Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FIQIH PRAKTIS

"HAJI"
DI

Oleh
Kelompok : 6

Anggota : JULIANA
NUR ANNISA TARIGAN

PUTRI NADILA PANGESTI.S

Dosen : ZULHAM WAHYUDANI SHI MA MSH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN)
ZAWIYAH COT KALA LANGSA TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT.atas segala rahmat dan hidayah-
Nya,sehigga makalah tentang Haji dapat terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini dapat terselesaikan


berkat bantuan dari berbagi pihak yeng terkait secara langsung maupun tidak langsung. Untuk
itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada.

1. Zulham Wahyudani SHI MA MSH Dosen mata kuliah Fikih Praktis

2. Semua pihak yang terkait dalam penulisan makalah ini

Penyusun menyadari bahwa makalah ini bukanlah sebuah proses akhir dari
segalanya,melainkan langkah awal yang masih memerlukan banyak koreksi,oleh karena itu
kritik dan saran sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat kepada semua pihak pada
umumnya dan pada penulis khususnya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Langsa, Oktober 2020

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab 1 Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulis

Bab 2 Pembahasan

A. Pengertian Haji
B. Rukun Haji
C. Syarat Haji
D. Wajib Haji
E. Sunah Haji
F. Cara mengerjakan Haji Dan Umroh

Bab 3 Penutup

A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam bertugas mendidik dzahir manusia, mensucikan jiwa manusia, dan
membebaskan diri manusia dari hawa nafsu. Dengan ibadah yang tulus ikhlas dan aqidah yang
murni sesuai kehendak Allah, insya Allah akan menjadi orang yang beruntung. Ibadah dalam
agama Islam banyak macamnya. Haji dan umroh adalah salah satunya. Haji merupakan rukun
iman yang kelima setelah syahadat, sholat, zakat, dan puasa. Ibadah haji adalah ibadah yang
baik karena tidak hanya menahan hawa nafsu dan menggunakan tenaga dalam
mengerjakannya, namun juga semangat dan harta.

Dalam mengerjakan haji, diperlukan penempuhan jarak yang demikian jauh untuk
mencapai Baitullah, dengan segala kesukaran dan kesulitan dalam perjalanan, berpisah dengan
sanak keluarga hanya dengan satu tujuan untuk mencapai kepuasan batin dan kenikmatan
rohani.

Untuk memperdalam pengetahuan kita, kami mencoba memberi penjelasan secara singkat
mengenai pengertian haji, rukun, syarat, wajib, dan sunnah haji.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian haji ?


2. Apa saja rukun dan syarat-syarat haji ?
3. Apa saja wajib dan sunnah nya haji ?
4. Bagaimana cara mengerjakan haji dan umrah ?

C. Tujuan Penulis

1. Mengetahui pengertian haji.


2. Mengetahui rukun dan syarat-syarat haji.
3. Mengetahui wajib dan sunnah.
4. Mengetahui cara mengerjakan haji dan umrah.
5. Mengetahui hikmah melaksanakan haji dan umrah.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian haji

Haji (Bahasa Arab : ‫ )حج‬adalah rukun Islam kelima yang wajib dilakukan oleh setiap orang
muslim dewasa jika sudah mampu secara fisik dan financial untuk mengadakan perjalanan ke
Tanah Suci, Arab Saudi minimal satu kali seumur hidup.
Secara bahasa, haji artinya berkunjung ketempat yang agung. Sedangkan secara istilah,
haji berarti berziarah ke tempat tertentu pada waktu-waktu tertentu untuk melakukan
amalan-amalan tertentu dengan niat ibadah.
Definisi berziarah ketempat tertentu, yaitu berkunjung ke Baitullah (Ka'bah), Padang
Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
Defenisi waktu-waktu tertentu, yaitu ibadah haji hanya dilakukan pada bulan-bulan haji
saja (Syawal, Zulkaidah dan Zulhijah).
Sedangkan definisi amalan-amalan tertentu, yaitu mengerjakan serangkaian ibadah seperti
rukun haji, wajib haji, tawaf, wukuf, sai, mabit di Minah dan Muzdalifah.

