Anda di halaman 1dari 169

TENTANG HAJI DAN UMROH

Pengetahuan Tentang Haji dan Umroh


– Manasik haji atau umroh merupakan rangkaian
kegiatan yang dilakukan guna menunjang kelancaran
dalam beribadah haji ataupun umroh. Sebelum
memasuki urutan pelaksanaan manasik haji dan umroh,
sebaiknya ikuti penjelasan berikut mengenai waktu serta
tata cara pelaksanaan haji dan atau umroh.

Haji Tamattu’

Haji dikatakan sebagai haji tamattu’ ialah haji yang


mengerjakan umrah terlebih dahulu kemudian
mengerjakan haji.

Bagi haji tamattu’ diwajibkan untuk membayar Dam.

Pelaksanaan umrah dilakukan dengan mengambil miqat


sejak berada di Bir Ali Madinah atau sejak berada di
Yalamlam Jeddah. Miqat dilakukan dengan bersuci
(mandi dan berwudhu) lalu dilanjutkan dengan berniat
ihram. 
Niat berihram memberikan isyarat bahwa seseorang
telah datang karena  panggilan Allah SWT untuk

1
mendatangi Baitullah dengan keadaan sempurna, bersih
hati, lisan, pikiran, dan suci jasmaninya. Kemudian
dilanjutkan dengan mengenakan ihram dan shalat
sunnah jika waktu memungkinkan.
Pada waktu tersebut, sudah diharamkan bagi laki-laki
untuk mengenakan pakaian dalam. Dalam mengenakan
pakaian ihram, terdapat nilai yang dapa dipetik yakni
mengingat akan kematian atau keadaan meninggal dunia
karena dua lembar kain ihram melambangkan kain kafan
yang digunakan untuk mengkafani jenazah.

Jangan lupa untuk selalu membaca talbiyah, shalawat,


dan berdoa selama menuju Mekah. Lalu dilanjutkan
dengan rangkaian umrah seperti Thawaf, Rukun Yamani,
berdoa di Multazam, shalat sunnah dua rakaat di
belakang Maqam Ibrahim, Sa’i, dan terakhir diakhiri
dengan bercukur.

Kemudian miqat dan berniat ihram haji pada tanggal 8


Dzulhijjah. Setelah itu berangkat menuju Padang Arafat
untuk menjalani Wukuf. Jangan lupa selalu membaca
talbiyah, dzikir, shalawat, dan berdoa. Wukuf
dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Setelah berwukuf, dilanjutkan dengan perjalanan ke
Muzdalifah pada malam tanggal 10 Dzulhijjah untuk
melaksanakan mabit dan mengambil kerikil dan pada

2
lewat tengah malam dilanjutkan dengan perjalanan
menuju Mina. Pada keesokan fajar dilakukan pelemparan
Jumroh Aqobah sebanyak 7 kali, disusul dengan
memotong rambut (tahallul awal) dan melepas ihram
dengan berganti pakaian. Kemudian dilanjutkan dengan
melontar Jumroh Ula, Wustha, dan Aqobah pada hari
tasiryq.

Haji Ifrad
Haji ifrad merupakan haji yang dikerjakan tanpa
didahului oleh umroh atau dengan kata lain hanya
mengerjakan  haji saja. Melakukan haji ifrad tidak perlu
melakukan pembayaran dam. Pelaksanaan  haji ifrad
dilakukan untuk jemaah yang waktu kedatangannya
kurang lebih lima hari sebelum melakukan wukuf.

Tata cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut.

1. Bersuci dengan mandi dan berwudhu


2. Mengenakan pakaian ihram
3. Shalat sunnah dua rakaat
4. Melakukan dan mengucapkan niat haji.
Ketibaannya di Mekah, disunnahkan untuk melakukan
thawaf qudum atau dikenal sebagai thawaf selamat
datang. Thawaf qudum berbeda dengan thawaf umrah
maupun thawaf haji, thawaf ini memiliki hukum sunnah
3
dan boleh disertai dengan sa’i ataupun tidak. Terdapat
beberapa pendapat yang menyatakan bahwa pada saat
melakukan thawaf qudum disertai dengan sa’i, maka sa’i
tersebut terhitung sebagai sa’i haji dimana nanti ketika
melakukan thawaf ifadhah, tidak perlu lagi untuk sa’i.

Pada tanggal 9 Dzulhijjah, haji ifrad melakukan wukuf di


Arafah lalu dilanjutkan dengan rangkaian kegiatan di
Armina (Arafah – Muzdalifah – Mina) lalu diakhiri dengan
penyembelihan hewan kurban dan bercukur rambut.

Jika selesai melaksanakan ibadah haji dan ingin


dilanjutkan dengan menunaikan ibadah umrah, dapat
dilakukan dengan mengambil miqat dari Tan’im, Jironah
atau miqat lainnya. Apabila masih memiliki waktu
sebelum kembali ke Tanah Air, segera lakukan thawaf
wada’.

Bagi haji ifrad harus sedikit berhati – hati karena apabila


waktu kedatangan dan tinggal di Kota Mekah lebih lama
sebelum wukuf, maka haji yang dilakukan berubah
menjadi haji tamattu’ sehingga perlu mengubah niat
karena dikhawatirkan adanya pelanggaran ihram atau
munculnya niat untuk keluar dari Tanah Haram sebelum
wukuf.

Haji Qiran
4
Haji qiran adalah pelaksanaan haji dan umroh dalam
satu niat saja dimana semuanya menjadi satu kali
kegiatan. Pada pengerjaan haji qiran dikenai biaya denda
yang disebut dengan Dam Nusuk yang sesuai dengan
ketentuan syariah islam. Haji qiran menjadi pilihan bagi
jemaah yang memiliki masa tinggal di Mekah sebentar
atau untuk alasan lain yang menyebabkan jemaah tidak
dapat melakukan umroh sebelum atau sesudah haji.
Cara pelaksanaannya haji qiran tidak jauh berbeda yaitu
dimulai dengan bersuci (mandi dan berwudhu),
mengenakan ihram, shalat sunnah dua rakaat, dan
mengucapkan niat. Ketika setibanya di Mekah,
dilanjutkan dengan melakukan thawaf qudum, sama
seperti haji ifrad, boleh disertai dengan sa’i ataupun
tidak. Kemudian dilanjutkan dengan rangkaian acara
puncak haji di Armina, dan diakhiri dengan berkurban
serta mencukur rambut. Dan pada saat akan
meninggalkan Mekah, harus melakukan thawaf wada’
terlebih dahulu.

Sama halnya dengan haji ifrad, karena dikawatirkan


adanya pelanggaran ihram, maka baji haji qiran harus
berhati – hati apabila memiliki waktu tinggal di Mekah
lebih lama sebelum wukuf, maka niat yang dilakukan
dapat berubah menjadi haji tamattu’.

5
Demikian sedikit penjelasan mengenai jenis haji haji dan
bagaimana cara pelaksanaannya. Semoga bermanfaat.

10 FATWA PENTING SEPUTAR IBADAH HAJI DAN


UMROH

Memahami fatwa haji dan umroh merupakan kewajiban


calon pesertanya. Pasalnya, fatwa menjadi bekal agar
tidak melakukan hal-hal terlarang. Selain itu, Anda bisa
menunaikan ibadah tersebut dengan benar, khusyuk, dan
sesuai rukunnya. Berikut ini sepuluh fatwa yang harus
diketahui sebelum berangkat ke tanah suci.

1. Dalil Hukum, Adab, dan Syarat dalam Ibadah Haji


Menunaikan ibadah haji hukumnya fardu ain bagi muslim
yang memiliki kemampuan untuk melakukan perjalanan
ke tanah suci. Artinya, Anda wajib berangkat haji ketika
mencapai usia balig, Islam, berakal, dan mempunyai
kecukupan harta. Sebagaimana difirmankan oleh Allah
SWT dalam Alquran:
“…Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia
terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (Q.S. Ali Imran :
6
97)

2. Haji bagi Anak Kecil


Pernah melihat anak kecil menunaikan haji atau umroh?
Meskipun belum balig, anak tersebut tetap mendapatkan
pahala. Hukum haji baginya tidak wajib, tetapi dihitung
sebagai amal perbuatan si kecil. Bahkan, Rasulullah SAW
menegaskan, nilai kebaikan yang diterima sama dengan
ganjaran orang dewasa.

3. Haji untuk Wanita


Ibadah haji dan umroh boleh dilakukan siapa pun, tanpa
memandang latar belakang. Namun, khusus wanita, ada
aturan tertentu yang mesti dipahami. Jika wanita
tersebut tidak memiliki mahram, kewajiban ibadah
hajinya menjadi gugur. Pasalnya, adanya mahram
merupakan bukti kemampuan untuk melakukan
perjalanan.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang artinya:
“Tidak halal bagi wanita bepergian dalam perjalanan
sehari semalam, kecuali bersama mahramnya.”  (HR. Al-
Bukhari)

4. Larangan Selama Ihram


Ihram merupakan rukun haji dan umroh. Jika Anda sudah
7
meniatkannya dan mengenakan pakaian ihram, banyak
hal yang tidak boleh dilakukan. Secara umum,
larangannya antara lain, memotong kuku, menikah,
melakukan hubungan suami istri, menggunduli rambut,
memakai cadar bagi wanita, dan menebang pohon di
sekitar Masjidil Haram.

5. Pelaksanaan Haji dan Umroh Berulang Kali


Para ulama sepakat, ibadah haji hanya bisa dilaksanakan
sekali seumur hidup, sedangkan umroh boleh berulang
kali, walaupun sebenarnya tidak diperkenankan
melarang orang yang ingin menunaikan haji lebih dari
satu kali. Kedua hal yang saling bertentangan ini
membutuhkan pengertian dari kedua belah pihak, baik
pemerintah, atau pun peserta haji. Sebaiknya, Anda
memberikan ruang untuk orang yang belum pernah
menunaikan haji. Dengan demikian, tidak seorang pun
merasa dizalimi.

6. Mewakilkan Ibadah Haji


Ibadah haji memang wajib bagi muslim yang memiliki
kemampuan secara finansial. Jika orang tersebut sudah
lanjut usia, hajinya boleh diwakilkan kepada anak,
menantu, atau anggota keluarganya. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW dalam hadis berikut ini:
“Wahai Rasulullah, salah satu kewajiban hamba Allah
8
adalah melaksanakan ibadah haji, sedang ayahku sudah
sangat tua hingga tidak mampu melaksanakan ibadah itu,
apa saya boleh menghajikan untuk dirinya? Rasulullah
SAW menjawab “boleh”. Jawaban Rasulullah SAW itu
disampaikan ketika haji wada’.” (HR. Al-Bukhari, Muslim,
dll.)
Memahami fatwa haji dan umroh merupakan kewajiban
calon pesertanya. Pasalnya, fatwa menjadi bekal agar
tidak melakukan hal-hal terlarang. Selain itu, Anda bisa
menunaikan ibadah tersebut dengan benar, khusyuk, dan
sesuai rukunnya.

7. Membayar Fidiah
Fidiah atau denda diberlakukan jika seseorang
melakukan pelanggaran dalam ihram. Ada tiga macam
fidiah, yaitu memberi makan 60 orang miskin,
menyembelih seekor kambing untuk dibagikan, dan
berpuasa. Beberapa larangan yang menyebabkan
munculnya sanksi tersebut, antara lain menggunduli
rambut kepala, mengenakan pakaian berkancing,
memakai cadar, dan menggunakan parfum.

8. Bermalam di Muzdalifah
Bermalam di Muzdalifah adalah salah satu rukun haji

9
yang wajib dilaksanakan. Namun, orang lanjut usia atau
dalam kondisi sakit diperkenankan mabit di tempat lain.
Sebaliknya, jika meninggalkan Muzdalifah tanpa alasan
jelas, sanksinya menyembelih satu ekor hewan kurban.

9. Menunaikan Salat bagi Musafir


Saat Anda berada di tanah suci, diperbolehkan meringkas
salat lima waktu. Istilahnya dikenal dengan jamak qasar.
Toleransi ini berlaku selama tinggal di Mekah sampai
kembali ke negara asal. Rasulullah SAW pun melakukan
hal yang sama ketika singgah sementara di Desa Tabuk.

10. Hukum Haji bagi Orang yang Meninggalkan Salat


Melaksanakan salat adalah salah satu rukun Islam
sehingga setiap muslim wajib memenuhinya. Orang yang
menunaikan ibadah haji, tetapi mengabaikan salat;
pahalanya gugur. Bahkan, sebagian ulama berpendapat,
hajinya tidak sah.

Demikian ulasan mengenai fatwa seputar haji dan


umroh. Semoga dapat dijadikan pedoman saat
menunaikannya.

10
MANFAAT PELAKSANAAN IBADAH UMROH

Manfaat Pelaksanaan Ibadah Umroh – Umroh


merupakan ibadah suci yang hanya dapat dilakukan di
tanah suci (Mekkah). Ibadah suci Umroh mirip dengan
ibadah suci Haji dimana hal yang membedakan salah
satunya terletak pada waktu pelaksanaannya. Ibadah
Umroh dapat kapan saja pelaksanaannya.
Kedua ibadah tersebut merupakan ibadah yang memiliki
nilai pahala yang tinggi. Selain bernilai pahala yang tinggi,
ibadah Umroh memiliki berbagai hikmah bagi yang
mengerjakannya. Hikmah dari ibadah Umroh sebagai
berikut.

1. Sifat dasar dari ibadah umat manusia yaitu bertujuan


untuk menghapuskan dosa yang melekat pada dirinya.
11
Ibadah Umroh menjadi salah satu media untuk
menghapuskan dosa yang ada didalam diri manusia.
Ibadah Umroh dapat mensucikan hati dan diri umat
muslim karena saat ibadah Umroh hati nurani seorang
muslim akan tersentuh oleh keagungan Allah SWT. Hati
nurani muslim akan menyadari hal-hal yang telah
diperbuatnya, dapat berupa hal yang baik maupun yang
dilarang agama. Panasnya ibadah Umroh dapat
mengingatkan umat muslim bagaimana panas api neraka
yang lebih pada dari semua hal yang ada di dunia ini.
Ingatan itu dapat membuat umat muslim dalam
mengintrospeksi diri mengenai hal buruk yang akan
diperbuat dan bertujuan untuk taubat tidak mengulangi
perbuatan itu lagi.

2. Ibadah Umroh dapat meningkatkan keimanan yang


ada didalam diri setiap muslim.

Pelaksanaan ibadah Umroh dapat meneguhkan


keimanan seorang muslim karena niat menjalankan
ibadah Umroh untuk Allah SWT. Seorang muslim yang
keimanan nya masih lemah pasti akan berfikir ulang jika
ingin melakukan ibadah Umroh. Ibadah Umroh
membutuhkan keyakinan dan keimanan yang kuat dari
diri seorang muslim. Hal tersebut karena ibadah Umroh
bukanlah ibadah yang sembarang dan dapat dilakukan

12
seenaknya saja oleh seorang muslim. Tidak hanya
membutuhkan pemahaman mengenai rukun Umroh saja
namun kesiapan iman lah yang terpenting dalam
menjalankan ibadah Umroh. Seorang muslim harus
mempersiapkan iman yang kuat saat ingin beribadah ke
tanah suci. Niat seorang muslim harus lurus didasari
karena keimanan dan untuk beribadah kepada Allah
SWT. Jika niat dan keimanan sudah siap dalam
menjalankan ibadah Umroh maka ketika sedang dan
ketika selesai menjalankan ibadah Umroh, iman umat
muslim yang menjalankan ibadah Umroh dapat semakin
tertempa menjadi lebih baik lagi.

3. Ibadah Umroh menjadi sarana yang mustajab dalam


memanjatkan dan meminta doa kepada Allah SWT.

Ibadah yang dilakukan di tanah suci dipercaya


merupakan tempat yang mustajab dalam meminta doa
ke Allah SWT. Ibadah Umroh bertujuan untuk
mendekatkan diri umat muslim kepada Allah SWT.
Semakin dekatnya hamba kepada Tuhan maka semakin
mudah doa seseorang dapat didengar dan insya Allah
dapat dikabulkan.

4. Ibadah Umroh dapat menjalin tali sirahturahmi


terhadap umat muslim lainnya.

13
Semua umat muslim dari penjuru dunia berkumpul di
tanah suci untuk melakukan ibadah untuk Allah SWT.
Berkumpulnya berbagai kaum muslim dari berbagai
negara dapat memberikan pelajaran bahwa berbagai ras
dan suku di dunia tetapi memiliki keimanan yang sama
yaitu untuk menyembah Allah SWT. Berkumpulnya
berbagai umat muslim dapat menumbuhkan rasa
kecintaan pada sesama umat muslim dan terjalinnya tali
sirahturahmi antara mereka.

Ibadah Umroh memiliki berbagai persiapan sebelum


menjalankannya. Persiapan yang harus dilakukan
seorang muslim yang akan melakukan ibadah Umroh
seperti kesiapan mental, iman, dan ilmu dalam diri
muslim. Selain itu seorang muslim harus menyiapkan
materi untuk menempuh perjalanan ke tanah suci.
Materi yang disiapkan tidaklah sedikit, maka dari itu kita
haruslah pandai dalam memilih biro perjalanan ke tanah
suci. Jika pilihan biro perjalannya tepat maka biaya yang
dikeluarkan dapat diminimalisir. Salah satu biro
perjalanan yang tepat dan berpengalaman dalam
perjalanan yaitu

14
PENGETAHUAN TENTANG HAJI DAN UMROH

Pengetahuan Tentang Haji dan Umroh


– Manasik haji atau umroh merupakan rangkaian
kegiatan yang dilakukan guna menunjang kelancaran
dalam beribadah haji ataupun umroh. Sebelum
memasuki urutan pelaksanaan manasik haji dan umroh,
sebaiknya ikuti penjelasan berikut mengenai waktu serta
tata cara pelaksanaan haji dan atau umroh.

Haji Tamattu’
Haji dikatakan sebagai haji tamattu’ ialah haji yang
mengerjakan umrah terlebih dahulu kemudian
mengerjakan haji. Bagi haji tamattu’ diwajibkan untuk
membayar Dam.

Pelaksanaan umrah dilakukan dengan mengambil miqat


sejak berada di Bir Ali Madinah atau sejak berada di
Yalamlam Jeddah. Miqat dilakukan dengan bersuci
(mandi dan berwudhu) lalu dilanjutkan dengan berniat
ihram. Niat berihram memberikan isyarat bahwa
seseorang telah datang karena  panggilan Allah SWT

15
untuk mendatangi Baitullah dengan keadaan sempurna,
bersih hati, lisan, pikiran, dan suci jasmaninya. Kemudian
dilanjutkan dengan mengenakan ihram dan shalat
sunnah jika waktu memungkinkan.
Pada waktu tersebut, sudah diharamkan bagi laki-laki
untuk mengenakan pakaian dalam. Dalam mengenakan
pakaian ihram, terdapat nilai yang dapa dipetik yakni
mengingat akan kematian atau keadaan meninggal dunia
karena dua lembar kain ihram melambangkan kain kafan
yang digunakan untuk mengkafani jenazah.

Jangan lupa untuk selalu membaca talbiyah, shalawat,


dan berdoa selama menuju Mekah. Lalu dilanjutkan
dengan rangkaian umrah seperti Thawaf, Rukun Yamani,
berdoa di Multazam, shalat sunnah dua rakaat di
belakang Maqam Ibrahim, Sa’i, dan terakhir diakhiri
dengan bercukur.

Kemudian miqat dan berniat ihram haji pada tanggal 8


Dzulhijjah. Setelah itu berangkat menuju Padang Arafat
untuk menjalani Wukuf. Jangan lupa selalu membaca
talbiyah, dzikir, shalawat, dan berdoa. Wukuf
dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Setelah berwukuf, dilanjutkan dengan perjalanan ke
Muzdalifah pada malam tanggal 10 Dzulhijjah untuk
melaksanakan mabit dan mengambil kerikil dan pada

16
lewat tengah malam dilanjutkan dengan perjalanan
menuju Mina. Pada keesokan fajar dilakukan pelemparan
Jumroh Aqobah sebanyak 7 kali, disusul dengan
memotong rambut (tahallul awal) dan melepas ihram
dengan berganti pakaian. Kemudian dilanjutkan dengan
melontar Jumroh Ula, Wustha, dan Aqobah pada hari
tasiryq.

Haji Ifrad
Haji ifrad merupakan haji yang dikerjakan tanpa
didahului oleh umroh atau dengan kata lain hanya
mengerjakan  haji saja. Melakukan haji ifrad tidak perlu
melakukan pembayaran dam. Pelaksanaan  haji ifrad
dilakukan untuk jemaah yang waktu kedatangannya
kurang lebih lima hari sebelum melakukan wukuf.

Tata cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut.

1. Bersuci dengan mandi dan berwudhu


2. Mengenakan pakaian ihram
3. Shalat sunnah dua rakaat
4. Melakukan dan mengucapkan niat haji.
Ketibaannya di Mekah, disunnahkan untuk melakukan
thawaf qudum atau dikenal sebagai thawaf selamat
datang. Thawaf qudum berbeda dengan thawaf umrah
maupun thawaf haji, thawaf ini memiliki hukum sunnah
17
dan boleh disertai dengan sa’i ataupun tidak. Terdapat
beberapa pendapat yang menyatakan bahwa pada saat
melakukan thawaf qudum disertai dengan sa’i, maka sa’i
tersebut terhitung sebagai sa’i haji dimana nanti ketika
melakukan thawaf ifadhah, tidak perlu lagi untuk sa’i.

Pada tanggal 9 Dzulhijjah, haji ifrad melakukan wukuf di


Arafah lalu dilanjutkan dengan rangkaian kegiatan di
Armina (Arafah – Muzdalifah – Mina) lalu diakhiri dengan
penyembelihan hewan kurban dan bercukur rambut.

Jika selesai melaksanakan ibadah haji dan ingin


dilanjutkan dengan menunaikan ibadah umrah, dapat
dilakukan dengan mengambil miqat dari Tan’im, Jironah
atau miqat lainnya. Apabila masih memiliki waktu
sebelum kembali ke Tanah Air, segera lakukan thawaf
wada’.

Bagi haji ifrad harus sedikit berhati – hati karena apabila


waktu kedatangan dan tinggal di Kota Mekah lebih lama
sebelum wukuf, maka haji yang dilakukan berubah
menjadi haji tamattu’ sehingga perlu mengubah niat
karena dikhawatirkan adanya pelanggaran ihram atau
munculnya niat untuk keluar dari Tanah Haram sebelum
wukuf.

Haji Qiran
18
Haji qiran adalah pelaksanaan haji dan umroh dalam
satu niat saja dimana semuanya menjadi satu kali
kegiatan. Pada pengerjaan haji qiran dikenai biaya denda
yang disebut dengan Dam Nusuk yang sesuai dengan
ketentuan syariah islam. Haji qiran menjadi pilihan bagi
jemaah yang memiliki masa tinggal di Mekah sebentar
atau untuk alasan lain yang menyebabkan jemaah tidak
dapat melakukan umroh sebelum atau sesudah haji.
Cara pelaksanaannya haji qiran tidak jauh berbeda yaitu
dimulai dengan bersuci (mandi dan berwudhu),
mengenakan ihram, shalat sunnah dua rakaat, dan
mengucapkan niat. Ketika setibanya di Mekah,
dilanjutkan dengan melakukan thawaf qudum, sama
seperti haji ifrad, boleh disertai dengan sa’i ataupun
tidak. Kemudian dilanjutkan dengan rangkaian acara
puncak haji di Armina, dan diakhiri dengan berkurban
serta mencukur rambut. Dan pada saat akan
meninggalkan Mekah, harus melakukan thawaf wada’
terlebih dahulu.

Sama halnya dengan haji ifrad, karena dikawatirkan


adanya pelanggaran ihram, maka baji haji qiran harus
berhati – hati apabila memiliki waktu tinggal di Mekah
lebih lama sebelum wukuf, maka niat yang dilakukan
dapat berubah menjadi haji tamattu’.

