Nim : 1143310018
Dosen Pengampu :
1. Islam.
2. Baligh.
3. Berakal sehat.
4. Merdeka.
6. Selama menunaikan ibadah haji memiliki nafkah yang cukup untuk keluarga yang
ditinggalkannya.
1. Beragama Islam
2. Telah aqil baligh (dewasa dan berakal sehat), meskipun Anda dapat mengajak
anak-anak untuk melakukannya, namun umroh yang sah tetaplah bagi mereka
yang telah akil baligh. Namun perjalanan umroh bagi anak-anak dapat dianggap
sebagai sarana edukasi pendidikan agama Islam
4. Ishtitho'ah (mampu)
5.
Adapun rukun-rukun haji itu wajib dilakukan dalam pelaksanaan ibadah adalah :
1. Ihram.
2. Wukuf di Arafah.
3. Tawaf ifadah.
5. Tahallul.
6. Tertib.
1. Niat Ihram
1. Memulai ihram dari miqat yang telah ditentukan untuk melakukan ibadah haji.
2. Melempar jumrah
4. Mabit di Madinah
5. Mencukur rambut
6. Tawaf wada
5. Macam-macam miqat
Miqat Zamani
Miqat Zamani adalah miqat yang berhubungan batas waktu, yaitu kapan atau
pada tanggal dan bulan apa hitungan haji dimulai.
Miqat Makani
Miqat Makani adalah Miqat berdasarkan peta atau tanah geografis, tempat
seseorang harus mulai menggunakan pakaian Ihram untuk melintas batas tanah suci
dan berniat hendak melaksanakan ibadah haji dan Umrah. Miqat makani antara lain :
1. Bir Ali (disebut juga Dzul Hulaifah), letaknya sekitar 12 km dari Madinah.
merupakan miqat bagi orang yang datang dari arah Madinah.
2. Al-Juhfah, suatu tempat yang terletak antara Mekah dan Madinah, sekitar 187 km
dari Mekah, dan merupakan miqat bagi jamaah yang datang dari Syam (Suriah),
Mesir dan Maroko atau yang searah. Setelah hilangnya ciri-ciri Al-Juhfah. Miqat
ini diganti dengan miqat lainnya yakni Rabigh, yang berjarak 204 km dari Mekah.
4. Zatu Irqin, suatu tempat miqat yang terletak di sebelah utara Mekah, berjarak 94
km dari Mekah. Zatu Irqin merupakan miqat bagi jamaah dari Irak dan yang
searah.
1. Dam Hadyu.
Yaitu dam yang di wajibkan bagi mereka yang melaksanakan haji Tamattu
atau haji Qiran , dan jika tidak mampu membeli binatang hadyu, maka wajib
melaksanakan puasa selama 10 hari. Tiga hari dilakukan pada masa haji dan yang
tujuh hari dilakukan setelah pulang ke kampung halaman.
"Maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan
haji), (wajiblah ia menyembelih) binatang hadyu yang mudah didapat. Tetapi jika ia
tidak menemukan (binatang hadyu atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari
dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apa-bila kamu telah pulang kembali"
Yaitu dam yang di wajibkan atas seseorang yang sedang dalam ihram, lalu
mencukur rambutnya karena sakit atau sesuatu yang mengganggu kepalanya, seperti
kutu dan lain sebagainya.
3. Dam jazaa
Yaitu dam yang wajib dibayar oleh orang yang sedang berihram bila membu-nuh
binatang buruan darat. Adapun bina-tang buruan laut, maka tidak ada dendanya.
4. Dam ihsar
5. Dam jima
Dam yang wajib dibayar oleh jama'ah haji yang tertahan atau terkepung
sehingga tidak dapat menyempurnakan manasik hajinya, baik tertahannya disebabkan
karena sakit, terhalang oleh musuh atau sebab-sebab lainnya, sementara dia tidak
mengucapkan persyaratannya pada awal ihramnya.
5.
Dalam kitabnya "Ahkaamul Hajj" Syaikh 'Abdullah bin Ibrahim al-Qar'awi
menuturkan: "Adapun orang yang mengerjakan hal-hal yang menjerumuskan kepada
jima' (senggama), maka wajib bagi-nya menyembelih seekor kambing untuk para fuqara'
yang bermukim di tanah Haram. Adapun jima', apabila dilakukan sebelum tahallul yang
pertama (sebelum melempar jumratul 'Aqabah,-Pent), maka perbuatan itu merusak
(membatalkan) ibadah hajinya, hanya saja ibadah tersebut wajib disempurnakan dan
wajib bagi pelakunya menyembelih seekor unta untuk dibagikan kepada para fuqara' di
tanah suci. Apabila tidak mendapatkan/tidak mampu, maka wajib berpuasa selama se-
puluh hari, tiga hari pada masa haji dan tujuh hari jika telah kembali kepada ke-luarganya.
Hal ini berdasarkan pada pendapat 'Umar (bin al-Khaththab), 'Ali (bin Abi Thalib) dan
Abu Hurairah Radhiallaahu anhu , se-bagaimana yang diriwayatkan oleh Malik dan yang
lainnya. Demikian pula pendapat tersebut adalah pendapat 'Abdullah bin 'Abbas,
'Abdullah bin 'Umar dan 'Abdul-lah bin 'Amr bin al-'Ash Radhiallaahu anhu ,
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ahmad, al-Hakim serta ad-Daruqthni dan yang
lainnya dari mereka."