Hukum Haji

Mengerjakan haji hukumnya wajib bagi setiap orang muslim yang telah memenuhi syarat.
Syarat yang dimaksud adalah mampu secara fisik, ilmu dan ekonomi untuk mengadakan
perjalan ke Baitullah.
Kewajiban atas ibadah haji dijelaskan dalam firman Allah ta'ala berikut ini, yang artinya,

"Menunaikan haji adalah kewajiban manusia kepada Allah, yaitu bagi orang yang mampu
mengadakan perjalanan ke Baitullah." (QS. Ali 'Imran: 97)

B. Rukun Haji
Rukun haji merupakan sebagian amalan (perbuatan) yang tidak boleh ditinggalkan oleh
seseorang pada saat ia sedang melaksanakan ibadah haji. Dan apabilah rukun haji tersebut
ada yang tidak dekerjakan maka hajinya tidak sah.

Adapun rukun haji menurut mazhab Syafi'i, Maliki, Hambali dan Hanafi, yaitu:

Mazhab Syafi'i Mazhab Maliki


Ihram Ihram

Wukuf di Arafah Wukuf di Arafah

Tawaf Ifadhah Tawaf Ifadhah

Sa'i Sa'i

Tahalul

Tertib

Mazhab Hambali Mazhab Hanafi

Ihram Wukuf di Arafah

Wukuf di Arafah Tawaf Ifadhah

Tawaf Ifadhah

Sa'i

Sumber buku: "Ensiklopedia Haji & Umrah" (Halaman: 173-175)


Berikut penjelasan mengenai beberapa rukun haji diatas:
• Rukun Haji ke-1: Ihram
Ihram, yaitu beniat dari miqat ketika hendak memulai kegiatan ibadah haji, seperti
َ َ َ
mengucapkan Lafaz: ‫ ل َب ْيك الل ُه َم َح ًجا‬Yang artinya: "Ya Allah, kupenuhi panggilan-Mu untuk
berhaji"

• Rukun Haji ke-2: Wukuf di 'Arafah


Yang dimaksud Wukuf di Arafah ialah berdiam di padang Arofah dengan memperbanyak zikir
dan istighfar kepada Allah SWT. Waktu wukuf di arafah bermula dari tergelincirnya matahari
di Hari Arafah, yaitu pada tanggal 9 Zulhijah, sampai

terbit fajar pada Hari Raya Kurban. Apabila seseorang berwukuf di Arafah di luar waktu
tersebut, sama saja ia belum berwukuf. Itulah pendapat jumhur (mayoritas) ulama.

• Rukun Haji ke-3: Thawaf Ifadhah


Tawaf ziarah atau tawaf ifadah merupakan bagian dari rukun haji yang dilakukan setelah
wukuf di arafah. Kefarduan tawaf ini telah dikukuhkan dengan Al-Quran, Sunnah, dan ijmak.
Dalam Al Quran surat Al Hajj: 29, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
“…Dan hendaklah mereka melakukan Thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah
Ka'bah).”

Dengan teks Al-Quran tersebut para ulama sepakat bahwa itu adalah perintah untuk
melakukan tawaf ziarah (tawaf ifadah).
Tawaf ifadah berjalan mengelilingi Ka'bah nan agung sebanyak 7 kali putaran dengan syarat;
suci dari hadas dan najis baik badan maupun pakaian, menutup aurat, Kakbah berada di
sebelah kiri kita saat mengelilinginya, dan kita harus memulai tawaf dari hajar aswad (batu
hitam) yang terletak di salah satu pojok Ka'bah.

• Rukun Haji ke-4: Sa’i


Dalam hadits riwayat Ahmad (XII/76, no. 277), Rasulullah SAW bersabda
“Kerjakanlah sa’i, sesungguhnya Allah telah mewajibkan sa’i atas kalian”.

Sa’i adalah berjalan dari bukit Safa ke bukit Marwah sebanyak tujuh putaran dan berakhir di
bukit Marwah. Dalam haji, Sa'i dilakukan setelah tawaf qudum.

• Rukun Haji ke-5: Tahalul


Tahalul, adalah mencukur atau memotong rambut paling sedikit tiga helai rambut di sekitar
bukit Marwa (tempat terakhir melaksanakan sa'i).

• Rukun Haji ke-6: Tertib


Tertib, artinya rukun-rukun haji diatas harus dilakukan secara berurutan, yaitu dengan
mendahulukan ihram atas rukun lainnya, kemudian wukuf, lalu tawaf dan seterusnya.

