Haji Tamattu’
1
mendatangi Baitullah dengan keadaan sempurna, bersih
hati, lisan, pikiran, dan suci jasmaninya. Kemudian
dilanjutkan dengan mengenakan ihram dan shalat
sunnah jika waktu memungkinkan.
Pada waktu tersebut, sudah diharamkan bagi laki-laki
untuk mengenakan pakaian dalam. Dalam mengenakan
pakaian ihram, terdapat nilai yang dapa dipetik yakni
mengingat akan kematian atau keadaan meninggal dunia
karena dua lembar kain ihram melambangkan kain kafan
yang digunakan untuk mengkafani jenazah.
2
lewat tengah malam dilanjutkan dengan perjalanan
menuju Mina. Pada keesokan fajar dilakukan pelemparan
Jumroh Aqobah sebanyak 7 kali, disusul dengan
memotong rambut (tahallul awal) dan melepas ihram
dengan berganti pakaian. Kemudian dilanjutkan dengan
melontar Jumroh Ula, Wustha, dan Aqobah pada hari
tasiryq.
Haji Ifrad
Haji ifrad merupakan haji yang dikerjakan tanpa
didahului oleh umroh atau dengan kata lain hanya
mengerjakan haji saja. Melakukan haji ifrad tidak perlu
melakukan pembayaran dam. Pelaksanaan haji ifrad
dilakukan untuk jemaah yang waktu kedatangannya
kurang lebih lima hari sebelum melakukan wukuf.
Haji Qiran
4
Haji qiran adalah pelaksanaan haji dan umroh dalam
satu niat saja dimana semuanya menjadi satu kali
kegiatan. Pada pengerjaan haji qiran dikenai biaya denda
yang disebut dengan Dam Nusuk yang sesuai dengan
ketentuan syariah islam. Haji qiran menjadi pilihan bagi
jemaah yang memiliki masa tinggal di Mekah sebentar
atau untuk alasan lain yang menyebabkan jemaah tidak
dapat melakukan umroh sebelum atau sesudah haji.
Cara pelaksanaannya haji qiran tidak jauh berbeda yaitu
dimulai dengan bersuci (mandi dan berwudhu),
mengenakan ihram, shalat sunnah dua rakaat, dan
mengucapkan niat. Ketika setibanya di Mekah,
dilanjutkan dengan melakukan thawaf qudum, sama
seperti haji ifrad, boleh disertai dengan sa’i ataupun
tidak. Kemudian dilanjutkan dengan rangkaian acara
puncak haji di Armina, dan diakhiri dengan berkurban
serta mencukur rambut. Dan pada saat akan
meninggalkan Mekah, harus melakukan thawaf wada’
terlebih dahulu.
5
Demikian sedikit penjelasan mengenai jenis haji haji dan
bagaimana cara pelaksanaannya. Semoga bermanfaat.
7. Membayar Fidiah
Fidiah atau denda diberlakukan jika seseorang
melakukan pelanggaran dalam ihram. Ada tiga macam
fidiah, yaitu memberi makan 60 orang miskin,
menyembelih seekor kambing untuk dibagikan, dan
berpuasa. Beberapa larangan yang menyebabkan
munculnya sanksi tersebut, antara lain menggunduli
rambut kepala, mengenakan pakaian berkancing,
memakai cadar, dan menggunakan parfum.
8. Bermalam di Muzdalifah
Bermalam di Muzdalifah adalah salah satu rukun haji
9
yang wajib dilaksanakan. Namun, orang lanjut usia atau
dalam kondisi sakit diperkenankan mabit di tempat lain.
Sebaliknya, jika meninggalkan Muzdalifah tanpa alasan
jelas, sanksinya menyembelih satu ekor hewan kurban.
10
MANFAAT PELAKSANAAN IBADAH UMROH
12
seenaknya saja oleh seorang muslim. Tidak hanya
membutuhkan pemahaman mengenai rukun Umroh saja
namun kesiapan iman lah yang terpenting dalam
menjalankan ibadah Umroh. Seorang muslim harus
mempersiapkan iman yang kuat saat ingin beribadah ke
tanah suci. Niat seorang muslim harus lurus didasari
karena keimanan dan untuk beribadah kepada Allah
SWT. Jika niat dan keimanan sudah siap dalam
menjalankan ibadah Umroh maka ketika sedang dan
ketika selesai menjalankan ibadah Umroh, iman umat
muslim yang menjalankan ibadah Umroh dapat semakin
tertempa menjadi lebih baik lagi.
13
Semua umat muslim dari penjuru dunia berkumpul di
tanah suci untuk melakukan ibadah untuk Allah SWT.
Berkumpulnya berbagai kaum muslim dari berbagai
negara dapat memberikan pelajaran bahwa berbagai ras
dan suku di dunia tetapi memiliki keimanan yang sama
yaitu untuk menyembah Allah SWT. Berkumpulnya
berbagai umat muslim dapat menumbuhkan rasa
kecintaan pada sesama umat muslim dan terjalinnya tali
sirahturahmi antara mereka.
14
PENGETAHUAN TENTANG HAJI DAN UMROH
Haji Tamattu’
Haji dikatakan sebagai haji tamattu’ ialah haji yang
mengerjakan umrah terlebih dahulu kemudian
mengerjakan haji. Bagi haji tamattu’ diwajibkan untuk
membayar Dam.
15
untuk mendatangi Baitullah dengan keadaan sempurna,
bersih hati, lisan, pikiran, dan suci jasmaninya. Kemudian
dilanjutkan dengan mengenakan ihram dan shalat
sunnah jika waktu memungkinkan.
Pada waktu tersebut, sudah diharamkan bagi laki-laki
untuk mengenakan pakaian dalam. Dalam mengenakan
pakaian ihram, terdapat nilai yang dapa dipetik yakni
mengingat akan kematian atau keadaan meninggal dunia
karena dua lembar kain ihram melambangkan kain kafan
yang digunakan untuk mengkafani jenazah.
16
lewat tengah malam dilanjutkan dengan perjalanan
menuju Mina. Pada keesokan fajar dilakukan pelemparan
Jumroh Aqobah sebanyak 7 kali, disusul dengan
memotong rambut (tahallul awal) dan melepas ihram
dengan berganti pakaian. Kemudian dilanjutkan dengan
melontar Jumroh Ula, Wustha, dan Aqobah pada hari
tasiryq.
Haji Ifrad
Haji ifrad merupakan haji yang dikerjakan tanpa
didahului oleh umroh atau dengan kata lain hanya
mengerjakan haji saja. Melakukan haji ifrad tidak perlu
melakukan pembayaran dam. Pelaksanaan haji ifrad
dilakukan untuk jemaah yang waktu kedatangannya
kurang lebih lima hari sebelum melakukan wukuf.
Haji Qiran
18
Haji qiran adalah pelaksanaan haji dan umroh dalam
satu niat saja dimana semuanya menjadi satu kali
kegiatan. Pada pengerjaan haji qiran dikenai biaya denda
yang disebut dengan Dam Nusuk yang sesuai dengan
ketentuan syariah islam. Haji qiran menjadi pilihan bagi
jemaah yang memiliki masa tinggal di Mekah sebentar
atau untuk alasan lain yang menyebabkan jemaah tidak
dapat melakukan umroh sebelum atau sesudah haji.
Cara pelaksanaannya haji qiran tidak jauh berbeda yaitu
dimulai dengan bersuci (mandi dan berwudhu),
mengenakan ihram, shalat sunnah dua rakaat, dan
mengucapkan niat. Ketika setibanya di Mekah,
dilanjutkan dengan melakukan thawaf qudum, sama
seperti haji ifrad, boleh disertai dengan sa’i ataupun
tidak. Kemudian dilanjutkan dengan rangkaian acara
puncak haji di Armina, dan diakhiri dengan berkurban
serta mencukur rambut. Dan pada saat akan
meninggalkan Mekah, harus melakukan thawaf wada’
terlebih dahulu.
19
FIQIH HAJI DASAR
20
Thawaf Ifadlah
Sa’i
Cukur atau potong rambut
RUKUN UMRAH
Niat
Ihram
Thawaf
Sa’i
Cukur atau potong rambut
WAJIB HAJI
Ihram dari Miqat
Mabit (bermalam) di Muzdalifah
Melontar Jumrah
Bermalam di Mina
Thawaf Wada’
Beda Rukun dan Wajib; Jika rukun tidak dikerjakan maka
hajinya tidak sah, tetapi jika wajib tidak dikerjakan
21
hajinya sah meskipun harus diganti/dibayar dengan dam
Umrah tidak wuquf di ‘Arafah, tidak mabit di Muzdalifah
dan Mina, dan tidak melontar jumrah
MIQAT
Miqat = batas memulai, start
Miqat zamani = waktu memulai haji, yaitu dari 1
Syawal sampai terbit fajar 10 Dzul hijah. Untuk umrah
tidak ada miqat zamani, dan bisa dilakukan kapan saja.
Bagi yang berhaji tamattu’ boleh melakukan umrah di
saat menunggu datangnya hari arafah. (al-Idlah, 263)
Miqat makani = tempat mulai ihram haji/umrah
MIQAT MAKANI
23
untuk menyembah Allah SWT dan mengikhlaskan
agama (semata – mata) karena Allah.”
Rosulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya setiap
perbuatan tergantung dari niatnya dan masing – masing
mendapatkan pahala dari niatnya itu.”
Syuraih al Qadhi berkata: “Yang (benar- benar) berhaji
sedikit, meski jamaah haji banyak. Alangkah banyak
orang yang berbuat baik, tapi alangkah sedikit yang
ikhlas karena Allah.”
2. Rezeki yang Halal.
Untuk berangkat haji pastinya membutuhkan biaya yang
tidak sedikit. Hendaknya, harta yang digunakan nuntuk
berhaji adalah benar – benar harta yang halal. Allah SWT
hanya menerima yang halal dan tidak untuk yang haram.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sungguh Allah baik,
tidak menerima kecuali yang baik.” Jadi, apalah artinya
haji yang ditunaikan dengan biaya yang bersumber dari
yang haram yang dengan jelas tidak akan diterima oleh
Allah SWT. Dan bukankah tujuan utama dari ibadah haji
adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Rosulullah SAW bersabda: “Jika seseorang pergi
menunaikan haji dengan biaya dari harta yang halal dan
kemudian diucapkannya “Labbaikallaahumma labbaik
(ya Allah, inilah aku datang memenuhi panggilan-Mu).
Maka berkata penyeru dari langit:”Allah menyambut
24
dan menerima kedatanganmu dan semoga kamu
berbahagia. Pembekalanmu halal, pengangkutanmy
juga halal, maka hajimu mabrur, tidak dicampuri dosa.
Sebaliknya, jika ia pergi dengan harta yang haram, dan
ia mengucapkan “Labbaik”. Maka penyeru dari langit
berseru:”Tidak diterima kunjunganmu dan engkau tidak
berbahagia. Pembekalanmu haram, pembelanjaanmu
juga haram, maka hajimu ma’zur (mendatangkan dosa)
atau tidak diterima.” [HR Tabrani]
Rosulullah SAW juga pernah bersabda: “Bagaimana
mungkin akan dikabulkan doa orang yang makanannya,
minumannya, pakaiannya, dan pendapatannya haram,
sekalipun ia terus menerus menengadahkan tangannya
ke langit.”
