Anda di halaman 1dari 17

HAJI DAN UMROH

Disusun oleh :
1. Erika Destin
2. Sonia Novi Antini
Program studi : Sistem Informasi
Dosen pengampu MK : Yeni Yuliana, S. sos.i. M,Pd.i

FAKULTAS ILMU KOMPUTER ( FASILKOM)


TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kenikmatan kepada penulis khususnya umumnya untuk kita semua, karena berkat
hidayah dan inayah-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah ini, shalawat beserta
salam marilah kita curahkan kepada junjungan kita yakni nabi Muhammad SAW.

Penulis ucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing penulis di
dalam penyusunan makalah ini, namun penulis menyadari bahwa makalah ini jauh
dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun penulis harapkan
demi perbaikan dan kebaikan.

Semoga makalah ini menjadi khazanah keilmuan khususnya bagi penulis umumnya
bagi kita semua juga menjadi asbab hidayah ke seluruh alam dan semoga kita
senantiasa diberikan keistiqamahan di dalam beribadah dan diberikan hidayah
supaya kita bisa melaksanakan ibadah haji. Amin
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Haji dan Umroh adalah aktivitas suci yang pelaksanaanya diwajibkan oleh
Allah Swt pada semua umat islam yang sudah memiliki kemampuan. Kegiatan ibadah
sebagai rukun Islam yang ke-5 yang berkunjung ke Baitullah merupakan aktivitas
puncak sebagai bukti ketaatan kepada sang khalik baik secara fisik material dan
spiritual.

Banyak dari kalangan umat islam dari berbagai negara di dunia khususnya
Indonesia yang mendominasi jumlah pemeluknya berbondong-bondong
mendaftarkan diri untuk bisa beribadah dan menghadap secara langsung di depan
Ka’bah sebagai pusat peribadatan serta memenuhi kewajiban rukunnya bagi yang
mampu.

Untuk mendiskusikannya lebih lanjtut, maka dalam makalah ini penulis akan
membahas tentang “ Haji dan Umroh” yang berkenaan dengan pengertian,jenis-
jenisnya pelaksanaan dan tahapannya serta hal-hal lainnya yang berkaitan dengan
tema tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

A. Pengertian Haji dan Umroh


B. Perbedaan Haji dan Umroh
C. Syarat,Rukun,Wajib Haji dan Umroh
D. Beberapa sunah Haji dan Umroh
E. Beberapa larangan Ketika ihram Haji dan Umroh
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HAJI DAN UMROH


Asal mula arti haji menurut lughah atau arti bahasa (etimologi) adalah “al-qashdu”
atau “menyengaja”. Sedangkan arti haji dilihat dari segi istilah (terminology) berarti
bersengaja mendatangi Baitullah (ka’bah) untuk melakukan beberapa amalibadah dengan
tata cara yang tertentu dan dilaksanakan pada waktu tertentu pula,menurut syarat-syarat
yang ditentukan oleh syara’, semata-mata mencari ridho Allah.
Adapun umrah menurut bahasa bermakna ‘ziarah’. Sedangkan menurut syara’umrah ialah
menziarahi ka’bah, melakukan tawaf di sekelilingnya, bersa’i antaraShafa dan Marwah dan
mencukur atau menggunting rambut dengan cara tertentu dandapat dilaksanakan setiap
waktu.
Allah SWT telah menjadikan baitullah suatu tempat yang dituju manusia padasetiap
tahun.Allah SWT berfirman :
‫ًّل‬ ‫۟ا‬
‫َو ِإْذ َجَع ْلَنا ٱْلَبْيَت َم َثاَبًة ِّللَّناِس َو َأْم ًنا َو ٱَّتِخ ُذ و ِم ن َّم َقاِم ِإْبَٰر ِهۦَم ُمَص ىۖ َو َع ِهْد َنٓا ِإَلٰٓى ِإْبَٰر ِهۦَم َو ِإْس َٰم ِع يَل َأن َطِّهَر ا َبْيِتَى‬
‫ِللَّطٓاِئِفيَن َو ٱْلَٰع ِكِفيَن َو ٱلُّر َّك ِع ٱلُّسُجوِد‬
"Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi
manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqamIbrahim tempat shalat.
Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail:"Bersihkanlah rumah-Ku untuk
orang-orang yang thawaf, yang i´tikaf, yang ruku´dan yang sujud". (Al-baqarah :125)