C. Syarat Haji
Syarat haji adalah segala hal yang harus dipenuhi seseorang sehingga diwajibkan baginya
untuk melaksanakan haji, dan apa bila syarat-syarat tersebut ada yang tidak dipenuhi maka
gugurlah kewajiban melaksanakan haji baginya.
Adapun syarat-syarat haji yaitu;
• Syarat Haji ke-1: Islam
Orang yang mengerjakan haji wajib beragama Islam. Jika ada orang non Islam ingin berhaji,
tentu saja ia harus bersyahadat terlebih dahulu, lalu melakukan kewajibannya sebagai islam
seperti sholat, puasa, zakat dan ibadah-ibadah lainnya.
• Syarat Haji ke-2: Berakal
Maksudnya waras atau tidak gila. Konsekuensinya, orang yang tidak berakal tidak terkena
beban kewajiban agama. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits;
"Pena Diangkat (kewajiban digugurkan) dari tiga (golongan); Orang yang tidur sampai
bangun, anak kecil hingga bermimpi (baligh), dan orang gila hingga berakal (sembuh)." (HR.
Abu Daud, no. 4403)
• Syarat Haji ke-3: Baligh
Baligh adalah telah sampainya usia seseorang pada tahap kedewasaan sehinggasudah bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Artinya anak kecil yang belum baligh
tidak diwajibkan untuk berhaji sampai ia menginjak usia baligh. Hal ini sudah dijelaskan dalam
hadits diatas [HR. Abu Daud, no. 4403]
• Syarat Haji ke-4: Merdeka
Orang yang bebas atau bukan budak yang terikat tanggung jawab pada tuannya.
• Syarat Haji ke-5: Mampu
Syarat haji ini secara khusus disebutkan dalam firman Allah ta'ala, yang artinya;
"Menunaikan haji adalah kewajiban manusia kepada Allah, yaitu bagi orang yang mampu
mengadakan perjalanan ke Baitullah." (QS. Ali 'Imran: 97)
Mampu yang dimaksud dalam syarat haji ini, ialah:
- Mampu membayar biaya perjalanan haji PP
- Mampu mencukupi nafkah untuk keluarga yang di tinggalkan
- Mampu melunasi hutang-hutangnya (jika ada)
- Mampu secara fisik dan Ilmu Manasik
Jika hal-hal tersebut belum bisa dipenuhi maka gugur kewajiban haji seseorang karena
dianggap belum mampu dari dari pandangan agama.

D. Wajib Haji
Wajib haji yaitu melakukan beberapa aktivitas yang diperintahkan pada saat berhaji. Jika
aktivitas-aktivitas wajib haji tersebut ada yang tidak dikerjakan karena lupa maka diharuskan
menggantinya dengan membayar dam.

Sebagaimana dalam sebuah hadits Rasulullah berikut ini,


“Barang siapa meninggalkan suatu ibadah wajib dalam haji atau lupa, maka dia wajib
menyembelih kurban”. (Hadits Riwayat Malik)
Berikut aktivitas-aktivitas yang termasuk wajib haji menurut empat mazhab:

Mazhab Syafi'i Mazhab Hanafi


Ihram dari Miqat Sa'i
Nanti di Muzdalifah Wukuf di Muzdalifah
Melontar jumrah Melontar jumrah
Mabit di Mina Mencukur rambut
Tawaf Wada' Tawaf Wada'

Mazhab Maliki Mazhab Hambali


Haji Ifrad Ihram dari Miaqat
Ihram dari Miqat Mabit di Muzdalifah
Membaca talbiyah Melontar Jamarah
Tawaf Qodum Mabit di Mina
Mabit di Muzdalifah Tawaf wada'
Melontar jamarat Wukuf di Arafah
Mencukur rambut Mencukur Rambut
Shalat thawaf
Mabit di Mina
Al-Jam'u di Arafah dan Muzdalifah
Sumber buku: "Ensiklopedia Haji & Umrah" (Halaman: 175-177)