25
Jadi, sebaiknya setiap calon jamaah haji terlebih dahulu
mempelajari sebaik-baiknya manasik haji Rosulullah
SAW.
3. Menjaga Lisan dan Tidak Berbuat Maksiat Selama
Ihram. Dalam kondisi ihram hendaknya menjauhi segala
larangan ihram, diantaranya yaitu berkata kotor dan
berbuat maksiat. Hendaknya ketika melaksanakan haji
menjauhi rafats, fusuq, jidal, berkata –kata kotor,
berbuat fasik, berkata kasar dan saling berbantah-
bantahan. Berkata-kata kotor merupakan salah satu
larangan berihram, dan menghindarinya dengan cara
memperbanyak dzikir.
Allah SWT berfirman yang artinya : “(Musim) haji
adalah beberapa bulan yang diketahui, barang siapa
yang menetapkan niatnya dalam bulan – bulan itu
untuk mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, fusuq
dan berbantah-bantahan selama mengerjakan haji.”
Rosulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang haji dan
ia tidak rafats dan tidak fusuq, ia akan kembali pada
keadaannya saat dilahirkan ibunya.”
Rafats merupakan semua bentuk kekejian dan perkara
tidak berguna yang meliputi bersenggama, bercumbu
dan berkata-kata yang dapat menimbulkan birahi. Fusuq
merupakan segala maksiat. Jidal merupakan berbantah-
bantahan yang mempu menimbulkan pertengkaran.
26
5. Membawa Perbaikan. Ibadah haji yang dilakukan
harus mampu membawa perbaikan diri, baik akhlaq dan
tingkah laku. Adapun diantaranya, memiliki hati yang
lebih lembut dan bersih, tutur kata yang semakin lembut
dan baik, ilmu dan amalan yang benar, serta lebih
istiqamah.
29
1. Firman Allah SWT (Surat Ali Imron ayat 97)
Yang artinya, “……mengerjakan haji adalah kewajiban
terhadap Allah, yaitu (bahi) orang yang sanggup
(mampu) mengadakan perjalanan ke Baitullah…”
2. Sabda Rasulullah SAW
Dari Abdulloh bin Umar ra berkata: “Rasulullah SAW
bersabda, “ Janganlah kalian melarang hamba-hamba
Allah untuk mendatangi masjid – masjid Allah.” [HR
Bukhori]
Pendapat kuat yang kini diyakini dari masing-masing
pendapat para ulama yaitu wanita tidak boleh
melaksanakan haji dan umroh atau perjalanan jauh
kecuali dengan mahromnya. Hal ini karena :
30
perjalanan jauh, haji wajib maupun ibadah umroh untuk
menjamin kemananan dan keselamatan dirinya.
Rukun haji :
1. Ihram
2. Thawaf Ziyarah (disebut juga dengan Thawaf
Ifadhah)
3. Sa’ie
4. Wuquf di padang Arafah
Apabila salah satu rukun haji di atas tidak dilaksanakan
maka hajinya batal. Sedangkan Abu Hanifah berpendapat
bahwa rukun haji hanya ada 2 yaitu: Wuquf dan Thawaf.
Ihram dan Sa’I tidak dimasukkan ke dalam rukun karena
menurut beliau, ihram adalah syarat sah haji dan sa’I
adalah yang wajib dilakukan dalam haji (wajib haji).
Sementara Imam syafi’ie berpendapat bahwa rukun haji
ada 6 yaitu: Ihram, Thawaf, Sa’ie, Wuquf, Mencukur
31
rambut, dan Tertib berurutan).(Kitabul Fiqh Ala
Madzhabil Arba’ah 1/578).
Wajib Haji
Iharam dimulai dari miqat yang telah ditentukan
Wuquf di Arafah sampai matahari tenggelam
Mabit di Mina
Mabit di Muzdalifah hingga lewat setengah malam
Melempar jumrah
Mencukur rambut
Tawaf Wada’
Syarat-syarat Wajib Haji
Islam
Berakal
Baligh
Mampu
Mewakilkan Seseorang Untuk Berhaji
Tidak boleh bagi seseorang berhaji untuk orang lain
kecuali setelah ia berhaji untuk dirinya sendiri. Rasulullah
bersabda: Berhajilah untuk dirimu sendiri, kemudian
engkau berhaji untuknya.
32
Haji Bagi Anak-anak yang belum Baligh
Tidaklah wajib bagi anak-anak untuk berhaji kecuali ia
telah baligh. Namun jika ia telah berhaji maka hajinya sah
sebagaimana yang telah diriwayatkan Ibnu Abbas ra
bahwa Rasulullah r berjumpa dengan seorang
berkendaraan dikawasan Ar-Rauha beliau bersabda:
Siapakah kalian? Mereka menjawab: Kami orang-orang
muslim, mereka balik bertanya: Siapa anda? Beliau
menjawab: Saya Rasul Allah. Lalu ada seorang anak gadis
yang masih kecil bertanya: Apakh ini yang disebut haji?
Beliau menjawab: Ya dan bagimu pahala (HR. Ahmad,
Muslim, Abu Daud, dan An Nasa dishahihkan oleh At
Tirmidzi).
33
5 HAL YANG HARUS DIKETAHUI SEBELUM BA’DAL HAJI
35
menghajikan orang lain dan hanya mengharap ridho
Allah SWT. Sulit memang mencari orang yang ikhlas dan
dapat dipercaya, sehingga pilihan paling baik memilih
sana saudara untuk menghajikan.
36
tubuhnya sendiri. Dan tentu saja syarat utamanya bagi
yang diwakilkan adalah mampu secara materi. Bagi
seseorang yang tidak mampu secara materi, maka hukum
menunaikan haji bukanlah wajib.
37
KESALAHAN-KESALAHAN KETIKA HAJI DAN UMROH
38
5. Berkeyakinan bahwa Hajar Aswad dapat memberi
manfaat, maka banyak dari Jamaah Haji yang jika
mengusap Hajar Aswad mereka mengusapkan bekasnya
pada seluruh tubuh seorang jamaah haji tersebut atau
mengusapkannya pada anak-anak yang mereka bawa.
Umar bin Khattab berkata: Sesungguhnya saya benar-
benar tahu bahwa engkau adalah seonggok batu yang
tidak bisa memberikan manfaat dan bahaya, kalau
bukanlah karena saya pernah melihat Nabi menciummu
maka aku tidak akan menciummu.
6. Para jamaah haji mengusap seluruh pojok-pojok
Ka’bah bahkan mengusap seluruh dindingnya, ini semua
adalah kebodohan, karena sesungguhnya mengusap
adalah ibadah dan pengagungan kepada Allah, maka
wajib melakukannya seperti yang dicontohkan oleh
Rasulullah, dan beliau tidak mengusap kecuali Hajar
Aswad dan rukun yamani.
7. Mengkhususkan doa tertentu pada setiap putaran
dan tidak berdoa selainnya. Boleh berdoa dengan doa-
doa yang disenangi dari kebaikan dunia dan akhirat,
berdzikir kepada Allah dengan dzikir apa saja, tasbih,
tahmid, tahlil, takbir, atau membaca Al-Quran.
8. Berkumpul dengan seorang pemandu thawaf dan
memimpin dengan suara keras lalu mengikutinya dengan
satu suara, hingga suara menjadi ramai dan
39
mengakibatkan kegaduhan sehingga menggangu orang
thawaf lainnya, mereka tidak mengetahui apa yang
mereka ucapkan dan menghilangkan kekhususan.
Selain kesalahan, terdapat juga larangan-larangan yang
wajib dihindari oleh para jamaah haji atau umroh ketika
berada di tanah suci. Adapun larangan-larangan tersebut
adalah sebagai berikut:
40
12. Mencaci, bertengkar, dan berkata kotor.
Terdapat pula larangan khusus bagi jamaah haji atau
umroh laki-laki dan perempuan. Larangan khusus bagi
laki-laki antara lain sebagai berikut:
1. Menutup muka
2. Menutup kedua telapak tangan.
Laranagn-larangan dalam ibadah haji dan umroh tersebut
secara singkat tertuang dalam Al-Quran Surah Al Ba-
qarah ayat 197 yang artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan ibadah haji dalam
bulan-bulan itu, janganlah dia berkata rafas (jorok),
berbuat maksiat, dan bertengkar dalam melakukan
ibadah haji. Segalah yang baik yang kamu kerjakan,
Allah mengetahuinya”
42
2. Setiap jamaah wanita tidak boleh menutup wajah
dan telapak tangan
Setiap jamaah wanita tidak diperbolehkan menutup
wajah dan dua telapak tangannya, kecuali apabila lewat
leki – laki yang bukan mahromnya di hadapannya.
Dari Ibnu Umar ra berkata, Nabi Muhammad SAW
bersabda, “ Janganlah seorang wanita berihram
mengenakan cadar dan jangan pula menggunakan kaos
tangan.”
43
Menurut ayat tersebut, diperbolehkan untuk
menghilangkan rambuat bagi yang sakit atau mengalami
gangguan di kepalanya namun harus membayar fidyah.
44
5. Jima’ (hubungan intim)
Apabila jima’ dilakukan oleh suami istri sebelum
menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah umroh, maka
diharuskan membayar denda dengan menyembelih
seekor unta atau 7 ekor kambing dan dibagikan kepada
fakir miskin. Apabila tidak mampu untuk membayar dam
tersebut, maka wajib baginya berpuasa selama sepuluh
hari, yaitu 3 hari pada masa haji dan 7 hari setelah
kembali kenegaranya.
7. Memakai wangi-wangian
Tidak diperbolehkan memakai wangi-wangian berupa
minyak wangi dan minyak rambut. Wangi dari sabun
mandi diperbolehkan
8. Berkata buruk
Dilarang mengucapkan kata – kata kotor dan buruk.
45
Untuk menghindarinya sebaiknya perbanyak dzikir dan
menjaga emosi dengan beristigfar.
9. Berkelahi
Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 197
yang artinya ,
“ (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi
barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu
akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats,
berbuat fasik, dan berbantah-bantahan di dalam masa
mengerjakan haji.” (Qs.Al-Baqarah:197)
Demikianlah 9 larangan ketika sedang ihram. Semoga
bermanfaat.
46
BERIKUT 7 KEUTAMAAN MASJIDIL HARAM
1. Terdapat Ka’bah yang Dimuliakan
Kaa’bah merupakan kiblat ibadah shalat bagi seluruh
umat muslim di dunia. Ka’bah terletak di tengah Masjidil
Haram. Ka’bah berbentuk persegi empat, dan terdapat
batu Hajar Aswad di salah satu sisinya. Setiap umat
muslim yang beribadah di Masjidil Haram pasti ingin
berkesempatan untuk menyentuh Ka’bah dan mencium
Hajar Aswat.
47
3. Sholat Terpisah Dari Masjid dan Imam Tetap Sah
Apabila umat muslim melaksanakan shalat jamaah
terpisah dari masjid dan imam, maka shalatnya
dianggap tidak sah. Namun, bagi umat muslim yang
melakukan shalat jamaah di Masjidil Haram,
misalnya shaff shalat berada diatas Jabal Shaffa yang
terpisah dari shaff makmum shalat dan imam, maka
shalatnya tetap sah
49
yang di hormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar
mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati
sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri
rezekilah mereka dari buah – buahan, mudah –
mudahan mereka bersyukur”. (Ibrahim 37).
50
alaihisalam dan tempat kelahiran penutup para nabi:
Muhammad shallahu alaihi wa sallam. Mekah adalah
kiblat kaum muslimin, tempat berpautnya hati mereka,
tujuan haji dan umroh,. Alloh mengkhususkan Mekah
dengan kemulian darinya di dalam alquran dan dia
menjadikannya kota suci yang aman sampai hari
pembalasan. Telah banyak nash-nash yang menjelaskan
keutamaan kota Mekah ini diantaranya adalah sebagai
berikut:
52
Dan didalam hadist shahih rosululloh shallahu alaihi
wasalam :
53
Demikian artikel tentang keutamaan Kota Mekah, silakan
simak artikel tentang Kabah yang dimuliakan, supaya kita
bisa beribadah dengan baik disana.
54
KEISTIMEWAAN AIR ZAM ZAM MENURUT ILMIAH
Air Zam – Zam diyakini dapat menyembuhkan berbagai
macam penyakit. Secara ilmiah, air zam – zam
mengandung berbagai zat yang mampu memberikan
manfaat bagi tubuh. beberapa keistimewaan air zam zam
menurut ilmiah adalah.
55
4. Air zam zam tidak mengandung mikro organisme atau
mikro biologi
Tidak adanya mikro organisme ataupun mikro biologi
pada kandungan air zam zam menurut hasil uji
laboratorium sehingga air zam zam aman untuk langsung
diminum dari sumbernya.
56
Berkah air zam zam dapat membuat doa kita dikabulkan
oleh Allah SWT. Hendaklah berdoa dan memohon
kepada Allah SWT keinginan kita ketika meminum air
zam zam. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW diatas,
bahwasanya doa apa pun yang kita penjatkan ketika
meminum air zam zam niscaya menjadi doa yang
mustajab.
57
Apakah Anda berencana melakukan ibadah umrah dalam
waktu dekat? Ya, tak ada salahnya ketika umrah, Anda
mengunjungi tempat-tempat yang mempunyai nilai
sejarah mengenai peradaban Islam. Mulai dari kota
Mekah sampai Madinah.
58
Masjid Al Haram merupakan tempat utama untuk
melakukan salat, sedangkan Kabah adalah tempat utama
untuk melakukan tawaf.
MAQOM IBRAHIM
Maqom Ibrahim merupakan salah satu titik yang menjadi
daya tarik bagi jemaah haji atau umrah di Masjidil
Haram. Nah, banyak orang beranggapan bahwa Maqom
Ibrahim adalah tempat dimakamkannya Nabi Ibrahim AS.
60
sebuah hadist mengatakan:
Tentu saja saat kita lahir sekarang ini nabi telah tak
dengan kita tambah. dgn melawat ia berarti persis saja
dgn mengunjungi dia disaat lagi pandangan hidup
menjelang hadist di atas. sbg wong mukmin pasti saja
mesti punyai kemauan kepada berjumpa ia meski cuma
melawat makamnya. , mudah-mudahan kita tergolong
beberapa orang yg mewarisisyafaat nabi di yaumil
puncak. Allohumma amien.
61
Dari Jabir bin samurah r.a menyampaikan saya
mendengar rosululloh saw bicara Alloh swt menamai
Madinah bersama eminensi Thabah (HR Muslim)
62
Beberapa area di kota madinah yg penuh keberkahan yg
kelak dapat diziarahi jamaah umroh jarak lain merupakan
sbg berikut;
63
4. tempat ibadah qiblatain. yakni tempat ibadah tempat
ibadah yg memiliki dua kiblat. Di tempat ibadah qiblatain
inilah alloh swt membangun ilham bagi Nabi terhadap
pindaikiblat sholat awal baitul maqdis (palestina) ke
baitul haram (makkah).
65
3. Makna ziarah ke madinah adalah mengingatkan kita
akan dan tugas dan tanggung jawab kita sebagai penerus
rosulloh untuk mengamalkan dan menyebarkan agama
yang rahmatan lilalamin. Minimal sekali kita bertanggung
jawab terhadap kelangsungan kehidupan agama di
keluarga dan lingkungan sekitar kita seperti misalnya
hidupnya masjid dimana kita berdomisili. Meluangkan
masa untuk membantu memakmurkan masjid di tengah
kesibukan kita dan aktif dalam kegiatan yang ada adalah
hal-hal kecil yang mungkin kita bisa lakukan.
IBADAH DI HARAMAIN (DUA TANAH HARAM –
MAKKAH DAN MADINAH)
ِ ان َك ِع ْت
»ق َرقَبَ ٍة َ صاهُ َك َ ْت أُ ْسبُو ًعا فَأَح ِ اف بِهَ َذا البَ ْيَ َ « َم ْن ط: يَقُو ُل،َُو َس ِم ْعتُه
بَ َض ُع قَ َد ًما َواَل يَرْ فَ ُع أُ ْخ َرى إِاَّل َحطَّ هَّللا ُ َع ْنهُ َخ ِطيئَةً َو َكت
َ َ « اَل ي:َو َس ِم ْعتُهُ يَقُو ُل
ً»لَهُ بِهَا َح َسنَة
67
Dan saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda : “Tidaklah seseorang yang thawaf meletakkan
salah satu kakinya, dan melangkahkan yang lainnya
melainkan Allah akan hapus kesalahannya dengannya,
dan dituliskan baginya kebaikan. [HR. at-Tirmidzi]
69
Hadits ini juga menunjukkan bahwa Masjid Nabawi
adalah _sûq al-‘ilmi_ (pasar ilmu), dan selayaknya bagi
orang yang masuk ke dalamnya untuk berdagang ilmu,
baik dengan menuntut ilmu atau mengajarkannya.
Jika paham bahasa Arab, anda bisa belajar langsung
kepada para Ulama di Masjid Nabawi. Jika tidak, maka
Anda dapat menghadiri pengajian berbahasa Indonesia di
sana. Anda juga bisa mengikuti halaqah-halaqah tahsin,
atau bisa juga membawa kitab untuk dibaca, berdiskusi
atau membaca al-Quran dan terjemahannya. Yang
penting setiap langkah anda dari rumah atau penginapan
menuju Masjid Nabawi tidak lepas dari niat mempelajari
kebaikan atau mengajarkannya, agar pahala jihad tidak
luput dari anda.
70
ان لَهُ َكأَجْ ِر ُع ْم َر ٍة َ َ ف،َم ْن تَطَه ََّر فِي بَ ْيتِ ِه ثُ َّم أَتَى َمس ِْج َد قُبَا َء
َ صلَّى ِفي ِه
َ َك،ًصاَل ة
Barangsiapa bersuci di rumahnya, lalu mendatangi
Masjid Quba` dan shalat di sana satu shalat, ia
mendapatkan pahala seperti pahala umrah.[HR. Ibnu
Majah]
Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjalankan
sunnah ini setiap pekan, sebagaimana disebutkan dalam
hadits berikut:
صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَأْتِي َ ان النَّبِ ُّي َ َ ق،ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما
َ َك:ال ِ َع ِن اب ِْن ُع َم َر َر
اشيًا َو َرا ِكبًا ِ َم،ت ٍ َمس ِْج َد قُبَا ٍء ُك َّل َس ْب
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi Masjid
Quba` setiap hari Sabtu dengan berjalan kaki dan
berkendara.”[HR. al-Bukhari dan Muslim]
6. Shalat Jenazah
Hampir setiap selesai shalat fardhu di Masjidil Haram dan
Masjid Nabawi dilaksanakan shalat jenazah. Maka
perbanyak pahala dengan mengikuti shalat jenazah yang
diselenggarakan di sana.
71
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
يل َو َماَ ِ ق. ان ِ َيراط َ ِيراطٌ فَإِ ْن تَبِ َعهَا فَلَهُ ق َ َصلَّى َعلَى َجن
َ ِاز ٍة َولَ ْم يَ ْتبَ ْعهَا فَلَهُ ق َ َم ْن
ال أَصْ َغ ُرهُ َما ِم ْث ُل أُ ُح ٍد
َ َان قِ َيراط َ ِ ْالق.
Barangsiapa shalat jenazah dan tidak ikut mengiringi
jenazahnya, maka baginya (pahala) satu qirath. Jika ia
sampai mengikuti jenazahnya, maka baginya (pahala) dua
qirath.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua
qirath?” “Ukuran paling kecil dari dua qirath adalah
semisal gunung Uhud”, jawab beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam. [HR. Muslim]
73
FIQH TENTANG KOTA MAKKAH
ِ َّيل هَّللا ِ َو ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام الَّ ِذي َج َع ْلنَاهُ لِلن
اس ِ ِون َعن َسب ُ َين َكفَرُوا َوي
َ ص ُّد َ إِ َّن الَّ ِذ
ب أَلِ ٍيم
ٍ د ۚ َو َمن ي ُِر ْد فِي ِه بِإِ ْل َحا ٍد بِظُ ْل ٍم ُّن ِذ ْقهُ ِم ْن َع َذاgِ ف فِي ِه َو ْالبَا
ُ َس َوا ًء ْال َعا ِك
75
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi
manusia dari jalan Allah dan Masjidilharam yang telah
Kami jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim
di situ maupun di padang pasir dan siapa yang
bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara
zhalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian
siksa yang pedih” [QS. al Hajj :25]
Ayat ini, menurut penjelasan Syaikh as Sa’di,
mengandung kewajiban untuk menghormati tanah
Haram, keharusan mengagungkannya dengan
pengagungan yang besar, dan menjadi peringatan bagi
yang ingin berbuat maksiat.
5. Shalat di Masjidil Haram pahalanya sama dengan
seratus ribu kali shalat di selain Masjidil Haram.
Dari Jabir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ٌصالَةَ صالَ ٍة فِي َما ِس َواهُ إِالَّ ْال َمس ِْج َد ْال َح َرا َم َو َ ف ِ ض ُل ِم ْن أَ ْل
َ صالَةٌ فِى َمس ِْج ِدى أَ ْف
َ
ُصالَ ٍة فِي َما ِس َواه
َ ف ِ ض ُل ِم ْن ِمائَ ِة أَ ْلَ فِى ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام أَ ْف
“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama
daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil
Haram. Shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada
76
100.000 shalat di masjid lainnya.” [HR. Ahmad 3/343 dan
Ibnu Majah no. 1406, dari Jabir bin ‘Abdillah]
6. Diperbolehkan untuk melaksanakan shalat dan thawaf
di Masjidil Haram kapan saja, meskipun bertapatan
dengan waktu terlarang untuk shalat.
Dari Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan kepada
Bani Abdi Manaf yang
صلَّى أَيَّةَ َسا َع ٍة َشا َء ِم ْن ِ اف بِهَ َذا ْالبَ ْي
َ ت َو َ َاف الَ تَ ْمنَعُوا أَ َح ًدا ط
ٍ َيَا بَنِى َع ْب ِد َمن
ٍ َلَي ٍْل أَ ْو نَه
ار
“Wahai Bani Abdi Manaf, jangan kalian melarang
siapapun untuk thawaf di Baitullah ini, dan melaksanakan
shalat di waktu kapan pun yang dia kehendaki siang
maupun malam.” [HR. Nasai 592, Turmudzi 877, dan
dishahihkan al-Albani]
Imam an-Nawawi, mengatakan : “Para ulama madzhab
kami berpendapat, tidak makruh shalat di Makkah di
waktu-waktu terlarang, baik shalat sunah setelah thawaf
atau shalat sunah lainnya. Inilah pendapat yang benar
yang masyhur dalam madzhab Syafiiyah.”[al-Majmu’
Syarh Muhadzab, 4/179]
77
Dan hukum ini hanya berlaku khusus untuk masjidil
haram dan tidak berlaku untuk masjid lainnya.
7. Dilarang memburu binatang yang hidup di Makkah
Siapa yang memburu binatang maka dia wajib membayar
denda gantinya. Allah berfirman,
ص ْي َد َوأَ ْنتُ ْم ُح ُر ٌم َو َم ْن قَتَلَهُ ِم ْن ُك ْم ُمتَ َع ِّم ًدا فَ َج َزا ٌء ِم ْث ُل َ يَا أَيُّهَا الَّ ِذ
َّ الgين آ َمنُوا اَل تَ ْقتُلُوا
َما قَتَ َل ِم َن النَّ َع ِم
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram.
Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan
sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan
binatang ternak seimbang dengan buruan yang
dibunuhnya.” [QS. Al Maidah: 95]
Allahu a’lam
78
TATA CARA UMROH
|
79
adalah tempat berihram atau niat umroh dan masuknya
seseorang kedalam pelaksanaan umroh yang akan
dilakukan. Tata cara umroh adalah sebagai berikut:
80
5. Setibanya di Masjidil Haram, dahulukanlah kaki
kanan ketika memasukinya dengan membaca,
“Allahumma antassalam wa minkassalam wa ilaika
ya’udussalam fahayyina rabbana bissalam wa
adkhilnaljannata darassalam tabarakta rabbana wa ta
‘alaita yzal jalali wal ikrami. Allahummaftahli abwaba
rahmatika bismillahi walhamdullillahi wassalatu
wassalamu ‘ala rasulillah.” Yang artinya “Ya Allah, Engkau
sumber keselamatan dan dari pada-Mulah datangnya
keselamatan dan kepada-Mu kembalinya keselamatan.
Maka hidupkanlah kami wahai Tuhan, dengan selamat
sejahtera, dan masukkanlah ke dalam surga negeri
keselamatan. Maha banyak anugerah-Mu dan Maha
Tinggi Engkau. Wahai Tuhan yang memiliki keagungan
dan kehormatan. Ya Allah, bukalah untukku pintu
rahmat-Mu. Aku masuk masjid ini dengan nama Allah
disertai dengan segala puji bagi Allah serta salawat dan
salam untuk Rasulullah”.
81
Surat Al-Fatihah dilanjutkan dengan membaca Surat Al-
Ikhlas.
8. Beristirahat sejenak dan minum air zam-zam sambil
berdoa, “Allohumma Innii Asaluka’Ilman Nafi’an Wa
Rizqon Waasi’an Wa Syifaa’an Min Kulli Daa’in Wa
Saqomin Bi Rohmatika Yaa Arhamar Roohimin” yang
artinya”Ya Allah aku mohon kepada-Mu ilmu
pengetahuan yang bermanfaat, rezeki yang luas dan
kesembuhan dari segala sakit dan rahmatilah kami
dengan kasih sayang-Mu”.
9. Melakukan Sa’i antara bukit Safaa ke bukit Marwa
sebanyak 7 kali. Sa’i merupakan lari kecil-kecil dari bukit
Safaa ke bukit Marwa.
10. Tahallul adalah akhir dari pelaksanaan ibadah
umroh, ditandai dengan bercukur. Untuk laki-laki lebih
baik dicukur sampai gundul, tapi kalaupun tidak sampai
gundul tidak apa-apa. Dan untuk perempuan dicukur
alakadarnya dengan membaca doa, “Allahummaj’al likulli
sya’ratin nuran yaumal qiyamah”.
82
Tata Cara Umroh
Dengan melaksanakan tata cara umroh lengkap diatas,
semoga jamaah umroh mendapatkan umroh yang
mabrur dan semoga Allah memberikan kemudahan
berupa kesehatan jasmani dan rohani untuk dapat
melaksanakan seala yang diperintahkan oleh Allah dan
menjauhi segala yang dilarang oleh Allah dengan lebih
maksimal.
1. Menghapus Dosa
Keutamaan umroh yang pertama adalah menghapus
dosa. Bila seseorang telah menjalankan ibadah umroh
sebelumnya, lalu melakukan ibadah umroh pada tahun
berikutnya maka dosa-dosanya diantara kedua waktu
umroh tersebut akan dihapuskan.
84
kekayaan dalam hati, sehingga menjadi lebih sabar dan
menambah iman bagi siapapun yang melaksanakannya.
7. Memperoleh Keberkahan
Ibadah umroh dapat memberikan keberkahan bagi
siapapun yang menjalankannya. Bila ibadah umroh
dilakukan dengan hati yang ikhlas dan dijalankan dengan
khusyu maka dapat menjadi ibadah yang sah atau
diterima. Ketika ibadah umroh diterima, maka hidup
akan dilimpahkan dengan keberkahan dan menjadi lebih
baik.
86
8. Dijanjikan Surga
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, umroh dapat
menjadi jihad bagi perempuan juga kaum yang lemah.
Siapapun yang menjalankan umroh dengan hati yang
ikhlas dan mengikuti tata caranya dengan benar maka
akan bernilai pahala besar dan mendapatkan ganjaran
surga.
89
Selanjutnya Nabi Ibrahim AS bermaksud pulang kembali
ke negeri Syam menemui Sarah istri pertamanya. Hajar
merasa sedih karena akan ditinggalkan oleh suami
tercintanya. “Mengapa menempatkan kami disini.
Tempat yang sunyi dari manusia , hanya gurun pasir,
tiada air dan tiada tumbuh-tumbuhan ?” tanya Hajar
sambil memeluk erat bayinya, Ismail.
Ibrahim menjawab: “Sesungguhnya Allah yang
memerintahkanku menempatkan kalian di sini”.
Lalu Ibrahim beranjak pergi meninggalkan mereka.
Sehingga sampai di bukit Kuday yang mempunyai
lembah, Ibrahim berhenti sejenak dan melihat kepada
keluarga yang ditinggalkannya. Dia lalu berdoa, seperti
yang diabadikan dalam Al Qur’an. Allah berfirman
mengulangi doa Nabi Ibrahim AS : ” Yaa Tuhan kami,
sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-
tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang
dihormati. Yaa Tuhan Kami (yang demikian itu) agar
mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati
sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah
mereka rizki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka
bersyukur.” (QS Ibrahim : 37)
90
Setelah Nabi Ibrahim AS pergi, tinggallah Hajar bersama
bayinya Ismail. Ketika sinar matahari mulai menyengat,
bayi Ismail menangis kahausan. hajarpun panik mencari
air. naluri keibuannya berusaha gigih mencari air.
Awalnya hajar naik ke bukit Shafa, tetapi tidak
menemukan air. Lalu ia pergi lagi ke bukit Marwa dan
disanapun tidak menemukan air. Hajar mulai panik dan
putus asa sehingga tidak menyadari bahwa telah tujuh
kali berlali bolak balik antara bukit Shafa dan Marwa.
Namun ia tetap tidak menemukan air diantara dua
tempat tersebut.
Akhirnya dari bukit Marwa, hajar melihat ke arah Ismail.
Dia heran, bayinya tiba-tiba berhenti menangis. Hajarpun
melihat air mengalir dari bawah kaki Ismail. Hajar berlari
dengan girang ke arah tempat bayinya. Dia berusaha
menggali pasir, membendung air yang mengalir tersebut
sambil melafazkan kalimat “ZAM … ZAM” (menampung).
Sejak saat itu hingga sekarang, mata air tersebut dikenal
di seluruh penjuru dunia sebagai sumur Zam Zam.
Berselang beberapa waktu kemudian, lewatlah kabilah
Jurhum di sekitar tempat itu. Ketika berada di bukit
Arofah, mereka melihat kerumunan burung-burung
beterbangan di atas udara. Mereka yakin disana pasti
ada sumber air. Mereka segera mendekati tempat
tersebut.
91
Setelah sampai, mereka terkesima melihat seorang
wanita bersama bayinya duduk di bawah pohon dekat
sumber air tersebut. Kepala suku Jurhum bertanya
kepada Hajar : “Siapakah anda dan siapakah bayi mungil
yang ada dalam gendongan anda itu ?” Hajar
menjawab : ” Saya adalah ibu dari bayi ini. Ia anak
kandung dari Ibrahin AS yang diperintahkan oleh
Tuhannya menempatkan kami di wadi ini.”
Lalu kepala suku Jurhum meminta izin tinggal
berseberangan dengannya. Hajar menjawab :
” Tunggulah sampai Ibrahim datang. Saya akan meminta
izin kepadanya“.
Tiga hari kemudian, Nabi Ibrahim AS datang melihat
kondisi anak dan istrinya. Hajar meminta izin kepada
Ibrahim agar Kabilah Jurhum bisa menjadi tetangganya.
Nabi Ibrahimpun memberi izin dan Kabilah Jurhum
menjadi tetangga Hajar dan Ismail di tempat itu. Pada
kesempatan berziarah selanjutnya, Ibrahim menyaksikan
tempat itu sudah ramai oleh keturunan bangsa Jurhum
dan Nabi Ibrahim merasa senang melihat perkembangan
itu.
Hajar hidup rukun dengan bangsa Jurhum hingga Ismail
mencapai usia remaja. Selanjutnya Allah SWT
memerintahkan kepadaIbrahim untuk membangun
92
Ka’bah pada posisi Qubah yang telah Allah turunkan
kepada nabi Adam AS. Tetapi Nabi Ibrahim tidak
mengetahui posisi Qubah itu, karena Qubah tersebut
telah diangkat lagi oleh Allah ketika terjadi peristiwa
banjir besar di bumi pada masa Nabi Nuh AS. Kemudian
Allah mengutus Jibril untuk menunjukkan kepada Ibrahim
posisi Ka’bah. Kemudian Jibril datang membawa
beberapa bagian Ka’bah dari surga. Dan pemuda Ismail
membantu ayahandanya mengangkat batu-batu dari
bukit.
Kemudian Nabi Ibrahin dan Ismail bekerja membangun
Ka’bah sampai ketinggian 7 hasta. Jibril lalu menunjukkan
kepada mereka posisi Hajar aswad. Kemudian Nabi
Ibrahim meletakkan Hajar Aswad pada posisinya semula.
lalu Ibrahim membuatkan 2 pintu ka’bah. Pintu pertama
terbuka ke timur dan pintu kedua terbuka ke barat.
Ketika selesai pembangunan Ka’bah, Nabi Ibrahim dan
Ismail melakukan ibadah haji. Pada tanggal 8 Dzulhijjah
Jibril turun menemui dan menyampaikan pesan kepada
Ibrahim. Jibril meminta Nabi Ibrahim mendistribusikan
air zam zam ke beberapa tempat seperti Mina dan
Arafah. Maka hari itu disebut dengan dengan hari
“Tarwiyyah” (pendistribusian air). Setelah selesai
pembangunan Baitullah dan pendistribusian air tersebut,
93
maka Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah yang tercantum
dalam Al Qur’an :
” Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim berdoa : ” Yaa
Tuhanku. jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa
dan berikanlah riski dari buah-buahankepada
penduduknya yang beriman di antara mereka kepada
Allah dan hari kemdian. Allah berfirman : ” Dan kepada
orang yang kafirpun aku beri kesenangan sementara,
kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah
seburuk-buruk tempat kembali”. (QS. Al Baqarah : 126)
Sejak itu,kaum Muslimin melaksanakan ritual haji untuk
berziarah ke Ka’bah setiap tahun. Ini mengikuti risalah
Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as, serta risalah para
Nabi dan Rosul setelah keduanya. Ritual suci ini
berlangsung terus seperti pelaksanaan yang pernah
dilakukan oleh Ibrahim dan Ismail. Namun pada periode
tokoh Mekkah ‘Ammarbin Luha, ritual haji mulai
terkotori dengan kahadiran patung dan berhala.
KEBERADAAN BERHALA DI SEKITAR KA’BAH
Tokoh ‘Ammar bin Luhay merupakan orang yang
pertama kali menyebarkan ajaran menyembah berhala di
seluruh Jazirah Arab. Dialah yang bertanggung jawab
merubah ajaran tauhid menjadi menyembah
berhala. Sejak itu, orang-orang Arab meletakkan patung
94
dan berhala yang mereka anggap sebagai tuhan di sekitar
Ka’bah. Bahkan sebagian kabilah Mekkah mempunyai
mata pencaharian sebagai pembuat patung dan berhala.
Mereka tetap memperbolehkan kabilah atau kelompok
lain untuk menunaikan haji ke Baitullah, tanpa
membedakan agama dan kepercayaan. Para pemeluk
agama tauhid termasuk agama Masehi, masih terus
menjalankan ritual haji ke Ka’bah. Saat itu, kondisi
Ka’bah sangat memprihatinkan. Dindingnya dipenuhi
puisi dan lukisan. Bahkan lebih dari 360 berhala terdapat
di sekitar Ka’bah.
Selama periode haji itu, suasana di sekitar Ka’bah
layaknya seperti sirkus. Laki-laki dan perempuan
mengelilingi Ka’bah dengan telanjang. Mereka
menyatakan harus menampilkan diri dihadapan Allah
dalam kondisi yang sama seperti saat lahir. Doa mereka
menjadi bebas tak lagi tulus mengingat Allah. Bahkan
berubah menjadi serangkaian tepuk tangan,bersiul, dan
meniup terompet dari tanduk hewan.
Kalimat talbiah (Labbaika Allahumma Labbaik) telah
diselewengkan oleh mereka dengan kalimat tambahan
yang berbeda maknanya. Lebih parah lagi, darah hewan
kurban dituangkan ke dinding Ka’bah dan dagingnya
digantung di tiang sekitar Ka’bah. Mereka punya
95
keyakinan bahwa Allah menuntuk daging dan darah
tersebut. Mengenai hal ini Allah Swt mengingatkan
dengan firmannya:’
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak
dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketaqwaan
dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS.Al-Hajj :37)
Para peziarah bebas bernyanyi, minum arak, melakukan
zina, dan perbuatan amoral lainnya. Lomba puisi adalah
bagian utama dari seluruh rangkaian haji. Dalam
kompetisi ini,setiap penyair akan memuji keberanian dan
kemegahan sukunya. Mereka menyampaikan cerita yang
berlebihan,kepengecutan, dan kekikiran suku-suku
lainnya. Ada juga kompetisi dalam “kemurahan hati”.
Masing-masing kepala suku akan menyediakan
kualibesar dan memberi makan para peziarah. Tujuannya
agar bisa menjadi terkenal karena kemurahan hati
mereka.
Mereka telah meninggalkan, menodai dan
menyelewengkan ajaran suci Nabi Ibtahim as yang
mengajak menyembah Allah semata. Keadaan
menyedihkan itu berlangsung selama kuarng lebih dua
ribu tahun.
96
HAJI & UMRAH ERA RASULULLOH SAW
Tetapi setelah periode panjang ini, terjawablah doa Nabi
Ibrahim as yang tercantum dalam Al-Qur’an :
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rosul
dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada
mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan kepada mereka
Al Kitab (Al Qur’an) dan Al Hikmah (As Sunnah) serta
mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Albaqarah :
129)
Nabi Muhammad tidak hanya membersihkan Ka’bah dari
segala kotoran, tetapi juga mengembalikan kemurnian
ibadah haji sesuai tuntunan Allah sejak jaman Nabi
Ibrahim AS.
Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai
jawaban atas doa Nabi Ibrahim AS tersebut. Selama 23
tahun Nabi Muhammad SAW menyebarkan pesan
Tauhid, pesan yang sama seperti yang dibawa Nabi
Ibrahim AS dan semua Nabi pendahulunya, untuk
menegakkan hukum Allah dimuka bumi.
Terdapat perintah khusus dalam Al Qur’an yang
diturunkan dalam rangka menghilangkan semua upacara
palsu yang telah merajalela pada masa sebelum Islam.
97
Semua tindakan tidak senonoh dan memalukan itu
sangat dilarang sebagaimana dalam pernyatan Allah
dalam Al Qur’an :
“Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi.
Barangsiapa menetapkan niatnya dalam bualn itu akan
mengerjakan haji, maka tidak diperbolehkan rafats
(mengeluarkan perkataan yang menimbulkan birahi
yang tidak senonoh atau bersetubuh), berbuat fasik dan
berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.”
(QS Al Baqarah : 197)
Rasululloh SAW memerintahkan para sahabat yang
mampu terutama kaum Anshar (pribumi Madinah) yang
tidak dikenali oleh orang-orang Mekkah, untuk
menunaikan ibadah haji sesuai dengan manasik Nabi
Ibrahim AS. Mereka tidak mengerjakan amalan-amalan
yang berhubungan dengan penyembahan berhala. Ketika
kembali dari haji, kaum Anshar melapor kepada
Rasululloh SAW bahwa mereka mengerjakan sa’i dengan
keraguan. Ditengah mas’a (jalur sa’i) antara Shafa dan
Marwa terdapat dua berhala besar Asaf dan Na’ilah. Oleh
karena itu turunlah wahyu Allah SWT yaitu :
” Sesungguhnya Shafa dan Marwa itu sebagian dari
syiar-syiar Allah. maka barangsiapa berhaji ke baitullah
atau berkunjung (umrah), tidak salah baginya untuk
98
bolak balik pada keduanya. Dan barangsiapa menambah
kebaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pembalas
Syukur lagi Maha Mengetahui. ” (QS. Al Baqarah : 158)
Ayat inilah yang akan sering dibaca oleh para jamaah haji
ketika melakukan sa’i.
Pada bulan April 628 M (Dzulkaidah 6 H) Rasululloh
bermimpi menunaikan umrah ke Mekkah. Beliau
mengajak para shahabat untuk mewujudkan mimpi
tersebut. Rasululloh dengan disertai 1.500 shahabat
berangkat menuju Mekkah, mengenakan pakaian ihram
dan membawa hewan-hewan kurban.
Kaum musyrikin Quraisy mengerahkan pasukan untuk
menghalangi, sehingga rombongan dari Madinah
tertahan di Hudaibiyyah, 20 km disebelah barat laut
Mekkah.
Masjid Hudaibiyyah
Perjanjian Hudaibiyyah merupakan salah satu tonggak
penting dalam sejarah Islam karena untuk pertama
kalinya kaum Quraisy di Mekkah mengakui kedaulatan
kaum Muslimin di Madinah.
Dalam perjalanan pulang ke Madinah, turunlah wahyu
Allah sebagai berikut :
“Sungguh Allah akan memenuhi mimpi RasulNya dengan
sebenar-benarnya. , bahwa kamu akan memasuki
Masjidil Haram insya Allah dengan aman. Kamu akan
mencukur kepalamu atau menggunting rambut
(menyelesaikan umroh) dengan tidak merasa takut. Dia
mengetahui apa yang tidak kau ketahui dan DIA
100
menjadikan selain itu sebagai kemenangan yang dekat.”
(QS Al Fath : 27)
Sesuai dengan perjanjian Hudaibiyah, tahun berikutnya
(Maret 629 Masehi atau Zulkaidah 7 Hijriyah) Rasullah
Saw. beserta para sahabat untuk pertama kalinya
melakukan umrah ke Baitullah. Ketika rombongan
Rosulullah Saw yang berjumlah sekitar 2.000 orang
memasuki pelataran Ka’bah untuk melakukan tawaf,
orang-orang Mekkah berkumpul menonton di bukit
Qubais dengan berteriak bahwa kaum Muslimin
kelihatan letih dan pasti tidak kuat berkeliling tujuh
putaran. Mendengar ejekan ini, Rasulullah Saw bersabda
kepada para jamaahnya, “Marilah kitatunjukan kepada
mereka bahwa kita kuat. Bahu kanan kita terbuka dari
kain ihram, dan kita lakukan tawaf sambil berlari!”
Hajar Aswad
Sesudah mencium hajar Aswad, Rasulullah Saw, dan para
sahabat memulai tawaf dengan berlari-lari mengelilingi
Ka’bah sehingga para pengejek akhirnya bubar. Pada
putaran keempat setelah orang-orang usil diatas bukit
Qubai pergi, Rasulullah mengajak para sahabat berhenti
berlari dan berjalan seperti biasa. Inilah latar belakang
beberapa sunah tawaf di kemudian hari : bahu kanan
101
yang terbuka (idhthiba’) serta berlari-lari kecil pada
tigaputaran pertamakhusus pada tawaf yang pertama.
Maqam Ibrahim
Selesai tujuh putaran, Rasulullah Saw, Shalat dua rakaat
di Makom Ibrahim, kemudian minum air Zamzam dan
akhirnya melakukan tahalul (menghalalkan kembali) atau
membebaskan diri dari larangan-larangan ihram , dengan
menyuruh Khirasy mencukur kepala beliau. Ketika masuk
waktu dzuhur, Rasulullah Saw menyuruh Bilal ibn Rabah
naik ke atap Ka’bah untuk mengumandangkan azan.
Suara adzan Bilal menggema ke segenap penjuru
sehingga orang-orang Mekkah berkumpul kearah “suara
aneh” yang baru pertama kali mereka dengar. Kaum
Musyrikin menyaksikan betapa rapinya saf-saf kaum
Muslimin yang sedang shalat berjamaah. Hari itu, 17
Zulkaidah 7 hijriyah (17 Maret 629M), untuk pertama
kalinya azan berkumandang di Mekkah dan Nabi
Muhammad Saw. menjadi imam shalat di depan Ka’bah.
Sesuai dengan isi Perjanjian Hudaibiyyah, Rasululloh SAW
dan para shahabat yang hanya tiga hari berada di
Mekkah, kembali ke Madinah. Tetapi Umrah tiga hari
yang dilakukan kaum Muslimin di Mekkah menimbulkan
102
kesan yang mendalam bagi orang-orang Quraisy. Tiga
orang terkemuka Quraisy yaitu Khalid Bin Walid, Amru
Bin Ash dan Utsman Bin Thalhah, menyusul ke Madinah
untuk mengucapkan kalimat syahadat. Di kemudian hari
pada masa Kekhalifahan Umar Bin Khattab RA (634 – 644
M), Khalid Bin Walid RA memimpin pasukan Islam
membebaskan Suriah dan Palestina, serta Amru Bin Ash
RA membebaskan Mesir dari kekuasaan Romawi. Utsman
Bin Thalhah RA dan keturunannya kelak diberi
kepercayaan oleh Rasululloh untuk memegang kunci
Ka’bah.
Sampai hari ini, meskipun yang menguasai dan
memelihara Ka’bah berganti hingga Dinasti Saudi
sekarang, kunci Ka’bah tetap dipegang oleh keturunan
Utsman Ibn Thalhah RA dari Bani Syaibah.
Beberapa bulan sesudah Rasulullah SAW umrah, kaum
Quraisy melanggar perjanjian gencatan senjata sehingga
pada 20 Ramadhan 8 H (11 Januari 630 M) Rasululloh
beserta sekitar 10.000 pasukan menaklukan Mekkah
tanpa ada pertumpahan darah. Bahkan, Rasululloh
memberikan amnesti kepada warga Mekkah yang dahulu
memusuhi Muslimin.
“Tiada balas dendam bagimu hari ini. Semoga Allah
mengampuni kalian dan Dia Paling Penyayang diantara
103
para penyayang“, demikian sabda Rasululloh SAW
mengutip ucapan Nabi Yusuf AS yang tercantum dalam
Surat Yusuf ayat 92. Akibatnya, seluruh kaum Quraisy
masuk Islam. Kemudian turunlah Surat An Nashr :
“Tatkala datang peretolongan Allah dan kemenangan,
engkau melihat manusia masuk kedalam agama Allah
berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan
memuji Tuhanmu dan memohon apunlah kepadaNya.
Sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat”. (QS An
Nashr : 1-3)
Dengan jatuhnya kota Mekkah ke tangan Ummat Islam,
kemudian Rasululloh SAW memerintahkan pemusnahan
berhala-berhala disekeliling Ka’bah, dan membersihkan
Ibadah Haji dari unsur-unsur kemusyrikan serta
mengembalikannya kepada syariat Nabi Ibrahim yang
asli.
Pada tahun 8 H, Rasululloh SAW melakukan Umroh 2 kali
yaitu ketika menaklukan Mekkah serta ketika beliau
pulang dari perang Hunain. Ditambah dengan umroh
pada tahun sebelumnya berarti Rasululloh sempat
melakukan Umroh 3 kali sebelum beliau mengerjakan
ibadah Haji pada tahun 10 H.
Pada bulan Dzulhijjah 9 H (Maret 631 M) Rasululloh
mengutus shahabat Abu Bakar Ash Shiddiq untuk
104
memimpin Ibadah Haji. Rasululloh sendiri tidak ikut
karena beliau sibuk dalam menghadapi perang Tabuk
melawan Pasukan Romawi.
Abu Bakar Ash Siddiq mendapatkan perintah untuk
mengumumkan Dekrit yang baru saja diterima oleh
Rasuluuloh SAW. Dekrit tersebut menyatakan bahwa
mulai tahun depan kaum musyrikin dilarang mendekati
Masjidil Haram dan menunaikan ibadah haji karena
sesungguhnya mereka bukanlah penganut ajaran nabi
Ibrahim AS.
Dekrit tersebut dikeluarkan Rasululloh berdasarkan
firman Allah :
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
orang-orang musyrik itu najis (kotor jiwa) karena itu
janganlah mereka mendekati Masjidil Haram setelah
tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin
(karena orang kafir tidak datang) maka Allah nanti akan
memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya jika
Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui, Maha Bijaksana”. (QS At Taubah : 28)
HAJI WADA’ RASULULLOH SAW
Pada tahun 10 H (632 M) Semenanjung Arabia telah
dipersatukan dibawah kekuasaan Nabi Muhammad SAW
105
yang berpusat di Madinah dan seluruh penduduknya
telah memeluk agama Islam. Maka pada bulan Syawal
Rasululloh mengumumkan bahwa beliau sendiri yang
akan memimpin Ibadah Haji tahun itu. Berita ini
disambut hangat oleh seluruh ummat dari segala
penjuru. Sebab mereka berkesempatan mendampingi
Rasululloh dan menyaksikan setiap langkah beliau dalam
melakukan manasik (tata cara) haji.
107
menunggu puluhan ribu ummat yang datang dari
berbagai penjuru dan diperkirakan total jamaah haji yang
datang waktu itu mencapai lebih dari 100.000 jamaah.
Rasululloh memasuki Masjidil Haram melalui gerbang
Banu Syaibah yang terletak disamping telaga Zamzam di
belakang Maqam Ibrahim. Gerbang Banu Syaibah ini
kelak dikemudian hari populer dengan nama
Baabussalam (Gerbang Kedamaian).
109
“Robbanaa aatinaa fid duniya hasanah. Wafil aakhiroti
hasanah. Waqinaa ‘adzaaban naar (Ya Tuhan kami,
berikanlah kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan
di akhirat serta peliharalah kami dari adzb neraka).”
Setelah selesai tujuh putaran, beliau shalat 2 rakaat di
belakang Maqam Ibrahim, kemudian melanjutkan pergi
ke telaga Zamzam. Beliau meminum air zamzam dan
membasahi kepala beliau.
Tahallul
110
Setelah selesai Sa’i, Rasulullah di Marwa
menginstruksikan sesuatu yang mengejutkan para
sahabat karena belum pernah terjadi sebelumnya.
Rasulullah memerintahkan seluruh sahabat yang tidak
membawa hadyu (hewan qurban) agar mengubah niat
haji menjadi umrah. Padahal selama ini umrah hanya
dilakukan diluar musim haji. Dengan mengubah niat
menjadi umrah, sebagian besar jamaah haji yang tidak
membawa hadyu dapat bertahallul (bebas dari larangan
ihram). Kemudian berihram lagi untuk haji tanggal 8
Dzulhijjah. Karena mereka tidak membawa hadyu dari
rumah, tentu pada hari Nahar (10 Dzulhijjah) atau hari-
hari Tasyrik (11 – 13 Dzulhijjah) mereka harus membeli
hewan untuk dijadikan hadyu. Inilah yang kelak dikenal
sebagai Haji Tamattu’, artinya “bersenang-senang” sebab
masa ihram hanya beberapa hari saja.
Pada mulanya para sahabat ragu-ragu melaksanakan
perintah Nabi karena manasik seperti itu (umrah di
musim haji) belum pernah ada. Apalagi Rasulullah sendiri
ternyata tidak bertahallul. Melihat keraguan para
sahabat, Rasulullah bersabda :
“Seandainya aku tidak membawa hadyu, akupun akan
mengubah hajiku menjadi umrah. Tetapi aku telah
menghadapi urusanku (membawa hadyu) dan tidak
111
dapat mundur lagi sehingga aku tidak akan bertahallul
sampai aku menyembelih hadyuku”.
Ada juga para sahabat yang penasaran bertanya :
“Tahallul untuk apa saja yaa Rasulullah ?”. “Tahallul
untuk semuanya“, jawab Nabi. Kemudian Rasulullah
menegaskan, ” Telah masuk umrah ke dalam haji untuk
selama-lamanya.” Artinya, umrah dapat dikerjakan di
musim haji.
Mendengar penegasan Rasulullah tersebut, para sahabat
yang sebagian besar tidak membawa hadyu bertahallul
secara massal. Hanya Rasulullah dan sebagian kecil
sahabat yang tetap berihram sebab mereka membawa
hadyu.
Sejak saat itu, mulailah dikenal tiga cara Ibad,ah haji,
yaitu :
1. Haji Tamattu’ (Bersenang-senang) yaitu melakukan
Umrah dulu, baru kemudian berhaji. Diperuntukkan
bagi mereka yang tidak membawa hadyu dari rumah
mereka.
2. Haji Ifrad (Mandiri) yaitu melakukan haji dulu baru
kemudian melakukan Umrah. Diperuntukkan bagi
penduduk Mekkah yang membawa hadyu.
3. Haji Qiran (Gabungan) yaitu melakukan haji dan
Umrah langsung digabungkan. Diperuntukkan bagi
112
yang bukan penduduk Mekkah dan membawa
hadyu.
Cara terakhir inilah (Haji Qiran) yang dikerjakan
Rasulullah SAW dalam ibadah haji beliau. Hal ini
disimpulkan dari fakta bahwa beliau membawa hadyu
dan setelah selesai mengerjakan haji tidak lagi
melakukan umrah secara terpisah sampai beliau kembali
ke Madinah pada tanggal 14 Dzulhijjah.
Sebenarnya cara Haji Tamattu’ bukanlah inovasi dari
Rasulullah, melainkan memang diperintahkan oleh Allah
sebagai keringanan bagi Ummat-Nya. Hal ini berdasarkan
wahyu yang turun ketika Rasulullah dan rombongan
tertahan di Hudaibiyah empat tahun sebelumnya (tahun
6 H). Tetapi baru pada ibadah haji tahun 10 H Rasululloh
berkesempatan menerapkannya. Tentang Haji Tamattu’
itu tercantum dalam QS Al Baqarah ayat 196.
Ketika Rasulullah dan rombongan berangkat dari
Dzulhulaifah, semua berniat haji dan tidak seorangpun
yang berniat umrah meskipun sebagian besar tidak
membawa hadyu. Sebagaimana dikemukakan oleh
Aisyah RA istri Rasulullah dalam hadits : “Kami keluar
bersama Nabi SAW hanya dengan tujuan haji. Ketika
kami selesai melakukan thawwaf dan sa’i, barulah
113
Rasulullah memerintahkan yang tidak membawa hadyu
untuk bertahallul.“
Keterangan lebih tegas lagi dari Jabir Bin Abdillah RA
sahabat yang paling lengkap bercerita tentang kisah Haji
Rasulullah SAW.
