Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FIQH IBADAH

“HAJI”

Dosen Pengampu: Amin Nur Hidayah

Disusun Oleh Kelompok 7:

1. Dyah Ayu Tiara R (165211056)


2. Latif Wahyu Pamungkas (165211085)
3. Ninit Aprilianingrum (165211071)
4. Siti Baroroh (165211073)
5. Dwi Pratiwi (165211081)

2B MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKATA

2016/2017
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Haji, Syarat Haji, Rukun Haji, dan Wajib Haji
B. Tahapan Haji
C. Jenis-Jenis Haji

BAB III PENUTUP


Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ibadah Haji merupakan rukun islam yang ke lima. Dimana ibadah haji itu
diwajibkan bagi umat islam yang mampu melaksanakannya. Bagi umat islam di
berbagai negara, ibadah haji dianggap sebagai puncak dari segala ibadah.
Didalam Rukun Islam, ibadah haji diperintahkan oleh Allah SWT setelah
adanya perintah membaca dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, berpuasa di bulan
Ramadhan dan membayar zakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Haji, Syarat Haji, Rukun Haji, dan Wajib Haji?
2. Bagaimana tahap-tahap Haji ?
3. Apa saja jenis-jenis Haji ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Haji, Syarat Haji, Rukun Haji, dan Wajib Haji
2. Untuk mengetahui tahap-tahap Haji
3. Untuk mengetahui jenis-jenis Haji
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Haji dan Umrah, Syarat Haji, Rukun Haji Serta Wajib Haji
1. Pengertian Haji dan Umrah
Haji secara bahasa adalah Al-Qasdu yang artinya menyengaja atau
mengunjungi. Sedangkan secara istilah, haji adalah berkunjung ke Baitullah untuk
beribadah kepada Allah SWT, dengan syarat-syarat dan rukun-rukun serta
beberapa kewajiban tertentu dan dilaksanakan dalam waktu tertentu. Ibadah haji
hukumnya wajib bila mampu. Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam. Sebagai
bentuk ibadah, tata cara pelaksanaan haji harus sesuai dengan perintah Allah dan
dilakukan seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Jika prosesnya tidak
dilakukan dengan benar dan salah satu dari rukunnya terabaikan, maka ibadah
hajinya dianggap tidak sah.
Umrah dari kata I’timar artinya berziarah. Menurut istilah, umrah berarti
berkunjung ke Baitullah untuk beribadah kepada Allah SWT, dengan syarat-syarat
dan rukun-rukun serta beberapa kewajiban lainnya yang telah ditentukan oleh
syarak. Setiapa orang yang ingin menegrjakan ibadah haji harus mengerjakan
ibadah umrah terlebih dahulu. Mengerjakan ibadah umrah adalah sunnah.
Waktu pelaksanaan ibdah haji dengan umrah berbeda, dimana umrah dapat
dilakukansepanjang tahun dan kapan saja, akan tetapi pelaksanaan ibdaha haji
hanya pada bulan-bulan tertentu. Ibadah haji dilakukan pada tanggal 8,9,10,11,12,
dan 13 Zulhijjah. Pelaksanaan ibadah umrah dapat dilakukan kapanpun selain
waktu tersebut, walaupun pelaksanaan ibadah umrah pada bulan haji tetap
diperbolehkan.