E. Sunnah Haji
Sunnah haji maksudnya adalah jenis amalan ibadah yang dapat menambah pahala bila
dikerjakan. Amalan ini sebagai pelengkap pelaksanaan haji. Bila tidak dikerjakan juag tidak
mengapa karena tidak berdosa. Apa saja yang termasuk amalan sunnah dalam haji?
Berikut diantaranya:
• Mandi besar sebelum berniat dan mengenakan ihram.
• Menggunakan wangi-wangian sebelum ihrom bagi laki-laki.
• Melantunkan Talbiyah berulang kali.
• Melantunkan doa saat memasuki kota Mekkah.
• Mengucapkan doa saat memasuki Masjidil Haram.
• Memanjatkan doa saat melihat Ka’bah.
• Melakukan Thawaf Qudum.
• Tarwiyah di Mina.
• Mencium Hajar Aswad.
• Sholat di Hijr Ismail.
• Minum air Zam-zam.
• Melaksanakan thawaf sunnah selama di Mekkah.
Keutamaan Haji
Ada banyak sekali keutamaan dalam ibadah haji, beberapa diantaranya yaitu:
1. Haji adalah amalan yang paling utama.
Dari Abu Hurayrah r.a. Rasulallah saw ditanya :
"Apa amalan yang paling utama?" Beliau menjawab, "Beriman kepada Allah." Kemudian apa
lagi?" Beliau menjawab, "jihad dijalan Allah." Kemudian apa lagi?"
"Haji mabrur", jawab Rasullallah. (H.R Bukhari no 1519)"
2. Orang Berhaji dijamin masuk Surga jika Mabrur. 'Abdullah Ibn Mas'ud r.a.
meriwayatkan bahwa Rasulallah saw. pernah bersabda, yang artinya:
“Iringilah haji dengan umrah, karena keduanya menghilangkan kefakiran dan dosa-dosa
laksana api yang menyala-nyala mencairkan besi, emas, serta perak, dan tiada pahalah untuk
haji yang mabrur selain surga." (HR. al-Tirmizi serta disahihkan oleh al-Nasa'i dan Ibn Majah)
3. Orang Berhaji adalah tamu Allah yang Do'anya akan dikabulkan.
Dari Ibnu ‘Umar, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, yang artinya:
“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang berhaji serta berumroh adalah tamu-tamu
Allah. Allah memanggil mereka, mereka pun memenuhi panggilan. Oleh karena itu, jika
mereka meminta kepada Allah pasti akan Allah beri” (HR. Ibnu Majah no 2893. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

F. Tata cara haji dan umroh


Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima. Ibadah haji wajib dilakukan bagi umat muslim
yang mampu. Mampu ini memiliki arti mampu secara fisik, mental dan juga finansial.
Kalau dilihat dari sejarahnya, sesungguhnya ibadah haji termasuk ibadah yang paling kuno. Sebab
ibadah haji sudah ada sejak zaman Nabi Ibrahim dan putra beliau, Nabi Ismail.
Haji memiliki banyak persamaan dengan umroh. Namun, kedua ibadah ini juga mempunyai
perbedaan mendasar terkait waktu dan hukum pelaksanaannya. Dilansir brilio.net dari berbagai
sumber, perbedaan waktu pelaksanaan haji dan umrah adalah waktu pelaksanaannya.
Dimana ibadah haji hanya dapat dilaksanakan pada awal bulan Syawal hingga bulan Zulhijah,
seperti yang sudah dijelaskan firman Allah dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 197

Al hajju asy-hurum ma'lumaat, fa man farada fiihinnal-hajja fa laa rafasa wa laa fusuqa wa laa jidaala
fil-hajj, wa maa taf'alu min khairiy ya'lam-hullaah, wa tazawwadu fa inna khairaz-zaadit-taqwaa
wattaquni yaa ulil-albaab
Artinya:
"Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam
bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di
dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah
mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah
kepada-Ku hai orang-orang yang berakal."
Dalam tafsir ayat tersebut, waktu pelaksanaan ibadah haji ialah bulan-bulan yang dimaklumi, mulai
dengan bulan Syawal dan berakhir pada sepuluh hari (pertama) di bulan Zulhijah.

Sementara itu, Umrah dapat dilakukan kapan saja sepanjang tahun, karena di dalamnya tidak
terdapat rukun wukuf di Arafah, yang dilakukan pada 9 Zulhijah.

Allah menyuruh umat muslim untuk menyempurnakan ibadah haji dan umroh karena Allah, seperti
dalam Alquran penggalan surat Al Baqarah ayat 196 yang berbunyi:

Wa atimmul-hajja wal-'umrata lillaah


Artinya:
"Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah."