Baitullah adalah suatu tempat yang didatangi manusia pada setiap tahun.Lazimnya mereka
yang sudah pernah mengunjungi Baitullah, timbul keinginannyauntuk kembali lagi yang
kedua kalinya.
Maka makna Hajjul baiti menurut syara’ ialah : mengunjungi baitullah dengan sifat yang
tertentu, di waktu yang tertentu, disertai dengan perbuatan- perbuatan yang tertentu
pula.Para ulama telah mengkhususkan kalimat haji untuk mengunjungi Ka'bah untuk
menyelesaikan manasik haji.
B. PERBEDAAN HAJI DAN UMROH

1. Hukum pelaksanaan

Ibadah haji hukumnya wajib, fardu’ain bagi setiap muslim mukalaf dan
mampu. Tidak ada satupun ulama yang menyatakan ibadah haji sebagai sunnah.
Sementara itu, mengenai hukum ibadah Umroh para ulama berbeda pendapat,
Sebagian mengatakan hukumnya wajib dan dan sebagainnya mengatakan
sunnah. Mazhab Hanafi dan Maliki mengatakan hukum ibadah umroh adalah
sunnah, sedangkan mazhab Syafi’I dan Hanbali mengatakan hukum ibadah
umroh adalah wajib minimal sekali seumur hidup.

2. Waktu Pelaksanaan

Ibadah haji dapat dilaksanakan minimal 4 hari, 9 sampai 12 zullhijjah jika


melakukan nafar awal. Jika melakukan nafar sani, ibadah haji paling cepat bisa
dilakukan dalam waktu 5 hari. Ibadah umroh dapat dilakukan dalam waktu 2
sampai 3 jam saja.

3. Proses Pelaksanaan

Dalam prakteknya, orang yang menjalankan urutan-urutan ibadah haji


berarti ia sudah melakukan praktek umroh. Karena umroh hanya terdiri: niat,
thawaf dan sa’I, memotong rambut tahallul. Sedangkan haji, meliputi semua tata
cara umroh ditambah dengan wuquf di arafah, menginap di muzdhalifah dan di
mina, serta melempar umroh.

4. Miqat

Miqat adalah batas-batas yang telah ditetapkan bagi dimulainya ibadah


haji dan umroh. Apabila meliputi miqat, seseorang yang ingin mengerjakan haji
perlu mengenakan kain ihram dan melaliukan niat.

a. Miqat Zamani ( batas yang ditentukan berdasarkan waktu)


1. Ibadah haji
Miqat dimulai pada bulan syawal sampai terbit fajar tanggap 10
Zhullhijjah yaitu Ketika ibadah haji dilaksanakan.
2. Ibadah umroh
Miqat dapat dimulai sepanjang tahun pada waktu umroh dapat dilakukan.
b. Miqat Makani ( batas yang ditentukan berdasarkan tempat)
1. Bagi mereka yang tinggal di Makkah , tempat untuk ihram haji adalah
Makkah itu sendiri ( rumah sendiri). Untuk umroh adalah keluar dari
tanah haram Makkah yaitu sebaiknya di ji’ranah, tan’enim atau
hudaibiyah.
2. Bagi mereka yang dating dari sebelah timur seperti Indonesia, Malaysia,
singapura dan kebanyakan negara asia lain, tempatnya adalah di
Yalamlam atau Jeddah.
3. Bagi yang datang dari barat seperti mesir, miqatnya di Juhfah.
4. Bagi yang datang dari selatan seperti yaman, tempat untuk berihram
adalah Qamul Manazil.
5. Bagi yang datang dari Madinah, tempatnya di Dzulhulaifah Bir Ali ( Abyar’
Ali)
6. Bagi yang datang dari bagian Iraq pula adalah Dzatu’irq.

C. SYARAT, RUKUN, WAJIB HAJI DAN UMROH

Syarat sah Haji dan Umroh adalah suatu perkara atau pekerjaan yang harus
dikerjakan dengan sempurna sebelum mengerjakan Haji atau Umroh dan
menentukan sah atau tidaknya ibadah tersebut.
Syarat sah Haji dan Umroh:

 HAJI
1. Islam
2. Merdeka ( bukan seorang budak)
3. Taklif ( seseorang yang sudah dikenai kewajiban untuk
melaksanakan haji)
4. Mampu ( secara finansial, fisik, mental, dan kondisi yang
memungkinkan)
5. Memenuhi syarat administrasi
6. Adanya kendaraan yang sudah jelas bahwa tidak akan mengalami
kesulitan.
7. Perjalanan aman tidak akan terjadi kesulitan dalam melaksanakan
ibadah haji.
 UMROH
1. Islam
2. Baligh ( dewasa)
3. Berakal sehat
4. Merdeka ( bukan budak atau hamba sahaya)
5. Istitha’ah ( mampu). Termasuk didalamnya mampu secara
jasmani, finansial yaitu memiliki cukup biaya untuk dirinya dn
keluarga yang ditinggalkannya, serta situasi dan kondisi
memungkinkan, aman bagi dirinya dan keluarga yang
ditinggalkannya dan tidak terhalang/mendapat izin untuk
perjalanan haji.

Rukun Haji dan Umroh adalah suatu perkara atau pekerjaan yang harus dilakukan
dalam mengerjakan proses ibadah haji dan umroh dan menentukan sah atau tidaknya
ibadah tersebut. Dengan kata lain jika tidak dilaksanakan maka batal ibadahnya.

Rukun Haji dan Umroh:

 HAJI
1. Ihram
2. Wukuf
3. Thawaf ifadah
4. Sa’i
5. Tahallul ( bercukur)
6. Tertib

 UMROH
1. Ihram
2. Thawaf
3. Sa’i
4. Tahallul
5. Tertib

Wajib Haji adalah suatu perkara atau pekerjaan yang harus dilakukan dalam
melaksanakan Haji dan apabila perkara ini ditinggalkan maka wajib hukumnya untuk
membayar dam ( denda).
Wajib Haji dan Umroh:

 HAJI
1. Ihram
2. Mabit di Muzdalifah
3. Bermalam di Mina
4. Melempar ketiga jumroh ( ula, wustha dan ‘aqabah)
5. Tahalul ( mencukur)
6. Thawaf wada

 UMROH
1. Ihram dari miqat
2. Meninggalkan larangan karena ihram

D. BEBERAPA SUNAH HAJI DAN UMROH

Sunah haji adalah beberapa amalan yang dianjurkan atau sebaiknya dilakukan
ketika melaksanakan ibadah haji. Jika seorang jamaah haji melaksanakan amalan-
amalan tersebut, maka ia akan mendapatkan ganjaran berupa pahala yang amat
banyak. Adapun beberapa amalan sunah hajiyang harus diketahui umat islam yaitu:

 Melaksanakan Haji Ifrad

Amalan sunah jamaah haji yang pertama dan sangat dianjurkan oleh para ulama
bahkan sahabat nabi adalah melaksanakan haji ifrad. Ini merupakan ibadah haji yang
dilaksanakan secara terpisah dengan ibadah umrah dan jamaah harus mengutamakan
hajinya.

Perlu diketahui bahwa terdapat beberapa cara ibadah haji dalam Islam yaitu haji ifrad, haji
tamattu, dan haji qiran. Haji Ifrad masuk ke dalam sunah haji dengan harapan supaya para
jamaah bisa fokus. Yang dimaksud fokus di sini adalah khusyuk dan menikmati ibadah haji
tersebut.

Karena 2 cara haji lainnya dilakukan dengan cara menggabungkan antara umrah dan haji.
Ada yang digabungkan dalam satu kesempatan yaitu haji qiran. Di sisi lain ada yang
melaksanakan umrah terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan haji yaitu haji tamattu.

 Membaca Bacaan Talbiyah


Berikutnya amalan sunah jamaah haji yang sebaiknya dilakukan adalah membaca bacaaan
talbiyah. Sesuai syariat bacaan yang harus dibaca oleh jamaah ialah “Labbaik Allahumma
labbaik Labbaik laa syarika laka labbaik Innal hamda wan ni'mata laka wal mulk laa syarika
lak”.

Perlu diketahui talbiyah merupakan kata berbahasa Arab dengan makna pemenuhan
jawaban, dan pengabulan panggilan dengan niat ikhlas dari hati. Sederhananya talbiyah
merupakan bacaan yang dibaca sebagai wujud memenuhi panggilan Allah untuk
melaksanakan ibadah haji.