2. Syarat Haji
Adapun syarat wajib bagi seseorang untuk berhaji terdiri dari 5 perkara, yakni
beragama Islam, berakal, balig, merdeka (bukan budak), dan mampu. Jika salah
satu syarat tersebut tidak terpenuhi, maka seseorang tidak dikenai kewajiban
untuk berhaji. Tidak ada perselisihan dari para ulama mengenai hal ini.
Pengertian mampu yang dimaksud dalam syarat wajib haji adalah memiliki
bekal yang cukup, kendaraan yang memadai, jalan tempuh yang aman, serta
kondisi fisik yang sehat sehingga mampu melakukan perjalanan dan ibadah di
Tanah Suci. Sedangkan bekal yang cukup artinya, selain cukup membiayai
keberangkatan & biaya hidup jemaah selama di Tanah Suci, juga cukup untuk
menafkahi keluarga yang ditinggalkan tanpa harus berutang.
Selain syarat wajib, ada juga yang disebut dengan syarat sah haji, yaitu
beragama Islam, berakal (tidak gila), miqot zamani atau dilakukan di waktu
tertentu, yakni pada bulan hajidan bukan di waktu lainnya, serta miqot makani
atau dilakukan di tempat yang telah ditetapkan. Jika keempat persyaratan tersebut
tidak dipenuhi, maka hajinya tidak sah.

3. Rukun Haji
Setiap amalan ibadah yang termasuk rukun haji wajib dilaksanakan. Jika salah
satu dari rukun tersebut diabaikan, maka ibadah haji menjadi tidak sah. Adapun
yang termasuk rukun haji, yang dicontohkan Rasulullah, adalah ihram, tawaf, sai,
dan wukuf di Arafah.
a. Miqat
Miqat secara harfiah berarti batas, yaitu garis demarkasi (garis batas
antara boleh dan tidak boleh) atau perintah mulai dari berhenti, yaitu waktu
kapan mulai menyatakan niat dan maksud melintasi batas antara tanah biasa
dan tanah suci.
Miqat Haji diedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Miqat Zamani
Miqat zamani merupakan miqat yang dimulai pada tanggal 1 Syawal
sampai dengan terbit fajar tanggal 10 Zulhijah.
2. Miqat Makani
Miqat makani merupakan batas tempat untuk mulai ihram haji atau
umrah.
Tempat-pempat Miqad Makani:
a. Zulhulaifah
tempat ini dijadikan tempat miqat makani bagi jama’ah dari
arah madinah. Jarak antara miqat makani ini dengan mekah adalah
450 km.
b. Al-juhfah
tempat ini dijadikan tempat miqat makani bagi jama’ah dari
arah syam. Jarak anatara tempt ini dengan mekah adalah 204 km.
c. Yalamlam
tempat ini dijadikan tempat miqat makani bagi jama’ah dari
arah yaman, pakistan, india, malaysia, cina, dan indonesi. Jaraknya
adalah 94 km dari selatan mekah.
d. Qarnul Manazil
tempat ini dijadikan tempat miqat makani bagi jama’ah dari
arah nejd (arah saudi timur), uni emirat arab, bahrain, dan kuwait.
Jarak antaranya dengan kota mekah adalah 94 km.
e. Zatu’Irqin
Tempat ini dijadikan tempat miqat makani bagi jama’ah dari
arah irak dan iran. Jarak antaranya dengan mekah adalah 94 km.
b. Ihram
Ihram adalah niat untuk mulai beribadah haji. Niat adalah perkara
batin, maka cukup dilakukan di hati saja dan tidak perlu diucapkan. Saat
berihram, jemaah wajib memulai dari miqot, tidak memakai pakaian yang
dijahit, hendaknya ber-talbiyah, dan tidak diperbolehkan memakai baju, jubah,
mantel, imamah, penutup kepala, dan khuf atau sepatu. Jemaah wanita juga
tidak diperbolehkan memakai penutup wajah dan sarung tangan.
Adapun, sunah saat berihram adalah mandi, memakai wewangian di
badan, memotong bulu kemaluan dan ketiak, memendekkan kumis, memotong
kuku, memakai sarung dan kain atasan yang berwarna putih bersih, serta
memakai sandal. Niat ihram dilakukan setelah salat, setelahnya jemaah haji
disarankan untuk memperbanyak talbiyah. Jemaah wanita boleh memakai
pakaian apa saja, tidak ada ketentuan harus warna tertentu, asalkan tidak
menyerupai pakaian laki-laki dan harus menutup aurat.
c. Tawaf
Urutan tata cara ibadah haji yang kedua adalah tawaf, yakni mengitari
Kakbah sebanyak tujuh kali. Dalil yang menunjukkan wajibnya tawaf ada di
dalam Alquran, surat Al-Hajj, ayat 29. Saat melaksanakan tawaf, jemaah haji
wajib untuk berniat tawaf, suci dari hadas, menutup aurat seperti saat sedang
salat, berada di sebelah kanan Kakbah, serta memulainya dari Hajar Aswad
dan mengerakhirinya di Hajar Aswad pula. Adapun syarat tawaf, yaitu:
1. Menutup aurat
Sabda Rasulullah Saw:
”Janganlah engkau tawaf (mengelilingi Ka’bah) sambil telanjang”
Riwayat Bukhari dan Muslim.
2. Suci dari hadas dan najis
Diriwayatkan: Dari Aisyah, “Sesungguhnya yang pertama
dilakukan Nabi Saw. Ketika beliau tiba di Mekah ialah mengambil
wudu, kemudian beliau taaf di Bitullah.” Riwayat Bukhari dan
Muslim.
3. Ka’bah hendaklah disebelah kiri orang yang tawaf
Diriwayatkan: Dari Jabir, “Bahwasanya Nabi Besar Saw,
tatkala sampai di Mekah, beliau mendekat ke Hajar Aswad,
kemudian beliau menyapunya dengan tangan beliau, kemudian
berjalan kesebelah kanan beliau, berjalan cepat tiga keliling, dan
berjalan biasa empat kelilingan.” Riwayat Muslim dan Nasai.
4. Permulaan tawaf itu hendaknya dari Hajar aswad.
5. Tawaf hendaknya tujuh kali.
6. Tawaf itu hendaknya di dalam masjid karena Rasulullah saw
melakukan tawaf di dalam masjid.