1. Tata Cara Ibadah Haji


Ibadah haji adalah ibadah yang disyariatkan di masa ketika Rasulullah telah berhijrah meninggalkan
kota kelahiran beliau Mekkah Al-Mukarramah menuju ke tempat tinggal yang baru, Al-Madinah Al-
Munawarrah. Seperti firman Allah pada Alquran surat Ali Imran ayat 97

Fiihi aayaatum bayyinaatum maqaamu ibraahiim, wa man dakhalahu kaana aaminaa, wa lillaahi 'alan-
naasi hijjul-baiti manistataa'a ilaihi sabiilaa, wa mang kafara fa innallaaha ganiyyun 'anil-'aalamiin
Artinya:
"Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa
memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia
terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
semesta alam."Adapun tata cara ibadah Haji adalah sebagai berikut:Sebelum memulai, kita harus
membaca niat Haji.

nawaitul hajja wa ahramtu bihi lillahi ta’ala labbaika Allahumma hajjah


Artinya:
"Aku niat melaksanakan haji dan berihram karena Allah Swt. Aku sambut panggilan-Mu, ya Allah
untuk berhaji."
1. Sebelum tanggal 8 Dzulhijjah, semua jamaah haji mulai untuk melaksanakan Tawaf Haji di
Masjidil Haram (Makkah).
2. Tanggal 8 Dzulhijjah (Hari Tarwiyah) disebut dengan hari tarwiyah, karena para jama’ah haji
menyiapkan bekal secukupnya untuk menuju mina dan padang arafah, karena kedua tempat
tersebut tidak ada sumber air.
3. Jamaah haji melakukan ihram untuk ibadah haji, dimulai dengan mandi, memakai wewangian
serta mengenakan pakaian ihram, sambil ber-talbiyah mengucapkan.
4. Berangkat menuju Mina dan setelah di Mina, mereka mendirikan shalat zhuhur, ashar, maghrib
dan isya serta shalat subuh. Setiap shalat dikerjakan pada waktunya, namun shalat yang jumlah
rakaatnya empat diqashar sehingga menjadi dua rakaat. Para jamaah tetap berada di Mina
sampai matahari terbit pada tanggal 9 Dzulhijjah.
5. Tanggal 9 Dzulhijjah, pagi harinya semua jamaah haji menuju ke padang Arafah untuk
melakukan wukuf. Kemudian semua jamaah haji melaksanakan ibadah Wukuf, yaitu berdiam diri
dan berdoa di padang Arafah hingga Maghrib tiba. Disunnahkan bagi jama’ah untuk singgah di
namirah dan jika memungkinkan berdiam di sana hingga matahari tergelincir, jika
memungkinkan.
Namirah adalah sebuah tempat yang terletak dekat perbatasan arafah, apabila matahari
tergelincir, dan masuk maktu zhuhur. Disunnahkan bagi imam atau orang yang diwakilkan untuk
menyampaikan khutbah di hadapan para jama’ah, berkenaan dengan kondisi kaum muslimin,
agar kembali memperbaharui tauhid, hukum-hukum seputar ibadah haji, dan perkara-perkara
penting lainnya.
6. Waktu wukuf di arafah mulai dari terbit fajar tanggal 9 dzulhijah hingga terbit fajar tanggal 10
dzulhijah. Barang siapa yang melakukan wukuf pada waktu tersebut walaupun sebentar, maka ia
dianggap telah mengerjakan wukuf, dan hajinya sah.
Barang siapa yang tidak mengerjakan wukuf pada waktu tersebut maka hajinya tidak sah,
sebagaimana yang diriwayatkan dalam dari ibnu ‘abbas hadits marfu’ “barang siapa yang
mengerjakan wukuf sebelum matahari terbit (pada tanggal 10 dzulhijjah) maka ia telah
mengerjakan haji”. [Disahihkan oleh Al-Albani (No. 5995) dalam shahihul jami’.
7. Tanggal 9 Dzulhijjah malam, semua jamaah haji menuju ke Muzdalifah untuk mabit (bermalam di
muzdalifah) dan mengambil batu untuk melontar jumroh secukupnya.
8. Tanggal 9 Dzulhijjah tengah malam atau setelah melakukan mabit, jamaah haji meneruskan
perjalanannya ke Mina untuk melaksanakan ibadah melontar Jumroh.
9. Pada Tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah haji melaksanakan ibadah melempar Jumroh yaitu sebanyak
7x ke Jumrah Aqabah sebagai simbol untuk mengusir setan. Dilanjutkan dengan tahalul yaitu
mencukur rambut atau sebagian rambut.
10. Jika jamaah mengambil nafar awal maka dapat dilanjutkan perjalanannya ke Masjidil Haram
untuk Tawaf Haji atau menyelesaikan Haji.
11. Sedangkan jika mengambil nafar akhir, jamaah haji tetap tinggal di Mina dan dilanjutkan dengan
melontar jumrah sambungan, yaitu jumrah ‘Ula dan jumrah Wustha.
12. Tanggal 11 Dzulhijjah, jamaah haji melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu
kedua, dan tugu ketiga.
13. Tanggal 12 Dzulhijjah, jamaah haji melempar jumrah sambungan (wusta) di tugu pertama, tugu
kedua, dan tugu ketiga.
14. Kemudian yang terakhir Jamaah haji kembali ke Makkah untuk melaksanakan Tawaf Wada’ yaitu
Tawaf perpisahan sebelum pulang ke negara masing-masing.