19
FIQIH HAJI DASAR

MACAM – MACAM HAJI


 Tamattu’ : melaksanakan umrah sebelum haji
 Qiran : melaksanakan haji bersama dengan umrah
(satu ibadah dua niat)
 Ifrad : melaksanakan haji sebelum umrah
 Orang berhaji mesti melaksanakan umrah, baik
sebelum, sesudah atau bersamaan
‫ َخ َرجْ نَا َم َع اَلنَّبِ ِّي – صلى هللا عليه وسلم – َعا َم‬: ‫قالت عائشة رضى هللا عنها‬
‫ َو ِمنَّا َم ْن أَهَ َّل‬,‫ َو ِمنَّا َم ْن أَهَ َّل بِ َحجٍّ َو ُع ْم َر ٍة‬,‫ فَ ِمنَّا َم ْن أَهَ َّل بِ ُع ْم َر ٍة‬,‫اع‬
ِ ‫َح َّج ِة اَ ْل َو َد‬
‫ متفق عليه‬. ٍّ‫بِ َحج‬
 ’Aisyah r.a. berkata: “Kami keluar (untuk berhaji)
bersama Rasulullah saw di tahun haji wada’, di antara
kami ada yang berihram umrah, ada yang berihram haji
dan umrah, dan ada yang berihram haji”. 

RUKUN HAJI DAN UMRAH


RUKUN HAJI
 Ihram
 Wuquf di ‘Arafah

20
 Thawaf Ifadlah
 Sa’i
 Cukur atau potong rambut

RUKUN UMRAH

 Niat
 Ihram
 Thawaf
 Sa’i
 Cukur atau potong rambut

WAJIB HAJI
 Ihram dari Miqat
 Mabit (bermalam) di Muzdalifah
 Melontar Jumrah
 Bermalam di Mina
 Thawaf Wada’
Beda Rukun dan Wajib; Jika rukun tidak dikerjakan maka
hajinya tidak sah, tetapi jika wajib tidak dikerjakan

21
hajinya sah meskipun harus diganti/dibayar dengan dam
Umrah tidak wuquf di ‘Arafah, tidak mabit di Muzdalifah
dan Mina, dan tidak melontar jumrah

MIQAT
 Miqat = batas memulai, start
 Miqat zamani = waktu memulai haji, yaitu dari 1
Syawal sampai terbit fajar 10 Dzul hijah. Untuk umrah
tidak ada miqat zamani, dan bisa dilakukan kapan saja.
Bagi yang berhaji tamattu’ boleh melakukan umrah di
saat menunggu datangnya hari arafah. (al-Idlah, 263)
 Miqat makani = tempat mulai ihram haji/umrah

MIQAT MAKANI

 Dzulhulaifah (Bir Ali, 410 km) bagi orang Madinah


 Juhfah (187 km) bagi penduduk Syam
 Rabigh bagi penduduk Mesir, Syiria dan orang-orang
yang melaluinya
 Qarnul Manazil (80 km) bagi penduduk Najd
 Yalamlam (130 km) bagi penduduk Yaman
 Dzatu ‘Irqin (90 km) bagi penduduk Iraq
22

BAGAIMANA CARA MEMPEROLEH HAJI MABRUR
BERDASARKAN PETUNJUK ROSULULLAH SAW ?

Bagaimana Cara Memperoleh Haji Mabrur Bedasarkan


Petunjuk Rosulullah SAW ?
–  Setiap umat muslim yang melaksanakan ibadah haji
pasti bercita – cita menjadi haji mabrur. Haji mabrur
adalah haji yang diterima ibadahnya oleh Allah SWT.
Pada hakikatnya, hanya Allah SWT yang menentukan dan
mengetahui diterimanya ibadah haji yang ditunaikan oleh
umat muslim. Namun, berdasarkan penjelasan Rosulullah
SAW telah dijelaskan 5 kriteria untuk mencapai haji
mabrur.

1. Niat Lurus dan Ikhlas. 


Niat memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
setiap perbuatan, termasuk ibadah. Niat menjadi
penilaian dari arah dan tujuan setiap ibadah yang hendak
dilakukan. Untuk memperoleh haji mabrur hendaklah
menunaikan ibadah hajinya dengan niat ikhlas dan
motivasi benar – benar karena Allah SWT semata.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al Bayyinah ayat 5,
yang artinya “Dan tidaklah mereka disuruh melainkan

23
untuk menyembah Allah SWT dan mengikhlaskan
agama (semata – mata) karena Allah.”
Rosulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya setiap
perbuatan tergantung dari niatnya dan masing – masing
mendapatkan pahala dari niatnya itu.”
Syuraih al Qadhi berkata: “Yang (benar- benar) berhaji
sedikit, meski jamaah haji banyak. Alangkah banyak
orang yang berbuat baik, tapi alangkah sedikit yang
ikhlas karena Allah.”
2. Rezeki yang Halal.
Untuk berangkat haji pastinya membutuhkan biaya yang
tidak sedikit. Hendaknya, harta yang digunakan nuntuk
berhaji adalah benar – benar harta yang halal. Allah SWT
hanya menerima yang halal dan tidak untuk yang haram.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sungguh Allah baik,
tidak menerima kecuali yang baik.” Jadi, apalah artinya
haji yang ditunaikan dengan biaya yang bersumber dari
yang haram yang dengan jelas tidak akan diterima oleh
Allah SWT. Dan bukankah tujuan utama dari ibadah haji
adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Rosulullah SAW bersabda: “Jika seseorang pergi
menunaikan haji dengan biaya dari harta yang halal dan
kemudian diucapkannya “Labbaikallaahumma labbaik
(ya Allah, inilah aku datang memenuhi panggilan-Mu).
Maka berkata penyeru dari langit:”Allah menyambut
24
dan menerima kedatanganmu dan semoga kamu
berbahagia. Pembekalanmu halal, pengangkutanmy
juga halal, maka hajimu mabrur, tidak dicampuri dosa.
Sebaliknya, jika ia pergi dengan harta yang haram, dan
ia mengucapkan “Labbaik”. Maka penyeru dari langit
berseru:”Tidak diterima kunjunganmu dan engkau tidak
berbahagia. Pembekalanmu haram, pembelanjaanmu
juga haram, maka hajimu ma’zur (mendatangkan dosa)
atau tidak diterima.” [HR Tabrani]
Rosulullah SAW juga pernah bersabda: “Bagaimana
mungkin akan dikabulkan doa orang yang makanannya,
minumannya, pakaiannya, dan pendapatannya haram,
sekalipun ia terus menerus menengadahkan tangannya
ke langit.”

3. Meneladani Manasik Rosulullah SAW. Sebenar-


benarnya manasik haji adalah manasik haji Rosulullah
SAW. Setiap umat muslim yang berhaji hendaknya
mencontoh, meneladani dan berpedoman pada manasik
haji Rosulullah SAW. Hal ini sudah mutlak dilakukan,
sebagaimana sabda Rosulullah SAW :
“Hendaklah kamu mengambil manasik hajimu dari
aku.” [HR Muslim].

25
Jadi, sebaiknya setiap calon jamaah haji terlebih dahulu
mempelajari sebaik-baiknya manasik haji Rosulullah
SAW.
3. Menjaga Lisan dan Tidak Berbuat Maksiat Selama
Ihram. Dalam kondisi ihram hendaknya menjauhi segala
larangan ihram, diantaranya yaitu berkata kotor dan
berbuat maksiat. Hendaknya ketika melaksanakan haji
menjauhi rafats, fusuq, jidal, berkata –kata kotor,
berbuat fasik, berkata kasar dan saling berbantah-
bantahan. Berkata-kata kotor merupakan salah satu
larangan berihram, dan menghindarinya dengan cara
memperbanyak dzikir.
Allah SWT berfirman yang artinya : “(Musim) haji
adalah beberapa bulan yang diketahui, barang siapa
yang menetapkan niatnya dalam bulan – bulan itu
untuk mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, fusuq
dan berbantah-bantahan selama mengerjakan haji.”
Rosulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang haji dan
ia tidak rafats dan tidak fusuq, ia akan kembali pada
keadaannya saat dilahirkan ibunya.”
Rafats merupakan semua bentuk kekejian dan perkara
tidak berguna yang meliputi bersenggama, bercumbu
dan berkata-kata yang dapat menimbulkan birahi. Fusuq
merupakan segala maksiat. Jidal merupakan berbantah-
bantahan yang mempu menimbulkan pertengkaran.

26
5. Membawa Perbaikan. Ibadah haji yang dilakukan
harus mampu membawa perbaikan diri, baik akhlaq dan
tingkah laku. Adapun diantaranya, memiliki hati yang
lebih lembut dan bersih, tutur kata yang semakin lembut
dan baik, ilmu dan amalan yang benar, serta lebih
istiqamah.

HUKUM WANITA BERANGKAT HAJI DAN UMROH


TANPA MAHROM
     

Hukum Wanita Berangkat Haji dan Umroh Tanpa


Mahrom – Pemerintah Kerajaan Arab Saudi kini
memberlakukan aturan yang berbunyi “Bagi wanita di
bawah 45 tahun harus disertai dengan mahram laki –
lakinya selama perjalanan haji sesuai yang diatur dalam
visa jamaah wanita.”. Aturan tersebut diberlakukan bagi
semua wanita yang ingin mendapatkan visa masuk ke
Arab Saudi untuk melakukan ibadah haji atau umroh.
Pengertian Mahram
Mahram adalah orang-orang yang haram untuk dinikahi
selamanya karena satu keturunan, satu ibu persusuan,
dan pernikahan dalam hukum Islam. Meskipun tidak
27
diperbolehkan untuk menikah, namun diperbolehkan
untuk berjabat tangan maupun bepergian dengannya.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Muttafaq
‘alaihi, bahwa “Tidak halal bagi wanita muslim bepergian
lebih dari tiga hari kecuali bersama mahramnya.”

Beberapa Hadist yang Melarang Wanita Berangkat Haji


atau Umroh Tanpa Ditemani Mahramnya
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari
Muslim, dari Ibnu Abbas ra berkata bahwa Rasulullah
SAW berkata dalam khutbahnya , “Dan janganlah
seorang wanita bepergian kecuali bersama mahramnya”.
Ada seseorang bertanya, “Ya Rasulullah SAW, aku
tercatat untuk ikut pergi dalam peperangan tertentu
namun istriku bermaksud pergi haji”. Rasulullah SAW
bersabda, “Pergilah bersama istrimu untuk pergi haji”.
[HR. Bukhari Muslim dan Ahmad].

Berdasarkan hadist di atas, Rasulullah SAW menyuruh


laki-laki tersebut untuk membatalkan niat
keberangkatannya ikut berperang dan menyuruhnya
untuk mendampingi sang istri pergi haji. Hal ini semata –
mata untuk mennjaga keselamatan sang istri dalam
perjalanan hajinya.

Dari Abu Sa’id al- Khudri ra berkata: “Rasulullah SAW


bersabda, “ Tidak halal bagi seorang wanita yang
28
beriman kepada Allah dan hari akhir untuk melakukan
safar selama tiga hari atau lebih kecuali bersama
bapaknya, anak laki – lakinya, atau mahramnya yang
lain.” [HR.Muslim]

Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra dari Rasulullah SAW


bersabda, “ Janganlah seorang wanita mengadakan safar
selama dua hari kecuali bersama suami atau mahramnya
yang lain.” [HR Ibnu Khuzaimah]

Dari Abu Hurairih ra berkata: “Rasulullah SAW bersabda,”


Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada
Allah dan hari akhir untuk melakukan safar selama satu
malam kecuali bersama mahromnya.” [HR.Muslim]

Berdasarkan beberapa hadist tersebut diatas, Rasulullah


SAW melarang seorang wanita untuk melakukan
perjalanan jauh, haji maupun umrah tanpa ditemani olah
mahramnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
larangan ini untuk menjaga keselamatan kaum wanita
saat bepergian jauh dan menghindari zina dan fitnah.

Ada beberapa perbedaan pendapat dari para ulama


terkait hal ini. Beberapa ulama yang membolehkan
wanita untuk melakukan ibadah haji atau umroh tanpa
mahrom diantaranya berdasar oleh dalil berikut:

29
1. Firman Allah SWT (Surat Ali Imron ayat 97)
Yang artinya, “……mengerjakan haji adalah kewajiban
terhadap Allah, yaitu (bahi) orang yang sanggup
(mampu) mengadakan perjalanan ke Baitullah…”
2. Sabda Rasulullah SAW
Dari Abdulloh bin Umar ra berkata: “Rasulullah SAW
bersabda, “ Janganlah kalian melarang hamba-hamba
Allah untuk mendatangi masjid – masjid Allah.” [HR
Bukhori]
Pendapat kuat yang kini diyakini dari masing-masing
pendapat para ulama yaitu wanita tidak boleh
melaksanakan haji dan umroh atau perjalanan jauh
kecuali dengan mahromnya. Hal ini karena :

1. Hadist yang melarang wanita safar tanpa mahrom


lebih umum. Bahkan dalam salah satu hadist ditegaskan
bahwa seorang laki-laki diperintahkan untuk menemani
istrinya berangkat haji dengan membatalkan
keberangkatannya ikut berperang.
2. Safar wanita untuk haji wajib atau umroh tanpa
mahrom diperbolehkan apabila jalan menuju Makkah
aman dan bersama wanita yang terpercaya.
Namun, alangkah lebih baiknya apabila kaum wanita
ditemani oleh mahram laki – lakinya ketika melakukan

30
perjalanan jauh, haji wajib maupun ibadah umroh untuk
menjamin kemananan dan keselamatan dirinya.

RUKUN DAN WAJIB HAJI

Rukun haji :
1. Ihram
2. Thawaf Ziyarah (disebut juga dengan Thawaf
Ifadhah)
3. Sa’ie
4. Wuquf di padang Arafah
Apabila salah satu rukun haji di atas tidak dilaksanakan
maka hajinya batal. Sedangkan Abu Hanifah berpendapat
bahwa rukun haji hanya ada 2 yaitu: Wuquf dan Thawaf.
Ihram dan Sa’I tidak dimasukkan ke dalam rukun karena
menurut beliau, ihram adalah syarat sah haji dan sa’I
adalah yang wajib dilakukan dalam haji (wajib haji).
Sementara Imam syafi’ie berpendapat bahwa rukun haji
ada 6 yaitu: Ihram, Thawaf, Sa’ie, Wuquf, Mencukur

31
rambut, dan Tertib berurutan).(Kitabul Fiqh Ala
Madzhabil Arba’ah 1/578).

Wajib Haji
 Iharam dimulai dari miqat yang telah ditentukan
 Wuquf di Arafah sampai matahari tenggelam
 Mabit di Mina
 Mabit di Muzdalifah hingga lewat setengah malam
 Melempar jumrah
 Mencukur rambut
 Tawaf Wada’
 Syarat-syarat Wajib Haji
 Islam
 Berakal
 Baligh
 Mampu
Mewakilkan Seseorang Untuk Berhaji
Tidak boleh bagi seseorang berhaji untuk orang lain
kecuali setelah ia berhaji untuk dirinya sendiri. Rasulullah
bersabda: Berhajilah untuk dirimu sendiri, kemudian
engkau berhaji untuknya.

32
Haji Bagi Anak-anak yang belum Baligh
Tidaklah wajib bagi anak-anak untuk berhaji kecuali ia
telah baligh. Namun jika ia telah berhaji maka hajinya sah
sebagaimana yang telah diriwayatkan Ibnu Abbas ra
bahwa Rasulullah r berjumpa dengan seorang
berkendaraan dikawasan Ar-Rauha beliau bersabda:
Siapakah kalian? Mereka menjawab: Kami orang-orang
muslim, mereka balik bertanya: Siapa anda? Beliau
menjawab: Saya Rasul Allah. Lalu ada seorang anak gadis
yang masih kecil bertanya: Apakh ini yang disebut haji?
Beliau menjawab: Ya dan bagimu pahala (HR. Ahmad,
Muslim, Abu Daud, dan An Nasa dishahihkan oleh At
Tirmidzi).

33
5 HAL YANG HARUS DIKETAHUI SEBELUM BA’DAL HAJI

5 Hal Yang Harus Diketahui Sebelum Ba’dal Haji


– Menghajikan orang lain merupakan salah satu solusi
ketika seseorang tidak sanggup berhaji. Selain itu, orang
yang memba’dalkan juga menganggap hal itu mudah
dilakukan, sehingga sebagian orang ingin menjadi
relawan untuk memba’dalkan.
Perlu diketahui bahwa ba’dal haji juga ada hukum dan
ketentuannya karena tidak sembarang orang bisa
menghajikan atau dihajikan. Mari kita bahas satu per
satu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ba’dal haji.

1. Orang yang menghajikan harus naik haji terlebih


dahulu.
Syarat pertama yang harus dimiliki oleh orang yang
menghajikan orang lain adalah sudah pernah berhaji
terlebih dahulu. Jadi bagi orang yang belum pernah
berhaji sama sekali, tidak boleh mewakilkan orang lain.
34
Haji merupakan rukun islam yang kelima dan wajib
hukumnya untuk orang yang mampu untuk
melakukannya, sehingga tidak mungkin bagi seseorang
yang kuat secara fisik dan finansial untuk berhaji namun
saat menunaikannya adalah untuk mengatasnamakan
orang lain karena baginya sendiri sudah menjadi wajib
hukumnya. Apabila hal tersebut terjadi, maka ba’dal haji
menjadi tidak sah karena haji yang ditunaikan adalah
untuk orang (yang berangkat berhaji) itu sendiri.

2. Memilih orang yang paham soal haji dan ikhlas


Dalam memilih orang untuk menghajikan diperlukan
banyak pertimbangan. Hal yang paling penting
dipertimbangkan adalah pengetahuan seseorang yang
akan dijadikan kandidat menghajikan mengenai seluk
beluk haji terutama tentang ilmu agamanya. Kenapa
demikian ? Karena seseorang yang mengerti dan paham
soal agama tahu benar apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan selama menunaikan ibadah haji.

Adapun beberapa pertimbangan lain yaitu memilih orang


yang dapat dipercaya dan ikhlas. Melakukan ba’dal haji
pasti didasari oleh suatu alasan, keinginan untuk berhaji
namun tidak bisa melakukannya, oleh sebab itu perlu
memilih orang yang ikhlas melakukannya bukan untuk
mendapatkan keuntungan lain namun murni

35
menghajikan orang lain dan hanya mengharap ridho
Allah SWT. Sulit memang mencari orang yang ikhlas dan
dapat dipercaya, sehingga pilihan paling baik memilih
sana saudara untuk menghajikan.

3. Hanya boleh mewakilkan satu orang


Perlu diingat bahwa ba’dal haji sama saja melakukan haji
di tanah suci untuk orang lain, sehingga seseorang yang
memba’dalkan hanya boleh mewakili satu orang saja.
Baik orang yang menghajikan maupun dihajikan
mendapatkan pahala dari Allah SWT. Namun pahala yang
dijanjikan seperti apa akan kembali kepada niat masing-
masing baik orang yang dihajikan maupun yang
menghajikan.

4.Ba’dal untuk orang yang telah wafat atau tidak sanggup


haji

Ba’dal diperbolehkan, namun tidak semua orang


diizinkan untuk melakukan ba’dal haji. Orang yang boleh
diwakilkan adalah seseorang yang mampu secara
finansial namun telah meninggal dunia sebelum sempat
melakukan ibadah haji. Adapun ba’dal yang dilakukan
untuk mewakili orang yang masih hidup, namun hanya
diperbolehkan jika yang diwakilkan sakit tidak dapat
sembuh dan tidak mampu untuk melakukan haji dengan

36
tubuhnya sendiri.  Dan tentu saja syarat utamanya bagi
yang diwakilkan adalah mampu secara materi. Bagi
seseorang yang tidak mampu secara materi, maka hukum
menunaikan haji bukanlah wajib.

5. Tidak masalah jika yang mewakilkan adalah


perempuan
Ba’dal boleh dilakukan baik kaum laki-laki maupun
perempuan. Begitu pula dengan yang mewakilkan, boleh
dilakukan oleh laki-laki atau perempuan. Jika yang
diwakilkan dan mewakilkan berbeda (laki-laki dengan
perempuan) juga diperbolehkan.

Terkadang, jika memang sanak saudara tidak bisa


melakukan ba’dal, biasanya pihak (keluarga) yang ingin
dihajikan mencari biro perjalanan haji yang menyediakan
jasa untuk memba’dalkan. Hal ini sah saja dilakukan,
karena biro yang memiliki kredibiltas baik dimata
masyarakat lebih dapat dipercaya dari segi pengetahuan
agama dan selektif dalam memilih calon jamaah yang
bertugas memba’dalkan haji.
Bahasan diatas merupakan sedikit informasi mengenai
hal – hal yang berhubungan dengan ba’dal haji. Semoga
informasi diatas dapat digunakan sebagai pertimbangan
untuk pembaca yang ingin melakukan ba’dal haji.

37
 
KESALAHAN-KESALAHAN KETIKA HAJI DAN UMROH

Kesalahan-Kesalahan Ketika Haji dan Umroh – Sangat


penting bagi setiap muslim untuk mengetahui tata cara
ibadah umroh yang benar. Jangan sampai ketidaktahuan
membuat jamaah haji atau umroh melanggar larangan
yang ada. Berdasarkan Buku Petunjuk Haji dan Umroh
oleh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Muhammad bin
Sholeh Al Utsaimin hal-hal yang dilarang ketika
pelaksanaan ibadh Haji dan Umroh adalah sebagai
berikut:
1. Mulai Thawaf sebelum hajar Aswad, yaitu antara
Hajar Aswad dan rukun yamani.
2. Thawaf berdesak-desakan dalam hijr Ismail, masuk
dari satu pintu dan keluar lewat pintu lain, meninggalkan
sebagian hijr Ismail. Ini adlah kesalahan besar dan tidak
sah thawafnya, karena pada hakekatnya jamaah haji
belum thawaf di Ka’bah melainkan thawaf sebagiannya
saja.
3. Lari-lari kecil di semua putaran
4. Mengumpat karena harus berdesak-desakan ke
Hajar Aswad untuk mencium.

38
5. Berkeyakinan bahwa Hajar Aswad dapat memberi
manfaat, maka banyak dari Jamaah Haji yang jika
mengusap Hajar Aswad mereka mengusapkan bekasnya
pada seluruh tubuh seorang jamaah haji tersebut atau
mengusapkannya pada anak-anak yang mereka bawa.
Umar bin Khattab berkata: Sesungguhnya saya benar-
benar tahu bahwa engkau adalah seonggok batu yang
tidak bisa memberikan manfaat dan bahaya, kalau
bukanlah karena saya pernah melihat Nabi menciummu
maka aku tidak akan menciummu.
6. Para jamaah haji mengusap seluruh pojok-pojok
Ka’bah bahkan mengusap seluruh dindingnya, ini semua
adalah kebodohan, karena sesungguhnya mengusap
adalah ibadah dan pengagungan kepada Allah, maka
wajib melakukannya seperti yang dicontohkan oleh
Rasulullah, dan beliau tidak mengusap kecuali Hajar
Aswad dan rukun yamani.
7. Mengkhususkan doa tertentu pada setiap putaran
dan tidak berdoa selainnya. Boleh berdoa dengan doa-
doa yang disenangi dari kebaikan dunia dan akhirat,
berdzikir kepada Allah dengan dzikir apa saja, tasbih,
tahmid, tahlil, takbir, atau membaca Al-Quran.
8. Berkumpul dengan seorang pemandu thawaf dan
memimpin dengan suara keras lalu mengikutinya dengan
satu suara, hingga suara menjadi ramai dan
39
mengakibatkan kegaduhan sehingga menggangu orang
thawaf lainnya, mereka tidak mengetahui apa yang
mereka ucapkan dan menghilangkan kekhususan.
Selain kesalahan, terdapat juga larangan-larangan yang
wajib dihindari oleh para jamaah haji atau umroh ketika
berada di tanah suci. Adapun larangan-larangan tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Berburu atau membunuh binatang kecuali yang


berbahaya.
2. Mencabut tumbuh-tumbuhan yang tumbuh dengan
sendirinya
3. Memungut barang yang ditemukan kecuali untuk
dikembalikan
4. Peperangan di tanah suci.
5. Memakai wangi-wagian.
6. Memotong kuku
7. Menghilangkan bulu dan rambut.
8. Berhubunganbadan
9. Bercumbu
10. Menikah atau menikahkan
11. Membunuh binatang buruan

40
12. Mencaci, bertengkar, dan berkata kotor.
Terdapat pula larangan khusus bagi jamaah haji atau
umroh laki-laki dan perempuan. Larangan khusus bagi
laki-laki antara lain sebagai berikut:

1. Mengenakan pakaian yang berahit


2. Memakai tutup kepala
3. Memakai sepatu atau kaus kaki yang menutupi mata
kaki atau tumit.
Terdapat pula larangan khusus bagi wanita antara lain
sebagai berikut:

1. Menutup muka
2. Menutup kedua telapak tangan.
Laranagn-larangan dalam ibadah haji dan umroh tersebut
secara singkat tertuang dalam Al-Quran Surah Al Ba-
qarah ayat 197 yang artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan ibadah haji dalam
bulan-bulan itu, janganlah dia berkata rafas (jorok),
berbuat maksiat, dan bertengkar dalam melakukan
ibadah haji. Segalah yang baik yang kamu kerjakan,
Allah mengetahuinya”

INGAT ! INI 9 LARANGAN IHRAM


41
Ingat ! Ini 9 Larangan Ihram – Tentunya saat berihram
haji maupun umroh setiap umat muslim pasti tidak ingin
terkena dam atau sanksi denda. Berikut 9 hal yang
dilarang dilakukan orang yang berihram baik haji maupun
umroh.

1. Setiap jamaah laki-laki tidak boleh memakai pakaian


yang ada jahitannya dan tidak boleh menutup kepala
Setiap jamaah laki – laki dilarang mengenakan pakaian
berjahit yang dapat menampakkan bentuk lekuk tubuh
bagi laki-laki seperti baju, celana, sepatu, topi, bahkan
sarung kaki. Selain itu, jamaah laki – laki tidak
diperbolehkan memakai pakaian yang berwarna selain
pakaian ihram yang dikenakan.
Dari Ibnu Umar ra berkata, seorang sahabat telah
bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “ Wahai
utusan Allah, pakaian apa yang boleh dikenakan bagi
orang yang berihram?”, Beliau menjawab, “Tidak boleh
mengenakan baju, sorban, celana, topi, khuf (sarung
kaki yang terbuat dari kulit), kecuali seseorang yang
tidak mendapatkan sandal, maka pakailah khuf, namun
hendaklah ia memotongnya dari bawah dua mata
kakinya dan janganlah kamu mengenakan pakaian yang
dicelup dengan pewarna atau warna merah”.

42
2. Setiap jamaah wanita tidak boleh menutup wajah
dan telapak tangan
Setiap jamaah wanita tidak diperbolehkan menutup
wajah dan dua telapak tangannya, kecuali apabila lewat
leki – laki yang bukan mahromnya di hadapannya.
Dari Ibnu Umar ra berkata, Nabi Muhammad SAW
bersabda, “ Janganlah seorang wanita berihram
mengenakan cadar dan jangan pula menggunakan kaos
tangan.”

3. Memotong kuku dan rambut atau bulu badan


Ketika berihram, tidak diperbolehkan bagi setiap jamaah
untuk memotong kuku kaki maupun kuku tangannya. Hal
ini sesuai dengan firman Allah SWT pada Surah Al-
Baqarah ayat 196 yang artinya
“…Dan janganlah kamu mencukur rambutmu sebelum
binatang hadyu sampai di lokasi penyembelihannya…”
(Qs.Al-Baqarah: 196)
Selain memotong kuku, tidak diperbolehkan pula
memotong atau mencabut rambut dari kepala atau
badan. Dalam surah Al Baqarah ayat 196 Allah berfirman

“Jika diantara kamu ada yang sakit atau gangguan di


kepalanya (lalu ia bercukur) maka wajiblah ia atasnya
membayar fidyah atau berpuasa atau bershadaqah atau
berkurban…”.(Qs.Al-Baqarah: 196)

43
Menurut ayat tersebut, diperbolehkan untuk
menghilangkan rambuat bagi yang sakit atau mengalami
gangguan di kepalanya namun harus membayar fidyah.

4. Membunuh binatang darat


Membunuh binatang darat tidak diperbolehkan selama
berihram. Apabila melanggar maka wajib baginya untuk
membayar denda dengan membeli makanan seharga
binatang yang diburu dan menyedekahkannya kepada
fakir miskin. Dapat pula membayar denda dengan
membeeri makanan kepada fakir miskin sebanyak 1 mud
(5/6 liter) untuk satu harinya. Larangan membunuh
binatang darat ditegaskan Allah SAW dalam firman – Nya
,
“Dan diharamkan atasmu menangkap binatang buruan
darat selama kamu dalam keadaan ihram.” (surah Al
Maidah ayat 95)
Terdapat beberapa hewan darat yang tidak termasuk
dilarang untuk dibunuh, yaitu hewan ternak (seperti
ayam, sapi, kambing, unta), binatang hasil tangkapan air
(seperti ikan), hewan yang diharamkan untuk dimakan
(hewan buas dan bertaring), serta hewan yang
diperintahkan untuk dibunuh (tikus, anjing, kalajengking),
dan hewan yang mengamuk (Shahih Fiqh Sunnah, 2: 210
– 211).

44
5. Jima’ (hubungan intim)
Apabila jima’ dilakukan oleh suami istri sebelum
menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah umroh, maka
diharuskan membayar denda dengan menyembelih
seekor unta atau 7 ekor kambing dan dibagikan kepada
fakir miskin. Apabila tidak mampu untuk membayar dam
tersebut, maka wajib baginya berpuasa selama sepuluh
hari, yaitu 3 hari pada masa haji dan 7 hari setelah
kembali kenegaranya.

6. Melamar, menikah atau menikahkan.


Tidak diperbolehkan melakukan nikah atau menikahkan
dalam keadaan ihram.
Dari Utsman ra, Nabi Muhammad SAW bersadba,
“Orang yang berihram tidak boleh menikahi, tidak boleh
dinikahi dan tidak boleh melamar.”

7. Memakai wangi-wangian
Tidak diperbolehkan memakai wangi-wangian berupa
minyak wangi dan minyak rambut. Wangi dari sabun
mandi diperbolehkan

8. Berkata buruk
Dilarang mengucapkan kata – kata kotor dan buruk.

45
Untuk menghindarinya sebaiknya perbanyak dzikir dan
menjaga emosi dengan beristigfar.

9. Berkelahi
Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 197
yang artinya ,
“ (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi
barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu
akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats,
berbuat fasik, dan berbantah-bantahan di dalam masa
mengerjakan haji.” (Qs.Al-Baqarah:197)
Demikianlah 9 larangan ketika sedang ihram. Semoga
bermanfaat.

KEUTAMAAN MASJIDIL HARAM

Keutamaan Masjidil Haram – Masjidil Haram menjadi


tujuan utama bagi setiap umat muslim untuk beribadah
di tanah suci. Masjid ini memiliki sejarah panjang dalam
perkembangan agama Islam dengan berbagai keutamaan
yang dimilikinya.

46
BERIKUT 7 KEUTAMAAN MASJIDIL HARAM
1. Terdapat Ka’bah yang Dimuliakan
Kaa’bah merupakan kiblat ibadah shalat bagi seluruh
umat muslim di dunia. Ka’bah terletak di tengah Masjidil
Haram. Ka’bah berbentuk persegi empat, dan terdapat
batu Hajar Aswad di salah satu sisinya. Setiap umat
muslim yang beribadah di Masjidil Haram pasti ingin
berkesempatan untuk menyentuh Ka’bah dan mencium
Hajar Aswat.

2. Pahala Shalat Di Masjidil Haram Lebih Baik Daripada


100.000 Kali Shalat Di Masjid Lain
Disebutkan dalam hadist Jabir bin ‘Abdillah r.a bahwa
Rasulullah SAW bersabda “Shalat di masjidku (Masjid
Nabawi) lebih baik 1000 shalat di masjid lainnya kecuali
Masjidil Haram. Shalat di Masjidil Haram lebih baik
100.000 shalat di masjid lainnya.” [ HR. Ahmad ]

3. Makmum dan Imam Saling Berhadapan


Ketika shalat berjamaah, tentunya diketahui bahwa shaf
makmum ada di belakang imam dan arah shalat
menghadap kiblat. Namun, berbeda dengan shalat di
Masjidil Haram dimana makmum dan imam saling
berhadapan. Hal ini tidak membatalkan shalat karena
semuanya menghadap ke arah kiblat.

47
3. Sholat Terpisah Dari Masjid dan Imam Tetap Sah
Apabila umat muslim melaksanakan shalat jamaah
terpisah dari masjid dan imam, maka shalatnya
dianggap tidak sah. Namun, bagi umat muslim yang
melakukan shalat jamaah di Masjidil Haram,
misalnya shaff shalat berada diatas Jabal Shaffa yang
terpisah dari shaff makmum shalat dan imam, maka
shalatnya tetap sah

5. Masuk Ke Masjidil Haram Dengan Niat Yang Suci


Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hajj Ayat 25 “
Siapa saja yang ingin berbuat penyimpangan di
salamnya maka Kami akan merasakan kepadanya
siksaan yang pedih.”
Berdasarkan firman Allah tersebut, Allah sangat
melarang segala bentuk kemaksiatan sekecil apapun
yang dilakukan di dalam Masjidil Haram. Tidak hanya
perbuatan dosa yang telah dilakukan, namun, sebatas
adanya niat untuk melakukan dosa sekecil apapun di
dalam Masjidil Haram maka Allah SWT telah menyiapkan
baginya siksaan yang besar jika tidak di urungkan niat
buruknya tersebut. Sama seperti pahala berlipat yang
diperoleh ketika beribadah di Masjidil Haram, dosa yang
dilakukan di dalam Masjidil Haram juga akan berlipat
48
ganda dibandingkan dosa yang dilakukan di tempat lain.
Untuk itu sucikan dan luruskan niat untuk beribadah dan
hilangkan segala keinginan buruk ketika masuk di Masjidil
Haram.

6. Keberkahan yang Melimpah


Allah SWT berfirman dalam Surah Al – Qashash ayat 57
“Dan mereka berkata: “Jika kami mengikuti petunjuk
bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri
kami”. Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan
mereka dalam daerah haram (tanah suci) yang aman,
yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari
segala macam (tumbuh – tumbuhan) untuk menjadi
rezeki (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan
mereka tidak mengetahui.”
Dari surah tersebut, maka setiap umat muslim yang
datang ke Masjidil Haram akan merasakan keberkahan
dari Allah SWT, yaitu buah – buahan yang melimpah
dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan di
tempat lain. salah satu buah yang melimpah di sekitar
Masjidil Haram yaitu kurma.

Keberkahan ini juga karena doa Nabi Ibrahim AS “Ya


Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menepatkan
sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai
tanam – tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah)

49
yang di hormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar
mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati
sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri
rezekilah mereka dari buah – buahan, mudah –
mudahan mereka bersyukur”. (Ibrahim 37).

7. Adanya Sumur Zam Zam


Sumur zam zam terletak sebelah tenggara Ka’bah. Sumur
ini mampu mengeluarkan air bersih secara terus
menerus dan tidak pernah habis. Air zam zam memiliki
banyak manfaat bagi tubuh, diantaranya yaitu dapat
menyembuhkan berbagai penyakit karna kandungan
berbagai mineral di dalamnya.

KEUTAMAAN KOTA MEKKAH

Kota Mekah atau Mekkah  atau Makkah al mukarramah


yang biasa disingkat  dengan Makkah adalah negeri  Alloh
yang suci. Oleh karena itu kita biasa menyebut pergi ke
Mekah dan Madinah dengan pergi ke tanah suci. Mekah
adalah tempat turunnya wahyu ilahi, sumber risalah,
tempat paling suci yang ada di muka bumi ini, kota yang
paling dicintai Alloh taala dan rosulnya shallallahu alaihi
wa salam. Alloh memilihnya untuk menjadi lokasi
rumahnya yang suci dan tempat tinggal untuk nabi Ismail

50
alaihisalam dan tempat kelahiran penutup para nabi:
Muhammad shallahu alaihi wa sallam.  Mekah adalah
kiblat kaum muslimin, tempat berpautnya hati mereka,
tujuan haji dan umroh,. Alloh mengkhususkan Mekah
dengan kemulian darinya di dalam alquran dan dia
menjadikannya kota suci yang aman sampai hari
pembalasan. Telah banyak nash-nash yang menjelaskan
keutamaan kota Mekah ini diantaranya adalah sebagai
berikut:

a. Terdapat rumah Alloh taala didalamnya, Alloh taala


berfirman:

Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk


beribadah adalah Baitulloh yang ada di Bakkah (Mekah)
yang diberkahi dan menjadi petunjuk untuk semua
manusia (Ali Imron: 96)

b. Dilipatkan pahala sholat didalamnya, diriwayatkan dari


Jabir rodiyallahu bahwa Rosululloh shallahu aaihi wa
salam bersabda: Shalat di masjidku lebih baik dari seribu
shalat di selainnya kecuali di Masjidi Haram dan shalat di
Masjidi haram lebih baik dari seratus ribu shalat
selainnya.

c. Dijadikannya sebagai tanah haram (suci) dan aman,


Alloh taala berfirman:
51
Barang siapa memasukinya menjadi amanlah dia (Ali
Imron: 97)

Dan telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas rodiyallohu


anhuma bahwa nabi bersabda pada hari penaklukan kota
mekah:

Sesungguhnya negeri ini Alloh taaala mengharamkannya


sejak hari penciptaan langit dan bumi, dan dia tetap
haram dengan pengharaman dari Allow taala sampai hari
kiamat. Dan sesungguhnya tidaklah dihalalkan
peperangan didalamnya untuk seseorang sebelumku,
dan tidaklah dihalalkan bagiku kecuali sesaat saja dari
siang hari maka dia tetap haram dengan pengharaman
Alloh taala sampai hari kiamat.

d.Dilipat gandakan rizki didalamnya, Alloh taala


berfirman;

Dan apakah kami tidak meneguhkan kedudukan mereka


dalam daerah haram (tanah suci ) yang aman, yang
didatangkan ketempat itu buah buahan dari segala
macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rezeki
bagimu dari sisi kami?  Tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui (alqashash: 57)

52
Dan didalam hadist shahih rosululloh shallahu alaihi
wasalam :

Sesungguhnya Ibrahim telah menjadikan kota Mekah


tanah haram dan berdoa meminta barokah bagi kota
Mekah. Dan aku menjadikan Madinah sebagai tanah
haram sebagaimana Ibrahim menjadikan Mekah sebagai
tanah haram. Aku mendoakan barokah bagi kota
Madinah pada mud dan sha nya dua kali lipat seperti doa
nabi Ibrahuim bagi Mekah.

e. Diselamatkan dari Dajjal.  Dari Anas  rodiyallahu anhu


bahwa nabi shallahu alaihi wasalam bersabda;

Tidak ada satu negeripun melainkan akan diinjak oleh


dajjal kecuali Mekah dan Madinah, tiada jalanpun dari
jalan-jalnnya kecuali dijaga oleh malaikat yang berbaris.

f. Iman akan kembali ke Mekah, seperti sebuah hadist


yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar rodiyallahu anhumma
bahwa nabi shallahu alaihi wa salam bersabda:

Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali


asing sebagaimana semula. Dan dia akan kembali
berlindung di dua masjid sebagaimana ular yang kembali
ke berlindung ke lubangnya. Imam Nawawi berkata yang
dimaksud 2 masjid adalah Masjid Mekah dan Madinah.

53
Demikian artikel tentang keutamaan Kota Mekah, silakan
simak artikel tentang Kabah yang dimuliakan, supaya kita
bisa beribadah dengan baik disana.

KEISTIMEWAAN AIR ZAM – ZAM


 

Keistimewaan Air Zamzam – Mendengar kata air zam –


zam tentunya sudah tidak asing lagi bagi umat Islam. Air
zam – zam merupakan air yang berasal dari sumur zam –
zam. Sumur zam – zam terletak di kawasan Masjidil
Haram, sebelah tenggara Ka’bah. Sumur ini memiliki
kedalaman kurang lebih 42 meter dan mengeluarkan air
bersih secara terus menerus dan tidak pernah habis. Air
Zam – Zam biasa dijadikan oleh-oleh untuk keluarga,
saudara dan teman-teman oleh para jamaah haji dan
umroh. Air Zam – Zam memiliki banyak keistimewaan
dan khasiat bagi tubuh. Seperti hadist Rosulullah SAW
yang diriwayatkan, “Sebaik – baik air yang ada di muka
bumi adalah Zam – Zam. Di dalamnya terdapat
makanan yang mengenyangkan dan penawar
penyakit.”

54
KEISTIMEWAAN AIR ZAM ZAM MENURUT ILMIAH
Air Zam – Zam diyakini dapat menyembuhkan berbagai
macam penyakit. Secara ilmiah, air zam – zam
mengandung berbagai zat yang mampu memberikan
manfaat bagi tubuh. beberapa keistimewaan air zam zam
menurut ilmiah adalah.

1. Air zam zam mengandung zat fluorida.


Zat fluorida disebut juga zat anti kuman. Zat ini
merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh tubuh.
Zat ini bermanfaat untuk menjaga kesehatan gigi dan
mulut, diantaranya mencegah karies gigi dan berperan
dalam pembentukan email gigi.

2. Tidak terdapat lumut yang tumbuh di sekitar sumur


zam zam.
Tumbuhan lumut dapat mengakibatkan air pada sumur
tidak lagi bersih dan mengurangi kesegaran air sumur.
Jadi, dengan tidak adanya lumut di sekitar sumur zam
zam maka kesegaran air zam zam tidak berkurang.

3. Air zam zam mengandung mineral kalsium dan


magnesium.
Mineral kalsium dan magnesium dikatakan juga banyak
terkandung pada air zam zam. Dua jenis mineral ini dapat
memberikan kesegaran bagi tubuh.

55
4. Air zam zam tidak mengandung mikro organisme atau
mikro biologi
Tidak adanya mikro organisme ataupun mikro biologi
pada kandungan air zam zam menurut hasil uji
laboratorium sehingga air zam zam aman untuk langsung
diminum dari sumbernya.

5. Air zam zam mampu menyerap iodine jauh lebih baik


dibandingkan air lainnya.
Daya serap iodin oleh air zam zam yang begitu besar
bermanfaat untuk penetralisir keasaman lambung
manusia. Selain itu, air zam zam baik untuk dikonsumsi
setiap hari kagena kandungan unsur di dalamnya mampu
menghidupkan sel-sel mati.

KEISTIMEWAAN AIR ZAM ZAM MENURUT HADIST


selain dari sudut pandang ilmiah, keistimewaan air zam
zam juga telah diberitakan oleh Nabi Muhammad SAW.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut beberapa hadist
Nabi Muhammad SAW yang menerangkan keutamaan
dan keistimewaan dari air zam zam.

1. “Air Zam Zam, tergantung niat orang yang


meminumnya.”

56
Berkah air zam zam dapat membuat doa kita dikabulkan
oleh Allah SWT. Hendaklah berdoa dan memohon
kepada Allah SWT keinginan kita ketika meminum air
zam zam. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW diatas,
bahwasanya doa apa pun yang kita penjatkan ketika
meminum air zam zam niscaya menjadi doa yang
mustajab.

2. “ Kami menyebut air Zam Zam dengan syuba’ah (yang


mengenyangkan). Dan kami juga mendapatkan, air Zam
Zam adalah sebaik – baik pertolongan (kebutuhan atas
kemiskiman)”. [HR Tabrani]

3. “Sebaik – baik air yang ada di muka bumi adalah Zam


– Zam. Di dalamnya terdapat makanan yang
mengenyangkan dan penawar penyakit.”
Dengan berbagai keistimewaannya tersebut, air zam zam
menjadi satu magnet tersendiri bagi para umat muslim.
Air zam zam pun seolah – olah sudah menjadi barang
yang wajib dibawa pulang oleh para jamaah haji dan
umroh.

5 LOKASI WAJIB DIKUNJUNGI SAAT UMRAH

57
Apakah Anda berencana melakukan ibadah umrah dalam
waktu dekat? Ya, tak ada salahnya ketika umrah, Anda
mengunjungi tempat-tempat yang mempunyai nilai
sejarah mengenai peradaban Islam. Mulai dari kota
Mekah sampai Madinah.

Perlu diketahui, dari berbagai tempat yang bakal


dikunjungi saat Anda melakukan ibadah umrah, ada
beberapa tempat yang wajib dikunjungi. Apa saja itu?
berikut ulasannya.

BIR ALI DAN TAN’IM

Bir Ali dan Tan’im merupakan tempat untuk melakukan


miqot atau tempat untuk memulai ibadah umrah,
berpakaian ihram serta mengucapkan niat umrah.
Untuk Bir Ali terletak di Kota Madinah dan merupakan
syarat umrah yang utama. Sementara Tan’im terletak di
Mekah dan merupakan sunah umrah atau syarat umrah
kedua.

MASJID AL HARAM DAN KABAH


Untuk lokasi yang wajib kedua saat umrah ialah Masjid Al
Haram dan Kabah. Tempat tersebut berlokasi di Kota
Mekah dan menjadi rangkaian penting saat umrah.

58
Masjid Al Haram merupakan tempat utama untuk
melakukan salat, sedangkan Kabah adalah tempat utama
untuk melakukan tawaf.
MAQOM IBRAHIM
Maqom Ibrahim merupakan salah satu titik yang menjadi
daya tarik bagi jemaah haji atau umrah di Masjidil
Haram. Nah, banyak orang beranggapan bahwa Maqom
Ibrahim adalah tempat dimakamkannya Nabi Ibrahim AS.

Maqam Ibrahim adalah sebongkah batu bekas telapak


kaki Nabi Ibrahim. Di atas batu tersebut, Nabi Ibrahim
berdiri dan meletakkan batu pertama pembangunan
Kakbah bersama Ismail
SOFA DAN MARWA
Lokasi ini menjadi tempat favorit bagi para jemaah
umrah. Tempat ini adalah dua bukit yang terletak di Kota
Mekah. Keduanya merupakan tempat untuk melakukan
ibadah Sa’i dengan cara raml atau berlari-lari kecil hingga
berjalan biasa. Bukit Marwa juga dijadikan tempat untuk
melakukan tahalul atau bercukur saat umrah.
MASJID NABAWI
Masjid megah ini terletak di Kota Madinah. Masjid ini
terpenting kedua bagi umat Islam setelah Masjidil Haram
di Makkah. Kawasan ini pun dianggap mustajab,
59
terutama di Raudhah. Tempat ini aslinya adalah halaman
rumah Nabi Muhammad SAW.

KEUTAMAAN KOTA MADINAH

Keutamaan Kota Madinah. Ada varietas pernyataan


mana yg lebih mutlak didahulukan retakan laksanakan
umroh makin dulu di mekah atau menyadran lalu ke
madinah bagimelawat Nabi Muhammad saw. aktual
benar-benar ada komponen perjalanan umroh yg
memusatkan umroh lalu di di Mekah sesudah itu baru ke
Madinah, walaupun yg lain lebih pilih ke Madinah lalu
baru jalankan umroh. pasti saja kita sbg jamaah umroh
bakal ikut jurusan elemen perjalanan umroh, malahan
kalau perihal tercatat memang lah objek ygutama pada
kita mari elemen tertulis dijadikan acuan pada pilih sel
perjalan umroh.

keutamaan kota madinah mukaromahAda dua faktor


mengapa yg berziarah di kota Madinah utama bagi
dilakukan:

1) terhadap menyadrani Makam Nabi muhammad saw


dan seluruh sahabatnya

60
sebuah hadist mengatakan:

Dari abdullah bin umar rhuma, rosullulloh saw berkata


benda siapa saja yg menziarahiku sesudah wafatku,
seolah-olah dirinya sudah melawat saya selama hidupku
(hr thabrani, daruqutni, baihaqi)

Tentu saja saat kita lahir sekarang ini nabi telah tak
dengan kita tambah. dgn melawat ia berarti persis saja
dgn mengunjungi dia disaat lagi pandangan hidup
menjelang hadist di atas. sbg wong mukmin pasti saja
mesti punyai kemauan kepada berjumpa ia meski cuma
melawat makamnya. , mudah-mudahan kita tergolong
beberapa orang yg mewarisisyafaat nabi di yaumil
puncak. Allohumma amien.

2) memperoleh keberkahan berasal kota Madinah


mukaromah

Alloh swt pilih kota madinah juga sebagai ruangan masih


kekasihnya nabi muhammad pasti saja sebab keunggulan
yag ada didalam kota tersimpul. bersama tahu
keutamaannya mudah-mudahan kita dapat memelihara
tata krama tatkala kaya di kota madinah munawarah.

Berikut ini hadist menyangkut kebijaksanaan kota


Madinah:

61
Dari Jabir bin samurah r.a menyampaikan saya
mendengar rosululloh saw bicara Alloh swt menamai
Madinah bersama eminensi Thabah (HR Muslim)

Alloh swt menamai Thabah lewat petunjuk dan


didalamnya ada wahid riwayat disebut Thaibah.
Maknanya identik, yakni suci dan keren berarti Madinah
suci alamat kesyirikan atau air dan udaranya teramat
keren cocok bersama perilaku insan. sebahagian alim
menyampaikan profit thaibah yaitu penduduknya
manusia baik-baik.

Qadhi Iyadh rah,a berbicara Madinah yakni ruangan


turunnya ilham, area turunnya alquran, ruang turunya
malaikat jibril dan mikail. Malaikat yg dalam dgn
Allohpun kembali turun disana. daerah lapangnya
senantiasa dipenuhi dgn dzikir dan tasbih. negara dan
debunya menyangkut badan nabi muhamaad saw.
alamat sana berapa tidak sedikit sunah ygmenyebar. Di
sana tidak sedikit area yg penuh kebaikan, keberkahan
dan kewangian. Madinah yaitu area berdirinya dan
berjalannya Rosulloh. maka telah lurus apabila
negerimadinah munawarah dimuliakan, dicium
wewangiannya dan dicium tembok-tembaknya.

62
Beberapa area di kota madinah yg penuh keberkahan yg
kelak dapat diziarahi jamaah umroh jarak lain merupakan
sbg berikut;

1. tempat ibadah Nabawi. tempat ibadah ini ruangan


berkumpulnya rosululloh dan beberapa sahabatnya pada
menubuhkan reportase keimanan islam. alamat tempat
ibadahinilah lalu islam hasilnya dapat tersebar ke
seluruhnya bidang hingga hasilnya kita yg di daerah
airpun sanggup merasakan nikmatnya islam dan iman

2. Raudhah yakni ruang yg terletak diantara kamar


rosululloh bersama mimbar tempat ibadah nabawi.
Namun kamar rosululloh waktu ini sudah jadi makam
dirinya. Raudhah merupakan termasuk juga ruangan yg
mustajabah layaknya ucapan rosulloh raudhah yaitu
halaman ladang diatara taman-taman surga (al hadist).

3. Makam Baqi. yakni wilayah pekuburan di madinah yg


telah ada sejak jaman jahiliyah. Disinilah setelah itu
diantara putra-putri nabi yg dimakamkam di Baqi yaitu
Ibrahim, Fatimah, Zainab, Ummu Kultsum dan Ruqayah.

4. Jabal Uqud. Jabal Uqud atau gunung Uqud yakni


ruangan Empty uhud.

63
4. tempat ibadah qiblatain. yakni tempat ibadah tempat
ibadah yg memiliki dua kiblat. Di tempat ibadah qiblatain
inilah alloh swt membangun ilham bagi Nabi terhadap
pindaikiblat sholat awal baitul maqdis (palestina) ke
baitul haram (makkah).

5. tempat ibadah Quba. tempat ibadah quba merupakan


tempat ibadah yg dibangun lebih-lebih kali dibangu oleh
nabi sesudah pengungsian ke Madinah. pada Hadist
diriwayatkan benda siapa-siapa menyertu di rumahnya
setelah itu menuju tempat ibadah Quba dan sho;at dua
rakaat sehingga pahalanya identik bersama umroh (HR
Tirmizi).

MENJAGA UMROH TETAP MABRUR SELEPAS PULANG


UMROH

Selepas umroh dan mendapat umroh yang


mabrur (harapan kita semua) maka yang tidak kalah
penting adalah menjaga amalan supaya umroh yang kita
laksanakan tidak sia-sia. Pada hakikatnya sesuai dengan
dengan tujuan umroh sendiri ada 3 hal yang penting
untuk diingat yaitu:
1. Makna thawaf adalah menjaga hati selalu bersama
dengan Alloh. Maka selepas umroh kita juga harus
melatih diri untuk selalu ingat kepada Alloh setiap saat
64
dan keadaan sehingga ingat kepada makhluk maka ingat
kepada sang penciptanya yaitu Alloh swt. Ketika melihat
langit maka kira rasakan dalam hati kehebatan ALLoh
yang mampu menyangga langit begitu luas tanpa atap.
Imam ghazali berkata makhluk adalah seperti boneka
yang ditarik benag-benang dari atas. makhluk tidak bisa
berbuat manfaat atau mudharat kecuali dengan izinnya
Alloh.

2. Makna sai adalah menjaga diri untuk tidak keluar dari


batasan Alloh walaupun dalam kondisi apapun juga.
Lihatlah Siti Hajar walaupun dalam kondisi yang
kehausan di tengah padang pasir yang panas tetapi
karena ingat pesannya Nabi Ibrahim untuk tidak keluar
dari komplek masjidil haram, maka ia hanya berlarian
kesana kemari tanpa melupakan perintah suaminya.
Dalam hidup kita akan banyak ujian yang akan kita
terima, maka sesuai dengan makna sai yang pernah kita
lakukan kita berjanji untuk tidak keluar dari batasan
batasan Alloh. Misalnya saja dalam masalah rezeki.
Problem rezeki adalah hal yang jamak terjadi karena kita
masih hidup di dunia. Jangan sampai karena kekurangan
rezeki kita keluar dari batasan untuk mencari rezeki yang
halal.

65
3. Makna ziarah ke madinah adalah mengingatkan kita
akan dan tugas dan tanggung jawab kita sebagai penerus
rosulloh untuk mengamalkan dan menyebarkan agama
yang rahmatan lilalamin. Minimal sekali kita bertanggung
jawab terhadap kelangsungan kehidupan agama di
keluarga dan lingkungan sekitar kita seperti misalnya
hidupnya masjid dimana kita berdomisili. Meluangkan
masa untuk membantu memakmurkan masjid di tengah
kesibukan kita dan aktif dalam kegiatan yang ada adalah
hal-hal kecil yang mungkin kita bisa lakukan.
IBADAH DI HARAMAIN (DUA TANAH HARAM –
MAKKAH DAN MADINAH)

Ibadah di Haramain (Dua Tanah Haram – Makkah dan


Madinah)
Selain ibadah umrah di Masjidil Haram, ada beberapa
ibadah yang dilakukan di Makkah dan Madinah yang
mempunyai keutamaan dan pahala besar, diantaranya :

1. Shalat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi


Shalat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi memiliki
keutamaan yang besar sebagaimana disabdakan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
66
ٌ‫صالَة‬َ ‫صالَ ٍة فِي َما ِس َواهُ إِالَّ ْال َمس ِْج َد ْال َح َرا َم َو‬ َ ‫ف‬ ِ ‫ض ُل ِم ْن أَ ْل‬
َ ‫صالَةٌ ِفى َمس ِْج ِدى أَ ْف‬
َ
ُ‫صالَ ٍة ِفي َما ِس َواه‬
َ ‫ف‬ ِ ‫ض ُل ِم ْن ِمائَ ِة أَ ْل‬َ ‫فِى ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام أَ ْف‬
Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada
1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Haram.
Shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000
shalat di masjid lainnya. [HR. Ahmad dan Ibnu Majah dari
Jabir bin ‘Abdillah]
Keutamaan ini mencakup shalat fardhu dan sunnah.

2. Thawaf di Masjidil Haram


Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma :

ِ ‫ان َك ِع ْت‬
»‫ق َرقَبَ ٍة‬ َ ‫صاهُ َك‬ َ ْ‫ت أُ ْسبُو ًعا فَأَح‬ ِ ‫اف بِهَ َذا البَ ْي‬َ َ‫ « َم ْن ط‬:‫ يَقُو ُل‬،ُ‫َو َس ِم ْعتُه‬
‫ب‬َ َ‫ض ُع قَ َد ًما َواَل يَرْ فَ ُع أُ ْخ َرى إِاَّل َحطَّ هَّللا ُ َع ْنهُ َخ ِطيئَةً َو َكت‬
َ َ‫ « اَل ي‬:‫َو َس ِم ْعتُهُ يَقُو ُل‬
ً‫»لَهُ بِهَا َح َسنَة‬

Dan saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam


bersabda : “Barangsiapa thawaf di Ka’bah tujuh kali dan
menyempurnakannya (memperhatikan syarat dan
adabnya), maka pahalanya adalah seperti membebaskan
budak.”

67
Dan saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda : “Tidaklah seseorang yang thawaf meletakkan
salah satu kakinya, dan melangkahkan yang lainnya
melainkan Allah akan hapus kesalahannya dengannya,
dan dituliskan baginya kebaikan. [HR. at-Tirmidzi]

3. Beribadah di Raudhah di Masjid Nabawi


Raudhah secara bahasa adalah taman. Di Masjid Nabawi
ada sebuah tempat yang disebut sebagai salah satu
taman surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫الجنَّ ِة‬
َ ‫اض‬ِ َ‫ضةٌ ِم ْن ِري‬
َ ‫َما بَي َْن بَ ْيتِي َو ِم ْنبَ ِري َر ْو‬
Tempat yang terletak diantara rumahku dan mimbarku
adalah salah satu di antara taman-taman surga. [HR. al-
Bukhari dan Muslim]
Raudhah adalah tempat yang paling mulia di Masjid
Nabawi, karenanya disyariatkan untuk memperbanyak
ibadah sunnah seperti shalat, dzikir dan membaca al-
Qur`an, dengan syarat bisa khusyu’ dan tidak menyakiti
orang lain saat berada disana maupun saat menuju
kesana. Adapun untuk shalat wajib, shaf-shaf yang ada di
depan Raudhah lebih utama.
68
4. Berjihad di Masjid Nabawi.
Sebuah amalan ringan di Masjid Nabawi terhitung
sebagai jihad di jalan Allâh Azza wa Jalla . Hanya dengan
niat belajar atau mengajar saat melangkahkan kaki
menuju Masjid Nabawi, itu laksana berjihad di jalan Allâh
Azza wa Jalla . Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
‫ فَه َُو ِب َم ْن ِزلَ ِة ْال ُم َجا ِه ِد‬،ُ‫ لَ ْم يَأْتِ ِه إِالَّ لِ َخي ٍْر يَتَ َعلَّ ُمهُ أَ ْو يُ َعلِّ ُمه‬،‫َم ْن َجا َء َمس ِْج ِدي هَ َذا‬
‫اع َغي ِْر ِه‬ِ َ‫ فَه َُو بِ َم ْن ِزلَ ِة ال َّرج ُِل يَ ْنظُ ُر إِلَى َمت‬،‫ك‬ َ ِ‫ َو َم ْن َجا َء لِ َغي ِْر َذل‬.ِ ‫يل هَّللا‬
ِ ِ‫فِي َسب‬
Barangsiapa mendatangi masjidku ini, ia tidak datang
kecuali untuk kebaikan yang ingin dia pelajari atau
diajarkan, maka kedudukannya seperti mujahid di jalan
Allâh. Dan barangsiapa datang untuk selain itu, maka ia
laksana orang yang hanya memandang barang orang lain.
[HR. Ibnu Majah]
Memandang barang orang lain maksudnya adalah ia
seperti orang yang masuk ke pasar, tapi tidak menjual
atau membeli, dan hanya memandang barang orang lain
sehingga tidak mendapatkan apa-apa.

69
Hadits ini juga menunjukkan bahwa Masjid Nabawi
adalah _sûq al-‘ilmi_ (pasar ilmu), dan selayaknya bagi
orang yang masuk ke dalamnya untuk berdagang ilmu,
baik dengan menuntut ilmu atau mengajarkannya.
Jika paham bahasa Arab, anda bisa belajar langsung
kepada para Ulama di Masjid Nabawi. Jika tidak, maka
Anda dapat menghadiri pengajian berbahasa Indonesia di
sana. Anda juga bisa mengikuti halaqah-halaqah tahsin,
atau bisa juga membawa kitab untuk dibaca, berdiskusi
atau membaca al-Quran dan terjemahannya. Yang
penting setiap langkah anda dari rumah atau penginapan
menuju Masjid Nabawi tidak lepas dari niat mempelajari
kebaikan atau mengajarkannya, agar pahala jihad tidak
luput dari anda.

5. Shalat Di Masjid Quba`


Dengan kebijaksanaan dan kemurahan-Nya, Allah
membuka pintu pahala umrah bagi yang tinggal di
Madinah dengan amalan yang lebih mudah. Hal tersebut
tertuang dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berikut:

70
‫ان لَهُ َكأَجْ ِر ُع ْم َر ٍة‬ َ َ‫ ف‬،‫َم ْن تَطَه ََّر فِي بَ ْيتِ ِه ثُ َّم أَتَى َمس ِْج َد قُبَا َء‬
َ ‫صلَّى ِفي ِه‬
َ ‫ َك‬،ً‫صاَل ة‬
Barangsiapa bersuci di rumahnya, lalu mendatangi
Masjid Quba` dan shalat di sana satu shalat, ia
mendapatkan pahala seperti pahala umrah.[HR. Ibnu
Majah]
Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjalankan
sunnah ini setiap pekan, sebagaimana disebutkan dalam
hadits berikut:
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَأْتِي‬ َ ‫ان النَّبِ ُّي‬ َ َ‫ ق‬،‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما‬
َ ‫ َك‬:‫ال‬ ِ ‫َع ِن اب ِْن ُع َم َر َر‬
‫اشيًا َو َرا ِكبًا‬ ِ ‫ َم‬،‫ت‬ ٍ ‫َمس ِْج َد قُبَا ٍء ُك َّل َس ْب‬
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi Masjid
Quba` setiap hari Sabtu dengan berjalan kaki dan
berkendara.”[HR. al-Bukhari dan Muslim]

6. Shalat Jenazah
Hampir setiap selesai shalat fardhu di Masjidil Haram dan
Masjid Nabawi dilaksanakan shalat jenazah. Maka
perbanyak pahala dengan mengikuti shalat jenazah yang
diselenggarakan di sana.

71
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
‫يل َو َما‬َ ِ‫ ق‬. ‫ان‬ ِ َ‫يراط‬ َ ِ‫يراطٌ فَإِ ْن تَبِ َعهَا فَلَهُ ق‬ َ َ‫صلَّى َعلَى َجن‬
َ ِ‫از ٍة َولَ ْم يَ ْتبَ ْعهَا فَلَهُ ق‬ َ ‫َم ْن‬
‫ال أَصْ َغ ُرهُ َما ِم ْث ُل أُ ُح ٍد‬
َ َ‫ان ق‬ِ َ‫يراط‬ َ ِ‫ ْالق‬.
Barangsiapa shalat jenazah dan tidak ikut mengiringi
jenazahnya, maka baginya (pahala) satu qirath. Jika ia
sampai mengikuti jenazahnya, maka baginya (pahala) dua
qirath.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua
qirath?” “Ukuran paling kecil dari dua qirath adalah
semisal gunung Uhud”, jawab beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam. [HR. Muslim]

7. Shalat Syuruq / Isyraq


Saat berada di Makkah dan Madinah, khususnya di
Masjidil Haram dan Masjid Nabawi adalah saat yang
tepat untuk memperbanyak pahala, karena tidak
disibukkan oleh rutinitas harian seperti sekolah atau
bekerja. Di antara amalan yang besar pahalanya adalah
melakukan shalat syurug / Isyraq, yaitu seperti pahala
haji dan umrah.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
72
‫صلَّى‬ َ ‫طلُ َع ال َّش ْمسُ ثُ َّم‬ ْ َ‫صلَّى ْال َغ َداةَ فِى َج َما َع ٍة ثُ َّم قَ َع َد يَ ْذ ُك ُر هَّللا َ َحتَّى ت‬
َ ‫َم ْن‬
‫تلَهُ َكأَجْ ِر َح َّج ٍة َو ُع ْم َر ٍة تَا َّم ٍة تَا َّم ٍة تَا َّم ٍة‬ ْ َ‫َر ْك َعتَي ِْن َكان‬

Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah, kemudian dia


duduk – dalam riwayat lain: dia menetap di masjid –
untuk berzikir kepada Allah sampai matahari terbit,
kemudian dia shalat dua rakaat, maka dia akan
mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah,
sempurna sempurna sempurna.[HR. ath-Thabrani dalam
“al-Mu’jamul kabir”, dinyatakan baik isnadnya oleh al-
Mundziri; at-Tirmidzi, dinyatakan hasan oleh at-Tirmidzi
dan syaikh al-Albani dalam “Silsilatul ahaditsish
shahihah”]
Hadits ini menunjukkan besarnya keutamaan duduk
menetap di tempat shalat setelah shalat shubuh
berjamaah, untuk berzikir kepada Allah sampai matahari
terbit (yaitu telah meninggi), kemudian melakukan shalat
dua rakaat.
Wallahu a’lam

73
FIQH TENTANG KOTA MAKKAH

Beberapa ketentuan hukum terkait kota Makkah


1. Bagi orang yang hendak haji atau umrah, wajib
berihram ketika hendak memasuki batas tanah haram
(Makkah).
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda setelah
menyebutkan miqat-miqat yang telah ditentukan,
‫هُ َّن لَه َُّن َولِ َم ْن أَتَى َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َغي ِْر ِه َّن ِم َّم ْن أَ َرا َد ْال َح َّج َو ْال ُع ْم َرةَ (رواه‬
)1181 ‫ رقم‬،‫ ومسلم‬1524 ‫ رقم‬،‫البخاري‬.
“Tempat-tempat itu (adalah miqat) bagi mereka
(penduduk negeri-negeri tersebut) dan siapa saja yang
datang lewat jalur tersebut, jika dia niat haji atau
umrah.”[HR. Bukhari, no. 1524, Muslim, no. 1181]
2. Diperbolehkan memasuki kota Makkah dalam keadaan
tidak ihram, selama tidak berniat melaksanakan haji atau
umrah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika fathu Makkah,
beliau memasuki kota Makkah tanpa memakai pakaian
ihram.
74
3. Diperbolehkan melakukan perjalanan jauh yang
menghabiskan banyak biaya dalam rangka berkunjung ke
masjidil haram.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫صلَّى‬ gِ ‫ َو َمس ِْج ِد ال َّرس‬،‫الح َر ِام‬
َ ‫ُول‬ ِ ‫الَ تُ َش ُّد الرِّ َحا ُل إِاَّل إِلَى ثَالَثَ ِة َم َس‬
َ ‫ ال َمس ِْج ِد‬:‫اج َد‬
َ ‫ َو َمس ِْج ِد األَ ْق‬،‫هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
‫صى‬
“Tidak boleh mengadakan perjalanan jauh dalam rangka
mengunjungi tempat ibadah selain tiga masjid: Masjidil
al-Haram, Masjid an-Nabawi, dan Masjid al-Aqsha.”[HR.
Bukhari no. 1132]

4. Di kota Makkah, siapapun dilarang berbuat maksiat.


Perbuatan maksiat di kota Makkah, dosanya sangat besar
daripada di tempat lain. Allah berfirman :

ِ َّ‫يل هَّللا ِ َو ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام الَّ ِذي َج َع ْلنَاهُ لِلن‬
‫اس‬ ِ ِ‫ون َعن َسب‬ ُ َ‫ين َكفَرُوا َوي‬
َ ‫ص ُّد‬ َ ‫إِ َّن الَّ ِذ‬
‫ب أَلِ ٍيم‬
ٍ ‫د ۚ َو َمن ي ُِر ْد فِي ِه بِإِ ْل َحا ٍد بِظُ ْل ٍم ُّن ِذ ْقهُ ِم ْن َع َذا‬gِ ‫ف فِي ِه َو ْالبَا‬
ُ ‫َس َوا ًء ْال َعا ِك‬

75
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi
manusia dari jalan Allah dan Masjidilharam yang telah
Kami jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim
di situ maupun di padang pasir dan siapa yang
bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara
zhalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian
siksa yang pedih” [QS. al Hajj :25]
Ayat ini, menurut penjelasan Syaikh as Sa’di,
mengandung kewajiban untuk menghormati tanah
Haram, keharusan mengagungkannya dengan
pengagungan yang besar, dan menjadi peringatan bagi
yang ingin berbuat maksiat.
5. Shalat di Masjidil Haram pahalanya sama dengan
seratus ribu kali shalat di selain Masjidil Haram.
Dari Jabir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ٌ‫صالَة‬َ ‫صالَ ٍة فِي َما ِس َواهُ إِالَّ ْال َمس ِْج َد ْال َح َرا َم َو‬ َ ‫ف‬ ِ ‫ض ُل ِم ْن أَ ْل‬
َ ‫صالَةٌ فِى َمس ِْج ِدى أَ ْف‬
َ
ُ‫صالَ ٍة فِي َما ِس َواه‬
َ ‫ف‬ ِ ‫ض ُل ِم ْن ِمائَ ِة أَ ْل‬َ ‫فِى ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام أَ ْف‬
“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama
daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil
Haram. Shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada

76
100.000 shalat di masjid lainnya.” [HR. Ahmad 3/343 dan
Ibnu Majah no. 1406, dari Jabir bin ‘Abdillah]
6. Diperbolehkan untuk melaksanakan shalat dan thawaf
di Masjidil Haram kapan saja, meskipun bertapatan
dengan waktu terlarang untuk shalat.
Dari Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan kepada
Bani Abdi Manaf yang
‫صلَّى أَيَّةَ َسا َع ٍة َشا َء ِم ْن‬ ِ ‫اف بِهَ َذا ْالبَ ْي‬
َ ‫ت َو‬ َ َ‫اف الَ تَ ْمنَعُوا أَ َح ًدا ط‬
ٍ َ‫يَا بَنِى َع ْب ِد َمن‬
ٍ َ‫لَي ٍْل أَ ْو نَه‬
‫ار‬
“Wahai Bani Abdi Manaf, jangan kalian melarang
siapapun untuk thawaf di Baitullah ini, dan melaksanakan
shalat di waktu kapan pun yang dia kehendaki siang
maupun malam.” [HR. Nasai 592, Turmudzi 877, dan
dishahihkan al-Albani]
Imam an-Nawawi, mengatakan : “Para ulama madzhab
kami berpendapat, tidak makruh shalat di Makkah di
waktu-waktu terlarang, baik shalat sunah setelah thawaf
atau shalat sunah lainnya. Inilah pendapat yang benar
yang masyhur dalam madzhab Syafiiyah.”[al-Majmu’
Syarh Muhadzab, 4/179]
77
Dan hukum ini hanya berlaku khusus untuk masjidil
haram dan tidak berlaku untuk masjid lainnya.
7. Dilarang memburu binatang yang hidup di Makkah
Siapa yang memburu binatang maka dia wajib membayar
denda gantinya. Allah berfirman,
‫ص ْي َد َوأَ ْنتُ ْم ُح ُر ٌم َو َم ْن قَتَلَهُ ِم ْن ُك ْم ُمتَ َع ِّم ًدا فَ َج َزا ٌء ِم ْث ُل‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬
َّ ‫ ال‬g‫ين آ َمنُوا اَل تَ ْقتُلُوا‬
‫َما قَتَ َل ِم َن النَّ َع ِم‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram.
Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan
sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan
binatang ternak seimbang dengan buruan yang
dibunuhnya.” [QS. Al Maidah: 95]
Allahu a’lam

78
TATA CARA UMROH
|     

Tata Cara Umroh – Ibadah umroh merupakan ibadah


yang sudah ditetapkan syaratnya, rukunnya, tempatnya,
sampai waktunya. Seumpama dengan melaksanakan
sholat yang dimulai dengan niat dna diakhiri dengan
salam, ibadah umroh juga dimulai dengan berihram (niat
umroh) dan diakhiri dengan bertahalul atau mencukur
sebagian rambut.
Tata cara ibadah umroh dimulai dengan  berihram dari
miqat miqat yang -miqat yang telah ditentukan. Miqat
adalah garis start seorang jamaah yang hendak
melakukan ibadah umroh atau haji, dengan kata lain

79
adalah tempat berihram atau niat umroh dan masuknya
seseorang kedalam pelaksanaan umroh yang akan
dilakukan. Tata cara umroh adalah sebagai berikut:

1. Dari bandara menuju Masjid miqat Dzulhulaifah/


Abyar’Ali. Kemudian melakukan persiapan sebelum
ihram seperti mandi, mengenakan pakaian ihram,
berwudhu dan shalat sunnah ihram.
2. Membaca niat umroh, “Labbaikallahumma
umratan”, yang artinya “Aku sambut panggilan-Mu Ya
Allah untuk berumrah”.
3. Setelah mengenakan pakaian ihram dan berniat
melaksanaan umorh dilarang untuk melakukan segala
macam bentuk larangan yang dapat membatalkan ibadah
Umroh. Entah disengaja atau tidak disengaja.
4. Dalam perjalanan menuju Mekkah, perbanyaklah
berdikir dengan membaca talbiyah, “Labbaikallahumma
labbaik, labbaika la syarikalaka labbaik, Innal hamda wan
ni’mata laka wal mulka la syarika laka”, yang artinya “Aku
datang memenuhi panggilan-Mu Ya Allah, aku datang
memenuhi pangilan-Mu, aku datang memenuhi
panggilan-Mu tidak ada sekutu bagi-mu, aku datang
memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji,
nikmat, dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak
ada sekutu bagi-Mu”

80
5. Setibanya di Masjidil Haram, dahulukanlah kaki
kanan ketika memasukinya dengan membaca,
“Allahumma antassalam wa minkassalam wa ilaika
ya’udussalam fahayyina rabbana bissalam wa
adkhilnaljannata darassalam tabarakta rabbana wa ta
‘alaita yzal jalali wal ikrami. Allahummaftahli abwaba
rahmatika bismillahi walhamdullillahi wassalatu
wassalamu ‘ala rasulillah.” Yang artinya “Ya Allah, Engkau
sumber keselamatan dan dari pada-Mulah datangnya
keselamatan dan kepada-Mu kembalinya keselamatan.
Maka hidupkanlah kami wahai Tuhan, dengan selamat
sejahtera, dan masukkanlah ke dalam surga negeri
keselamatan. Maha banyak anugerah-Mu dan Maha
Tinggi Engkau. Wahai Tuhan yang memiliki keagungan
dan kehormatan. Ya Allah, bukalah untukku pintu
rahmat-Mu. Aku masuk masjid ini dengan nama Allah
disertai dengan segala puji bagi Allah serta salawat dan
salam untuk Rasulullah”.

6. Melakukan tawaf mengelilingi Ka’bah sebanyak 7


kali, posisi Ka’bah berada disebelah kiri.
7. Sholat 2 rakaat didepan maqam Ibrahim. Rakaat
pertama membaca Surat Al-Fatihah dilanjutkan dengan
membaca Surat Al-Kaafiruun. Rakaat kedua membaca

81
Surat Al-Fatihah dilanjutkan dengan membaca Surat Al-
Ikhlas.
8. Beristirahat sejenak dan minum air zam-zam sambil
berdoa, “Allohumma Innii Asaluka’Ilman Nafi’an Wa
Rizqon Waasi’an Wa Syifaa’an Min Kulli Daa’in Wa
Saqomin Bi Rohmatika Yaa Arhamar Roohimin” yang
artinya”Ya Allah aku mohon kepada-Mu ilmu
pengetahuan yang bermanfaat, rezeki yang luas dan
kesembuhan dari segala sakit dan rahmatilah kami
dengan kasih sayang-Mu”.
9. Melakukan Sa’i antara bukit Safaa ke bukit Marwa
sebanyak 7 kali. Sa’i merupakan lari kecil-kecil dari bukit
Safaa ke bukit Marwa.
10. Tahallul adalah akhir dari pelaksanaan ibadah
umroh, ditandai dengan bercukur. Untuk laki-laki lebih
baik dicukur sampai gundul, tapi kalaupun tidak sampai
gundul tidak apa-apa. Dan untuk perempuan dicukur
alakadarnya dengan membaca doa, “Allahummaj’al likulli
sya’ratin nuran yaumal qiyamah”.

82
Tata Cara Umroh
Dengan melaksanakan tata cara umroh lengkap diatas,
semoga jamaah umroh mendapatkan umroh yang
mabrur dan semoga Allah memberikan kemudahan
berupa kesehatan jasmani dan rohani untuk dapat
melaksanakan seala yang diperintahkan oleh Allah dan
menjauhi segala yang dilarang oleh Allah dengan lebih
maksimal.

10 Keutamaan Umroh dan Penjelasannya

Keutamaan Umroh – Suatu umat dalam agama tertentu


pasti memiliki kewajiban. Sama seperti umat muslim,
memiliki sejumlah kewajiban yang harus dijalankan
seperti salah satunya ibadah haji. Namun, pelaksanaan
83
ibadah haji terbatas oleh waktu, materi, serta kesediaan
jumlah jamaah yang dapat melakukannya pada waktu
tertentu sehingga banyak umat muslim yang belum
melaksanakannya.

Sehingga kebanyakan orang lebih memilih untuk


melaksanakan ibadah umroh yang terbilang ibadah
sunnah. Meski tergolong sunnah, namun terdapat
sejumlah keutamaan umroh yang sangat baik bila
dilakukan. Apa saja keutamaan umroh? Berikut
penjelasannya.

Keutamaan Ibadah Umroh

1. Menghapus Dosa
Keutamaan umroh yang pertama adalah menghapus
dosa. Bila seseorang telah menjalankan ibadah umroh
sebelumnya, lalu melakukan ibadah umroh pada tahun
berikutnya maka dosa-dosanya diantara kedua waktu
umroh tersebut akan dihapuskan.

2. Memperoleh Ketenangan Hati


Dengan berdoa selama menjalankan ibadah umroh, hati
akan terasa tenang dan kehidupan menjadi lebih
tentram. Keutamaan umroh ini memberikan wujud

84
kekayaan dalam hati, sehingga menjadi lebih sabar dan
menambah iman bagi siapapun yang melaksanakannya.

3. Memperoleh Pahala Sholat Berlipat Ganda


Mengumpulkan pahala dari sholat terbilang sulit. Bila
umumnya melaksanakan sholat hanya memperoleh
pahala 1 dan 27 derajat saat berjamaah, ketika sholat
saat beribadah umroh pahala akan berlipat ganda.
Keistimewaan umroh membuat pahala sholat saat ibadah
umroh dapat mendatangkan pahala 1000 kali lipat hingga
100.000 kali lipat lho Toppers. Kebayangkan luar
biasanya keutamaan umroh yang satu ini?

4. Meningkatkan Iman dan Takwa


Keistimewaan umroh lainnya adalah meningkatkan iman
dan takwa. Dengan melakukan ibadah umroh, berarti ia
berupaya untuk meningkatkan keimanan dan
ketakwaannya untuk memperbaiki ibadah juga
perilakunya. 

5. Media Jihad bagi Perempuan


Seperti yang kita ketahui, jihad adalah sebuah ibadah
yang dilakukan dengan pengorbanan besar sehingga
pahala yang dijanjikan adalah surga. Dahulu, jihad
ditandai dengan mengikuti peperangan untuk membela
85
Islam dan perempuan dilarang mengikuti peperangan
karena fisiknya yang lemah. Sehingga Allah memberikan
alternatif untuk perempuan melakukan jihad dengan cara
melaksanakan haji/umroh.

6. Doa Akan Dikabulkan


Keutamaan umroh lainnya adalah doa akan dikabulkan.
Orang yang melakukan ibadah umroh merupakan tamu
Allah sehingga memiliki keistimewaan dengan dikabulkan
segala doa yang dipanjatkan. Penyataan ini tertuang
dalam sebuah hadits yang mana berisi siapapun yang
memohon ampunan dan bermohon kepada Allah maka
pasti akan dikabulkan.

7. Memperoleh Keberkahan
Ibadah umroh dapat memberikan keberkahan bagi
siapapun yang menjalankannya. Bila ibadah umroh
dilakukan dengan hati yang ikhlas dan dijalankan dengan
khusyu maka dapat menjadi ibadah yang sah atau
diterima. Ketika ibadah umroh diterima, maka hidup
akan dilimpahkan dengan keberkahan dan menjadi lebih
baik.

86
8. Dijanjikan Surga
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, umroh dapat
menjadi jihad bagi perempuan juga kaum yang lemah.
Siapapun yang menjalankan umroh dengan hati yang
ikhlas dan mengikuti tata caranya dengan benar maka
akan bernilai pahala besar dan mendapatkan ganjaran
surga.  

9. Dijauhkan dari Kemiskinan


Setiap manusia pasti ingin memiliki hidup yang cukup
dan sejahtera. Allah memberikan salah satu
keistimewaan umroh dengan menjauhkan siapapun yang
melakukan umroh akan dijauhkan dari kemiskinan atau
kefakiran. Pernyataan ini tertuang dalam sebuah hadist
yang mana disebutkan bahwa siapapun yang
melaksanakan umroh akan menghilangkan kemiskinan
juga dosa-dosa yang telah diperbuat.

10. Wafat Saat Umroh, Pahalanya Dicatat Sampai Hari


Kiamat
Terakhir, bila seseorang wafat saat umroh maka
pahalanya akan dicatat sampai hari kiamat tiba.
Keutamaan umroh ini bisa diberikan ketika seseorang
memiliki kekhusyukan dan menjalankan tata cara dan
rukun umroh dengan benar. Walau mungkin saja rukun
87
umrohnya belum tercapai semua, tapi Allah sudah
menjanjikan pahala. 

Itu dia berbagai keutamaan umroh serta penjelasannya.


Bila sedang menunggu waktu pelaksanaan ibadah haji,
ada baiknya untuk melakukan ibadah umroh selagi masa
ibadah umroh yang tidak terbatas seperti ibadah haji.

Dalam melaksanakan badah Umroh kita harus


memperhatikan persyaratan dan tata cara umroh agar
ibadah umroh kita sah atau dapat diterima. Sebelum
berangkat,

Sejarah Haji & Umrah

Sejarah Haji dalam Islam bermula dari ribuan tahun yang


lalu. Pada masa Nabi Ibrahim AS (1861 – 1686 SM), yang
merupakan keturunan Sam Bin Nuh AS (3900 – 2900 SM).
Literatur-literatur yang ada dalam khasanah Islam
menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim AS lahir di Ur-Kasdim,
sebuah kota penting di Mesopotamia, selanjutnya Nabi
Ibrahim tinggal di sebuah lembah di negeri Syam.
Ketika sudah memasuki usia senja, Nabi Ibrahim belum
juga dikaruniai keturunan. Sang istri (Sarah) sangat sedih
88
melihat keadaan ini dan meminta Nabi Ibrahim untuk
menikahi Hajar. dari Hajar inilah Allah mengkaruniai
Ibrahim seorang anak bernama Ismail. Dan Sarah tidak
mampu memendam rasa pilunya karena tidak
mendapatkan keturunan sepanjang perkawinannya
dengan Nabi Ibrahim AS.
Nabi Ibrahim AS kemudian mengadukan
permasalahannya kepada Allah. Lalu Allah perintahkan
Nabi Ibrahim membawa Ismail bersama Hajar untuk
menjauh dari Sarah. Nabi Ibrahimpun bertanya : “Yaa
Allah, kemana aku harus membawa keluargaku ?”
Allah berfirman : “Bawalah ke tanah Haram-Ku dan
pengawasan-Ku, yang merupakan daratan pertama Aku
ciptakan di permukaan bumi yaitu Mekkah.”
Lalu malaikat Jibril AS turun kebumi membawa
kendaraan cepat. Kemudian Jibril membawa Hajar, Ismail
dan Nabi Ibrahim AS. Setiap kali Nabi Ibrahim AS
melewati suatu tempat yang memiliki ladang kurma yang
subur, ia selalu meminta Jibril untuk berhenti sejenak.
Tetapi Jibril selalu menjawab, “teruskan lagi” dan
“teruskan lagi”. Sehingga akhirnya sampailah di Mekkah
dan Jibril mereka di posisi Ka’bah, dibawah sebuah
pohon yang cukup melindungi Hajar dan anaknya Ismail
dari terik matahari.

89
Selanjutnya Nabi Ibrahim AS bermaksud pulang kembali
ke negeri Syam menemui Sarah istri pertamanya. Hajar
merasa sedih karena akan ditinggalkan oleh suami
tercintanya. “Mengapa menempatkan kami disini.
Tempat yang sunyi dari manusia , hanya gurun pasir,
tiada air dan tiada tumbuh-tumbuhan ?” tanya Hajar
sambil memeluk erat bayinya, Ismail.
Ibrahim menjawab: “Sesungguhnya Allah yang
memerintahkanku menempatkan kalian di sini”.
Lalu Ibrahim beranjak pergi meninggalkan mereka.
Sehingga sampai di bukit Kuday yang mempunyai
lembah, Ibrahim berhenti sejenak dan melihat kepada
keluarga yang ditinggalkannya. Dia lalu berdoa, seperti
yang diabadikan dalam Al Qur’an. Allah berfirman
mengulangi doa Nabi Ibrahim AS : ” Yaa Tuhan kami,
sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-
tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang
dihormati. Yaa Tuhan Kami (yang demikian itu) agar
mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati
sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah
mereka rizki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka
bersyukur.” (QS Ibrahim : 37)

90
Setelah Nabi Ibrahim AS pergi, tinggallah Hajar bersama
bayinya Ismail. Ketika sinar matahari mulai menyengat,
bayi Ismail menangis kahausan. hajarpun panik mencari
air. naluri keibuannya berusaha gigih mencari air.
Awalnya hajar naik ke bukit Shafa, tetapi tidak
menemukan air. Lalu ia pergi lagi ke bukit Marwa dan
disanapun tidak menemukan air. Hajar mulai panik dan
putus asa sehingga tidak menyadari bahwa telah tujuh
kali berlali bolak balik antara bukit Shafa dan Marwa.
Namun ia tetap tidak menemukan air diantara dua
tempat tersebut.
 Akhirnya dari bukit Marwa, hajar melihat ke arah Ismail.
Dia heran, bayinya tiba-tiba berhenti menangis. Hajarpun
melihat air mengalir dari bawah kaki Ismail. Hajar berlari
dengan girang ke arah tempat bayinya. Dia berusaha
menggali pasir, membendung air yang mengalir tersebut
sambil melafazkan kalimat “ZAM … ZAM” (menampung).
Sejak saat itu hingga sekarang, mata air tersebut dikenal
di seluruh penjuru dunia sebagai sumur Zam Zam.
Berselang beberapa waktu kemudian, lewatlah kabilah
Jurhum di sekitar tempat itu. Ketika berada di bukit
Arofah, mereka melihat kerumunan burung-burung
beterbangan di atas udara. Mereka yakin disana pasti
ada sumber air. Mereka segera mendekati tempat
tersebut.
91
Setelah sampai, mereka terkesima melihat seorang
wanita bersama bayinya duduk di bawah pohon dekat
sumber air tersebut. Kepala suku Jurhum bertanya
kepada Hajar : “Siapakah anda dan siapakah bayi mungil
yang ada dalam gendongan anda itu ?” Hajar
menjawab : ” Saya adalah ibu dari bayi ini. Ia anak
kandung dari Ibrahin AS yang diperintahkan oleh
Tuhannya menempatkan kami di wadi ini.”
Lalu kepala suku Jurhum meminta izin tinggal
berseberangan dengannya. Hajar menjawab :
” Tunggulah sampai Ibrahim datang. Saya akan meminta
izin kepadanya“.
Tiga hari kemudian, Nabi Ibrahim AS datang melihat
kondisi anak dan istrinya. Hajar meminta izin kepada
Ibrahim agar Kabilah Jurhum bisa menjadi tetangganya.
Nabi Ibrahimpun memberi izin dan Kabilah Jurhum
menjadi tetangga Hajar dan Ismail di tempat itu. Pada
kesempatan berziarah selanjutnya, Ibrahim menyaksikan
tempat itu sudah ramai oleh keturunan bangsa Jurhum
dan Nabi Ibrahim merasa senang melihat perkembangan
itu.
Hajar hidup rukun dengan bangsa Jurhum hingga Ismail
mencapai usia remaja. Selanjutnya Allah SWT
memerintahkan kepadaIbrahim untuk membangun

92
Ka’bah pada posisi Qubah yang telah Allah turunkan
kepada nabi Adam AS. Tetapi Nabi Ibrahim tidak
mengetahui posisi Qubah itu, karena Qubah tersebut
telah diangkat lagi oleh Allah ketika terjadi peristiwa
banjir besar di bumi pada masa Nabi Nuh AS. Kemudian
Allah mengutus Jibril untuk menunjukkan kepada Ibrahim
posisi Ka’bah. Kemudian Jibril datang membawa
beberapa bagian Ka’bah dari surga. Dan pemuda Ismail
membantu ayahandanya mengangkat batu-batu dari
bukit.
Kemudian Nabi Ibrahin dan Ismail bekerja membangun
Ka’bah sampai ketinggian 7 hasta. Jibril lalu menunjukkan
kepada mereka posisi Hajar aswad. Kemudian Nabi
Ibrahim meletakkan Hajar Aswad pada posisinya semula.
lalu Ibrahim membuatkan 2 pintu ka’bah. Pintu pertama
terbuka ke timur dan pintu kedua terbuka ke barat.
Ketika selesai pembangunan Ka’bah, Nabi Ibrahim dan
Ismail melakukan ibadah haji. Pada tanggal 8 Dzulhijjah
Jibril turun menemui dan menyampaikan pesan kepada
Ibrahim.  Jibril meminta Nabi Ibrahim mendistribusikan
air zam zam ke beberapa tempat seperti Mina dan
Arafah. Maka hari itu disebut dengan dengan hari
“Tarwiyyah” (pendistribusian air). Setelah selesai
pembangunan Baitullah dan pendistribusian air tersebut,

93
maka Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah yang tercantum
dalam Al Qur’an :
” Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim berdoa : ” Yaa
Tuhanku. jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa
dan berikanlah riski dari buah-buahankepada
penduduknya yang beriman di antara mereka kepada
Allah dan hari kemdian. Allah berfirman : ” Dan kepada
orang yang kafirpun aku beri kesenangan sementara,
kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah
seburuk-buruk tempat kembali”. (QS. Al Baqarah : 126)
 Sejak itu,kaum Muslimin melaksanakan ritual haji untuk
berziarah ke Ka’bah setiap tahun. Ini mengikuti risalah
Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as, serta risalah para
Nabi dan Rosul setelah keduanya. Ritual suci ini
berlangsung terus seperti pelaksanaan yang pernah
dilakukan oleh Ibrahim dan Ismail. Namun pada periode
tokoh Mekkah ‘Ammarbin Luha, ritual haji mulai
terkotori dengan kahadiran patung dan berhala.
KEBERADAAN BERHALA DI SEKITAR KA’BAH
Tokoh ‘Ammar bin Luhay merupakan orang yang
pertama kali menyebarkan ajaran menyembah berhala di
seluruh Jazirah Arab. Dialah yang bertanggung jawab
merubah ajaran tauhid menjadi menyembah
berhala. Sejak itu, orang-orang Arab meletakkan patung
94
dan berhala yang mereka anggap sebagai tuhan di sekitar
Ka’bah. Bahkan sebagian kabilah Mekkah mempunyai
mata pencaharian sebagai pembuat patung dan berhala.
Mereka tetap memperbolehkan kabilah atau kelompok
lain untuk menunaikan haji ke Baitullah, tanpa
membedakan agama dan kepercayaan. Para pemeluk
agama tauhid termasuk agama Masehi, masih terus
menjalankan ritual haji ke Ka’bah. Saat itu, kondisi
Ka’bah sangat memprihatinkan. Dindingnya dipenuhi
puisi dan lukisan. Bahkan lebih dari 360 berhala terdapat
di sekitar Ka’bah.
Selama periode haji itu, suasana di sekitar Ka’bah
layaknya seperti sirkus. Laki-laki dan perempuan
mengelilingi Ka’bah dengan telanjang. Mereka
menyatakan harus menampilkan diri dihadapan Allah
dalam kondisi yang sama seperti saat lahir. Doa mereka
menjadi bebas tak lagi tulus mengingat Allah. Bahkan
berubah menjadi serangkaian tepuk tangan,bersiul, dan
meniup terompet dari tanduk hewan.
Kalimat talbiah (Labbaika Allahumma Labbaik)  telah
diselewengkan oleh mereka dengan kalimat tambahan
yang berbeda maknanya. Lebih parah lagi, darah hewan
kurban dituangkan ke dinding Ka’bah dan dagingnya
digantung di tiang sekitar Ka’bah. Mereka punya

95
keyakinan bahwa Allah menuntuk daging dan darah
tersebut. Mengenai hal ini Allah Swt mengingatkan
dengan firmannya:’
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak
dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketaqwaan
dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS.Al-Hajj :37)
Para peziarah bebas bernyanyi, minum arak, melakukan
zina, dan perbuatan amoral lainnya. Lomba puisi adalah
bagian utama dari seluruh rangkaian haji.  Dalam
kompetisi ini,setiap penyair akan memuji keberanian dan
kemegahan sukunya. Mereka menyampaikan cerita yang
berlebihan,kepengecutan, dan kekikiran suku-suku
lainnya. Ada juga kompetisi dalam “kemurahan hati”.
Masing-masing kepala suku akan menyediakan
kualibesar dan memberi makan para peziarah. Tujuannya
agar bisa menjadi terkenal karena kemurahan hati
mereka.
Mereka telah meninggalkan, menodai dan
menyelewengkan ajaran suci Nabi Ibtahim as yang
mengajak menyembah Allah semata. Keadaan
menyedihkan itu berlangsung selama kuarng lebih dua
ribu tahun.

96
HAJI & UMRAH ERA RASULULLOH SAW
Tetapi setelah periode panjang ini, terjawablah doa Nabi
Ibrahim as yang tercantum dalam Al-Qur’an :
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rosul
dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada
mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan kepada mereka
Al Kitab (Al Qur’an) dan Al Hikmah (As Sunnah) serta
mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Albaqarah :
129)
Nabi Muhammad tidak hanya membersihkan Ka’bah dari
segala kotoran, tetapi juga mengembalikan kemurnian
ibadah haji sesuai tuntunan Allah sejak jaman Nabi
Ibrahim AS.
Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai
jawaban atas doa Nabi Ibrahim AS tersebut. Selama 23
tahun Nabi Muhammad SAW menyebarkan pesan
Tauhid, pesan yang sama seperti yang dibawa Nabi
Ibrahim AS dan semua Nabi pendahulunya, untuk
menegakkan hukum Allah dimuka bumi.
Terdapat perintah khusus dalam Al Qur’an yang
diturunkan dalam rangka menghilangkan semua upacara
palsu yang telah merajalela pada masa sebelum Islam.

97
Semua tindakan tidak senonoh dan memalukan itu
sangat dilarang sebagaimana dalam pernyatan Allah
dalam Al Qur’an :
“Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi.
Barangsiapa menetapkan niatnya dalam bualn itu akan
mengerjakan haji, maka tidak diperbolehkan rafats
(mengeluarkan perkataan yang menimbulkan birahi
yang tidak senonoh atau bersetubuh), berbuat fasik dan
berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.”
(QS Al Baqarah : 197)
Rasululloh SAW memerintahkan para sahabat yang
mampu terutama kaum Anshar (pribumi Madinah) yang
tidak dikenali oleh orang-orang Mekkah, untuk
menunaikan ibadah haji sesuai dengan manasik Nabi
Ibrahim AS. Mereka tidak mengerjakan amalan-amalan
yang berhubungan dengan penyembahan berhala. Ketika
kembali dari haji, kaum Anshar melapor kepada
Rasululloh SAW bahwa mereka mengerjakan sa’i dengan
keraguan. Ditengah mas’a (jalur sa’i) antara Shafa dan
Marwa terdapat dua berhala besar Asaf dan Na’ilah. Oleh
karena itu turunlah wahyu Allah SWT yaitu :
” Sesungguhnya Shafa dan Marwa itu sebagian dari
syiar-syiar Allah. maka barangsiapa berhaji ke baitullah
atau berkunjung (umrah), tidak salah baginya untuk

98
bolak balik pada keduanya. Dan barangsiapa menambah
kebaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pembalas
Syukur lagi Maha Mengetahui. ” (QS. Al Baqarah : 158)
Ayat inilah yang akan sering dibaca oleh para jamaah haji
ketika melakukan sa’i.
Pada bulan April 628 M (Dzulkaidah 6 H) Rasululloh
bermimpi menunaikan umrah ke Mekkah. Beliau
mengajak para shahabat untuk mewujudkan mimpi
tersebut. Rasululloh dengan disertai 1.500 shahabat
berangkat menuju Mekkah, mengenakan pakaian ihram
dan membawa hewan-hewan kurban.
Kaum musyrikin Quraisy mengerahkan pasukan untuk
menghalangi, sehingga rombongan dari Madinah
tertahan di Hudaibiyyah, 20 km disebelah barat laut
Mekkah.

Reruntuhan tempat perjanjian Hudaibiyyah


Kaum Quraisy mengutus Suhail Ibn Amr untuk berunding
dengan Rasululloh. Suhail mengusulkan antara lain
kesepakatan genjatan senjata dan kaum muslimin harus
99
menunda Umrah dengan kembali ke Madinah. Tetapi
tahun depan akan diberikan kebebasan melakukan
Umrah dan tinggal selama 3 hari di Mekkah. Rasululloh
SAW menyetujui perjanjian ini meskipun para shahabat
banyak yang kecewa.
Secara singkat isi perjanjian tersebut kelihatannya
merugikan kaum muslimin, tetapi sesungguhnya secara
politis sangat menguntungkan bagi kaum muslimin.

Masjid Hudaibiyyah
Perjanjian Hudaibiyyah merupakan salah satu tonggak
penting dalam sejarah Islam karena untuk pertama
kalinya kaum Quraisy di Mekkah mengakui kedaulatan
kaum Muslimin di Madinah.
Dalam perjalanan pulang ke Madinah, turunlah wahyu
Allah sebagai berikut :
“Sungguh Allah akan memenuhi mimpi RasulNya dengan
sebenar-benarnya. , bahwa kamu akan memasuki
Masjidil Haram insya Allah dengan aman. Kamu akan
mencukur kepalamu atau menggunting rambut
(menyelesaikan umroh) dengan tidak merasa takut. Dia
mengetahui apa yang tidak kau ketahui dan DIA

100
menjadikan selain itu sebagai  kemenangan yang dekat.”
(QS Al Fath : 27)
Sesuai dengan perjanjian Hudaibiyah, tahun berikutnya
(Maret 629 Masehi atau Zulkaidah 7 Hijriyah) Rasullah
Saw. beserta para sahabat untuk pertama kalinya
melakukan umrah ke Baitullah. Ketika rombongan
Rosulullah Saw yang berjumlah sekitar 2.000 orang
memasuki pelataran Ka’bah untuk melakukan tawaf,
orang-orang Mekkah berkumpul menonton di bukit
Qubais dengan berteriak bahwa kaum Muslimin
kelihatan letih dan pasti tidak kuat berkeliling tujuh
putaran. Mendengar ejekan ini, Rasulullah Saw bersabda
kepada para jamaahnya, “Marilah kitatunjukan kepada
mereka bahwa kita kuat. Bahu kanan kita terbuka dari
kain ihram, dan kita lakukan tawaf sambil berlari!”

Hajar Aswad
Sesudah mencium hajar Aswad, Rasulullah Saw, dan para
sahabat memulai tawaf dengan berlari-lari mengelilingi
Ka’bah sehingga para pengejek akhirnya bubar. Pada
putaran keempat setelah orang-orang usil diatas bukit
Qubai pergi, Rasulullah mengajak para sahabat berhenti
berlari dan berjalan seperti biasa. Inilah latar belakang
beberapa sunah tawaf di kemudian hari : bahu kanan
101
yang terbuka (idhthiba’) serta berlari-lari kecil pada
tigaputaran pertamakhusus pada tawaf yang pertama.

Maqam Ibrahim
Selesai tujuh putaran, Rasulullah Saw, Shalat dua rakaat
di Makom Ibrahim, kemudian minum air Zamzam dan
akhirnya melakukan tahalul  (menghalalkan kembali) atau
membebaskan diri dari larangan-larangan ihram , dengan
menyuruh Khirasy mencukur kepala beliau. Ketika masuk
waktu dzuhur, Rasulullah Saw menyuruh Bilal ibn Rabah
naik ke atap Ka’bah untuk mengumandangkan azan.
Suara adzan Bilal menggema ke segenap penjuru
sehingga orang-orang Mekkah berkumpul kearah “suara
aneh” yang baru pertama kali mereka dengar. Kaum
Musyrikin menyaksikan betapa rapinya saf-saf kaum
Muslimin yang sedang shalat berjamaah. Hari itu, 17
Zulkaidah 7 hijriyah (17 Maret 629M), untuk pertama
kalinya azan  berkumandang di Mekkah dan Nabi
Muhammad Saw. menjadi imam shalat di depan Ka’bah.
Sesuai dengan isi Perjanjian Hudaibiyyah, Rasululloh SAW
dan para shahabat  yang hanya tiga hari berada di
Mekkah, kembali ke Madinah. Tetapi Umrah tiga hari
yang dilakukan kaum Muslimin di Mekkah menimbulkan

102
kesan yang mendalam bagi orang-orang Quraisy. Tiga
orang terkemuka Quraisy yaitu Khalid Bin Walid, Amru
Bin Ash dan Utsman Bin Thalhah, menyusul ke Madinah
untuk mengucapkan kalimat syahadat. Di kemudian hari
pada masa Kekhalifahan Umar Bin Khattab RA (634 – 644
M), Khalid Bin Walid RA memimpin pasukan Islam
membebaskan Suriah dan Palestina, serta Amru Bin Ash
RA membebaskan Mesir dari kekuasaan Romawi. Utsman
Bin Thalhah RA dan keturunannya kelak diberi
kepercayaan oleh Rasululloh untuk memegang kunci
Ka’bah.
Sampai hari ini, meskipun yang menguasai dan
memelihara Ka’bah berganti hingga Dinasti Saudi
sekarang, kunci Ka’bah tetap dipegang oleh keturunan
Utsman Ibn Thalhah RA dari Bani Syaibah.
Beberapa bulan sesudah Rasulullah SAW umrah, kaum
Quraisy melanggar perjanjian gencatan senjata sehingga
pada 20 Ramadhan 8 H (11 Januari 630 M) Rasululloh
beserta sekitar 10.000 pasukan menaklukan Mekkah
tanpa ada pertumpahan darah. Bahkan, Rasululloh
memberikan amnesti kepada warga Mekkah yang dahulu
memusuhi Muslimin.
“Tiada balas dendam bagimu hari ini. Semoga Allah
mengampuni kalian dan Dia Paling Penyayang diantara

103
para penyayang“, demikian sabda Rasululloh SAW
mengutip ucapan Nabi Yusuf AS yang tercantum dalam
Surat Yusuf ayat 92. Akibatnya, seluruh kaum Quraisy
masuk Islam. Kemudian turunlah Surat An Nashr :
“Tatkala datang peretolongan Allah dan kemenangan,
engkau melihat manusia masuk kedalam agama Allah
berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan
memuji Tuhanmu dan memohon apunlah kepadaNya.
Sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat”. (QS An
Nashr : 1-3)
Dengan jatuhnya kota Mekkah ke tangan Ummat Islam,
kemudian Rasululloh SAW memerintahkan pemusnahan
berhala-berhala disekeliling Ka’bah, dan membersihkan
Ibadah Haji dari unsur-unsur kemusyrikan serta
mengembalikannya kepada syariat Nabi Ibrahim yang
asli.
Pada tahun 8 H, Rasululloh SAW melakukan Umroh 2 kali
yaitu ketika menaklukan Mekkah serta ketika beliau
pulang dari perang Hunain. Ditambah dengan umroh
pada tahun sebelumnya berarti Rasululloh sempat
melakukan Umroh 3 kali sebelum beliau mengerjakan
ibadah Haji pada tahun 10 H.
Pada bulan Dzulhijjah 9 H (Maret 631 M) Rasululloh
mengutus shahabat Abu Bakar Ash Shiddiq untuk
104
memimpin Ibadah Haji. Rasululloh sendiri tidak ikut
karena beliau sibuk dalam menghadapi perang Tabuk
melawan Pasukan Romawi.
Abu Bakar Ash Siddiq mendapatkan perintah untuk
mengumumkan Dekrit yang baru saja diterima oleh
Rasuluuloh SAW. Dekrit tersebut menyatakan bahwa
mulai tahun depan kaum musyrikin dilarang mendekati
Masjidil Haram dan menunaikan ibadah haji karena
sesungguhnya mereka bukanlah penganut ajaran nabi
Ibrahim AS.
Dekrit tersebut dikeluarkan Rasululloh berdasarkan
firman Allah :
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
orang-orang musyrik itu najis (kotor jiwa) karena itu
janganlah mereka mendekati Masjidil Haram setelah
tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin
(karena orang kafir tidak datang) maka Allah nanti akan
memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya jika
Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui, Maha Bijaksana”. (QS At Taubah : 28)
HAJI WADA’ RASULULLOH SAW
Pada tahun 10 H (632 M) Semenanjung Arabia telah
dipersatukan dibawah kekuasaan Nabi Muhammad SAW

105
yang berpusat di Madinah dan seluruh penduduknya
telah memeluk agama Islam. Maka pada bulan Syawal
Rasululloh mengumumkan bahwa beliau sendiri yang
akan memimpin Ibadah Haji tahun itu. Berita ini
disambut hangat oleh seluruh ummat dari segala
penjuru. Sebab mereka berkesempatan mendampingi
Rasululloh dan menyaksikan setiap langkah beliau dalam
melakukan manasik (tata cara) haji.

Masjid Birr ‘Ali Dzul Hulaifah


Rasululloh SAW berangkat dari Madinah sesudah shalat
Jum’at tanggal 25 Dzulkaidah (21 Februari) mengendarai
unta beliau yang bernama Al Qashwa dengan diikuti
sekitar 30.000 jamaah. Seluruh istri beliau ikut serta dan
juga putri beliau yang saat itu masih hidup yaitu Fatimah.
Sesampai di Dzulhulaifah (Birr ‘Aliy) yang berjarak
belasan kilometer dari Madinah , Rasululloh dan
rombongan singgah untuk istirahat dan mempersiapkan
ihram.
Disini Istri Abu Bakar Ash Shiddiq melahirkan putra yang
diberi nama Muhammad. Abu Bakar berniat
mengembalikannya ke Madinah. Tetapi Rasululloh SAW
mengatakan bahwa istri Abu Bakar cukup mandi bersuci,
memakai pembalut yang rapi dan dapat melakukan
106
seluruh manasik Haji. Muhammad Bin Abu Bakar RA yang
lahir di Dzulhulaifah itu kelak menjadi Gubernur Mesir
pada masa Khalifah Ali Bin Abi Thallib RA (656 – 661 M).
Keesokan harinya, Sabtu 26 Dzulkaidah (22 Februari)
setelah semuanya siap untuk berihram, Rasululloh SAW
menaiki unta kembali, lalu bersama seluruh jamaah
mengucapkan niat haji : Labbaika Allahumma Hajjan.
Tidak ada seorangpun yang berniat umroh sebab
menurut tradisi saat itu umroh hanya dibolehkan diluar
musim haji. Tiga cara haji yaitu Tamattu’, Ifrad dan Qiran)
yang kita kenal sekarang baru diterapkan Rasulullah di
Mekkah 8 hari berikutnya.
Rombongan menuju Mekkah dengan tiada henti
mengucapkan Talbiyah. Pada hari Sabtu 3 Dzulhijjah (29
Februari) Rasulullah dan rombongan tiba di Sarif, 15 km
utara Mekkah dan beristirahat. Aisyah RA istri Nabi
kedatangan masa haidnya sehingga dia menangis karena
khawatir tidak bisa menunaikan ibadah haji. Rasulullah
SAW menghiburnya, “Sesungguhnya haid itu ketentuan
Allah untuk putri-putri Adam. Segeralah mandi dan
engkau dapat melakukan semua manasik haji, kecuali
tawwaf sampai engkau suci.”
Pada Ahad 4 Dzulhijjah (1 Maret) pagi, Rasululloh dan
rombongan memasuki kota Mekkah. Disana sudah

107
menunggu puluhan ribu ummat yang datang dari
berbagai penjuru dan diperkirakan total jamaah haji yang
datang waktu itu mencapai lebih dari 100.000 jamaah.
Rasululloh memasuki Masjidil Haram melalui gerbang
Banu Syaibah yang terletak disamping telaga Zamzam di
belakang Maqam Ibrahim. Gerbang Banu Syaibah ini
kelak dikemudian hari populer dengan nama
Baabussalam (Gerbang Kedamaian).

Ka’bah lama (ilustrasi)


Perlu diketahui bahwa yang disebut Masjidil Haram pada
waktu itu adalah pelataran Ka’bah tempat shalat dan
tawwaf. Sedangkan bangunan masjid baru dirintis pada
masa Khalifah Umar Bin Khattab RA (634 – 644 M) dan
mengalami perluasaan dari zaman ke zaman sehingga
akhirnya megah seperti sekarang.
Juga perlu diketahui bahwa Rasulullah tidak pernah
memerintahkan harus masuk Masjidil Haram dari
gerbang banu Syaibah atau Baabussalam. Rasulullah
masuk melalui pintu itu karena beliau datang dari arah
utara. Gerbang yang dimasuki Nabi itu kini tidak ada lagi.
Ketika pada tahun 1957 Masjidil Haram diperluas
sehingga tempat Sa’i termasuk Shafa dan Marwa menjadi
bagian Masjid. Kemudian pemerintah Arab Saudi
108
membuat banyak pintu. Dua pintu diantaranya diberi
nama Pintu Banu Syaibah dan Pintu baabussalam.
BEBERAPA MANASIK HAJI RASULULLAH
Pada awal setiap putaran tawwaf, Jamaah haji/umroh
disunnahkan untuk memberikan penghormatan (Istislam)
kearah hajar Aswad di pojok tenggara Ka’bah. Rasulullah
mengajarkan tentang 4 cara melakukan Istislam
tersebut :
1. Ketika umrah pertama kali tahun 7 H, beliau
mengecup hajar Aswad.
2. Ketika penaklukan Mekkah, beliau menyentuhkan
ujung tongkat ke Hajar aswad dari atas unta.
3. Ketika umrah saat pulang dari perang Hunain, Hajar
Aswad beliau usap dengan tangan kanan.
4. Ketika beliau haji di tahun 10 H, beliau hanya
melambaikan tangan dari jauh ke arah Hajar Aswad.
Rasulullah SAW melakukan tawwaf tujuh putaran. Ummu
Salamah (salah satu istri beliau) bertawaf dengan ditandu
sebab sedang sakit. Setiap melewati Rukun Yamani
Rasulullah cuma mengusapnya dengan tangan. Diantara
Rukun Yamani dan Hajar Aswad, Rasulullah
mengucapkan doa :

109
“Robbanaa aatinaa fid duniya hasanah. Wafil aakhiroti
hasanah. Waqinaa ‘adzaaban naar (Ya Tuhan kami,
berikanlah kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan
di akhirat serta peliharalah kami dari adzb neraka).”
Setelah selesai tujuh putaran, beliau shalat 2 rakaat di
belakang Maqam Ibrahim, kemudian melanjutkan pergi
ke telaga Zamzam. Beliau meminum air zamzam dan
membasahi kepala beliau.

Sa’i, dari Safa ke Marwa


Sesudah itu Raulullah menuju bukit Shafa untuk memulai
sa’i. Beliau naik ke bukit, lalu menghadap ke Ka’bah,
bertakbir 3 kali dan berdoa. Kemudian beliau turun ke
lembah menuju Marwa dengan berlari-lari kecil antara
Masil dan Bait Aqil (kini Masil dan Bait Aqil ditandai
dengan lampu hijau. Sebagai catatan, jarak dari Shafa ke
Masil 100 meter, dari Masil ke Bait Aqil 80 meter, dan
dari Bait Aqil ke Marwa 240 meter). Sesampai di Marwa
Rasulullah SAW melakukan hal serupa seperti yang
dilakukan di bukit Shafa. Demikianlah Rasulullah
melakukannya dengan bolak balik sebanyak 7 kali.

Tahallul
110
Setelah selesai Sa’i, Rasulullah di Marwa
menginstruksikan sesuatu yang mengejutkan para
sahabat karena belum pernah terjadi sebelumnya.
Rasulullah memerintahkan seluruh sahabat yang tidak
membawa hadyu (hewan qurban) agar mengubah niat
haji menjadi umrah. Padahal selama ini umrah hanya
dilakukan diluar musim haji. Dengan mengubah niat
menjadi umrah, sebagian besar jamaah haji yang tidak
membawa hadyu dapat bertahallul (bebas dari larangan
ihram). Kemudian berihram lagi untuk haji tanggal 8
Dzulhijjah. Karena mereka tidak membawa hadyu dari
rumah, tentu pada hari Nahar (10 Dzulhijjah) atau hari-
hari Tasyrik (11 – 13 Dzulhijjah) mereka harus membeli
hewan untuk dijadikan hadyu. Inilah yang kelak dikenal
sebagai Haji Tamattu’, artinya “bersenang-senang” sebab
masa ihram hanya beberapa hari saja.
 Pada mulanya para sahabat ragu-ragu melaksanakan
perintah Nabi karena manasik seperti itu (umrah di
musim haji) belum pernah ada. Apalagi Rasulullah sendiri
ternyata tidak bertahallul. Melihat keraguan para
sahabat, Rasulullah bersabda :
“Seandainya aku tidak membawa hadyu, akupun akan
mengubah hajiku menjadi umrah. Tetapi aku telah
menghadapi urusanku (membawa hadyu) dan tidak

111
dapat mundur lagi sehingga aku tidak akan bertahallul
sampai aku menyembelih hadyuku”.
Ada juga para sahabat yang penasaran bertanya :
“Tahallul untuk apa saja yaa Rasulullah ?”. “Tahallul
untuk semuanya“, jawab Nabi. Kemudian Rasulullah
menegaskan, ” Telah masuk umrah ke dalam haji untuk
selama-lamanya.” Artinya, umrah dapat dikerjakan di
musim haji.
Mendengar penegasan Rasulullah tersebut, para sahabat
yang sebagian besar tidak membawa hadyu bertahallul
secara massal. Hanya Rasulullah dan sebagian kecil
sahabat yang tetap berihram sebab mereka membawa
hadyu.
Sejak saat itu, mulailah dikenal tiga cara Ibad,ah haji,
yaitu :
1. Haji Tamattu’ (Bersenang-senang) yaitu melakukan
Umrah dulu, baru kemudian berhaji. Diperuntukkan
bagi mereka yang tidak membawa hadyu dari rumah
mereka.
2. Haji Ifrad (Mandiri) yaitu melakukan haji dulu baru
kemudian melakukan Umrah. Diperuntukkan bagi
penduduk Mekkah yang membawa hadyu.
3. Haji Qiran (Gabungan) yaitu melakukan haji dan
Umrah langsung digabungkan. Diperuntukkan bagi
112
yang bukan penduduk Mekkah dan membawa
hadyu.
Cara terakhir inilah (Haji Qiran) yang dikerjakan
Rasulullah SAW dalam ibadah haji beliau. Hal ini
disimpulkan dari fakta bahwa beliau membawa hadyu
dan setelah selesai mengerjakan haji tidak lagi
melakukan umrah secara terpisah sampai beliau kembali
ke Madinah pada tanggal 14 Dzulhijjah.
Sebenarnya cara Haji Tamattu’ bukanlah inovasi dari
Rasulullah, melainkan memang diperintahkan oleh Allah
sebagai keringanan bagi Ummat-Nya. Hal ini berdasarkan
wahyu yang turun ketika Rasulullah dan rombongan
tertahan di Hudaibiyah empat tahun sebelumnya (tahun
6 H). Tetapi baru pada ibadah haji tahun 10 H Rasululloh
berkesempatan menerapkannya. Tentang Haji Tamattu’
itu tercantum dalam QS Al Baqarah ayat 196.
Ketika Rasulullah dan rombongan berangkat dari
Dzulhulaifah, semua berniat haji dan tidak seorangpun
yang berniat umrah meskipun sebagian besar tidak
membawa hadyu. Sebagaimana dikemukakan oleh
Aisyah RA istri Rasulullah dalam hadits : “Kami keluar
bersama Nabi SAW hanya dengan tujuan haji. Ketika
kami selesai melakukan thawwaf dan sa’i, barulah

113
Rasulullah memerintahkan yang tidak membawa hadyu
untuk bertahallul.“
Keterangan lebih tegas lagi dari Jabir Bin Abdillah RA
sahabat yang paling lengkap bercerita tentang kisah Haji
Rasulullah SAW.
“Kami para shahabat Rasulullah SAW bertujuan haji
yang murni (khalishan), tidak mencampurkannya dengan
Umrah sebab kami tidak mengenal Umrah”.
Maksud Jabir RA sudah tentu adalah tidak mengenal
umrah di musim haji, sebab ketika di Dzulhulaifah, syariat
bahwa umrah harus dilakukan diluar musim haji belum
dihapuskan oleh Rasulullah SAW.
Nabi SAW sebagai pemimpin yang bijaksana menunggu
saat yang tepat dalam menerapkan perintah Allah SWT
dalam surat Al Baqarah ayat 196, agar ummat tidak
terkejut dengan sistem baru (Haji harus disertai Umrah) .
Ketika Rasulullah dan rombongan beristirahat di Sarif
pada tanggal 3 Dzulhijjah sebelum masuk Mekkah, beliau
mulai melakukan sosialisasi sistem baru dengan
mengumumkan kepada jamaah haji, “Barangsiapa yang
mau menjadikannya Umrah, jadikanlah hajimu menjadi
Umrah”.

114
Disinilah Rasulullah hanya menghimbau dengan
kalimat “siapa yang mau”. Esok harinya tanggal 4
Dzulhijjah tahun 10H (1 Maret 632M) keetika semua
jamaah haji dari berbagai penjuru sudah berkumpul di
Mekkah, serta jamaah telah santai karena sudah
melaksanakan Thawwaf dan Sa’i, barulah Rasulullah
memerintahkan cara Haji Tamattu’ bagi yang tidak
membawa Hadyu dan mendekritkan terintegrasinya
Umrah ke dalam Haji. Hal inipun ternyata menimbulkan
suasana heboh dikalangan para shabat, sehingga
Rasulullah harus ekstra sabar untuk meyakinkan para
shahabat yang awalnya enggan meralat niat hajinya
menjadi umrah.
Dari penjelasan tersebut, untuk jemaah haji asal
Indonesia yang bukan pribumi Mekkah dan dipastikan
tidak membawa hadyu dari rumah, maka tidak ada
pilihan lain kecuali melaksanakan perintah Rasulullah
SAW untuk mengambil cara Haji Tamattu’. Hal ini berlaku
baik bagi jamaah haji gelombang pertama (yang ke
Madinah dulu) ataupun jamaah haji gelombang kedua
(yang langsung ke Mekkah).

Hijir Ismail, area berwarna putih depan Ka’bah

115
Dari tanggal 5 – 7 Dzulhijjah (2-4 Maret) Rasulullah SAW
melakukan kegiatan : Memimpin shalat di Masjidil
Haram, melakukan thawwaf sunnah dan shalat sunnah di
Hijr Ismail.
Meskipun Rasulullah dalam keadaan berihram, beliau
menyempatkan diri untuk mengunjungi tempat lahir
beliau di Suq Al Layl dan berziarah ke makam istri yang
paling beliau cintai yaitu Khadijah Al Kubro RA yang
terletak di Ma’la.
Pada Kamis 8 Dzulhijjah (5 Maret), Rasulullah SAW
memerintahkan ummat beliau yang memakai cara
Tamattu’ kembali mengenakan pakaian ihram dan
menjauhi larangan-larangan ihram untuk memulai
ibadah haji. Mereka yang melakukan cara Ifrad atau
Qiran (termasuk Rasulullah sendiri) memang sudah
dalam keadaan berihram, karena setelah melakukan
thawwaf dan sa’i mereka tidak bertahallul.

Kawasan Mina sekarang


Pada 8 Dzulhijjah pagi, Rasulullah beserta jamaah haji
pergi menuju Mina untuk mempersiapkan air, sebab
mulai tanggal 10 Dzulhijjah sesudah pulang dari Arafah
116
mereka akan tinggal di Mina selama beberapa hari. Itulah
sebabnya tanggal 8 Dzulhijjah disebut hari Tarwiyyah
(mempersiapkan air).
Pada jaman modern seperti sekarang ini, meskipun air di
Mina sudah berlimpah ruah sehingga jamaah tidak perlu
mempersiapkan air di Mina (Tarwiyyah), tetapi sebagian
besar Ulama tetap berpendapat bahwa pergi ke Mina
pada 8 Dzulhijjah merupakan salah satu sunnah haji.
Paling tidak itu perlu dilakukan untuk napak tilas
perjalanan haji Nabi.

Jabal Rahmah, Arafah


Pada hari Jum’at 9 Dzulhijjah (6 Maret) sesudah matahari
terbit, Rasulullah SAW dan seluruh Jamaah haji
berangkat menuju Arofah. Ketika melalui Muzdalifah,
kaum Quraisy berharap agar Rasulullah berhenti sebab
selama ini kaum Quraisy selalu berwukuf di Masy’ar Al
Haram (Muzdalifah), sedangkan yang berwukuf di Arafah
adalah mereka yang bukan dari kaum Quraisy. Oleh
karena itu Rasulullah memerintahkan agar seluruh
jamaah haji tanpa kecuali kembali kepada syaria’at
Ibrahim untuk berwukuf di Arafah, sesuai dengan firman
Allah :

117
“Kemudian bertolaklah kamu dari tempat orang banyak
bertolak (Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah.
Sungguh Allah Maha Pengampun lagi Mah

Mulai dari Membangun Masjid Quba


 
Di tahun pertama Hijriyah, setelah beliau tiba di kota
Madinah dari Makkah, tepatnya pada tanggal 12
Rabiul Awwal pada tahun ke 53 dari kelahiran beliau,
beliau kemudian melakukan tiga hal penting:
1. Mendirikan masjid, yaitu Masjid Quba

2. Mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar

118
3. Membuat perjanjian dengan orang Yahudi.

Sampai di Madinah dan Mendirikan Masjid di Bani Amr


bin ‘Auf
Dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan, “Ibnu Shihab
berkata, Urwah bin Zubair mengabarkan kepadaku
ketika orang-orang Islam Madinah mendengar
kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dari Makkah, mereka keluar rumah di pagi hari
hingga panasnya terik matahari. Mereka menunggu
beliau sampai matahari menyengat tubuh mereka,
lalu mereka pulang setelah seharian menunggu.
Sesampainya mereka di rumah, tiba-tiba salah
seorang Yahudi muncul dari tempat ketinggian
memberitahukan mereka tentang kedatangan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
119
dilihatnya bahwa beliau dan para sahabatnya
mengenakan pakaian serba putih yang kadang-
kadang hilang karena fatamorgana. Yahudi tersebut
tidak dapat mengendalikan dirinya lalu berteriak,
‘Wahai orang Arab! Saudara yang kalian nanti-
nantikan sudah tiba.’ Mereka berlompatan untuk
menyambut kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Terdengarlah suara takbir dari Bani Amru
bin ‘Auf. Kaum muslimin Madinah pun serentak
bertakbir karena gembira atas kedatangan beliau
dan mengucapkan selamat kepadanya. Kemudian
beliau dan Abu Bakar singgah pada Bani Amru bin
‘Auf pada hari Senin bulan Rabiul Awwal. Kemudian
Abu Bakar berdiri di hadapan manusia, sementara
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk
berdiam diri. Golongan Anshar yang tidak melihat

120
Nabi langsung menyambut Abu Bakar, sehingga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terkena panas
matahari. Kemudian Abu Bakar menghampirinya dan
menaunginya dengan selendangnya, ketika itu
barulah diketahui bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam di sana.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bermalam
pada Bani Amr bin ‘Auf beberapa belas malam.
Pada tempat tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam mendirikan masjid, yang dikenal dengan
masjid yang ditegakkan di atas ketakwaan dan
beliau shalat di dalamnya. Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengendarai
untanya yang diikuti oleh lainnya sehingga beliau
berhenti pada masjid Madinah yang sekarang
tempat orang-orang shalat (masjid Nabawi). Tempat

121
itu merupakan tempat untuk menjemur kurma oleh
Suhail dan Sahal, dua anak yatim di bawah
penjagaan Sa’ad bin Zurarah. Lalu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berhenti di
tempat tersebut dan berkata, “Insya Allah di sinilah
tempat tinggal saya.” Kemudian beliau berbincang
dengan kedua anak yatim tersebut untuk
bernegosiasi mengenai harga tanah tersebut. Karena
tempat tersebut hendak didirikan masjid. Keduanya
menjawab, “Tidak perlu wahai baginda, kami
menghibahkannya untuk baginda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Namun beliau enggan
menerima hibah dari dua anak yatim tersebut. Lalu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun membeli
dari keduanya, dan didirikanlah masjid di sana.
Mulailah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

122
meletakkan batu pertama sebagai pertanda
pembangunan dimulai.” (HR. Bukhari, no. 3906, lihat
Fath Al-Bari, 7:239-240)

Tentang masjid Quba


Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada
tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi di Quba, sekitar 5
km di sebelah tenggara kota Madinah. Dalam
Alquran disebutkan bahwa masjid Quba adalah
masjid yang dibangun atas dasar takwa
sebagaimana disebutkan dalam ayat,

ْ‫ضرَ ارً ا وَ ُك ْفرً ا وَ تَ ْف ِري ًقا بَيْنَ ا ْلم ُْؤ ِم ِنينَ وَ ِإرْ صَ ادًا ِلمَن‬
ِ ‫وَ الَّ ِذينَ اتَّخَ ُذوا مَسْ ِجدًا‬
ْ ‫َحارَ بَ اللَّ َه وَ رَ سُولَ ُه ِمنْ َق ْب ُل ۚ وَ لَي َْح ِل ُفنَّ ِإنْ َأرَ ْدنَا ِإاَّل ا ْل ُحسْ نَىٰ ۖ وَ اللَّ ُه ي‬
‫َش َه ُد‬

َ‫ِإنَّ ُه ْم لَ َكا ِذبُون‬

123
“Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-
orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan
kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk
kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-
orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-
orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya
sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah:
“Kami tidak menghendaki selain kebaikan”. Dan
Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu
adalah pendusta (dalam sumpahnya).”

ۚ ‫ِسسَ عَ لَى التَّ ْقوَ ٰى ِمنْ َأوَّ ِل يَوْ ٍم َأ َح ُّق َأنْ تَ ُقو َم ِفي ِه‬
vwِّ ُ‫اَل َت ُق ْم ِفي ِه َأبَدًا ۚ لَمَسْ ِج ٌد أ‬

َ‫ِه ِرين‬vwِّ َّ ‫ِفي ِه ِر َجا ٌل يُ ِحبُّونَ َأنْ يَتَط َ َّهرُ وا ۚ وَ اللَّ ُه يُ ِحبُّ ا ْل ُمط‬

“Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-


lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas
dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama
124
adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di
dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin
membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bersih.” (QS. At-Taubah:
107-108)
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwa ayat ini
menunjukkan larangan bagi Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan bagi umat agar tidak tidak shalat di
masjid Dhirar selamanya. Dalam ayat ini
diperintahkan untuk shalat di Masjid Quba’ yang
dibangun pertama kali di atas ketakwaan yaitu taat
kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya demi tujuan
agar kaum muslimin bersatu. Ayat ini membicarakan
tentang masjid Quba’. Lihat Tafsir Al-Qur’an
Al-‘Azhim, 4:348.

125
Yang dimaksud masjid di sini ada tiga pendapat:
1. Masjid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di
Madinah yang saat ini terdapat mimbar dan kubur
beliau (yaitu Masjid Nabawi, pen.). Ada riwayat dari
Sahl bin Sa’ad, juga menjadi pendapat Ibnu ‘Umar,
Zaid bin Tsabit, Abu Said Al-Khudri, dan Sa’id bin
Al-Musayyib.

2. Masjid Quba’. Pendapat ini diriwayatkan dari ‘Ali


bin Abi Thalhah, dari Ibnu ‘Abbas, juga jadi
pendapat Said bin Jubair, Qatadah, ‘Urwah, Abu
Salamah bin ‘Abdurrahman, Adh-Dhahak, dan
Maqatil.

3. Semua masjid yang dibangun di Madinah. Inilah


yang jadi pendapat Muhammad bin Ka’ab.

Lihat Zaad Al-Masiir karya Ibnul Jauzi, 3:500-501.


126
Sedangkan ayat,

َ‫ِه ِرين‬vwِّ َّ ‫ِفي ِه ِر َجا ٌل يُ ِحبُّونَ َأنْ يَتَط َ َّهرُ وا ۚ وَ اللَّ ُه يُ ِحبُّ ا ْل ُمط‬

“Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin


membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bersih.” (QS. At-Taubah:
108)
Yang dimaksud dengan ayat ini adalah Allah
menyukai orang yang menyucikan hati dari noda
dosa dengan bertaubat dan beristigfar, juga
menyucikan diri dari najis. Allah menyukai
membersihkan diri kotoran lahir dan batin. Itulah
yang dimaksud ayat sebagaimana disebutkan oleh
Syaikh Musthafa Al-‘Adawi dalam At-Tashil li Ta’wil
At-Tanzil Tafsir Al-Anfal wa At-Taubah, hlm. 750.

127
Dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim (4:349-350)
dibicarakan tentang orang yang beristinja’
(menyucikan kotoran) dengan menggunakan air,
ayat ini diturunkan untuk orang semacam itu.
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Ayat ini
(surah At-Taubah ayat 108) jadi dalil disunnahkannya
shalat di masjid yang lama yang sejak awal
pembangunannya didasarkan untuk ibadah kepada
Allah semata, yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Juga
disunnahkan shalat bersama jamaah orang-orang
saleh dan hamba-hamba yang taat yang senantiasa
memelihara dan menyempurnakan wudhu, serta
menghindarkan diri dari berbagai macam kotoran.”
(Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 4:351)
 

128
Ketika pertama kali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam sampai di Quba, beliau singgah di rumah
Kaltsum bin Al-Hadam, karena ia adalah pemuka
kaum dari Bani Amr bin ‘Auf. Beliau adalah pemuka
suku Aus yang ketika itu masih musyrik dan
kemudian ia memeluk Islam. Ada yang berpendapat
bahwa dia telah memeluk Islam sebelum Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai di Madinah.

Di rumah Sa’ad bin Khaitsamah, Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam berbincang-bincang
dengan para sahabatnya, karena Saad masih lajang
belum berkeluarga. Kemudian Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berangkat dari Quba’ pada hari
Jumat ketika matahari mulai meninggi. Beliau shalat
Jumat di Bani Salim bin ‘Auf bersama kaum muslimin
lainnya di lembah Ranuna (salah satu lembah di
129
Madinah terletak antara Quba’ dan Masjid Nabawi,
kena sengatan panas Quba’ pada lembah Bath-han
sebelah selatan Masjid Al-Ghamamah, pen.).

Setiap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


melewati kabilah-kabilah dari kaum Anshar, maka
pemuka kaumnya menemui beliau dan mengajaknya
untuk singgah di tempat mereka dan begitulah
seterusnya hingga beliau sampai di tempat
didirikannya masjid tersebut (sekarang Masjid
Nabawi, pen.). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memberkatinya, dan tidak singgah di situ, kemudian
merunduk dan sedikit berjalan, kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berpaling dan kembali
ke tempat yang pertama dan beliau pun singgah di
sana, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berhenti

130
pada tempat tersebut seraya berkata, “Jika Allah
mengizinkan, di sinilah rumahku.”

Dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan bahwa


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
“Rumah siapa yang paling dekat rumahnya dengan
keluarga kami?” Abu Ayyub menjawab, “Saya wahai
Nabi Allah. Itu rumahku dan itu pintunya.” Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pulanglah
dan siapkan tempat bagi kami untuk beristirahat.”
(HR. Bukhari, no. 3911)

Abu Ayyub Al-Anshari membawa dan memasukkan


kendaraan unta ke dalam rumahnya. Ibnu Hajar
rahimahullah menyebutkan dalam kitab Fathul Bari,
dari Abu Sa’id bahwa ketika Abu Ayyub hendak
memindahkan unta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

131
beliau berkata kepada yang hendak menawarkan
tempat (rumahnya) untuk beliau singgahi, “Saya
akan mengikuti untaku.” Sedangkan As’ad bin
Zurarah mengambil unta Nabi dan menempatkan di
kandangnya. Lihat Fath Al-Bari, 7:246.

Penduduk Madinah sangat gembira dengan


kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Disebutkan dari Barra’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata, “… ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
tiba di Madinah, saya tidak pernah melihat
penduduk Madinah merasa gembira seperti
gembiranya mereka menyambut kedatangan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan
budak-budak perempuan pun berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah tiba (dengan
perasaan gembira).” (HR. Bukhari, no. 3932)
132
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi
mirbad (sebidang tanah yang digunakan untuk
menjemur kurma) dengan harga sepuluh dinar
dengan menggunakan uang Abu Bakar radhiyallahu
‘anhu.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Tempat


didirikan masjid tersebut terdapat kuburan orang
musyrik, lubang, dan pohon kurma. Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan untuk menggabil kuburan tersebut,
menimbun lubang, serta menebang pohon kurma.
Kemudian pelepah kurma dijadikan sebagai atap
masjid, ditetapkan arah kiblat, dan sisi jalannya
dibubuhkan batu.” (HR. Bukhari, no. 3932)

133
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menetap di
rumah Abu Ayyub radhiyallahu ‘anhu. Setelah selesai
membuat kamar dan masjidnya, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam– ketika masih di rumah
Abu Ayyub–mengirim Zaid bin Haritsah dan Abu
Rafi’ ke Makkah dan memberinya dua ekor unta dan
lima ratus dirham untuk menjumpai dua putrinya
Fatimah dan Ummu Kultsum, dan Ummul Mukminin
Saudah binti Zam’ah radhiyallahu ‘anha. Hal ini
disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Zaad Al-Ma’ad

Jabal Uhud, Bukit yang Kelak Ada di Surga

Dua tahun lalu penulis berkesempatan berziarah ke


Makam Nabi Muhammad SAW di Madinah, Al-
Munawwaroh, Saudi Arabia. Tak jauh dari Masjid
Nabawi, sebuah bukit yang indah menjadi tempat favorit
bagi para peziarah.

134
Bukit ini dinamakan Jabal Uhud. Lokasinya sekitar 6 Km di
sebelah utara Masjid Nabawi. Dari jauh bukit ini tampak
merah berwibawa dan berkesan di hati. Bukit ini memiliki
ketinggian sekitar 1.050 meter, panjangnya 7 Km dan
terdiri dari batu-batuan granit, marmer merah dan batu-
batu mulia.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, Jabal Uhud


adalah gunung yang ada di surga. Bagi yang pernah
melihat bukit ini, Insya Allah  kelak akan melihatnya di
surga. Keberadaan bukit ini juga mengingatkan kita akan
peristiwa penting dalam sejarah peradaban Islam.

Pada tahun 625 di bukit ini terjadi perang besar pasukan


Muslim melawan kafir Makkah yang kala itu menyerbu
Madinah. Nabi dan para sahabat menghadapi kafir
Quraish ini dari lereng-lereng Jabal Uhud hingga
peristiwa ini disebut perang Uhud.

Kala itu, umat Islam terdiri hanya 700 orang harus


menghadapi 3.000 orang kafir dengan perbekalan yang
sangat banyak. Terjadilah pertempuran hebat. Pasukan
kafir Quraisy pun mundur dan meninggalkan harta dan
perbekalan mereka. Situasi ini dimanfaatkan 50 pemanah
135
hebat yang berada di atas Bukit Uhud karena khawatir
tak mendapat bagian.

Mereka turun dari bukit hingga lupa pesan Nabi agar


mereka tidak meninggalkan Bukit Uhud. Semuanya turun
kecuali komandannya Abdullah bin Jabir dan 6 pemanah
lainnya. Alhasil, melihat situasi itu Khalid bin Walid
(komandan Quraisy saat itu) memanfaatkan keadaan
membawa pasukan berbelok dari arah belakang pasukan
Islam dan terjadilah kekalahan besar.

Korban dari pasukan Islam pun berjatuhan. Perang ini


menggugurkan 70 sahabat Nabi termasuk 7 pahlawan
Uhud. Yang paling membuat Rasulullah SAW terpukul
dan sedih adalah gugurnya Sayyidina Hamzah RA
(pemimpin para syuhada). Beliau disalati sebanyak 70 kali
dan jasadnya dimakamkan terpisah dengan para syuhada
lainnya.

Kalau memandang perkuburan para Syuhada Uhud


terlihat dua makam berbatu hitam. Itulah makam
Sayyidina Hamzah dan Abdullah bin Jahsy (sepupu Nabi).
Berziarah ke Jabal Uhud ini sangat dianjurkan untuk
mengenang bagaimana beratnya perjuangan Nabi dan

136
para sahabat dalam mempertahankan Islam dari
serangan Kafir Quraisy. Jika mereka semua habis
terbunuh saat itu, tentu hari ini kita tidak menjadi
muslim dan tidak akan merasakan nikmat iman dan
Islam.

Jika ingin melihat bukit yang ada di surga, maka


berziarahlah ke Bukit Uhud sebagaimana Nabi SAW
pernah bersabda: “Bukit Uhud adalah salah satu dari
bukit-bukit yang ada di surga. (HR Al-Bukhari)

Dalam riwayat lain dikisahkan, Jabal Uhud ini pernah


bergetar ketika Nabi Muhammad SAW berjalan di
atasnya bersama Sayyidina Abu Bakar, Umar dan Utsman
RA. Ketika itu Nabi menghentakkan kakinya dan berkata:
"Diamlah engkau Uhud, di atasmu sekarang ada
Rasulullah dan orang yang selalu membenarkannya (Abu
Bakar RA) dan dua orang yang akan mati syahid (Umar
bin Khattan dan Utsman bin Affan).

Seketika Gunung Uhud pun diam mentaati ucapan Nabi.


Dari riwayat ini kita bisa menyimpulkan betapa cintanya
Gunung Uhud kepada Nabi Muhammad SAW. Terbayang
gunung saja girangnya bukan main ketika Rasulullah

137
menginjaknya.

Sejatinya kita pun harus mencintai Nabi Muhammad


SAW melebihi kecintaan Jabal Uhud kepada Beliau.
Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada
manusia terpilih, Nabi Muhammad SAW beserta para
keluarga dan para sahabat.

Sejarah Masjid Al Ghamamah dan Awan yang


Payungi Rasulullah

Setidaknya ada 4 masjid yang terletak dekat dengan


Masjid Nabawi di Madinah. Masjid-masjid tersebut
memiliki sejarahnya sendiri. Salah satunya Masjid Al
Ghamamah.
Masjid Al Ghamamah terletak di barat daya Masjid
Nabawi atau sekitar 300 meter dari Masjid Nabawi.

Sementara itu, nama Al Ghamammah berarti tempat


bernaung atau awan yang menaungi. Dulunya,
masjid ini bukanlah sebuah masjid, melainkan
sebuah tanah lapang yang digunakan untuk
melakukan berbagai kegiatan hingga ibadah yang
dinamakan Al Mushalla.

138
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah, Rasulullah Shalalllahu’alaihi wa sallam
ketika melalui Al Mushalla, beliau akan menghadap
kiblat dan berdoa.

Dalam riwayat lain disebutkan, Al Mushalla


merupakan tempat biasanya Rasulullah
melaksanakan shalat Ied. Saat itu, Rasulullah yang
sedang menyampiakan kutbah Idul Fitri sementara
para jamaahnya terlihat gelisah karena kepanasan.
Kemudian datanglah mendung atau awan menaungi
mereka hingga kutbah Rasulullah usai. Untuk itulah
masjid ini dinamakan Masjid Al Ghamamah.

Sementara itu, cerita lain menyebutkan bahwa pada


tiap musim paceklik yang terjadi di Madinah, seluruh
warganya meminta Rasulullah untuk berdoa dan
memohon kepada Allah untuk menurunkan hujan.
Kemudian Rasulullah akan shalat dan berdoa di Al
Mushalla tersebut.

Masjid Al Ghamamah baru dibangun pada masa


Gubernur Madinah, Umar bin Abdul Aziz antara
tahun 87 sampai 92 H. Kemudian direnovasi oleh
Sultan Mamalik, Hasan bin Muhammad Qalawun
ash-Shalihi tahun 761 H. Masjid ini direnovasi lagi
pada masa Sultan Inal pada tahun 861 H dan

139
akhirnya disempurkanakan oleh Sultan Abdul Majid
I.

Masjid Al Ghamamah memiliki bentuk persegi


panjang yang terdiri dari dua bagian, yakni jalan
masuk dan aula shalat. Bagian jalan masuk
berbentuk persegi panjang dengan panjang 26
meter dan lebar 4 meter. Di atasnya diberi atab
dengan lima kubah berbentuk bola runcing. Kubah
tersebut leih rendah dari enam kubah yang
membentuk bagian aula shalat.

Sementara bagian aula shalat memiliki panjang 30


meter dan lebar 15 meter. Bagian ini dibagi lagi
menjadi dua serambi yang diatapi dengan enam
kubah dalam dua barisan yang sejajar. Kubah yang
paling besar merupakan kubah mihrab.

Di dinding aula bagian terdapat dua jendela persegi


panjang, dengan dua jendela kecil dan jendela bulat
di atas tiap-tiap jendela. Di tengah-tengah aula
barat, terdapat Mihrab Masjid Al Ghamamah. Di
samping mihrab tersebut, tampak sebuah mimbar
pualam yang memiliki sembilan anak tangga. Di
bagian atasnya, dipayungi sebuah kubar berbentuk
kerucut. Sementara pintunya berasal dari kayu yang
dihiasi dengan khat Utsmani.

140
Menara adzan Masjid Al Ghamamah berada di
sudut barat laut. Dulu bagian bawah menaranya
berbentuk persegi empat setinggi dengan masjid.
Namun kini berubah menjadi persegi delapan.

Pada bagian luar, Masjid Al Ghamamah dihiasi


dengan lapisan bantu basal hitam. Kubahnya
dipoles dengan warna putih. Sementara itu, di
bagian dalam masjid, dinding dan cekungan masjid
dicat warna putih dan pilarnya dicat warna hitam

Kisah Pembaiatan Abu Bakar di Saqifah Bani Sa’idah

Setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam wafat,


kaum Anshar berkumpul di Saqifah Bani Sa’idah.
Medengar hal itu, Umar dan Abu Ubaidah pun bergegas
menemui mereka untuk mencegah timbulnya fitnah dan
memberitahu mereka siapa yang dia setujui untuk
menjadi khalifah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Namun, kemudian mereka justru membaiatnya: Umar


atau Abu Ubaidah, sementara Umar tidak menyangka
bahwa baiat itu ditujukan kepadanya.

Mari kita simak pemaparan Abu Hafsh Umar bin


Khaththab tentang peristiwa tersebut, sebagaimana

141
dikutip dalam buku 10 Shahabat yang Dijanjikan Masuk
Surga karya Abdus Sattar Asy-Syaikh.

Umar menuturkan, “Aku berkata kepada Abu Bakar,


“Wahai Abu Bakar, silakan pimpin kami menemui
saudara-saudara kita dari kaum Anshar.”

Maka kami pun berangkat untuk menemui mereka.


Ketika kami sudah hampir sampai, dua orang shalih
datang menemui kami dan mengutarakan kesepakatan
orang-orang. Mereka bertanya, “Hendak kemana
gerangan kalian wahai kaum Muhajirin?”

Kami menjawab, “Hendak menemui saudara-saudara


kami kaum Anshar.”

Mereka berkata, “Jangan sekali-kali kalian mendekat


kepada mereka, batalkan rencana kalian.”

Namun saya katakan, “Demi Allah, kami harus


mendatangi mereka”.

Maka kami pun berangkat hingga mendatangi mereka di


Saqifah Bani Sa’idah, ternyata di sana ada seorang laki-
laki yang berselimut kain di tengah-tengah mereka.

Saya pun bertanya, “Siapakah ini?”

142
Mereka menjawab, “Ini Sa’ad bin Ubadah.”

Saya bertanya lagi, “Ada apa dengannya?”

Mereka menjawab, “Dia tengah sakit dan mengalami


demam yang serius.”

Tatkala kami duduk sebentar, juru pidato mereka


bersaksi dan memanjatkan pujian kepada Allah dengan
pujian yang semestinya bagi-Nya, kemudian mengatakan,

“Amma ba’du. Kami adalah penolong-penolong Allah


(ansharullah) dan laskar Islam, sedang kalian wahai
segenap muhajirin hanyalah sekelompok manusia yang
terusir dari bangsa kalian, namun anehnya tiba-tiba
kalian ingin mencongkel wewenang kami dan
menyingkirkan kami dari akar-akarnya serta ingin
memonopoli kepemimpinan.”

Tatkala juru pidato itu diam, saya ingin berbicara dan


telah saya memperindah sebuah ungkapan kata yang
membuat saya terkagum-kagum dan ingin saya
ungkapkan di hadapan Abu Bakar, yang dalam beberapa
batasan saya sekedar menyindirnya.

Tatkala saya ingin bicara, Abu Bakar menegur, “Tunggu


sebentar!”

143
Maka saya tidak suka jika niatku menjadikannya marah!
Maka Abu Bakar berbicara, dia lebih lembut daripadaku
dan lebih bersahaja.

Demi Allah, tidaklah dia meninggalkan sebuah kata yang


saya kagumi dalam susunan yang saya buat indah selain
ia ucapkan dalam pidato dadakannya yang semisalnya
atau bahkan lebih baik hingga dia diam

Faedah Sirah Nabi Mulai dari Membangun Masjid Quba

Di tahun pertama Hijriyah, setelah beliau tiba di kota


Madinah dari Makkah, tepatnya pada tanggal 12 Rabiul
Awwal pada tahun ke 53 dari kelahiran beliau, beliau
kemudian melakukan tiga hal penting:
Mendirikan masjid, yaitu Masjid Quba
Mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar
Membuat perjanjian dengan orang Yahudi.

144
Sampai di Madinah dan Mendirikan Masjid di Bani Amr
bin ‘Auf
Dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan, “Ibnu Shihab
berkata, Urwah bin Zubair mengabarkan kepadaku ketika
orang-orang Islam Madinah mendengar kedatangan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Makkah,
mereka keluar rumah di pagi hari hingga panasnya terik
matahari. Mereka menunggu beliau sampai matahari
menyengat tubuh mereka, lalu mereka pulang setelah
seharian menunggu. Sesampainya mereka di rumah, tiba-
tiba salah seorang Yahudi muncul dari tempat ketinggian
memberitahukan mereka tentang kedatangan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dilihatnya bahwa beliau
dan para sahabatnya mengenakan pakaian serba putih
yang kadang-kadang hilang karena fatamorgana. Yahudi
tersebut tidak dapat mengendalikan dirinya lalu
berteriak, ‘Wahai orang Arab! Saudara yang kalian nanti-
nantikan sudah tiba.’ Mereka berlompatan untuk
145
menyambut kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Terdengarlah suara takbir dari Bani Amru bin
‘Auf. Kaum muslimin Madinah pun serentak bertakbir
karena gembira atas kedatangan beliau dan
mengucapkan selamat kepadanya. Kemudian beliau dan
Abu Bakar singgah pada Bani Amru bin ‘Auf pada hari
Senin bulan Rabiul Awwal. Kemudian Abu Bakar berdiri di
hadapan manusia, sementara Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam duduk berdiam diri. Golongan Anshar
yang tidak melihat Nabi langsung menyambut Abu Bakar,
sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terkena
panas matahari. Kemudian Abu Bakar menghampirinya
dan menaunginya dengan selendangnya, ketika itu
barulah diketahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam di sana.

146
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bermalam pada

Bani Amr bin ‘Auf beberapa belas malam. Pada tempat

tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

mendirikan masjid, yang dikenal dengan masjid yang

ditegakkan di atas ketakwaan dan beliau shalat di

dalamnya. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam mengendarai untanya yang diikuti oleh lainnya

sehingga beliau berhenti pada masjid Madinah yang

sekarang tempat orang-orang shalat (masjid Nabawi).

Tempat itu merupakan tempat untuk menjemur kurma

oleh Suhail dan Sahal, dua anak yatim di bawah

penjagaan Sa’ad bin Zurarah. Lalu Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam berhenti di tempat tersebut dan

147
berkata, “Insya Allah di sinilah tempat tinggal saya.”

Kemudian beliau berbincang dengan kedua anak yatim

tersebut untuk bernegosiasi mengenai harga tanah

tersebut. Karena tempat tersebut hendak didirikan

masjid. Keduanya menjawab, “Tidak perlu wahai

baginda, kami menghibahkannya untuk baginda

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Namun beliau

enggan menerima hibah dari dua anak yatim tersebut.

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun membeli

dari keduanya, dan didirikanlah masjid di sana. Mulailah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan batu

pertama sebagai pertanda pembangunan dimulai.” (HR.

Bukhari, no. 3906, lihat Fath Al-Bari, 7:239-240)

148
Tentang masjid Quba
Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun 1
Hijriyah atau 622 Masehi di Quba, sekitar 5 km di sebelah
tenggara kota Madinah. Dalam Alquran disebutkan
bahwa masjid Quba adalah masjid yang dibangun atas
dasar takwa sebagaimana disebutkan dalam ayat,
‫ لِ َم ْن‬g‫صا ًدا‬ َ ْ‫ين َوإِر‬ َ ِ‫ض َرارًا َو ُك ْفرًا َوتَ ْف ِريقًا بَي َْن ْال ُم ْؤ ِمن‬ ِ ‫ َمس ِْج ًدا‬g‫ين اتَّ َخ ُذوا‬ َ ‫َوالَّ ِذ‬
‫ب هَّللا َ َو َرسُولَهُ ِم ْن قَ ْب ُل ۚ َولَيَحْ لِفُ َّن إِ ْن أَ َر ْدنَا إِاَّل ْال ُح ْسنَ ٰى ۖ َوهَّللا ُ يَ ْشهَ ُد إِنَّهُ ْم‬
َ ‫ار‬ َ ‫َح‬
َ ‫لَ َكا ِذب‬
‫ُون‬

“Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-


orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan
kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk
kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang
mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang
telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu.
Mereka Sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak
menghendaki selain kebaikan”. Dan Allah menjadi saksi
bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam
sumpahnya).”

149
‫ق أَ ْن تَقُو َم فِي ِه ۚ فِي ِه‬ َ ‫اَل تَقُ ْم فِي ِه أَبَ ًدا ۚ لَ َمس ِْج ٌد أُس‬
ُّ ‫ِّس َعلَى التَّ ْق َو ٰى ِم ْن أَ َّو ِل يَ ْو ٍم أَ َح‬
َ ‫ُّون أَ ْن يَتَطَهَّرُوا ۚ َوهَّللا ُ ي ُِحبُّ ْال ُمطَّه ِِّر‬
‫ين‬ َ ‫ِر َجا ٌل ي ُِحب‬

“Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-


lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar
takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih
patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya masjid itu
ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.”
(QS. At-Taubah: 107-108)
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwa ayat ini
menunjukkan larangan bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan bagi umat agar tidak tidak shalat di masjid
Dhirar selamanya. Dalam ayat ini diperintahkan untuk
shalat di Masjid Quba’ yang dibangun pertama kali di
atas ketakwaan yaitu taat kepada Allah dan taat kepada
Rasul-Nya demi tujuan agar kaum muslimin bersatu. Ayat
ini membicarakan tentang masjid Quba’. Lihat Tafsir Al-
Qur’an Al-‘Azhim, 4:348.
Yang dimaksud masjid di sini ada tiga pendapat:
150
Masjid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Madinah
yang saat ini terdapat mimbar dan kubur beliau (yaitu
Masjid Nabawi, pen.). Ada riwayat dari Sahl bin Sa’ad,
juga menjadi pendapat Ibnu ‘Umar, Zaid bin Tsabit, Abu
Said Al-Khudri, dan Sa’id bin Al-Musayyib.
Masjid Quba’. Pendapat ini diriwayatkan dari ‘Ali bin Abi
Thalhah, dari Ibnu ‘Abbas, juga jadi pendapat Said bin
Jubair, Qatadah, ‘Urwah, Abu Salamah bin
‘Abdurrahman, Adh-Dhahak, dan Maqatil.

Semua masjid yang dibangun di Madinah. Inilah yang jadi


pendapat Muhammad bin Ka’ab.
Lihat Zaad Al-Masiir karya Ibnul Jauzi, 3:500-501.
Sedangkan ayat,
َ ‫ُّون أَ ْن يَتَطَهَّرُوا ۚ َوهَّللا ُ ي ُِحبُّ ْال ُمطَّه ِِّر‬
‫ين‬ َ ‫فِي ِه ِر َجا ٌل ي ُِحب‬

151
“Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin
membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bersih.” (QS. At-Taubah: 108)
Yang dimaksud dengan ayat ini adalah Allah menyukai
orang yang menyucikan hati dari noda dosa dengan
bertaubat dan beristigfar, juga menyucikan diri dari najis.
Allah menyukai membersihkan diri kotoran lahir dan
batin. Itulah yang dimaksud ayat sebagaimana
disebutkan oleh Syaikh Musthafa Al-‘Adawi dalam At-
Tashil li Ta’wil At-Tanzil Tafsir Al-Anfal wa At-Taubah,
hlm. 750.
Dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim (4:349-350) dibicarakan
tentang orang yang beristinja’ (menyucikan kotoran)
dengan menggunakan air, ayat ini diturunkan untuk
orang semacam itu.
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Ayat ini (surah
At-Taubah ayat 108) jadi dalil disunnahkannya shalat di
masjid yang lama yang sejak awal pembangunannya
didasarkan untuk ibadah kepada Allah semata, yang tidak
ada sekutu bagi-Nya. Juga disunnahkan shalat bersama
jamaah orang-orang saleh dan hamba-hamba yang taat
yang senantiasa memelihara dan menyempurnakan
152
wudhu, serta menghindarkan diri dari berbagai macam
kotoran.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 4:351)
Ketika pertama kali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam sampai di Quba, beliau singgah di rumah Kaltsum
bin Al-Hadam, karena ia adalah pemuka kaum dari Bani
Amr bin ‘Auf. Beliau adalah pemuka suku Aus yang ketika
itu masih musyrik dan kemudian ia memeluk Islam. Ada
yang berpendapat bahwa dia telah memeluk Islam
sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai
di Madinah.
Di rumah Sa’ad bin Khaitsamah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berbincang-bincang dengan para
sahabatnya, karena Saad masih lajang belum
berkeluarga. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berangkat dari Quba’ pada hari Jumat ketika
matahari mulai meninggi. Beliau shalat Jumat di Bani
Salim bin ‘Auf bersama kaum muslimin lainnya di lembah
Ranuna (salah satu lembah di Madinah terletak antara
Quba’ dan Masjid Nabawi, kena sengatan panas Quba’
pada lembah Bath-han sebelah selatan Masjid Al-
Ghamamah, pen.).

153
Setiap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati
kabilah-kabilah dari kaum Anshar, maka pemuka
kaumnya menemui beliau dan mengajaknya untuk
singgah di tempat mereka dan begitulah seterusnya
hingga beliau sampai di tempat didirikannya masjid
tersebut (sekarang Masjid Nabawi, pen.). Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memberkatinya, dan tidak
singgah di situ, kemudian merunduk dan sedikit berjalan,
kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berpaling dan kembali ke tempat yang pertama dan
beliau pun singgah di sana, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam berhenti pada tempat tersebut seraya berkata,
“Jika Allah mengizinkan, di sinilah rumahku.”
Dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Rumah siapa yang
paling dekat rumahnya dengan keluarga kami?” Abu
Ayyub menjawab, “Saya wahai Nabi Allah. Itu rumahku
dan itu pintunya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Pulanglah dan siapkan tempat bagi kami
untuk beristirahat.” (HR. Bukhari, no. 3911)

154
Abu Ayyub Al-Anshari membawa dan memasukkan
kendaraan unta ke dalam rumahnya. Ibnu Hajar
rahimahullah menyebutkan dalam kitab Fathul Bari, dari
Abu Sa’id bahwa ketika Abu Ayyub hendak memindahkan
unta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata
kepada yang hendak menawarkan tempat (rumahnya)
untuk beliau singgahi, “Saya akan mengikuti untaku.”
Sedangkan As’ad bin Zurarah mengambil unta Nabi dan
menempatkan di kandangnya. Lihat Fath Al-Bari, 7:246.
Penduduk Madinah sangat gembira dengan kedatangan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Disebutkan dari
Barra’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “… ketika
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, saya
tidak pernah melihat penduduk Madinah merasa
gembira seperti gembiranya mereka menyambut
kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bahkan budak-budak perempuan pun berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah tiba
(dengan perasaan gembira).” (HR. Bukhari, no. 3932)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi mirbad
(sebidang tanah yang digunakan untuk menjemur kurma)

155
dengan harga sepuluh dinar dengan menggunakan uang
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Tempat
didirikan masjid tersebut terdapat kuburan orang
musyrik, lubang, dan pohon kurma. Kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk
menggabil kuburan tersebut, menimbun lubang, serta
menebang pohon kurma. Kemudian pelepah kurma
dijadikan sebagai atap masjid, ditetapkan arah kiblat, dan
sisi jalannya dibubuhkan batu.” (HR. Bukhari, no. 3932)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menetap di rumah


Abu Ayyub radhiyallahu ‘anhu. Setelah selesai membuat
kamar dan masjidnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam– ketika masih di rumah Abu Ayyub–mengirim Zaid
bin Haritsah dan Abu Rafi’ ke Makkah dan memberinya
dua ekor unta dan lima ratus dirham untuk menjumpai
dua putrinya Fatimah dan Ummu Kultsum, dan Ummul
Mukminin Saudah binti Zam’ah radhiyallahu ‘anha. Hal
ini disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Zaad Al-Ma’ad.

156
Kumpulan Amalan Ringan Pahala Shalat di Masjid Quba
Seperti Umrah
Bagi yang berumrah atau berhaji karena diberi
kelapangan rezeki, bisa lakukan amalan berikut ini yaitu
ketika berada di kota Madinah berkunjung ke Masjid
Quba untuk melaksanakan shalat minimal dua rakaat,
pahalanya seperti umrah.
Dari Usaid bin Zhuhair Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
‫ فِى َمس ِْج ِد قُبَا ٍء َك ُع ْم َر ٍة‬gُ‫صالَة‬
َّ ‫ال‬
“Shalat di Masjid Quba’, (pahalanya) seperti umrah.”(HR.
Tirmidzi, no. 324 dan Ibnu Majah, no. 1411. Al-Hafizh
Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Dari Sahl bin Hunaif radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ان لَهُ َكأَجْ ِر ُع ْم َر ٍة‬ َ َ‫َم ْن تَطَه ََّر فِى بَ ْيتِ ِه ثُ َّم أَتَى َمس ِْج َد قُبَا ٍء ف‬
َ ‫صلَّى فِي ِه‬
َ ‫صالَةً َك‬
“Siapa yang bersuci di rumahnya, lalu ia mendatangi
masjid Quba’, lantas ia melaksanakan shalat di dalamnya,
maka pahalanya seperti pahala umrah.” (HR. Ibnu Majah,

157
no. 1412, An-Nasai, no. 700. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Dari ‘Abdullah bin Dinar, ia mendengar ‘Abdullah bin


‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,

ِ ‫ان النَّبِ ُّى – صلى هللا عليه وسلم – يَأْتِى قُبَا ًء َرا ِكبًا َو َم‬
‫اشيًا‬ َ ‫َك‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mendatangi
Masjid Quba’ sambil memakai kendaraan, dan (kadang)
berjalan kaki.” (HR. Bukhari, no. 1194 dan Muslim, no.
1399)

Dalam riwayat Muslim lainnya disebutkan, ‘Abdullah bin


Dinar berkata,
‫صلى هللا عليه‬- ‫ى‬ ُ ‫ان يَقُو ُل َرأَي‬
َّ ِ‫ْت النَّب‬ ٍ ‫ان يَأْتِى قُبَا ًء ُك َّل َس ْب‬
َ ‫ت َو َك‬ َ ‫أَ َّن اب َْن ُع َم َر َك‬
ٍ ‫ يَأْتِي ِه ُك َّل َس ْب‬-‫وسلم‬
‫ت‬
“Ibnu ‘Umar biasa mendatangi Masjid Quba’ pada hari
Sabtu. Ia berkata bahwa ia melihat Nabi shallallahu ‘alaihi

158
wa sallam mendatangi masjid tersebut pula pada hari
Sabtu.”

159
Sudah Tahu Tentang Seluk Beluk Kota Madinah?
 

1. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  hijrah dari


Makkah menuju Madinah dan Madinah dijadikan
tempat berdakwah.

2. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  mendoakan


kota Madinah dengan keberkahan dan
menjadikannya kota kedua dari tanah suci (Al-
Haramain).

3. Beliau tinggal di Madinah sepuluh tahun terakhir


dari masa hidup beliau dan beliau dikuburkan di
kota Madinah, di rumah Aisyah.

4. Siapa yang meninggal dunia di kota Madinah,


ada kabar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam  bahwa ia akan mudah mendapatkan
syafa’at dari beliau.

5. Sudah dijamin bahwa kota Madinah tidak akan


dimasuki Dajjal dan Tha’un (wabah penyakit).

160
6. Di antara keutamaan kota Madinah adalah iman
itu terkumpul di kota Madinah. (HR. Bukhari, no.
1876)

7. Di kota Madinah inilah, setiap jengkalnya ada


situs-situs bersejarah. Dari situs-situs tersebut kita
bisa gali pelajaran-pelajaran berharga.

8. Situs bersejarah terpenting di kota Madinah


dimulai dari Masjid An-Nabawi Asy-Syarif, Masjid
Quba’, Masjid Al-Jum’ah, dan beberapa masjid
lainnya yang Rasul dan para sahabat pernah shalat
di sana.

9. Diceritakan bagaimanakah penghormatan kaum


Anshar yang asli Madinah terhadap kaum
Muhajirin yang berhijrah dari Makkah,
tergambarkan bagaimana kecintaan hingga sikap
mereka untuk berbuat itsar (mendahulukan

161
kepentingan orang lain padahal mereka sendiri
butuh).

10. Karena pentingnya masjid Nabawi, Al-Malik


Fahd bin ‘Abdul ‘Aziz Alu
Su’ud rahimahullah  mulai memperhatikannya
untuk direnovasi besar-besaran pada tahun 1414
H.

11. Dalam hadits diriwayatkan dalam shahih Muslim


disebutkan bahwa siapa saja yang melakukan
bid’ah atau menyembunyikan pelaku bid’ah, maka
baginya laknat Allah, malaikat, dan manusia
seluruhnya. (HR. Muslim, no. 1370)

12. Batasan Kota Madinah: batas selatan adalah


Jabal ‘Ayr, batas utara adalah Jabal Tsaur (dekat
dengan Jabal Uhud), batas timur adalah Harrah
Syarqiyyah, batas barat adalah Harrah Gharbiyyah.

13. Jarak batas utara dan selatan dari kota Madinah


adalah 15 km.

162
14. Jabal ‘Ayr adalah gunung terbesar kedua di kota
Madinah setelah Gunung Uhud. Jaraknya dari
Masjid Nabawi sekitar 8,5 km.

15. Jabal Tsaur berjarak 8 km dari Masjid Nabawi,


dan 15 km dari Jabal ‘Ayr.

16. Ada 161 tanda di berbagai penjuru Madinah


yang dibuat oleh Kementrian Dalam Negeri
Kerajaan Saudi Arabia untuk menunjukkan batas
daerah tanah haram dari kota Madinah sehingga
tanda tersebut bisa disaksikan ketika di darat
maupun di udara.

17. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam  memasuki Kota Madinah beliau berdoa: “Ya
Allah, jadikanlah Madinah mencintai kami,
sebagaimana engkau menjadikan Makkah atau
jadikan ia lebih mencintai kami, berilah kami
kesehatan di dalamnya, berkahilah kami dalam
perdagangan dengan sha’ dan mud. Dan jauhkan
wabah penyakit dari kota ini ke Al-Juhfah.” (HR.
Bukhari, no. 1889 dan Muslim, no. 1376)
163
18. Di antara sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Siapa saja yang mampu di antara kalian
untuk mati di kota Madinah, maka lakukanlah. Aku
jadi saksi bagi siapa saja yang mati di Madinah.”
(HR. Ibnu Majah, no. 3112)

19. Amirul Mukminin Umar radhiyallahu


‘anhu berdoa, “ALLOHUMMARZUQNII SYAHADAH
FII SABIILIK, WAJ’AL MAWTII FII BALADI ROSUULIK”
(Ya Allah berikan rezeki kepadaku dengan mati
syahid di jalan-Mu, dan matikanlah aku di negeri
rasul-Mu.” (HR. Bukhari, no. 1890)

20. Di kuburan Baqi’ dimakamkan sekitar 10.000


sahabat, termasuk di dalamnya terdapat kubur istri
dan puteri-puteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Di Baqi’ terdapat kubur Fathimah Az-Zahra’,
Hasan bin ‘Ali, Al-‘Abbas, Ja’far, Zainab, Ruqoyyah,
Ummu Kultsum, istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, Imam Malik, Ibrahim putera
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Utsman bin
‘Affan, dan Abu Sa’id Al-Khudri.

164
21. Disunnahkan menziarahi kuburan Baqi’ dan bisa
membaca doa seperti yang dibacakan oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ASSALAMU’ALAIKUM DAAR QOUM MU’MININ,
WA ATAAKUM MAA TUU’ADUUN GHADAN
MUAJJALUN, WA INNA INSYA-ALLAH BIKUM
LAAHIQUUN, ALLOHUMMAGHFIR LI AHLIL BAQI’
AL-GHORQOD. (HR. Muslim)

22. Di antara keutamaan kota Madinah adalah


disebut Thiybah atau Thaabah artinya tanah yang
subur (bagus), dan kurma di sana sangat diberkahi.
Kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapa yang
memakan tujuh butir kurma Madinah ketika pagi
hari, maka tidak ada racun yang akan
memudaratkannya.” (HR. Muslim, no. 2047). Dalam
hadits ini disebutkan umum, yaitu umumnya
kurma, namun dalam hadits lain disebutkan
dengan kurma ‘Ajwa.

23. Berkahnya tanah kota Madinah, ketika ada yang


luka bisa mempraktikkan dengan menyentuh
tanahnya dengan jari telunjuk lalu membaca:
BISMILLAH TURBATU ARDHINAA, BIRIIQOTI
165
BA’DHINAA LIYUSYFAA BIHI SAQIIMUNAA BI
IDZNI ROBBINAA. (HR. Muslim, no. 2194)

Sudah Tahu Tentang Seluk Beluk Kota Makkah?


 

1. Di antara keutamaan kota Makkah disebutkan


oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  ketika
beliau berdiri di Hazwarah, “Demi Allah, engkau
adalah sebaik-baik tanah Allah dan sebaik-baik
tempat yang dicintai oleh Allah. Sungguh kalaulah
bukan aku dikeluarkan darimu, aku tidak akan
keluar.” (HR. Tirmidzi, no. 3925, hadits hasan
gharib shahih).

2. Dalam hadits dalam Shahih Al-Bukhari,


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  berkata, “Tidak
ada negeri melainkan akan didatangi oleh Dajjal
kecuali Makkah dan Madinah. Di situ ada malaikat
yang akan melindungi dua kota tersebut.”

166
3. Nama lain dari Makkah adalah Bakkah seperti
dalam surah Ali Imran ayat 96, disebut juga Ummul
Quro seperti disebutkan dalam surah Al-An’am
ayat 92.

4. Disebut Ummul Quro karena di situ ada Ka’bah


yang merupakan markas bumi.

5. Nabi Ibrahim pernah berdoa seperti disebut


dalam surah Ibrahim ayat 35, “ROBBIJ’AL HADZAL
BALADA AAMINAA, wahai Rabbku jadikanlah
negeri ini sebagai negeri yang aman.”

6. Masjidil Haram ada empat maksud: (a) Ka’bah,


(b) Ka’bah dan masjid sekelilingnya, (c) seluruh
kota Makkah, atau (d) seluruh tanah haram.

7. Batasan tanah Haram Al-Makki: batas Utara


adalah Wadi Nakhlah, Al-Ji’ranah, dan At-Tan’im;
batas Barat adalah Al-Hudaibiyyah (Asy-Syumaisi);
batas Selatan adalah Adhatu Laban
(Al-‘Ukaisiyyah); batas Timur adalah jabal ‘Arafat

167
(Dzatus Salim). Jadi luas tanah haram Makkah
sekitar 127 x 550 km.

8. Jarak Masjidi Haram ke beberapa batas tanah


haram ke: (a) At-Tan’im 7,5 km; (b) Nakhlah 13 km;
(b) Adhah Laban 16 km; (d) Al-Ji’ranah 24 km; (e)
Al-Hudaibiyyah 22 km; (f) Jabal ‘Arafat 22 km.

9. At-Tan’im adalah tempat yang paling dekat dari


batas tanah haram. Waktu itu Aisyah berumrah
pada Haji Wada’ tahun 9 H dan mengambil niat
ihram dari At-Tan’im. Sebagaimana diriwayatkan
dari Jabir bahwa Aisyah mengalami haidh saat haji.
Lalu Aisyah melakukan seluruh manasik kecuali
Thawaf keliling Kabah. Ketika sudah suci,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh
‘Abdurrahman bin Abi Bakr untuk keluar bersama
Aisyah ke At-Tan’im. Lantas beliau berumrah
setelah haji pada bulan Dzulhijjah.

168
169

Anda mungkin juga menyukai