Tawaf dalam ibadah haji tidak wajib membaca niat karena niatnya
sudah terkandung dala niat ihram haji. Jika seperti tawaf wada’ (tawaf karena
akan meninggalkan Mekah), maka hukumnya wajib berniat. Niat tawaf ini
menjadi syarat sahnya tawaf wada’.
Dalam tawaf juga terdapat macam-macam tawaf, yaitu:
a. Tawaf Qudum merupakan tawaf pembukaan atau tawaf selamat datang
yang dilakukan pada waktu tiba di Mekah.
b. Tawaf Ifadah merupakan dari rukun haji yang harus dilaksanakan sendiri,
apabila tidak dilaksanakan maka hajinya batal
c. Tawaf Wada’, tawaf yang wajib dilaksanakan sebagai perpisahan dan
penghormatan kepada dan Masjidil Haram. Merupakan tugas terakhir
dalam pelaksanaan ibadah Haji dan Umrah.
d. Tawaf Nazar, tawaf yang dilakukan apabila berniat nazar pada sesuatu
yang dihajatinya.
e. Tawaf Sunat, tawaf yang bisa dilakukan kapan saja. Tawaf ini berfungsi
sebagai pengganti shalat Tahiyatul Masjid.
Cara melakukan tawaf

d. Sai
Sai dilakukan dengan berjalan atau berlari-lari kecil di antara bukit
Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Rukun sai dilakukan setelah jemaah
melakukan tawaf dan harus dilakukan berurutan. Artinya tidak boleh
dilakukan sebelum tawaf atau tidak boleh diselingi ibadah apa pun setelahnya.
Ketika sa’I disunahkan memperbanyak dzikir, tasbih dan doa. Dan setiap
sampai di Safa atau Marwah membaca takbir tiga kali dengan mengangkat
kedua tangan seraya menghadap Ka’bah sebagaimana dilakukan nabi Saw.
Saat melakukan Sa’i terdapat beberapa syaratnya, yaitu:
1. Hendaklah dimulai dari Bukit Safa dan disudahi di Bukit Marwah.
2. Hendaknya sa’I itu tujuh kali. Dari Safa ke Marwah di hitung satu kali,
kembalinya dari Marwah ke Safa di hitung dua kali, dan seterusnya.
3. Waktu sa’I itu hendaknya sesudah tawaf, baik tawaf rukun maupun tawaf
qudum.

e. Wukuf di Arafah

Wukuf di Arafah merupakan rukun haji yang paling penting. Para


ulama sepakat bahwa barang siapa luput melaksanakan wukuf di Arafah, maka
ia harus melakukan haji pengganti (di tahun yang lain). Pengertian wukuf
adalah jemaah harus berada di daerah mana saja di Arafah dan dalam keadaan
apa saja, baik dalam keadaan suci maupun tidak (haid, nifas, atau junub).

Waktu wukuf di Arafah dimulai saat matahari tergelincir pada tanggal


9 Dzulhijjah, hingga terbit fajar (masuk waktu subuh) pada tanggal 10
Dzulhijjah. Bagi jemaah yang wukuf di luar waktu tersebut, maka hajinya
tidak sah. Ada beberapa kebiasaan yang dilakukan oleh beberapa jemaah,
yakni wukuf di Jabal Rahmah. Mereka meyakini bahwa tempat tersebut adalah
tempat terbaik untuk wukuf. Hal ini keliru, karena tidak pernah diajarkan oleh
Rasulullah.

Pada waktu di Arafah, para jamaah haji melaksanakan ibadah sholat


dengan cara di jamak taqdim dan qasar, dengan satu kali adzan dan dua kali
iqamat. Para jemaah haji harus mengetahui bahwa mereka telah berada pada
wilayah Arafah (bukan diluarnya). Di Arafah, para jamaah haji dianjurkan
untuk memperbanyak dzikir dan berdo’a sambil tetap mengahadap kiblat dan
mengangkat kedua tangan. Hal tersebut seperti yang dilakukan oleh Rasulullah
saw.

Wukuf di Arafah merupakan bentuk puncak ibadah haji, oleh karena


itu biarpun dalam keadaan sakit harus tetap dilakukan walaupun disana hanya
berbaring. Para jamaah haji dianjurkan untuk tetap berada di Arafah sampai
matahari terbenam.

f. Mabit

Mabit atau yang sering disebut dengan bermalam merupakan rukun


haji yang ke enam. Mabit memiliki dua macam, yaitu Mabit di Muzdalifah dan
Mabit di Mina.

1. Mabit di Muzdalifah

Bermalam di Muzdalifah pada tanggal 10 Zulhijjah setelah


wukuf di Arafah dan dimulai sejak waktu maghrib sampai terbit
fajar. Menurut Jumhur ulama, Mabit di Muzdalifah adalah wajib,
akan tetapi sebagian ulama lain juga berpendapat bahwa hal tersebut
adalah sunah.

Jamaah haji yang tidak melakukan Mabit di Muzdalifah harus


membayar Dam(denda).

2. Mabit di Mina

Menurut Jumhur ulama, Mabit di Mina adalah wajib, akan


tetapi sebagian ulama lain juga berpendapat bahwa hal tersebut
adalah sunah. Jamaah haji yang tidak melakukan Mabit di Mina
harus membayar Dam(denda). Waktu Mabit ada dua, yaitu Nafar
Awal dan Nafar Tsani. Nafar Awal dimulai pada tanggal 11 Zulhijjah
dan berakhir pada tanggal 12 Zulhijjah, dengan meninggalkan Mina
sebelum matahari terbenam. Nafar Tsani dimulai pada tanggal 11,12
sampai 13 Zulhijjah.

g. Melempar Jumrah

Pada tanggal 10 Zulhijjah (Idhul Adha), jamaah haji kembali ke Mina.


Dimana diMina tersebut akan melakukan lontaran Jumrah (Jumrah Aqabah)
atau juga disebut dengan lontaran pertama dengan melontar 7 butir kerikil
berturut-turut. Sambil tetap mengangkat tangan dan mengucapkan takbir.

Tata cara melempar Jumrah:

1. Lemparan dilakukan dengan tangan kanan.


2. Batu yang digunakan untuk melempar jumrah lebih kecil dari kacang
Hummus atau kacang arab.
3. Batu benar-benar dilemparkan bukan diletakkan.
4. Lemparan dilakukan dengan satu-persatu.
5. Melontaran Jumrah dilakukan denagn memulai dari Jumrah Ula, Jumrah
Wustha, dan Jumrah Aqabah.
6. Waktu pelemparan dilakukan dengan menjadikan Kabbah disebelah kiri,
dan Mina disebelah kanan.
7. Pada waktu pelemparan, laki-laki dianjurkan untuk mengangkat tangan
setinggi mungkin sampai ketiaknya kelihatan. Akan tetapi bagi perempuan
tidak dianjurkan untuk mengangkat tangan setinggi itu.
8. Pada waktu pelemparan, jamaah haji dianjurkan tetap membaca takbir.

Waktu pelemparan Jumrah, ada 2 yaitu hari Nahar dan hari Tasyrik.

1. Hari Nahar ( hari pertama) pada tanggal 10 Zulhijjah. Pada tanggal 10


Zulhijjah hanya melonatr Jumrah Aqabah dengan ketentuan waktu yaitu:

a. Waktu Afdal: dilakukan setelah terbit matahari.


b. Waktu Ikhtiar: dilakukan setelah Zuhur.
c. Waktu Jawas: dilakukan mulai lewat tengah malam pada tanggal 10
Zulhijjah sampai terbit fajar pada tanggal 11 Zulhijjah.
2. Hari Tasyrik pada tanggal 11,12,13 Zulhijjah dengan melontar 3 Jumrah
yaitu Ula, Wustha, Aqabah dan dengan ketentuan waktu sebagai berikut:

a. aktu Afdal: dilakukan pada saat matahari tenggelam.


b. Waktu Ikhtiar: dilakukan sore sampai malam hari.
c. Waktu Jawas: dilakukan selain waktu Afdal dan Ikhtiar.

h. Kurban

Penyembelihan kurban dilakukan setelah selesai melempar jumrah dan


dilakukan di Mina.

Hukum kurban:

1. Sunah yaitu kurban yang disembelih pada waktu melaksanakan ibadah


haji atau umroh.
2. Wajib yaitu kurban nazar yang dilakukan oleh mereka yang disamoing
beribadah haji atau umroh juga bernazar akan menyembelih kurban.

Ketentuan hewan kurban:

1. Kambing. Berumur 2 tahun atau domba berumur 1 tahun dapat diniatkan


untuk 1 orang.
2. Kerbau atau Sapi. Berumur 2 tahun atau unta berumur 5 tahun dapat
diniatkan untuk 7 orang.

i. Tahalul
Tahalul menurut bahasa artinya “menjadi boleh”atau “diperbolehkan”.
Jadi Tahalul adalah keadaan seseorang yang telah dihalalkan melakukan
perbuatan yang sebelumnya dilarang pada waktu berihram haji. Tahalul ada 2
macam:
1. Tahalul awal : keadaan seseorang yang telah melakuka dua diantara
tiga perbuatan yaitu:
a. Melontar jumrah Aqabah
b. Bercukur atau memotong rambut
c. Tawaf Ifadah
Sesudah tahalul awal seseorang boleh berganti pakaian biasa dan
memakai wangi-wangian dan boleh mengerjakan semua yang dilarang selama
ihram, akan tetapi masih dilarang bersetubuh dan bercumbu rayu dengan istri
atau suami.
2. Tahalul akhir: keadaan seseorang yang telah melakukan tiga
perbuatan yaitu:
a. Melontar jumrah Aqabah
b. Bercukur atau memotong rambut
c. Tawaf Ifadah

Sesudah tahalul akhir seorang jamaah boleh bersetubuh dengan suami


atau istri.

4. Wajib Haji
Selain keempat urutan tata cara ibadah haji tersebut, terdapat beberapa amalan
wajib dalam ibadah haji. Perbedaan rukun dan wajib haji terletak pada sah atau
tidaknya ibadah haji. Jika jemaah meninggalkan salah satu atau beberapa amalan
wajib haji maka hajinya tetap sah, namun ada kewajiban membayar denda (Dam).
Amalan wajib haji antara lain:
a. Ihram dari Miqot
Tempat pembatas bagi jemaah haji untuk memulai berihram disebut
miqat. Tempat ini telah ditentukan sejak zaman nabi Muhammad Saw. Jika
jemaah menggunakan pesawat terbang dan melintasi Miqot, maka ihram
dilakukan di dalam pesawat.
b. Wukuf di Arafah hingga waktu magrib bagi yang memulai wukuf di siang
hari.
c. Mabit di Muzdalifah.
Mabit atau bermalam di Muzdalifah biasanya dilakukan setelah wukuf.
Dari Arafah, jemaah akan melewati Muzdalifah dan bermalam di sana hingga
terbit fajar.
d. Melempar jumrah aqobah pada tanggal 10 Dzulhijjah dan dilakukan setelah
matahari terbit. Saat melakukan jumrah, jemaah disunahkan untuk bertakbir.
e. Mabit di Mina pada hari-hari tasyriq.
Saat melaksanakan haji, Rasulullah bermalam di Mina selama hari-hari
tasyriq (11,12, dan 13 Dzulhijjah).
f. Mencukur dan memendekkan rambut.
Mencukur atau memendekkan rambut bisa dilakukan hingga akhir
tanggal 10 Dzulhijjah. Jemaah laki-laki mengambil semua bagian rambut
untuk dipendekkan, sedangkan jemaah wanita cukup memotong satu ruas jari
dari ujung rambut.
g. Melakukan tawaf wadak.
Tawaf wadak dilakukan ketika jemaah akan meninggalkan Kakbah dan
telah menyelesaikan semua rangkaian ibadah haji. Tawaf wadak dilakukan
oleh setiap jemaah haji, kecuali penduduk Mekkah dan wanita haid.

B. Tahapan Haji
Pada tanggal 8 Zulhijjah pagi berangkat ke mekah. Kegiatan yang dilakukan
yaitu ihram di tempat masing-masing, kemudian berangkat ke Mina atau langsung
menuju Arafah. Kemudian mulai waktu siang sampai malam sudah berada di Mina
dengan melakukan kegiatan mabit di Mina sebelum berangkat ke Arafah sebagaimana
yang dilakukan oleh rasulullah saw. Para jamaah haji melaksanakan sholat Zuhur dan
Ashra dengan cara di qasar.sedangkan sholat magrib dan isya’ yaitu magrib tetap 3
rakaat dan isya’ 2 rakaat.
Pada tanggal 9 Zulhijjah dimulai pada waktu pagi sampai siang dengan
dimulai dari Mina menuju Arafah. Kegiatannya yaitu berangkat ke Arafah dimulai
setelah sholat subuh. Kemudian, pada waktu siang sampai sore harus sudah berada di
Arafah. Para jamaah haji dianjurkan untu berdzikir, bertasbih dan berdoa sambil
menunggu waktu wukuf di Arafah (pada tengah malam). Sholat zuhur dan ashar
masing-masing dua rakaat dilaksanakan pada waktu zuhur. Ketika melewati jam 12
siang, maka itu merupakan waktu wukuf. Pada waktu itulah, para jamaah haji
dianjurkan berdzikir, berdoa, membaca talbiyah, dan beristighfar secara terus menerus
sampai tiba waktu maghrib.
petang pada tanggal 10 Zulhijjah, para jamaah haji berada di Arafah
Muzdalifah. Disana melaksanakan shalat maghrib dan isya’ dengan dijamak Takqir.
Pada waktu malam hari, mabit di Muzdalifah untuk berhenti sejenak sampai lewat
tengah malam serta digunakan untuk mencari batu kerikil sebanyak 7 butir yang
digunakan untu melempar Jumrah nanti. Kemudian subuh sampai malam, di Mina
melaukan lontar Jumrah sebanyak 7 kali (Jumrah Aqabah) dilakukan pada waktu
tengah malam (idhul adha) sampai memasuki tengah malam pada tanggal 11
Zulhijjah.
Pada tanggal 11 Zulhijjah yaitu di pagi hari melakukan lontaran Jumrah Ula,
Wustha, Aqabah yang masing-masing sebanyak 7 kali lontaran. Waktu melempar
Jumrah dimulai pada saat matahari tergelincir yaitu pada waktu zuhur sampa tengah
malam. Dianjurkan untuk tetap berdo’a.
Pada tanggal 12 Zulhijjah melontar Jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah yang
asing-masing sebanyak 7 kali (dimulai pada saat matahari tergelincir yaitu pada waktu
zuhur sampa tengah malam) sambil tetap berdo’a. Boleh meninggalkan Mina bagi
yang mengambil Nafar Awal yang waktunya pada tanggal 11 dan 12 Zulhijjah. Bagi
yang memilih Nafar Tsani tetap Mabit di Mina sampai esok waktu lemparan Jumrah.
Pada tanggal 13 Zulhijjah pada waktu pagi sampai malam melontar Jumrah.
Bagi yang mengambil Nafar Tsani, melontar Jumrah Ula, Wustha, Aqabah masing-
masing sebanyak 7 kali. Setelah selesai boleh meninggalkan mekkah. Sebelum
meninggalkan para jamaah haji Tawaf Wada’ terlebih dahulu.

C. Jenis-Jenis Haji
Ada 3 jenis pelaksanaan haji, yaitu:
1. Haji Tamattu’
Haji Tamattu’ adalah melaksanakan umroh terlebih dahulu di bulan-bulan haji,
kemudian mengenakan pakaian ihram lagi untuk melaksanakan manasik haji.
Jemaah harus mengerjakan Dam atau puasa 10 hari; 3 hari diwaktu haji dan 7 hari
setelah kembali ke Tanah Air. Ada 2 kelompok haji tamattu’:
a. Kelompok yang menuju ke kota Madinah terlebih dahulu.
Kelompok ini tidak perlu mengenakan kain ihram sebelum naik
pesawat, karena ketika menuju ke Mekkah mereka akan melewati Miqat
Makani jemaah di Madinah yaitu Dzul Hulaifah.
b. Kelompok yang langsung menuju ke Mekkah.
Keolmpok ini langsung mengenakan kain ihram sebelum naik pesawat.
Biasanya ketika akan melalui miqat, awak pesawat mengumumkan bahwa
beberapa menit lagi pesawat akan melewati miqat, saat itu jamaah harus
mengenakan kain ihram dan berniat umrah.
2. Haji Ifrad
Haji Ifrad adalah berihram dan bernita dari miqat hanya untuk haji. Dengan
kata lain mengerjakan haji trlebih dahulu lalu mengerjakan umroh. Jamaah yang
melaksanakan haji ini tidak diwajibkan membayar Dam.
3. Haji Qiran
Haji Qiran adalah melaksanakan haji dan umroh dengan satu kali ihram.
Artinya, bila seseorang memilih jenis haji ini maka ia berihram dari Miqat untuk
haji dan umroh secara bersamaan. Jemaah ini wajib memotong hewan kurban.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai