Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HAJI

DISUSUN OLEH :
Ananda Intan Pratiwi (211014283207067)
Rully Rimansyah (211014283207078)

DOSEN PENGAMPU:
Muhammad Nafis, S.Hi., M.H.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Haji" dengan tepat
waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan (AIK-III)”. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan tentang Haji bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada kelompok yang telah menyelesaikan
makalah ini. Kelompok menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Muara Bungo, 3 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
A. Pengertian Haji ..................................................................................... 3
B. Syarat Rukun Haji ................................................................................ 3
C. Urutan Proses Haji ............................................................................... 5
D. Larangan Selama Haji .......................................................................... 8
E. Hikmah Disyariatkannya Haji dan Umrah ........................................... 9
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 11
A. Kesimpulan ......................................................................................... 11
B. Kritik Dan Saran ................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Islam bertugas mendidik dzahir manusia, mensucikan jiwa
manusia, dan membebaskan diri manusia dari hawa nafsu. Dengan ibadah yang
tulus ikhlas dan aqidah yang murni sesuai kehendak Allah, insya Allah akan
menjadi orang yang beruntung. Ibadah dalam agama Islam banyak macamnya.
Haji dan umroh adalah salah satunya. Haji merupakan rukun iman yang kelima
setelah syahadat, sholat, zakat, dan puasa. Ibadah haji adalah ibadah yang baik
karena tidak hanya menahan hawa nafsu dan menggunakan tenaga dalam
mengerjakannya, namun juga semangat dan harta.

Dalam mengerjakan haji, diperlukan penempuhan jarak yang demikian


jauh untuk mencapai Baitullah, dengan segala kesukaran dan kesulitan dalam
perjalanan, berpisah dengan sanak keluarga hanya dengan satu tujuan untuk
mencapai kepuasan batin dan kenikmatan rohani. Untuk memperdalam
pengetahuan kita, kami mencoba memberi penjelasan secara singkat mengenai
pengertian haji dan umrah, dasar hukum perintah haji dan umrah, syarat, rukun
dan wajib haji dan umrah serta hal-hal yang dapat membatalkan haji dan umrah.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa Pengertian Haji?
2. Bagaimana Syarat Rukun Haji?
3. Bagaimana Urutan Proses Haji?
4. Apa saja Larangan Selama Haji?
5. Apa Hikmah Disyariatkannya Haji dan Umrah?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Pengertian Haji.
2. Untuk mengetahui Syarat Rukun Haji.

1
3. Untuk mengetahui Urutan Proses Haji.
4. Untuk mengetahui Larangan Selama Haji.
5. Untuk mengetahui Hikmah Disyariatkannya Haji dan Umrah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Haji
Arti kata haji berasal dari bahasa Arab hajja-yahujju-hujjan, yang berarti
qoshada, yakni bermaksud atau berkunjung. Sedangkan dalam istilah agama,
haji adalah sengaja berkunjung ke Baitullah Al-Haram (Ka’bah) di Makkah Al-
Mukarromah untuk melakukan serangkaian amalan yang telah diatur dan
ditetapkan oleh Allah SWT sebagai ibadah dan persembahan dari hamba kepada
Tuhan.
Tempat-tempat tertentu yang dimaksud adalah ka’bah di Makkah, Shafa dan
Marwa, Muzdalifah, dan Arafah. Sedangkan aktivitas tertentunya adalah ihram,
thawaf, sa’i, dan wukuf di Arafah. Sementara waktu tertentunya adalah bulan
Syawwal, Dzul Qa’dah, dan 10 hari pertama Dzulhijjah.
B. Syarat Rukun Haji
a) Adapun syarat-syarat haji sebagai berikut:
1. Islam. Setiap dari kita (orang Islam) berkewajiban untuk menunaikan
ibadah haji jika telah terpenuhi semua persyaratan-persyaratannya. Dan
jelas pula bahwa orang non Muslim tidak berkewajiban untuk
menunaikan ibadah haji, sehingga jika ada di antara mereka yang ikut
melaksanakan ibadah haji, maka ibadah haji mereka dianggap tidak sah.
2. Berakal. Artinya, setiap orang muslim yang waras, tidak mengalami
gangguan mental dan kejiwaan, maka ia berkewajiban untuk
menunaikan ibadah haji.
3. Dewasa (baligh). Dengan demikian anak kecil (belum baligh) yang
diajak bersama oleh orang tuanya untuk menunaikan ibadah haji, maka
kewajiban ibadah haji tersebut belum gugur atas dirinya. Sehingga ia
tetap berkewajiban untuk menunaikannya saat ia telah memasuki masa
akil baligh nanti.
4. Mampu. Yang meliputi: ketersediaan alat transportasi, bekal, keamanan
jalur perjalanan, dan kemampuan tempuh perjalanan.

3
5. Merdeka. Seorang budak tidak wajib melakukan ibadah haji karena ia
bertugas melakukan kewajiban yang dibebankan tuannya. Disamping
itu, budak termasuk orang yang tidak mampu dari segi biaya, waktu dan
lain-lain.
b) Rukun Haji
Rukun haji adalah perbuatan yang wajib dikerjakan dan tidak dapat
diganti dengan membayar denda. Meninggalkan salah satu rukun haji akan
gugur atau tidak sah ibadah haji tersebut. Rukun haji ada enam, yaitu
sebagai berikut.
1. Ihram
Ihram adalah berniat mengerjakan ibadah haji atau umrah dengan
memakai pakaian ihram, pakaian berwarna putih bersih dan tidak
berjahit. Pakaian tidak berjahit hanya berlaku bagi laki-laki.
2. Wukuf di Padang Arafah
Wukuf adalah hadir di Padang Arafah pada waktu zuhur, dimulai
sejak tergelincir matahari tanggal 9 Zulhijah sampai terbit fajat tanggal
10 Zulhijah (pada bulan haji).
3. Tawaf
Tawaf adalah mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali putaran,
dimulai dari Hajar Aswad dengan posisi Ka'bah di sebelah kiri orang
yang bertawaf (berputar kebalikan arah jarum jam). Orang yang tawaf
harus menutup aurat serta suci dari hadas dan najis. Macam-Macam
Tawaf:
• Tawaf qudum, dilakukan ketika baru sampai di Mekah
• Tawaf ifadah, dilakukan karena melaksanakan rukun haji
• Tawaf nazar, dilakukan karena nazar
• Tawaf sunah, dilakukan tidak karena sebab-sebab tertentu
(mencari keutamaan dalam ibadah).
• Tawaf wadak, dilakukan karena hendak meninggalkan mekah

4
4. Sa’i
Sa’i adalah berlari-lari kecil antara Bukit Safa dan Marwah.
Ketentuan sa’i harus dimulai dari Bukit Safa dan diakhiri di Bukit
Marwah. Sa’i dilakukan sebanyak tujuh kali dan dikerjakan setelah
tawaf.
5. Tahallul
Tahallul, yaitu bercukur atau menggunting rambut setelah
melaksanakan Sa'i. Mencukur rambut sekurang-kurangnya tiga helai
rambut.
6. Tertib
Tertib berarti menertipkan rukun-rukun haji tersebut. Artinya, harus
berurutan dimulai dari niat (ihram), wukuf, tawaf, sa’i, dan menggunting
rambut
C. Urutan Proses Haji.
Dalam pelaksanaan ibadah haji adapun urutannya yaitu:
1. Memulai ihram dari Miqat yang telah ditentukan
Miqat artinya batas waktu dan tempat melakukan ibadah haji serta
umrah. Terdapat dua macam miqat, yaitu miqat zamani (batas waktu) dan
miqat makani (batas tempat).
Batas waktu untuk melakukan ibadah haji adalah pada bulan Syawal,
Zulkaidah, dan Zulhijah. Sementara itu, batas tempat untuk memulai
ibadah haji terletak di beberapa kota dan tergantung dari arah kedatangan
jamaah haji. Adapun urutan pelaksanaan ihram ialah sebagai berikut:
• Mengerjakan mandi sunnah
• Mengerjakan wudhu
• Mengerjakan pakaian ihram
• Mengerjakan shalat sunnah ihram
• Mengucapkan niat haji
• Berangkat menuju Arafah dengan membaca talbiyah

5
2. Wukuf di Arafah pada 9 Zulhijah
Wukuf di Arafah dilaksanakan pada 9 Zulhijah dan dimulai setelah
Matahari tergelincir hingga terbit fajar pada 10 Zulhijah atau Hari Raya
Idul Adha. Pada pelaksanaan wukuf, terdapat beberapa amalan yang bisa
dikerjakan, yaitu:
• Mengerjakan sholat Dzuhur dan Ashar dengan cara qasar dan jamak
di awal waktu
• Mendengarkan khutbah wukuf
• Memperbanyak doa
• Memperbanyak dzikir
• Membaca Al-Qur'an
• Mengerjakan sholat Maghrib dan Isya dengan cara qashar dan jamak
di awal waktu.
3. Menginap atau mabit di Muzdalifah
Muzdalifah merupakan tempat yang berlokasi antara Arafah dan Mina.
Setelah tengah malam, jamaah haji berangkat dari Arafah menuju Mina.
Sesampainya di Muzdalifah, jamaah haji berhenti walaupun sebentar.
Amalan ini disebut dengan mabit.
Jamaah haji yang datang sebelum tengah malam, diwajibkan menunggu
sampai tengah malam, sebab waktu pelaksanaan mabit adalah dari tengah
malam sampai terbit fajar. Di Muzdalifah, ada beberapa amalan yang bisa
dikerjakan, di antaranya adalah:
• Membaca talbiyah
• Berzikir, beristighfar, dan berdoa
• Membaca Al-Qur'an
• Mencari kerikil sebanyak 7, 49, dan 70 butir
4. Melontar jumrah aqabah
Selanjutnya adalah melontar jumrah aqabah yang dilaksanakan
setelah fajar menyingsing atau siang hari pada tanggal 10 Zulhijah dengan
7 butir kerikil. Jumrah aqabah adalah sebuah tugu batu yang terletak di

6
Bukit Aqabah di Mina. Setelahnya, jamaah haji menyembelih hewan
kurban.
5. Tahalul
Tahalul adalah melepaskan diri dari ihram haji setelah mengerjakan
amalan-amalan haji. Tahalul dilakukan dalam dua tahap. Tahalul pertama
dilaksanakan setelah selesai melontar jumrah aqabah dengan cara
mencukur sekurang-kurangnya tiga helai rambut. Setelahnya, jamaah haji
boleh mengerjakan semua hal yang dilarang pada waktu ihram, kecuali
melakukan hubungan suami istri.
Kemudian, selesai tahalul pertama jamaah haji yang akan melaksanakan
tawaf ifadah dapat langsung menuju Mekkah. Beberapa hal yang
dikerjakan di Mekkah antara lain:
• Masuk ke Masjidil Haram melalui pintu Babussalam
• Mengerjakan thawaf ifadah dengan membaca talbiyah
• Selesai thawaf disunnahkan mencium Hajar Aswad
• Mengerjakan sholat sunnah dua rakaat di dekat makam Ibrahim
• Berdoa di Multazam
• Mengerjakan sholat sunnah dua rakaat di Hijir Ismail
• Mengerjakan sa'i antara Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali
Sementara itu, pada tahalul kedua maka dilaksanakan dengan
menggunting sekurang-kurangnya tiga helai rambut. Seusai itu, jamaah haji
diperbolehkan mengerjakan larangan ihram, termasuk melakukan
hubungan suami istri.
6. Menginap atau mabit di Mina
Setelah selesai tahalul, jamaah haji kembali menuju Mina untuk mabit
selama hari Tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah. Setelah Matahari
tergelincir pada setiap siang hari Tasyrik, jamaah haji melontar tiga jumrah
yang masing-masing sebanyak tujuh kali.
Tiga jumrah tersebut adalah jumrah ula, wusta, dan aqabah. Bagi yang
menghendaki, jamaah haji diperbolehkan untuk meninggalkan Mina pada

7
tanggal 12 Zulhijah setelah melempar jumrah, hal ini disebut dengan nafar
awwal.
Sementara jamaah haji yang meninggalkan Mina pada 13 Zulhijah itu
lebih sempurna. Dengan demikian, jamaah haji tersebut melontar jumrah
selama tiga hari dalam hari Tasyrik yang disebut dengan nafar sani.
Jika sudah selesai, jamaah haji kembali ke Mekkah dan seluruh
rangkaian ibadah haji sudah selesai.
7. Thawaf wada
Thawaf wada adalah thawaf perpisahan. Artinya, setelah selesai
mengerjakan semua rangkaian ibadah haji, jamaah haji melaksanakan
thawaf tersebut. Setelah usai, jamaah haji diperbolehkan pulang ke
kampung halaman atau ke Madinah bagi yang belum melakukan ziarah ke
makam Nabi Muhammad SAW.
D. Larangan Selama Haji.
Beberapa larangan selama haji dan konsekuensi denda karena melanggar
larangan adalah sebagai berikut:
1. Memakai pakaian yang berjahit (bagi kaum pria).
2. Menutup kepala (bagi kaum pria).
3. Menutup muka dan telapak tangan (bagi perempuan).
4. Memakai wangi-wangian setelah ihram (baik laki-laki maupun
perempuan).
5. Menghilangkan rambut atau bulu badan yang lain.
6. Memotong kuku.
Terhadap pelanggaran atas keenam larangan haji di atas dikenakan denda
masing-masing dengan memilih alternative di antara tiga hal, yaitu
menyembelih seekor kambing yang sah untuk qurban, atau puasa tiga hari, atau
bersedekah tiga gantang (9,3 liter) makanan kepada enam orang miskin.
7. Mengadakan akad nikah (nikah, menikahkan atau menjadi wakil dalam
akad nikah). Bagi orang yang melanggar, maka hajinya tidak sah dan harus
mengulang tahun depan.
8. Bersetubuh

8
Hal tersebut berarti melanggar haji, maka tidak sah hajinya dan harus
menyembelih seekor kambing (menurut dalil yang kuat).
9. Berburu dan membunuh binatang darat yang liar dan halal dimakan.
Bagi pelanggar larangan haji ini wajib menggantikan hewan yang
senilai dengan binatang yang diburu/dibunuhnya, atau membayar dengan
harga yang senilai dengan binatang yang diburu/dibunuhnya tersebut
kemudian dibelikannya makanan untuk orang-orang miskin atau berpuasa
sebanyak harga binatang tadi, tiap-tiap seperempat gantang makanan
berpuasa satu hari.
E. Hikmah Disyariatkannya Haji dan Umrah
Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan haji dan umrah,
baik dari aspek waktu maupun pelaksanaannya. Di antara hikmah-hikmahnya
adalah sebagai berikut :
1. Dalam pelaksanaan ihram, manusia dilatih untuk dapat mengendalikan
hawa nafsu, khususnya syahwat, perbuatan-perbuatan dosa, dan hal-hal
yang menyenangkan dirinya (hedonis).
2. Dalam pelaksanaan thawaf, ka’bah merupakan simbol monoteisme
(tauhid). Melakukan thawaf disekeliling ka’bah merupakan simbol bahwa
segala usaha kegiatan hidup manusia didunia ini tidak akan pernah lepas
dari pengawasan dan kekuasaan Allah. Dengan dzikir ketika thawaf yang
disertai penghayatan yang mendalam, diharapkan akan tertanam dalam
jiwa orang yang membacanya kesadaran bahwa manusia itu sangat lemah.
Di sini orang akan menganggap bahwa manusia tidak layak berlaku
sombong dan angkuh.
3. Ibadah sa’i antara Shafa dan Marwah mengingatkan sejarah perjuangan Siti
Hajar ketika mencari air. Ini mengisyaratkan bahwa orang yang haji
diharapkan memiliki etos kerja tinggi, tidak boleh berpangku tangan,
mengharap rezeki datang dari langit.
4. Wukuf diarafah bisa disebut sebagai malam perenungan. Arafah sendiri
berarti pengalaman. Maksudnya, orang yang melakukan haji dan umrah

9
diharapkan dapat mengenal jati dirinya, menyadari segala kesalahannya
dan bertekad untuk tidak mengulanginya.
5. Melempar jumrah terkait erat dengan kisah ibrahim ketika melempar setan.
Hal ini dimaksudkan agar orang yang melakukan haji dan umrah memiliki
tekad dan semangat untuk tidak terbujuk rayuan setan yang merusak dunia
ini.
6. Bermalam di mina dan muzdalifah dan diistilahkan malam istirahat dari
rangkaian ibadah haji. Disini orang dapat memulihkan kondisi yang sangat
lelah. Ini sebagai isyarat bahwa manusia memerlukan waktu istirahat dalam
hidup ; tidak selamanya bekerja sampai tidak ingat menjaga kondisi badan.
7. Dalam tahallul terkadang ajaran agar manusia mampu mengendalikan sifat
pembawaannya. Tahallul diibaratkan sebagai lampu hijau yang
mengisyaratkan kendaraan boleh berjalan kembali setelah untuk sementara
diharuskan berhenti.
8. Khusus untuk ibadah umrah, ibadah ini memberi kesempatan yang sangat
leluasa kepada kaum muslimin untuk mengunjungi ka’bah karena
waktunya tidak ditentukan. (Materi Pendidikan agama islam, 2001 : 115-
116)

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang dapat kelompok simpulkan dari
pembahasan ini, yakni :
1. Shalat dan ibadah haji termasuk rukun Islam dan perintah Allah, yang
wajib kita laksanakan apabila kita mampu “Ibadah Haji”.
2. Haji berarti bersengaja mendatangi Baitullah (ka’bah) untuk melakukan
beberapa amal ibadah dengan tata cara yang tertentu dan dilaksanakan
pada waktu tertentu pula, menurut syarat-syarat yang ditentukan oleh
syara’, semata-mata mencari ridho Allah.
3. Dengan melaksanakan ibadah haji kita bisa bertemu dengan umat islam
yang lain dari seluruh dunia dan bisa mempererat tali ukhuwah
Islamiyah serta banyak manfaat lainnya.
4. Dengan melaksanakan ibadah haji kita akan dibalas dengan balasan
surga firdaus dan itu untuk haji yang mabrul
5. Untuk menjadi haji yang mabrul maka kita harus memperhatikan syarat,
rukun, dan membatalkan haji.
6. Ketaatan kepada Allah SWT itulah tujuan utama dalam melakukan
ibadah haji. Disamping itu juga untuk menunjukkan kebesaran Allah
SWT
B. Kritik dan Saran
Tiada gading yang retak, itulah peribahasanya. Jika pembaca menemukan
kesalahan dalam penulisan makalah atau dalam isi yang di sajikan kami mohon
maaf. Kami sangat menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca
yang bertujan untuk memberi ilmu kepada kami dan untuk perbaikan di masa
mendatang.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/35367017/MAKALAH_HAJI_DAN_UMRAH

Diakses pada 01 Juni 2023

https://an-nur.ac.id/larangan-dan-sunnah-haji/

Diakses pada 01 Juni 2023

https://www.academia.edu/19759485/MAKALAH_HAJI

Diakses pada 01 Juni 2023

12

Anda mungkin juga menyukai