanggup
haji maka sesungguhnya Allah Mahakaya dari alam semesta ini.” (Ali Imran:
97)
lima perkara, yaitu syahadat bahwasanya tidak ada Dzat yang benar untuk
pergi haji lalu ia tidak berkata kotor [Ar-rafats: perkataan yang kotor] dan
a. Beragama islam
Orang kafir tidak diwajibkan dan tidak sah melaksanakan ibadah haji
b. Berakal sehaht
Haji tidak wajib bagi orang gila. Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi
yaitu, dari orang yang tidur sampai ia terbangun, dari anak-anak sampai
ia baligh, dan dari orang gila sampai ia sembuh dari gilanya.” [HR. Abu
Dawud]
c. Baligh
jika mereka melaksanakan ibadah haji maka haji mereka sah dan dianggap
Muslim]
f. Bersama Mahram
Ketika sudah memasuki usia senja, Nabi Ibrahim belum juga dikaruniai
keturunan. Sang istri (Sarah) sangat sedih melihat keadaan ini dan meminta Nabi
Ibrahim untuk menikahi Hajar. dari Hajar inilah Allah mengkaruniai Ibrahim seorang
anak bernama Ismail. Dan Sarah tidak mampu memendam rasa pilunya karena tidak
mendapatkan keturunan sepanjang perkawinannya dengan Nabi Ibrahim AS.
Nabi Ibrahim AS kemudian mengadukan permasalahannya kepada Allah. Lalu
Allah perintahkan Nabi Ibrahim membawa Ismail bersama Hajar untuk menjauh dari
Sarah. Nabi Ibrahimpun bertanya : “Yaa Allah, kemana aku harus membawa
keluargaku ?”
Allah berfirman : “Bawalah ke tanah Haram-Ku dan pengawasan-Ku, yang
merupakan daratan pertama Aku ciptakan di permukaan bumi yaitu Mekkah.”
Akhirnya dari bukit Marwa, hajar melihat ke arah Ismail. Dia heran, bayinya
tiba-tiba berhenti menangis. Hajarpun melihat air mengalir dari bawah kaki Ismail.
Hajar berlari dengan girang ke arah tempat bayinya. Dia berusaha menggali pasir,
membendung air yang mengalir tersebut sambil melafazkan kalimat “ZAM … ZAM”
(menampung). Sejak saat itu hingga sekarang, mata air tersebut dikenal di seluruh
penjuru dunia sebagai sumur Zam Zam.
Hajar hidup rukun dengan bangsa Jurhum hingga Ismail mencapai usia
remaja. Selanjutnya Allah SWT memerintahkan kepadaIbrahim untuk membangun
Ka’bah pada posisi Qubah yang telah Allah turunkan kepada nabi Adam AS. Tetapi
Nabi Ibrahim tidak mengetahui posisi Qubah itu, karena Qubah tersebut telah
diangkat lagi oleh Allah ketika terjadi peristiwa banjir besar di bumi pada masa Nabi
Nuh AS. Kemudian Allah mengutus Jibril untuk menunjukkan kepada Ibrahim posisi
Ka’bah. Kemudian Jibril datang membawa beberapa bagian Ka’bah dari surga. Dan
pemuda Ismail membantu ayahandanya mengangkat batu-batu dari bukit.
1. Ihram
Rukun yang utama dalam ibadah haji adalah berihram. Berihram dalam istilah
para ulama adalah masuk ke dalam suatu wilayah dimana keharaman-keharaman itu
diberlakukan dalam ritual ibdah haji. Di antara larangan-larangan itu misalnya
mengadakan akad nikah, berhubungan suami istri, membunuh hewan, memotong
kuku dan rambut, memakai wewangian atau parfum, mengenakan pakaian berjahit
buat laki-laki, ataumenutup wajah dan kedua tapak tangan bagi wanita dan
sebagainya. Sebagaimana firman Allah SWT :
Dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu.
(QS. Al-Maidah : 2)
2. Wukuf
Ibadah wuquf di Arafah hanya dilakukan setahun sekali saja, yaitu setiap
tanggal 9 bulan Dzulhijjah. Di luar tanggal tersebut, tidak ada wuquf di Arafah, dan
tempat itu hanya sebuah padang pasir yang terbentang luas tak berpenghuni.
Orang yang sekedar pergi umrah di luar musim haji tidak perlu melakukan
wuquf di Arafah. Kalau pun mereka mendatanginya, sekedar melihat-lihat dan tidak
ada kaitannya dengan ibadah ritual.
3. Tawaf
Thawaf adalah gerakan ibadah haji dengan cara berputar mengelilingi ka’bah
yang dimulai dari hajar aswad dan diakhiri di hajar aswad juga setelah tujuh putaran,
dengan menjadikan bagian kanan tubuhnya menghadap ke ka’bah.
Ada banyak jenis thawaf, namun yang termasuk rukun dalam ibadah haji
adalah thawaf ifadhah :
Thawaf ifadah dikerjakan oleh jamaah haji setelah kembali dari mengerjakan
wuquf di padang Arafah dan bermalam di Muzdalifah.
Thawaf ifadhah ini termasuk hal yang bisa ditinggalkan maka rangkaian
ibadah haji tidak sah, dan tidak bisa digantikan oleh orang lain.
Thawaf ifadhah ini sering juga disebut dengan tawaf Ziarah, thawaf rukun,
dan juga disebut sebagai thawaf fardhu.
Menempuh jarak yang terbentang antara Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali
pulang pergi setelah melaksanakan ibadah tawaf, dalam rangka manasik haji atau umrah.
Dasar dari ibadah sa’i adalah firman Allah SWT di dalam Al-Quran Al-Kariem:
Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah. Maka
barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, maka tidak ada dosa baginya
mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan
dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha
Mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 158)
Selain itu juga ada hadits nabi SAW yang memerintahkan untuk melaksanakan
ibadah sa’i dalam berhaji.
Bahwa Nabi SAW melakukan ibadah sa’i pada ibadah haji beliau antara Shafa dan
Marwah, dan beliau bersabda,”Lakukanlah ibadah sa’i, karena Allah telah mewajibkannya
atas kalian. (HR. Ad-Daruquthuny)
Rukun sa’i adalah berjalan tujuh kali antara Shafa dan Marwah menurut
jumhur ulama. Dasarnya adalah apa yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW bahwa
beliau melaksanakan sa’i tujuh kali. Dan juga didsarkan atas apa yang telah menjadi
ijma’ di antara seluruh umat Islam. Bila seseorang belum menjalankan ketujuh
putaran itu, maka sa’i itu tidak sah. Dan bila dia telah meninggalkan tempat sa’i,
maka dia harus kembali lagi mengerjakannya dari putaran yang pertama. Dan tidak
boleh melakukan tahallul bila sa’i belum dikerjakan. Sedangkan menurut Al-
Hanafiyah, rukunnya hanya empat kali saja. Bila seseorang telah melewati empat
putaran dan tidak meneruskan sa’inya hingga putaran yang ketujuh, dia wajib
membayar dam.
5. Al-Halqu wa At-Taqshir
Istilah al-halqu wa at-taqshir (( التقصیر و الحلقmaknanya adalah menggunduli rambut
dan menggunting sebagian rambut.
Para ulama diantaranya mazhab Al-Hanafiyah, AlMalikiyah dan As-Syafi’iyah
berpendapat bahwa tindakan itu bagian dari manasik haji, dimana tahallul dari umrah atau
dari haji belum terjadi manakala seseorang belum melakukannya.
Dasar ibadah ini adalah firman Allah SWT :
Haji menurut syara' ialah sengaja mengunjungi Ka'bah untuk melakukan beberapa
amal ibada dengan syarat-syarat tertentu
Syarat-syarat haji dan umah ialah islam, baligh, berakal sehat, merdeka, ada
bekalnya beserta tempatnya bila memang butuh tempat, ada kendaraannya, keadaan
perjalanan menurut perkiraan sangat aman.
Rukun haji yaitu ihram yang di sertai dengan niat, wukuf di tanah arafah, thawaf
di baitullah sebanyak 7 kali putaran, dan sa'i antara Shafa dan Marwah.
Wajib haji yaitu ihram dan miqad, berhenti di Mudzalifah sesudah tengah malam,
melontar Jumrah Aqobah, melontar 3 jumrah, berlama di mina, thawaf wada',
menjauhkan diri dari semua larangan atau yan di haramkan.
Sunah haji ialah mengerjakan ifrad, membaca talbih, tawaf qudum, bermalam di
Mudzalifah, mengerjakan sholat 2 rakaat karena tawaf, bermalam di mina, megerjaka
thawaf wada.
Hukum umrah adalah fardu 'ain atas tiap-tiap orang laki-laki atau perempuan,
sekali seumur hidup, seperti haji
Rukun umrah ialah ihram, thawaf, sa'i, dan mencukur atau menggunting rambut.
Cara-cara melaksanakan haji dan umrah ialah ifrad, qiran, tamattu'.
Larangan ketika ihram yaitu,
Untuk laki-laki yaitu : memakai pakaian berjahit, dan dilarang menutup kepala.
Untuk perempuan yaitu : menutup muka dan dua telapak tangan.
PENUTUP
Alhamdulillah, dengan memuji kepada Allah SWT serta berkat inayah,
petunjuk dan anugerah dari-Nya, akhirnya penulisan jilid keenam dari Seri Fiqih
Kehidupan ini sudah sampai di bagian akhir.
Tentu bukan berarti penulisan buku ini sudah selesai, dan juga tentu bukan
berarti sudah sempurna. Justru sebaliknya, penulis yakin sekali bahwa disana-sini
masih saja ada kekurangan dan kesalahan dari buku ini. Masih ada begitu banyak
yang belum dijelaskan oleh buku ini tentang ibadah haji yang memang unik. Dan
pastinya, masih ada halhal yang belum terlalu jelas diuraikan Penulis, sehingga
mungkin saja masih belum menjadi sumber informasi yang mendalam bagi pembaca.
Tentu semua itu harus dengan lapang hati penulis akui, sebagai bahan untuk
melakukan perbaikan-perbaikan yang insya Allah akan terus tetap dilakukan untuk
edisi mendatang.
Apalagi mengingat kebutuhan akan buku seperti ini cukup besar bagi banyak
khalayak. Sebab semangat dan keinginan untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci,
khususnya buat bangsa ini, tidak pernah mengalami penurunan. Sebaliknya, justru
semakin hari semakin membeludak saja jumlah calon jamaah haji yang ingin
memenuhi panggilan suci Nabi Ibrahim alaihissalam itu.
Di masa kini, setiap tahunnya pemerintah Saudi Arabia kebanjiran para tamu
Allah yang ingin menunaikan ibadah haji. Tidak kurang dari 3 juta orang memenuhi
padangArafah, Mina dan tempat suci lainnya. Dari sekian juta itu, terdapat tamu-tamu
Allah yang berkebangsaan Indonesia dengan jumlah tidak kurang dari 230 ribu
jamaah. Sungguh angka amat fantastis, apalagi bila dikaitkan dengan tingkat edukasi
umat atas fiqih haji yang secara umum masih agak memprihatinkan.
Dan bangsa Indonesia sendiri dalam kurun 30-an tahun belakangan ini
memang telah mengalami perubahan dalam gairah melaksanakan ajaran Allah,
khususnya ibadah haji.
Sebelumnya, bangsa ini mengalami demam sekulerisme, bahkan
islamophobia, dimana umat Islam umumnya tidak merasa perlu untuk berdekatan
dengan agama. Di masa itu, kantor, kampus dan sekolah masih sepi dari kegiatan
agama. Wanita yang menutup aurat masih dibilang orang kampung yang kesasar.
Pengajian dan dakwah diawasi dengan ketat, bahkan guru mengaji harus punya surat
izin.
Namun pendulum itu kemudian berbalik atas izin Allah SWT. Aktifitas
keislaman yang dahulu dibenci, ditakuti dan dianggap kampungan, konvensional dan
ketinggalan zaman, justru kini mendapat angin segar. Artis di TV pun sibuk memakai
kerudung, meski masih terbatas di bulan Ramadhan. Ceramah agama yang dahulu
diawasi, sekarang semua TV menyiarkannya, bahkan di jam tayang yang primadona.
Dan para pejabat, penguasa, artis serta selebiriti pun ramai-ramai menunaikan
ibadah haji ke Baitullah. Asalkan punya uang minimal 30-an juta, siapapun bisa
berangkat ke tanah suci.
Ada seorang pengusaha kaya yang bercerita, bahwa dirinya belum pernah
shalat seumur hidupnya, padahal lahir dalam keadaan muslim. Atas ajakan rekan-
rekan bisnisnya, dia pun diajak pergi ke tanah suci.
Begitu tiba di depan Ka’bah, dia kebingungan, karena seumur-umur belum
pernah shalat, dan sama sekali buta bagaimana caranyashalat. Akhirnya dia shalat
sejadi-jadinya sambil lirik kanan kiri, meniru gerakan shalat orang lain. Begitu pulang
dari tanah suci, barulah dia sadar bahwa dia perlu belajar agama Islam secara lebih
serius.
Dan apa yang diakui oleh pengusaha ini boleh jadi juga terjadi pada begitu
banyak jamaah haji. Bedanya, sang pengusaha ini dengan polos mengakui apa yang
dialaminya, sementara barangkali ada sekian banyak orang lain yang tidak siap untuk
mengakui, meski di dalam hati kecilnya, pasti ada keinginan untuk mendalami agama
Islam secara lebih serius.
Maka penulis tidak pernah berkecil hati atas semangat bangsa muslim terbesar
ini dalam menjalankan agamanya. Yang penulis risaukan adalah justru dalam
implementasinya, yang seringkali tanpa didasari dan dibekali dengan pengetahuan
yang cukup. Ibarat orang beramal, semangatnya sudah luar biasa, tetapi ilmunya tidak
punya.
Karena itulah buku ini tetap penulis rasakan sebagai sebuah kebutuhan yang
bersifat mutlak, khususnya bagi mereka yang akan segera datang ke tanah suci, dan
umumnya bukan umat Islam secara menyeluruh, yang membutuhkan edukasi secara
lebih lengkap.
Terakhir, penulis berharap buku ini dapat dimanfaatkan isinya, diamalkan
ilmunya, dan disampaikan ajarannya, sebagai amanat dari Nabi Muhammad SAW
kepada seluruh jajaran umat beliau. Semoga beliau SAW nanti menjadi saksi atas
amal dan dakwah kita, Amien.
DAFTAR PUSTAKA
Kitab Tafsir Al-Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Jami li Ahkamil Quran Al-Imam Ath-
Thabari, Dalailunnubuwah Mughni Al-Muhtaj jilid 1 hal. 459 Lisanul Arab Hasyiyatu
Ad-Dasuqi, jilid 2 hal. 2 Mughni Al-Muhtaj jilid 1 hal. 460 Bada'i'ush-shanai' jilid 2 hal.
226 Syarah Al-Kabir jilid 2 hal. 2, Al-Mughni jilid 3 hal. 241, Alfuru' jilid 3 hal. 243 Al-
Umm jilid 2 hal. 117-118, Raudhatut-talib jilid 2 hal. 456, Mughni Al-Muhtaj jilid 1 hal.
460 Al-Umm jilid 2 hal. 118 Asy-Syarhul Kabir jilid 2 hal. 28, Nihayatul Muhtaj jilid 2
hal. 442, Al-Mughni jilid 3 hal. 465 Al-Bada'i jilid 2 hal. 267, Al-hidayah jilid 2 hal. 204
Lisanul Arab pada madah farada Al-Bada'i jilid 2 hal. 120 Al-Mughni oleh Ibnu
Qudamah jilid 3 hal. 218 Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah jilid 17 hal. 28 Fathul Qadir jilid 2
hal. 125 Ad-Durr Al-Mukhtar jilid 2 hal. 194-199Nihayatul Muhtaj jilid 2 hal. 385 Fathul
Qadir jilid 2 hal. 126 Fathul Qadir jilid 2 hal. 147, Asy-Syarhul Kabirjilid 2 hal. 7 Asy-
Syarhul Kabir jilid 5 hal. 2-10 Al-Qawanin Al-Fiqhiyah hal. 140, Kasysyaf Al-Qina’ jilid
2 hal. 446-450 Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah jilid 39 hal. 233 Tafsir Al-Jami’ li Ahkamil
Quran jilid 2 hal. 65 Bidayatul Mujtahid jilid 1 hal. 315 Al-Mughni jilid 3 hal. 271 Al-
Fiqhul Islami wa Adillatuhu oleh Dr. Wahbah Az-Zuhaili jilid 3 hal. 451 Panah
At'Tabilin, II, h. 303 Fiqh 'ala al-Mazahib al-Arba'ah, ha1.640 Fiqh as-Sunnah jilid 1 hal.
658 Lisanul Arab Ibnu Qudamah, Al-Mughni, jilid 3 hal. 435 Ibnu Rusyd Al-Hafid,
Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, jilid 1 hal. 338 Fathul Qadir, jilid 2 hal. 156