“Kami para shahabat Rasulullah SAW bertujuan haji
yang murni (khalishan), tidak mencampurkannya dengan
Umrah sebab kami tidak mengenal Umrah”.
Maksud Jabir RA sudah tentu adalah tidak mengenal
umrah di musim haji, sebab ketika di Dzulhulaifah, syariat
bahwa umrah harus dilakukan diluar musim haji belum
dihapuskan oleh Rasulullah SAW.
Nabi SAW sebagai pemimpin yang bijaksana menunggu
saat yang tepat dalam menerapkan perintah Allah SWT
dalam surat Al Baqarah ayat 196, agar ummat tidak
terkejut dengan sistem baru (Haji harus disertai Umrah) .
Ketika Rasulullah dan rombongan beristirahat di Sarif
pada tanggal 3 Dzulhijjah sebelum masuk Mekkah, beliau
mulai melakukan sosialisasi sistem baru dengan
mengumumkan kepada jamaah haji, “Barangsiapa yang
mau menjadikannya Umrah, jadikanlah hajimu menjadi
Umrah”.
114
Disinilah Rasulullah hanya menghimbau dengan
kalimat “siapa yang mau”. Esok harinya tanggal 4
Dzulhijjah tahun 10H (1 Maret 632M) keetika semua
jamaah haji dari berbagai penjuru sudah berkumpul di
Mekkah, serta jamaah telah santai karena sudah
melaksanakan Thawwaf dan Sa’i, barulah Rasulullah
memerintahkan cara Haji Tamattu’ bagi yang tidak
membawa Hadyu dan mendekritkan terintegrasinya
Umrah ke dalam Haji. Hal inipun ternyata menimbulkan
suasana heboh dikalangan para shabat, sehingga
Rasulullah harus ekstra sabar untuk meyakinkan para
shahabat yang awalnya enggan meralat niat hajinya
menjadi umrah.
Dari penjelasan tersebut, untuk jemaah haji asal
Indonesia yang bukan pribumi Mekkah dan dipastikan
tidak membawa hadyu dari rumah, maka tidak ada
pilihan lain kecuali melaksanakan perintah Rasulullah
SAW untuk mengambil cara Haji Tamattu’. Hal ini berlaku
baik bagi jamaah haji gelombang pertama (yang ke
Madinah dulu) ataupun jamaah haji gelombang kedua
(yang langsung ke Mekkah).
115
Dari tanggal 5 – 7 Dzulhijjah (2-4 Maret) Rasulullah SAW
melakukan kegiatan : Memimpin shalat di Masjidil
Haram, melakukan thawwaf sunnah dan shalat sunnah di
Hijr Ismail.
Meskipun Rasulullah dalam keadaan berihram, beliau
menyempatkan diri untuk mengunjungi tempat lahir
beliau di Suq Al Layl dan berziarah ke makam istri yang
paling beliau cintai yaitu Khadijah Al Kubro RA yang
terletak di Ma’la.
Pada Kamis 8 Dzulhijjah (5 Maret), Rasulullah SAW
memerintahkan ummat beliau yang memakai cara
Tamattu’ kembali mengenakan pakaian ihram dan
menjauhi larangan-larangan ihram untuk memulai
ibadah haji. Mereka yang melakukan cara Ifrad atau
Qiran (termasuk Rasulullah sendiri) memang sudah
dalam keadaan berihram, karena setelah melakukan
thawwaf dan sa’i mereka tidak bertahallul.
117
“Kemudian bertolaklah kamu dari tempat orang banyak
bertolak (Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah.
Sungguh Allah Maha Pengampun lagi Mah
118
3. Membuat perjanjian dengan orang Yahudi.
120
Nabi langsung menyambut Abu Bakar, sehingga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terkena panas
matahari. Kemudian Abu Bakar menghampirinya dan
menaunginya dengan selendangnya, ketika itu
barulah diketahui bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam di sana.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bermalam
pada Bani Amr bin ‘Auf beberapa belas malam.
Pada tempat tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam mendirikan masjid, yang dikenal dengan
masjid yang ditegakkan di atas ketakwaan dan
beliau shalat di dalamnya. Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengendarai
untanya yang diikuti oleh lainnya sehingga beliau
berhenti pada masjid Madinah yang sekarang
tempat orang-orang shalat (masjid Nabawi). Tempat
121
itu merupakan tempat untuk menjemur kurma oleh
Suhail dan Sahal, dua anak yatim di bawah
penjagaan Sa’ad bin Zurarah. Lalu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berhenti di
tempat tersebut dan berkata, “Insya Allah di sinilah
tempat tinggal saya.” Kemudian beliau berbincang
dengan kedua anak yatim tersebut untuk
bernegosiasi mengenai harga tanah tersebut. Karena
tempat tersebut hendak didirikan masjid. Keduanya
menjawab, “Tidak perlu wahai baginda, kami
menghibahkannya untuk baginda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Namun beliau enggan
menerima hibah dari dua anak yatim tersebut. Lalu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun membeli
dari keduanya, dan didirikanlah masjid di sana.
Mulailah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
122
meletakkan batu pertama sebagai pertanda
pembangunan dimulai.” (HR. Bukhari, no. 3906, lihat
Fath Al-Bari, 7:239-240)
ْضرَ ارً ا وَ ُك ْفرً ا وَ تَ ْف ِري ًقا بَيْنَ ا ْلم ُْؤ ِم ِنينَ وَ ِإرْ صَ ادًا ِلمَن
ِ وَ الَّ ِذينَ اتَّخَ ُذوا مَسْ ِجدًا
ْ َحارَ بَ اللَّ َه وَ رَ سُولَ ُه ِمنْ َق ْب ُل ۚ وَ لَي َْح ِل ُفنَّ ِإنْ َأرَ ْدنَا ِإاَّل ا ْل ُحسْ نَىٰ ۖ وَ اللَّ ُه ي
َش َه ُد
123
“Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-
orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan
kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk
kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-
orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-
orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya
sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah:
“Kami tidak menghendaki selain kebaikan”. Dan
Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu
adalah pendusta (dalam sumpahnya).”
ۚ ِسسَ عَ لَى التَّ ْقوَ ٰى ِمنْ َأوَّ ِل يَوْ ٍم َأ َح ُّق َأنْ تَ ُقو َم ِفي ِه
vwِّ ُاَل َت ُق ْم ِفي ِه َأبَدًا ۚ لَمَسْ ِج ٌد أ
َِه ِرينvwِّ َّ ِفي ِه ِر َجا ٌل يُ ِحبُّونَ َأنْ يَتَط َ َّهرُ وا ۚ وَ اللَّ ُه يُ ِحبُّ ا ْل ُمط
125
Yang dimaksud masjid di sini ada tiga pendapat:
1. Masjid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di
Madinah yang saat ini terdapat mimbar dan kubur
beliau (yaitu Masjid Nabawi, pen.). Ada riwayat dari
Sahl bin Sa’ad, juga menjadi pendapat Ibnu ‘Umar,
Zaid bin Tsabit, Abu Said Al-Khudri, dan Sa’id bin
Al-Musayyib.
َِه ِرينvwِّ َّ ِفي ِه ِر َجا ٌل يُ ِحبُّونَ َأنْ يَتَط َ َّهرُ وا ۚ وَ اللَّ ُه يُ ِحبُّ ا ْل ُمط
127
Dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim (4:349-350)
dibicarakan tentang orang yang beristinja’
(menyucikan kotoran) dengan menggunakan air,
ayat ini diturunkan untuk orang semacam itu.
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Ayat ini
(surah At-Taubah ayat 108) jadi dalil disunnahkannya
shalat di masjid yang lama yang sejak awal
pembangunannya didasarkan untuk ibadah kepada
Allah semata, yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Juga
disunnahkan shalat bersama jamaah orang-orang
saleh dan hamba-hamba yang taat yang senantiasa
memelihara dan menyempurnakan wudhu, serta
menghindarkan diri dari berbagai macam kotoran.”
(Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 4:351)
128
Ketika pertama kali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam sampai di Quba, beliau singgah di rumah
Kaltsum bin Al-Hadam, karena ia adalah pemuka
kaum dari Bani Amr bin ‘Auf. Beliau adalah pemuka
suku Aus yang ketika itu masih musyrik dan
kemudian ia memeluk Islam. Ada yang berpendapat
bahwa dia telah memeluk Islam sebelum Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai di Madinah.
130
pada tempat tersebut seraya berkata, “Jika Allah
mengizinkan, di sinilah rumahku.”
131
beliau berkata kepada yang hendak menawarkan
tempat (rumahnya) untuk beliau singgahi, “Saya
akan mengikuti untaku.” Sedangkan As’ad bin
Zurarah mengambil unta Nabi dan menempatkan di
kandangnya. Lihat Fath Al-Bari, 7:246.
133
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menetap di
rumah Abu Ayyub radhiyallahu ‘anhu. Setelah selesai
membuat kamar dan masjidnya, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam– ketika masih di rumah
Abu Ayyub–mengirim Zaid bin Haritsah dan Abu
Rafi’ ke Makkah dan memberinya dua ekor unta dan
lima ratus dirham untuk menjumpai dua putrinya
Fatimah dan Ummu Kultsum, dan Ummul Mukminin
Saudah binti Zam’ah radhiyallahu ‘anha. Hal ini
disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Zaad Al-Ma’ad
134
Bukit ini dinamakan Jabal Uhud. Lokasinya sekitar 6 Km di
sebelah utara Masjid Nabawi. Dari jauh bukit ini tampak
merah berwibawa dan berkesan di hati. Bukit ini memiliki
ketinggian sekitar 1.050 meter, panjangnya 7 Km dan
terdiri dari batu-batuan granit, marmer merah dan batu-
batu mulia.
136
para sahabat dalam mempertahankan Islam dari
serangan Kafir Quraisy. Jika mereka semua habis
terbunuh saat itu, tentu hari ini kita tidak menjadi
muslim dan tidak akan merasakan nikmat iman dan
Islam.
137
menginjaknya.
138
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah, Rasulullah Shalalllahu’alaihi wa sallam
ketika melalui Al Mushalla, beliau akan menghadap
kiblat dan berdoa.
139
akhirnya disempurkanakan oleh Sultan Abdul Majid
I.
140
Menara adzan Masjid Al Ghamamah berada di
sudut barat laut. Dulu bagian bawah menaranya
berbentuk persegi empat setinggi dengan masjid.
Namun kini berubah menjadi persegi delapan.
141
dikutip dalam buku 10 Shahabat yang Dijanjikan Masuk
Surga karya Abdus Sattar Asy-Syaikh.
142
Mereka menjawab, “Ini Sa’ad bin Ubadah.”
143
Maka saya tidak suka jika niatku menjadikannya marah!
Maka Abu Bakar berbicara, dia lebih lembut daripadaku
dan lebih bersahaja.
144
Sampai di Madinah dan Mendirikan Masjid di Bani Amr
bin ‘Auf
Dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan, “Ibnu Shihab
berkata, Urwah bin Zubair mengabarkan kepadaku ketika
orang-orang Islam Madinah mendengar kedatangan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Makkah,
mereka keluar rumah di pagi hari hingga panasnya terik
matahari. Mereka menunggu beliau sampai matahari
menyengat tubuh mereka, lalu mereka pulang setelah
seharian menunggu. Sesampainya mereka di rumah, tiba-
tiba salah seorang Yahudi muncul dari tempat ketinggian
memberitahukan mereka tentang kedatangan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dilihatnya bahwa beliau
dan para sahabatnya mengenakan pakaian serba putih
yang kadang-kadang hilang karena fatamorgana. Yahudi
tersebut tidak dapat mengendalikan dirinya lalu
berteriak, ‘Wahai orang Arab! Saudara yang kalian nanti-
nantikan sudah tiba.’ Mereka berlompatan untuk
145
menyambut kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Terdengarlah suara takbir dari Bani Amru bin
‘Auf. Kaum muslimin Madinah pun serentak bertakbir
karena gembira atas kedatangan beliau dan
mengucapkan selamat kepadanya. Kemudian beliau dan
Abu Bakar singgah pada Bani Amru bin ‘Auf pada hari
Senin bulan Rabiul Awwal. Kemudian Abu Bakar berdiri di
hadapan manusia, sementara Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam duduk berdiam diri. Golongan Anshar
yang tidak melihat Nabi langsung menyambut Abu Bakar,
sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terkena
panas matahari. Kemudian Abu Bakar menghampirinya
dan menaunginya dengan selendangnya, ketika itu
barulah diketahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam di sana.
146
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bermalam pada
147
berkata, “Insya Allah di sinilah tempat tinggal saya.”
148
Tentang masjid Quba
Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun 1
Hijriyah atau 622 Masehi di Quba, sekitar 5 km di sebelah
tenggara kota Madinah. Dalam Alquran disebutkan
bahwa masjid Quba adalah masjid yang dibangun atas
dasar takwa sebagaimana disebutkan dalam ayat,
لِ َم ْنgصا ًدا َ ْين َوإِر َ ِض َرارًا َو ُك ْفرًا َوتَ ْف ِريقًا بَي َْن ْال ُم ْؤ ِمن ِ َمس ِْج ًداgين اتَّ َخ ُذوا َ َوالَّ ِذ
ب هَّللا َ َو َرسُولَهُ ِم ْن قَ ْب ُل ۚ َولَيَحْ لِفُ َّن إِ ْن أَ َر ْدنَا إِاَّل ْال ُح ْسنَ ٰى ۖ َوهَّللا ُ يَ ْشهَ ُد إِنَّهُ ْم
َ ار َ َح
َ لَ َكا ِذب
ُون
149
ق أَ ْن تَقُو َم فِي ِه ۚ فِي ِه َ اَل تَقُ ْم فِي ِه أَبَ ًدا ۚ لَ َمس ِْج ٌد أُس
ُّ ِّس َعلَى التَّ ْق َو ٰى ِم ْن أَ َّو ِل يَ ْو ٍم أَ َح
َ ُّون أَ ْن يَتَطَهَّرُوا ۚ َوهَّللا ُ ي ُِحبُّ ْال ُمطَّه ِِّر
ين َ ِر َجا ٌل ي ُِحب
151
“Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin
membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bersih.” (QS. At-Taubah: 108)
Yang dimaksud dengan ayat ini adalah Allah menyukai
orang yang menyucikan hati dari noda dosa dengan
bertaubat dan beristigfar, juga menyucikan diri dari najis.
Allah menyukai membersihkan diri kotoran lahir dan
batin. Itulah yang dimaksud ayat sebagaimana
disebutkan oleh Syaikh Musthafa Al-‘Adawi dalam At-
Tashil li Ta’wil At-Tanzil Tafsir Al-Anfal wa At-Taubah,
hlm. 750.
Dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim (4:349-350) dibicarakan
tentang orang yang beristinja’ (menyucikan kotoran)
dengan menggunakan air, ayat ini diturunkan untuk
orang semacam itu.
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Ayat ini (surah
At-Taubah ayat 108) jadi dalil disunnahkannya shalat di
masjid yang lama yang sejak awal pembangunannya
didasarkan untuk ibadah kepada Allah semata, yang tidak
ada sekutu bagi-Nya. Juga disunnahkan shalat bersama
jamaah orang-orang saleh dan hamba-hamba yang taat
yang senantiasa memelihara dan menyempurnakan
152
wudhu, serta menghindarkan diri dari berbagai macam
kotoran.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 4:351)
Ketika pertama kali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam sampai di Quba, beliau singgah di rumah Kaltsum
bin Al-Hadam, karena ia adalah pemuka kaum dari Bani
Amr bin ‘Auf. Beliau adalah pemuka suku Aus yang ketika
itu masih musyrik dan kemudian ia memeluk Islam. Ada
yang berpendapat bahwa dia telah memeluk Islam
sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai
di Madinah.
Di rumah Sa’ad bin Khaitsamah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berbincang-bincang dengan para
sahabatnya, karena Saad masih lajang belum
berkeluarga. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berangkat dari Quba’ pada hari Jumat ketika
matahari mulai meninggi. Beliau shalat Jumat di Bani
Salim bin ‘Auf bersama kaum muslimin lainnya di lembah
Ranuna (salah satu lembah di Madinah terletak antara
Quba’ dan Masjid Nabawi, kena sengatan panas Quba’
pada lembah Bath-han sebelah selatan Masjid Al-
Ghamamah, pen.).
153
Setiap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati
kabilah-kabilah dari kaum Anshar, maka pemuka
kaumnya menemui beliau dan mengajaknya untuk
singgah di tempat mereka dan begitulah seterusnya
hingga beliau sampai di tempat didirikannya masjid
tersebut (sekarang Masjid Nabawi, pen.). Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memberkatinya, dan tidak
singgah di situ, kemudian merunduk dan sedikit berjalan,
kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berpaling dan kembali ke tempat yang pertama dan
beliau pun singgah di sana, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam berhenti pada tempat tersebut seraya berkata,
“Jika Allah mengizinkan, di sinilah rumahku.”
Dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Rumah siapa yang
paling dekat rumahnya dengan keluarga kami?” Abu
Ayyub menjawab, “Saya wahai Nabi Allah. Itu rumahku
dan itu pintunya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Pulanglah dan siapkan tempat bagi kami
untuk beristirahat.” (HR. Bukhari, no. 3911)
154
Abu Ayyub Al-Anshari membawa dan memasukkan
kendaraan unta ke dalam rumahnya. Ibnu Hajar
rahimahullah menyebutkan dalam kitab Fathul Bari, dari
Abu Sa’id bahwa ketika Abu Ayyub hendak memindahkan
unta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata
kepada yang hendak menawarkan tempat (rumahnya)
untuk beliau singgahi, “Saya akan mengikuti untaku.”
Sedangkan As’ad bin Zurarah mengambil unta Nabi dan
menempatkan di kandangnya. Lihat Fath Al-Bari, 7:246.
Penduduk Madinah sangat gembira dengan kedatangan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Disebutkan dari
Barra’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “… ketika
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, saya
tidak pernah melihat penduduk Madinah merasa
gembira seperti gembiranya mereka menyambut
kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bahkan budak-budak perempuan pun berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah tiba
(dengan perasaan gembira).” (HR. Bukhari, no. 3932)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi mirbad
(sebidang tanah yang digunakan untuk menjemur kurma)
155
dengan harga sepuluh dinar dengan menggunakan uang
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Tempat
didirikan masjid tersebut terdapat kuburan orang
musyrik, lubang, dan pohon kurma. Kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk
menggabil kuburan tersebut, menimbun lubang, serta
menebang pohon kurma. Kemudian pelepah kurma
dijadikan sebagai atap masjid, ditetapkan arah kiblat, dan
sisi jalannya dibubuhkan batu.” (HR. Bukhari, no. 3932)
156
Kumpulan Amalan Ringan Pahala Shalat di Masjid Quba
Seperti Umrah
Bagi yang berumrah atau berhaji karena diberi
kelapangan rezeki, bisa lakukan amalan berikut ini yaitu
ketika berada di kota Madinah berkunjung ke Masjid
Quba untuk melaksanakan shalat minimal dua rakaat,
pahalanya seperti umrah.
Dari Usaid bin Zhuhair Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
فِى َمس ِْج ِد قُبَا ٍء َك ُع ْم َر ٍةgُصالَة
َّ ال
“Shalat di Masjid Quba’, (pahalanya) seperti umrah.”(HR.
Tirmidzi, no. 324 dan Ibnu Majah, no. 1411. Al-Hafizh
Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Dari Sahl bin Hunaif radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ان لَهُ َكأَجْ ِر ُع ْم َر ٍة َ ََم ْن تَطَه ََّر فِى بَ ْيتِ ِه ثُ َّم أَتَى َمس ِْج َد قُبَا ٍء ف
َ صلَّى فِي ِه
َ صالَةً َك
“Siapa yang bersuci di rumahnya, lalu ia mendatangi
masjid Quba’, lantas ia melaksanakan shalat di dalamnya,
maka pahalanya seperti pahala umrah.” (HR. Ibnu Majah,
157
no. 1412, An-Nasai, no. 700. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa hadits ini hasan).
ِ ان النَّبِ ُّى – صلى هللا عليه وسلم – يَأْتِى قُبَا ًء َرا ِكبًا َو َم
اشيًا َ َك
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mendatangi
Masjid Quba’ sambil memakai kendaraan, dan (kadang)
berjalan kaki.” (HR. Bukhari, no. 1194 dan Muslim, no.
1399)
158
wa sallam mendatangi masjid tersebut pula pada hari
Sabtu.”
159
Sudah Tahu Tentang Seluk Beluk Kota Madinah?
160
6. Di antara keutamaan kota Madinah adalah iman
itu terkumpul di kota Madinah. (HR. Bukhari, no.
1876)
161
kepentingan orang lain padahal mereka sendiri
butuh).
162
14. Jabal ‘Ayr adalah gunung terbesar kedua di kota
Madinah setelah Gunung Uhud. Jaraknya dari
Masjid Nabawi sekitar 8,5 km.
164
21. Disunnahkan menziarahi kuburan Baqi’ dan bisa
membaca doa seperti yang dibacakan oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ASSALAMU’ALAIKUM DAAR QOUM MU’MININ,
WA ATAAKUM MAA TUU’ADUUN GHADAN
MUAJJALUN, WA INNA INSYA-ALLAH BIKUM
LAAHIQUUN, ALLOHUMMAGHFIR LI AHLIL BAQI’
AL-GHORQOD. (HR. Muslim)
166
3. Nama lain dari Makkah adalah Bakkah seperti
dalam surah Ali Imran ayat 96, disebut juga Ummul
Quro seperti disebutkan dalam surah Al-An’am
ayat 92.
167
(Dzatus Salim). Jadi luas tanah haram Makkah
sekitar 127 x 550 km.
168
169