Cara Pelaksanaan Haji


Secara umum pelaksanaan haji bisa dilakukan dengan tiga cara, yaitu haji Ifrad, haji Qiran, dan
haji Tamattu'. Berikut penjelasan terkait tiga cara pelaksanaan haji tersebut:
1. Haji Ifrad
Maksud dari haji Ifrad adalah orang yang berhaji melakukan ihram hanya untuk haji saja. Bagi
mereka yang akan melaksanakan umroh wajib ataupun sunah boleh dilakukan setelah
kegiatan hajinya selesai.
2. Haji Qiran
Haji Qiran adalah proses pelaksanaan haji yang digabung dengan mengerjakan amalan umrah
dalam waktu bersamaan. Adapun amanlan pelaksanaan haji Qiran yang digabung dengan
amalan umroh tersebut, yaitu tawaf dan sai.
Gambaran pelaksanaan haji Qiran menurut mazhab Hanafi adalah berihram untuk umroh dan
haji dari batas miqat, dengan mengucapkan niat haji dan umrah,
"Ya Allah, aku hendak berhaji dan umrah. Mudahkanlah keduanya bagiku dan terimalah
keduanya dariku"
3. Haji Tamattu
Haji Tamaattu' adalah proses pelaksanaan haji dengan mengerjakan ibadah umrah terlebih
dahulu baru kemudian melaksanakan ibadah haji.

Berikut skema untuk Haji Tamattu;


2. Tata Cara Ibadah Umroh

Sama seperti melaksanakan ibadah haji, kita harus membaca niat umroh terlebih dahulu

nawaitul 'umrata wa ahramtu bihi lillahi ta'ala labbaika Allahumma umratan.


Artinya:
"Aku niat melaksanakan umroh dan berihram karena Allah Swt. Aku sambut panggilan-Mu, ya Allah
untuk berumroh."
1. Melakukan persiapan umroh yaitu dengan membersihkan diri dari kotoran dan najis.
2. Berniat Ihram dari Miqot dengan membaca "Labbaik Umroh". Miqot merupakan tempat yang
ditentukan Rasulullah SAW untuk jamaah berucap ihram pertama, bagi yang punya niatan haji
atau umroh.
3. Menuju ke Mekkah dengan memperbanyak bacaan talbiah "Labbaik Allahumma labbaik.
Labbaik laa syariika laka labbaik. Innalhamda wan nimata, laka wal mulk, laa syariika lak".
4. Melakukan Thawaf, dengan ilakukan 7 putaran, dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir di Hajar
Aswad pula. Saat proses tersebut, juga disunnahkan berlari-lari kecil pada 3 putaran pertama
dan berjalan biasa pada 4 putaran terakhir.
5. Menuju maqam Nabi Ibrahim dengan rakaat pertama membaca surat Al-Fatihah dilanjutkan
dengan membaca surat Al-Kaafiruun. Rakaat kedua membaca surat Al-Fatihah dilanjutkan
dengan membaca surat Al-Ikhlas.
6. Melakukan Sai yang merupakan berlari-lari kecil diantara Bukit Shafa dan Marwa. Saat di Bukit
Shafa, jamaah diperintahkan untuk naik ke atas bukit, lalu menghadap Kabah dari atas. Dan
bacalah sebanyak 3x "Laa illaha illallahu wahdahulaa syariikalahuu, lahuulmulku wa lahuul
hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa 'alaa kullii syai'in qadiir" saat melihat ka'bah.
7. Bertahallul sebagai bentuk akhir pelaksanaan ibadah umroh untuk laki-laki lebih baik dicukur
sampai gundul, tapi jika tidak sampai gundul tidak mengapa. Sedangkan untuk tata cara umroh
wanita hanya dicukur ala kadarnya.

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibadah haji merupakan salah satu rukun islam yang wajib dilaksanakan bagi yang
mempunyai kemampuan baik rohani, jasmani, serta rezeki yang berlebihan. Disamping itu,
perlu adanya kesadaran dan perjuangan penegakkan hak-hak bagi calon jamaah yang hendak
melaksanakannya. Dan selain kemampuan rohani maupun jasmani nya, sesorang yang akan
berangkat haji harus memiliki niat yang kuat juga dalam hatinya, agar perjalanan haji nya
akan berjalan dengan lancar.
Dalam prosedur pengelolaan haji terdapat alur dari pendaftaran haji yang didalamnya
menjelaskan syarat-syarat pergi haji atau syarat pendaftaran, alur pendaftaran, dan setelah
semua urusan pada bagian pendaftaran selesai lanjut kepada pelunasan pembayaran pergi
haji pada saat waktu yang telah ditentukan. Dan seorang jamaah haji yang ingin melakukan
pembatalan untuk pergi haji harus melampirkan beberapa dokumen yang mendukung untuk
kelancaran dalam proses pembatalan pergi haji nya.
Selain dari pengelolaan pendaftaraan maupun pembatalan pergi haji, ada juga
menjelaskan mengenai pengelolaan dana pergi haji dan itu semua sudah diatur dalam
undang- undang. Dan juga membahas mengenai monopoli haji yang bersangkutan dengan
masalah transportasi, akomodasi, pemomdokkan, hingga manajemen penyedia makanan
untuk para jamaah haji dan penggunaan dana penyelenggara ibadah haji yang masih bersifat
tertutup sehingga dapat berpeluang terjadinya penyimpangan.
Dan pembenahan untuk penyelenggaraan haji dimasa depan, forum reformasi haji
indonesia mengeluarkan beberapa rekomendasi yang menjelaskan penyelenggaraan haji
nantinya akan melakukan pembetukkan badan pengelola haji yang khusus dibidang haji dan
dana ibadah haji yang bersifat tertutup dihapuskan, serta penyelenggaraan jamaah haji
standar pelayanannya harus menyangkut keamanan dan kenyamaan para calon jamaah haji
dengan lebih meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraannya.

B. Saran

Saat sekarang ini model pengelolaan haji banyak menimbulkan masalah seperti
pengelolaan dana haji yang selama ini terkesan tertutup, baik dalam perencanaan maupun
penggunaan anggarannya dan juga penyelenggaraan haji yang diwarnai praktek korupsi
dikarenakan pengelolaan dana yang tidak jelas.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka kebijaksanaan yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut :

1. Seharusnya sudah ada reformasi dalam pengelolaan haji ini, dengan kata lain badan
penyelenggaraan haji sudah harus dibenahi.

2. Dana haji yang bersifat tertutup, harus segera diatasi dengan mengkonfirmasi atau
membuatkan catatan mengenai pengelolaan dana haji tersebut.

3. Harus lebih memperhatikan lagi dana-dana para calon jamaah haji yang dikeluarkan dan
harus membuatkan catatannya yang telah mendapat izin sah atas penggunaaan.
DAFTAR PUSTAKA

1. H.R. Abu Daud, no. 4403

2. Quran Surat Ali 'Imran: 97

3. Quran Surat Al Hajj: 29

4. H.R Ahmad XII/76, no. 277

5. Hadits Riwayat Malik

6. H.R. Bukhari no. 1519

7. H.R. al-Tirmizi, al-Nasa'i dan Ibn Majah

8. H.R. Ibnu Majah no 2893

9. Quran Surat Albaqarah: 197

10. Buku: "Ensiklopedia Haji & Umrah"

Penulis : KH. Ahmad Chodri Romli

Cetakan Pertama, Maret 2018

Penerbit: DIVA Press

11. Yufid.TV :Video Skema Haji & Umrah

Sumber : https://www.lapakumroh.com/id/haji

Anda mungkin juga menyukai