Ada banyak sekali keutamaan yang bisa didapatkan seorang jamaah yang membaca
talbiyah, salah satu mendapat banyak kebaikan. Berbagai kebaikan yang bisa didapat seperti
jaminan masuk surga, dihapuskan semua dosanya, dan akan mendapatkan kabar baik.

Bacaan talbiyah ini sebaiknya dibaca ketika jamaah mulai memasuki kawasan Masjidil
Haram. Berdasarkan hadis riwayat Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Abu Daud, Nasai, dan Ibnu
Majah, Nabi Muhammad selalu membaca talbiyah hingga waktunya melempar jumrah.

 Melaksanakan Thawaf Qudum

Untuk mendapatkan banyak pahala dengan mengerjakan sunah haji, jamaah bisa
mengerjakan thaqaf qudum. Thawaf ini biasanya dilakukan oleh setiap jamaah haji yang
melaksanakan ibadah haji ifrad. Siapapun yang melaksanakan sunah ini maka akan diberikan
banyak kebaikan.

Tujuan utama pelaksanaan thawaf wudum adalah sebagai salah satu bentuk penghormatan
kepada Baitullah. Bagi jamaah yang melaksanakan thawaf ini, nantinya bisa langsung
melaksanakan sa’i atau berlari kecil di antara Bukit Shafa dan Marwah.

Namun perlu diingat meski sudah melaksanakan thawaf qudum, setiap jamaah tetap wajib
melakukan thawaf ifadhah. Karena thawaf ifhadhah merupakan salah satu rukun haji yang
wajib dipenuhi, jika tidak maka hajinya akan dianggap tidak sah.

Dalam melaksanakan thawaf qudum, jamaah dianjurkan untuk melakukannya di awal bukan
di akhir. Bagi jamaah yang berasal dari luar Kota Mekkah, tawaf ini biasanya juga disebut
sebagai thawaf liqa’.

 Sholat Sunah Thawaf


Berikutnya sunah haji yang keempat adalah sholat sunah thawaf 2 rakaat. Untuk
melaksanakan sholat ini jamaah dianjurkan di belakang makam Nabi Ismail. Tetapi jika tidak
memungkinkan sholat sunah bisa dilaksanakan di Masjidil Haram atau Hijr Ismail.

Kegiatan sholat sunah thawaf 2 rakaat ini sangat dianjurkan oleh Imam An-Nawawi.
Mengenai tata caranya juga sudah diatur dalam agama Islam. Jika sholat sunah thawaf
dilakukan di siang hari, maka dianjurkan untuk membaca bacaan sholat dengan pelan atau
lirih.

Di sisi lain jika sholat sunah yang dilaksanakan di waktu malam hari, sebaiknya bacaan
dibaca dengan suara yang lantang. Tetapi jika Anda merasa khawatir bacaan yang lantang
akan mengganggu jamaah lain, maka bisa membaca bacaan sholat dengan lirih.

 Melakukan Idhtiba

Sunah jamaah haji yang berikutnya dikhususkan untuk jamaah laki-laki yaitu melakukan
idhtiba. Ketika sudah membaca niat ihram tentu semua jamaah akan menggunakan baju
ihram. Untuk laki-laki, menggunakan kain panjang tanpa jahitan.

Terdapat sunah untuk jamaah laki-laki, sebaiknya memakai kain dengan cara idhtiba. Yang
dimaksud cara idhtiba adalah membiarkan bahu sebelah kanan terbuka. Sedangkan bahu
sebelah kiri ditutup dengan baik menggunakan kain ihram.

 Melakukan Raml

Sunah di haji berikutnya juga masih dikhususkan untuk jamaah laki-laki yaitu melakukan
raml atau berjalan cepat. Jadi para jamaah laki-laki dianjurkan untuk memendekkan langkah
namun berjalan dengan cepat. Raml dilakukan pada saat 3 putaran pertama saat thawaf.

 Mencium Batu Hajar Aswad


Mengenai sunah yang satu ini tentu sudah banyak jamaah haji dan umat muslim yang
mengetahuinya. Mencium batu hajar aswad merupakan salah satu sunah jamaah haji yang
sudah sering didengar. Hal ini karena banyak jamaah yang sudah tahu tentang
keutamaannya.

Hajar aswad sendiri merupakan batu yang berada di Ka’bah dan diturunkan langsung dari
Surga. Batu tersebut pada awalnya berwarna putih saat baru diturunkan. Tetapi karena dosa
umat manusia akhirnya warna batu tersebut berubah menjadi hitam pekat.

Amalan mencium batu hajar aswad ini memiliki banyak sekali keutamaan, salah satunya
adalah menjadi saksi di hari kiamat. Jadi bagi siapapun jamaah yang mencium, menyentuh,
atau mengusap batu hajar aswad maka batu ini akan bersaksi di akhirat nanti.

Sunah dalam ibadah umroh artinya amalan penyempurna bagi pelaksanaan


ibadah umroh. Jamaah yang mengerjakan sunah umroh akan diberi pahala tapi bila
dalam pelaksanaannya ada yang tertinggal juga tidak akan membatalkan ibadah umroh
dan tidak membayar denda.

Yang termasuk amalan sunnah adalah :

1. Mandi, memotong kuku, menipiskan kumis, mencabut bulu ketiak, dan


mencukur rambut kemaluan sebelum berihram (melafazhkan niat
ihram).
2. Memakai minyak wangi setelah mandi pada badan bukan pada
pakaian, sebelum mengucapkan niat ihram. Apabila telah
mengucapkan niat ihram maka tidak boleh baginya untuk memakai
minyak wangi, baik pada pakaian maupun badan.
3. Berihram memakai dua lembar kain putih satu dijadikan selendang dan
yang satu dijadikan sarung
4. Mengucapkan talbiyah sambil meninggikan suara,

‫ ِإَّن اْل َح ْم َد َو الِّنْع َم َة َلَك َو اْل ُم ْل َك َال َش ِر ْيَك َلك‬، ‫ َلـَّبـْيَك َال َش ْر َيَك َلَك َلـَّبـْيَك‬، ‫َلـَّبـْيَك الَّلُهَّم َلـَّبـْيَك‬

“Aku memenuhi panggilan-Mu Ya Allah (sungguh) Aku memenuhi panggilan-Mu,


(sungguh) Aku memenuhi panggilan-Mu tiada sekutu bagimu, sesungguhnya seluruh
pujian kesempurnaan, dan seluruh nikmat serta kekuasaan hanya milik-Mu yang
tiada sekutu bagi-Mu.”
5. Melakukan Al-Idhthiba’ pada saat thawaf. Al-Idhthiba’ yaitu melilitkan
kain ihram ke bagian pundak kiri dan membiarkan pundak kanan
terbuka melewati bagian bawah ketiak kanan.
6. Mencium Al-Hajarul Aswad jika memungkinkan, tanpa mengganggu
atau menyakiti jama’ah haji atau umrah lainnya. Kalau tidak
memungkinkan cukup dengan menyentuhnya dengan tangan
kemudian mencium tangannya tersebut. Dan apabila juga tidak
memungkinkan maka cukup dengan memberikan isyarat dengan
lambaian tangan tanpa mengecupnya. Hal ini dilakukan setiap putaran
thawaf dengan mengucapkan takbir: Allahu Akbar. Sebagaimana dalam
hadits di atas.
7. Menyentuh Ar-Ruknul Yamani tanpa menciumnya, jika tidak
memungkinkan untuk menyentuh maka tidak disunnahkan untuk
berisyarat dengan lambaian tangan.
8. Banyak berdzikir dan berdo’a saat thawaf
9. Minum air zam-zam
10. Ketika berada di antara Ar-Ruknul Yamani dan Al-Hajarul Aswad
mengucapkan doa :
‫َر َّبَنا آِتَنا ِفي الُّدْنَيا َح َس َنًة َو ِفي اآْل ِخَر ِة َح َس َنًة َو ِقَنا َع َذاَب الَّنا‬

Yang artinya :

“Wahai Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka.” (Diolah dari berbagai sumber).

Selain itu batu hajar aswad juga diibaratkan sebagai tangan Allah SWT di muka bumi ini.
Sehingga siapapun yang mencium atau mengusapnya ia dianggap seolah sedang bersalaman
atau berbaiat dengan Allah SWT.

E. BEBERAPA LARANGAN KETIKA IHRAM HAJI DAN UMROH

Kata ihram berasal dari kata dalam bahasa Arab yang berarti mengharamkan. Dalam
konteks haji, ihram berarti masuk (mengerjakan) ibadah haji dengan mengharamkan hal-hal
yang dilarang selama berihram.

Dengan mengucapkan niat ihram maka seseorang berarti telah mulai melaksanakan haji dan
berlakulah larangan-larangannya. Ihram harus dilakukan sempurna, sebab sempurnanya
ihram akan menjadi kesempurnaan bagi ibadah hajinya. Apabila seorang jemaah tidak
melaksanakan ihram dengan sempurna maka berlaku dam atau denda yang harus
ditunaikan.
 Dasar Hukum Ihram

Ihram adalah rukun haji dan umroh pertama sebagai amalan wajib untuk dilaksanakan dan
tidak dapat diganti dengan yang lain.

"Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya
dalam bulan itu atau mengerjakan haji, maka ia tidak boleh rafats, berbuat fasik dan
berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji."

"Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekalah
dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-ku hai orang-
orang yang berakal." (QS Al-Baqarah ayat 197)

Berikut beberapa keutamaan ihram dalam rangkaian ibadah haji dan umroh.

Ihram adalah rukun haji dan umroh yang pertama dan wajib dilakukan.
Tertib dan menghindari hal yang dilarang saat ihram akan menjadi kesempurnaan dalam
ibadah haji.
Membaca talbiyah saat ihram insya Allah dapat melebur dosa-dosa dan menjadikan diri kita
seperti bayi baru lahir. (HR. Ibnu Majah)
Membaca talbiyah saat ihram seperti mendapat kabar gembira berupa surga. (HR. Thabrani
dan Sa'id bin Mansyur)
Saat talbiyah ihram, tanah dan pohon-pohon di sekeliling ikut membacanya. (HR. Ibnu
Majah, Baihaqi dan Turmudzi)
Lihat Juga :
7 Syarat Wajib Haji yang Harus Dipenuhi;

Tata Cara Ihram


Di bawah ini tata cara ihram haji yang dimulai dari miqat dan wajib dilakukan dengan
sempurna oleh setiap jemaah.

1. Ihram niat berhaji dilakukan pada saat bulan haji dan dimulai dari miqat yang sudah
ditentukan sesuai wilayah asal jemaah. Misalnya bagi jemaah Indonesia dimulai dari Jeddah.

2. Diawali dengan membersihkan diri termasuk, mandi, memotong kuku, mencukur kumis,
mencukur bulu ketiak dan kemaluan, dan mandi junub bagi wanita yang haid dan nifas.

3. Memakai pakaian ihram berwarna putih dengan ketentuan seperti berikut:

Pakaian ihram pria: Memakai dua helai kain tidak dijahit. Sehelai seperti kain panjang
dipakai sebagai sarung dan diberi ikat pinggang. Sehelai lagi untuk selendang atau selimut
yang menutup badan.
Pakaian ihram wanita: Memakai pakaian muslim biasa yang menutupi seluruh aurat, kecuali
muka dan telapak tangan.
4. Menunaikan sholat sunnah ihram dua rakaat yang diawali dengan berwudhu. Di rakaat
pertama membaca surat Al-Fatihah dan Al-Kafirun. Di rakaat kedua membaca surat Al-
Fatihah dan Al-Ikhlas.

5. Setelah sholat berangkat menuju Mekkah.

6. Membaca niat haji untuk melaksanakan salah satu dari tiga manasik.

7. Setelah ihram lanjut membaca talbiyah untuk melakukan perjalanan sebagaimana yang
dilakukan Rasulullah SAW. Berikut bacaan kalimat talbiyah:

‫ َال َش ِر ْيَك َلَك‬،‫ ِإَّن اْلَحْم َد َو الِّنْع َم َة َلَك َو اْلُم ْلَك‬،‫ َلَّبْيَك اَل َش ِرْيَك َلَك َلَّبْيَك‬،‫َلَّبْيَك الَّلُهَّم َلَّبْيَك‬

Labbaika Allahumma labbaik, labbaika laa syariika laka labbaik. Innal hamda wanni'mata
laka wal mulk, laa syariikaa laka.

Artinya: "Ya Allah aku datang memenuhi panggilanmu. Ya Allah tidak ada sekutu bagi-Mu
sesungguhnya segala puji dan kenikmatan serta kerajaan (kekuasaan) adalah milik-Mu
semua. Tidak ada sekutu bagiMu." (HR. Bukhori)

8. Selepas membaca talbiyah, jemaah haji melanjutkan rangkaian ibadahnya dan menjaga
larangan-larangan selama ihram.
Larangan dalam Ihram

Menjaga larangan-larangan selama ihram adalah kewajiban selama berhaji. Berikut


hal-hal yang dilarang dalam ihram haji, dirangkum dari buku Panduan Ibadah Haji dan
Umrah (2010).
- Bersenggama atau melakukan hal-hal yang berhubungan dengan seks dan mengundang
syahwat.
- Maksiat dan melakukan tindakan kejahatan.
- Berselisih atau bertengkar dengan orang lain.
- Wanita dilarang menggunakan cadar dan sarung tangan, sedangkan pria dilarang memakai
pakaian dijahit.
- Dilarang melangsungkan akad atau pernikahan, baik itu untuk dirinya sendiri atau menjadi
wali.
- Memotong kuku atau mencukur habis rambut.
- Memakai wewangian di badan atau pakaian bagi pria dan wanita.
Berburu dan memakan hasil buruannya.

4 Perbedaan Haji dan Umroh, Hukum hingga Miqat

Hukum Melanggar Larangan Ihram


Apabila larangan dalam ihram dilakukan, maka orang tersebut wajib membayar dam
(denda). Berikut hukum melanggar larangan ihram.

Membayar denda dengan menyembelih seekor kambing. Jika tidak mampu harus berpuasa
3 hari saat berhaji, lalu berpuasa 7 hari di tahan air serta memberi makan orang miskin.
Bila terpaksa mencukur rambut karena sakit hukumnya menyembelih seekor kambing,
puasa 3 hari dan memberi makan 6 orang miskin.
Bila bersenggama saat ihram maka gugur ibadah hajinya dan harus mengulang tahun depan.
Tapi orang tersebut tetap harus melakukan amalan haji sampai selesai dan qurban seekor
unta.
Apabila membunuh binatang buruan saat ihram, dendanya menyembelih ternak yang
sebanding dengan binatang yang dibunuhnya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tugas manusia di muka bumi ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT
sesuai dengan syari’at yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW, beribadah banyak
macamnya. Adapun yang menjadi tolak ukur seorang hamba di dalam ibadahnya
yaitu dengan melaksanakan shalat, dan sebagai penyempurna rukun Islam kita yaitu
ibadah haji. Ada beberapa kesimpulan yang dapat penulis simpulkan dari
pembahasan ini, yakni :

Shalat dan ibadah haji termasuk rukun Islam dan perintah Allah, yang wajib kita
laksanakan apabila kita mampu “Ibadah Haji”.
Apabila kita mati shalat merupakan hisaban pertama yang dilakukan dan sebagai
tolak ukur ibadah-ibadah yang lainnya. Orang yang suka melaksanakan shalat berarti
dia menegakan agama, dan orang yang tidak suka melaksanakan shalat berarti dia
menghancurkan agama.

Untuk menambah pahala ibadah shalat, kita mesti melaksanakan shalat nawafil
yakni shalat sunat, baik rawatib atau mutlak atau shalat sunat lainnya, seperti dluha,
tahajud, hajat dan lain sebagainya. Dengan meksanakan ibadah haji kita bisa
bertemu dengan umat islam yang lain dari seluruh dunia. Dengan melaksanakan
ibadah haji kita akan dibalas dengan balasan surga firdaus dan itu untuk haji yang
mabrul.

B. SARAN

Demikian makalah haji dan umroh semoga dapat memberikan informasi dan
wawasan mengenai haji dan umroh. Semoga dengan adanya makalah ini, penulis
dapat terus melengkapi kekurangan isi makalah supaya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi di waktu yang akan datang. Diharapkan pada pembaca dapat
memberikan kritik serta saran guna perbaikan makalah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fakhruddin dkk, 2003, Al-Quran dan Terjemahannya, Gema Risalah Pers,
Bandung.
Maulana Ilyas, Sunnah-Sunnah Rasul 24 jam, Pustaka Antafani, Bandung.
Moh. Rifa’i, 1996, 300 Hadits Bekal Dakwah, Wicaksana, Semarang.
Rs. Abd. Aziz, 1991, Fiqih, Wicaksana, Semarang.
Salim bin Samir, Kapal Penyelamat, PT Hasanah, Jakarta.
Syekh Aby Syuja’i, 1967, Fathurqarib, Thaha Putra, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai