Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HAJI DAN UMRAH

Dosen Pengampu: Drs. Madi M.A

DISUSUN OLEH :

SYAKINA MARDATULLAH (042201032)

WILDA ASRIANI (042201037)

UMMI SALWAH SAIMAN (042201045)

FATHUR RAHMAT (042201048)

RAHMAN SELFARA (042201062)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

BAUBAU

2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang berkat
anugerah dari-NYA penyusun mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Haji
dan Umrah”. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan agung Nabi
Besar Muhammad SAW yang menjadi rahmat bagi alam semesta. Tidak lupa pula
penyusun mengucapkan terimakasih kepada Pak Madi selaku dosen mata kuliah
Fiqhi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan dan
pengetahuan penyusun.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi semua pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Baubau, 23 Mei 2023

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii


DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 4
A. Latar Belakang ...................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 6
A. Pengertian Haji dan Umrah ................................................... 6
B. Syarat-Syarat Wajib Haji dan Umrah ................................... 6
C. Rukun Haji dan Umrah ......................................................... 7
D. Kewajiban-Kewajiban Dalam Haji ....................................... 11
E. Sunah Haji dan Umrah .......................................................... 12
F. Cara Pelaksanaan Haji dan Umrah ........................................ 12
G. Beberapa Larangan Haji dan Umrah ..................................... 15
H. Hal Yang Membatalkan Haji dan Umrah.............................. 15
BAB III PENUTUPAN ........................................................................... 16
A. Kesimpulan ........................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Haji dan umrah adalah dua ibadah yang memiliki peran sentral
dalam kehidupan umat muslim. Haji merupakan salah satu dari lima rukun
islam dan merupakan salah satu ibadah yang diwajibkan bagi mereka yang
memiliki kemampuan fisik dan keuangan. Umrah disisi lain adalah ibadah
yang sangat dianjurkan dan dapat dilakukan kapan saja sepanjang tahun.
Kedua ibadah ini memiliki akar yang dalam sejarah islam dan memiliki
signifikansi yang besar dalam kehidupan pribadi dan sosial umat muslim.
Sejak zaman nabi Ibrahim dan nabi Ismail, haji telah menjadi tradisi yang
diwariskan dan dilaksanakan oleh generasi umat muslim. Perjalanan nabi
Ibrahim yang diabadikan dalam pembangunan ka’bah dan pengorbanan
yang diikuti oleh nabi Ismail menjadi dasar dari praktik haji yang dilakukan
saat ini. Haji menjadi momen kesatuan dan persaudaraan umat muslim dari
seluruh penjuru dunia yang berkumpul di Tanah Suci Mekkah untuk
melaksanakan serangkaian ritus yang memiliki makna mendalam. Selain
haji, umrah juga memiliki sejarah yang kaya dalam agama islam. Umrah
adalah kesempatan bagi umat muslim untuk mengunjungi ka’bah,
melakukan tawaf dan sa’i, serta memperdalam hubungan mereka dengan
Allah. Meskipun umrah tidak memiliki status wajib, ribuan umat muslim
dari berbagai belahan dunia melakukan perjalanan ke Mekkah setiap tahun
untuk menjalankan ibadah ini, mencari pahala dan keberkahan.
Perkembangan zaman telah memberikan pengaruh pada
pelaksanaan haji dan umrah. Perkembangan aksesbilitas, transportasi yang
lebih baik, dan kemajuan teknologi telah mempengaruhi cara ibadah ini
dilakukan. Namun, inti dari haji dan umrah tetap tidak berubah, yaitu
mencari keberkahan dan mendekatkan diri kepada Allah.

4
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian haji dan umrah
2. Apa saja syarat-syarat wajib haji dan umrah?
3. Apa saja rukun haji dan umrah?
4. Apa kewajiban-kewajiban dalam haji?
5. Apa saja sunah haji dan umrah?
6. Bagaimana cara pelaksanaan haji dan umrah?
7. Apa saja yang menjadi larangan dalam melakukan haji dan umrah?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian haji dan umrah
2. Mengetahui syarat-syarat wajib haji dan umrah
3. Mengetahui rukun haji dan umrah
4. Mengetahui kewajiban-kewajiban dalam haji
5. Mengetahui sunah haji dan umrah
6. Mengetahui tata cara pelaksanaan haji dan umrah
7. Mengetahui beberapa larangan haji dan umrah

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Haji dan Umrah


1. Pengertian Haji
Haji adalah berangkat ke Baitullah untuk menunaikan ibadah yang
sudah ditentukan oleh Allah SWT. Pengertian lain dari haji ialah
berangkat beribadah ke tanah suci untuk menunaikan tawaf, sa’i, dan
wukuf di padang Arafah dan menunaikan semua ketetapan haji di bulan
Zulhijah.
2. Pengertian Umrah
Umrah ialah berangkat ke Baitullah dengan kemauan berserah diri
kepada Allah SWT. Dengan melengkapi syarat terbatas yang waktunya
tidak ditetapkan seperti halnya haji.
B. Syarat-Syarat Wajib Haji dan Umrah
Berikut adalah penjelasan mengenai syarat-syarat wajib haji dan
umrah:
Syarat wajib haji:
1. Islam: Calon jamaah haji harus beragama islam. Haji hanya
diperuntukan bagi umat muslim.
2. Baligh: Calon jamaah haji harus telah mencapai usia baligh
(dewasa) pada saat melakukan ibadah haji. Usia baligh biasanya
ditetapkan berdasarkan hukum syariat yang berlaku di negara
masing-masing.
3. Berakal: Calon jamaah haji harus dalam keadaan berakal atau
sehat mental yang cukup untuk memahami arti dan konsekuensi
dari ibadah haji yang dijalankan.

6
4. Merdeka: Calon jamaah haji harus dalam keadaan merdeka,
artinya tidak dalam perbudakan atau ketergantungan yang
menghalangi pelaksanaan ibadah haji.
5. Sehat Jasmani dan Mampu: Calon jamaah haji harus dalam
keadaan sehat jasmani dan mampu secara fisik untuk
menjalankan rangkain haji. Ini termasuk kemampuan berjalan
dalam perjalanan panjang, berdiri untuk waktu yang lama, dan
melakan ritual-ritual haji lainnya.
6. Keungan yang Cukup: Calon jamaah haji harus memiliki
keungan yang cukup untuk membiayai perjalanan haji serta
memberi nafkah kepada keluarganya selama kepergian. Hal ini
termasuk biaya transportasi, akomodasi, makanan, dan lain-lain.
Syarat wajib Umrah:
1. Islam: Calon jamaah haji harus beragama islam. Umrah juga
hanya diperuntukkan bagi umat muslim.
2. Baligh: Calon jamaah umrah harus telah mencapai usia baligh
(dewasa) pada saat melakukan ibadah umrah.
3. Berakal: Calon jamaah umrah harus dalam keadaan berakal atau
sehat mental yang cukup untuk memahami arti dan konsekuensi
dari ibadah umrah yang dijalankan.
4. Merdeka: Calon jamaah umrah harus dalam keadaan meerdeka,
artinya tidak dalam perbudakan atau ketergantungan yang
menghalangi pelaksanaan ibadah umrah.
5. Keuangan yang Cukup: Calon jamaah umrah harus memiliki
keuangan yang cukup untuk membiayai perjalanan umrah,
termasuk biaya transportasi, akomodasi, makanan, dan lain-lain.
C. Rukun Haji dan Umrah
Rukun haji dan umrah adalah rangkaian amalan yang wajib
dilakukan oleh jamaah haji dan umrah. Sebab, pelaksanaan rukun
tersebut menentukan keabsahan dari ibadah haji dan umrah yang tengah
dikerjakan.

7
1. Rukun Haji
Rukun haji adalah sebuah syarat yang harus dilaksanakan
oleh setiap jamaah haji.
a. Ihram
Rukun haji yang pertama adalah ihram. Ihram atau yang
dimaksud dengan berihram adalah keadaan suci yang menandai
dimulainya ritual haji untuk setiap jamaah. Rukun haji ihram ini
diawali dengan membaca niat sampai mengenakan pakaian
ihram sebagai penutup aurat dan selalu menjaga kebersihan.
Ihram yang menjadi rukun haji ini dibedakan dari ihram laki-
laki dan ihram perempuan. Pakaian ihram laki-laki terdiri atas
dua lebar kain yang digunakan dengan cara diikat dibagian
bawah dan diselempangkan kebadan. Sementara itu, untuk kaun
perempuan cukup menggunakan pakaian biasa yang bersih dan
tidak boleh menutup muka dan telapak tangan.
b. Wukuf di Padang Arafah
Rukun haji berikutnya adalah melaksanakan wukuf di
padang Arafah. Wukuf merupakan kegiatan inti dari proses
pelaksanaan ibadah haji, waktu yang mana semua jamaah haji
berkumpul di padang Arafah untuk melaksanakan ibadah
dengan optimal. Waktu wukuf diawali ketika tergelincirnya
matahari atau masuk waktu dzuhur pada tanggal 9 Dzulhijjah
sampai terbitnya fajar di hari berikutnya yaitu tanggal 10
Dzulhijjah.
c. Tawaf Ifadah
Tawaf adalah rukun haji ketika yang perlu dilaksanakan
setelah berihram dan wukuf di Arafah. Tawaf adalah ritual
berjalan mengelilingi ka’bah sebanyak 7 putaran melawan arah
jarum jam. Tawaf ifadah dilaksanakan setelah para jamaah
berada di Mina untuk melempar jumrah, kemudian kembali ke
Mekkah.

8
d. Sa’i
Sa’i dalam rukun ibadah haji adalah sebuah aktivitas berjalan
kaki atau berlari-lari kecil secara bolak-balik sebanyak tujuh
putaran dari bukit Shafa ke Marwah, begitu pula sebaliknya.
Tapi untuk jamaah yang sedang sakit atau tidak kuat berjalan,
maka boleh untuk melakukan rukun haji tersebut dengan
memakai kursi roda sendiri. Namun, bila jemaah haji tidak
sanggup untuk sendiri, bisa meminta bantuan yang sudah
disediakan oleh pihak Masjidil Haram. Ketika melintasi
kawasan antara bukit shafa dan marwah, jamaah haji laki-laki
disunahkan untuk berlari-lari kecil. Sementara untuk jemaah
perempuan disunahkan untuk berjalan cepat.
e. Tahallul
Setelah melaksanakan Sa’i jamaah haji akan melaksanakan
rukun haji berikutnya yang bernama Tahallul. Tahallul adalah
memotong rambut. Untuk laki-laki, paling sedikit menggunting
tiga helai rambut, sementara untuk jamaah haji perempuan
cukup menggunting ujung rambutnya dan paling sedikit tiga
helai juga. Bila sudah melaksanakan rukun haji yang satu ini,
maka berbagai macam larangan dalam masa ihram sudah
diperbolehkan atau dihalalkan. Setelah ini, para jamaah pun
diperbolehkan untuk mengganti pakaian ihram menjadi pakaian
biasa.
f. Tertib
Rukun haji yang terakhir tapi tidak kalah penting adalah
tertib. Dengan kata lain, semua rukun haji dan umrah hendaknya
dilaksanakan dengan tertib dan berurutan sesuai dengan apa
yang sudah dijelaskan seblumnya.

9
2. Rukun Umrah
Rukun Umrah adalah elemen-elemen inti atau pilar-pilar
penting yang harus dilakukan dalam melaksanakan ibadah umrah.
Rukun umrah melibatkan serangkaian tindakan yang harus
dilakukan oleh seorang muslim untuk memenuhi persyaratan ibadah
umrah yang sah. Berikut ini adalah pengertian dari setiap rukun
umrah:
a. Niat/Ihram
Semua kegiatan pasti diawali dengan niat, termasuk ibadah
umrah. Dalam ibadah umrah, niat ini diberi istilah ihram. Orang
yang melakukan ibadah umrah menggunakan pakaian ihram
(tanpa jahitan) dan melafadzkan niat dari Miqat (titik awal
memulai ibadah umrah).
b. Tawaf
Rukun umrah selanjutnya adalah tawaf. Tawaf yakni
mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali. Titik awal tawaf ini
dimulai dari Hajar Aswad dan dianjurkan untuk mengusap Hajar
Aswad ketika melewatinya. Bila tidak memungkinkan
mengusap Hajar Aswad, jamaah diperebolehkan dengan hanya
memberi isyarat berupa lambaian tangan ke arah Hajar Aswad.
Ketika melakukan Tawaf kita diperbolehkan pula untuk
berdzikir maupun melafadzkan doa atau harapan yang dimiliki.
c. Sa’i
Sa’i adalah berlari-lari kecil dari bukit Shafa ke bukit
Marwah. Rukun umrah yang satu ini dilakukan sebanyak tujuh
kali. Tidak ada doa yang wajib dibacakan, sehingga dalam
melakukan Sa’i kita diperebolehkan untuk memanjatkan doa
yang diinginkan. Rangkaian ibadah Sa’i ini berasal dari kisah
Siti Hajar ketika mencarikan minum bagi Ismail saat masih
kecil. Istri nabi Ibrahim itu berlari bolak-balik mencari air dari
sumber mata air yang kini dikenal dengan mata air zam-zam.

10
d. Tahallul
Rukun umrah yang berikutnya adalah tahallul. Tahallul
bermakna melepaskan diri dari larangan ihram seperti mencukur
rambut atau menggunting rambut paling sedikit tiga helai
rambut. Tahallul ini dilakukan diluar Masjidil Haram dekat bukit
Marwah. Setelah melakukan Tahallul, jamaah bebas dari
larangan ketika menunaikan ibadah umrah.
e. Tertib
Rukun umrah yang terakhir adalah tertib. Tertib memiliki
maksud bahwa para jamaah umrah harus melaksanakan segala
rukun umrah satu persatu atau sesuai urutan dan aturan yang
ditetapkan.
D. Kewajiban-Kewajiban Dalam Haji
Seiap muslim yang mengerjakan haji wajib memperhatikan hal-hal
yang diwajibkan Allah kepadanya, seperti selalu shalat 5 waktu dengan
berjamaah , memerintahkan kebaikan, melarang kemungkaran, menyerukan
kepada jalan Allah dengan hikmah nasehat yang baik serta menghindari
segala yang diharmkan Allah. Allah berfirman: “Barang siapa yang
menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak
boleh rafats, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan dalam masa pengerjaan
haji.”(QS. Al-Baqarah:197)
Nabi Muhammad SAW Bersabda: “Barangsiapa haji dan dia tidak
rafats dan tidak berbuat fasik, maka dia kembali seperti hari dia dilahirkan
ibunya.”(HR. Ahmad, Bukhari, Nasa’i, dan Ibnu Majah). Adapun maksud
rafats adalah bersenggama ketika dalam ihram dan hal-hal yang mengarah
kepadanya, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Sedangkan fasik
adalah semua perbuatan maksiat. Karena kewajiban setiap muslim harus
selalu bertakwa kepada Allah dan menjauhi hal-hal yang diharamkan-Nya,
maka jika seseorang sedang di tanah suci dan melaksanakan ibadah haji,
kewajiban Allah kepadanya menjadi lebih besar dan lebih berat, dan dosa
melakukan apa yang diharamkan Allah juga menjadi lebih besar dan lebih

11
berat atas dia. Tapi orang yang sedang haji boleh melakukan jual-beli dan
hal-hal lain, berupa ucapan dan perbuatan yang dihalalkan Allah.
E. Sunnah Haji dan Umrah
Sunah dalam ibadah merupakan penyempurna. Maka, melakukan
sunah dalam ibadah haji dan umrah sangat dianjurkan dan rugi jika
ditinggalkan. Berikut merupakan beberapa sunah haji dan umrah:
1. Melaksanakan haji Tamattu’
2. Memperbanyak baca Talbiyah
3. Thawaf Qudum
4. Shalat sunah Tawaf
5. Mandi Ihram
6. Berpakaian Ihram
7. Minum air Zamzam
8. Mabit (bermalam) di Mina-8 Dzulhijjah
F. Cara Pelaksanaan Haji dan Umrah
Tata cara pelaksanaan ibadah haji meliputi rukun dan wajib haji .
Adapun tata cara pelaksanaan ibadah haji adalah sebagai berikut:
1. Ihram dan Miqat
Ihram dan Miqat adalah batas waktu dan tempat dalam pelaksanaan
ibadah haji dan umrah. Miqat sendiri dibagi menjadi dua, yaitu Miqat
Zamani (batas waktu) dan Miqat Makani (batas tempat).
Batas waktu pelaksanaan ibadah haji adalah pada bulan Syawal,
Zulkaidah, dan Zulhijjah. Adapun batas tempat untuk memulai ibadah
haji terletak dibeberapa kota dan tergantung dari arah kedatangan
jamaah haji.
Sedangkan ihram adalah berniat untuk mengerjakan ibadah haji
dengan memakai pakaian ihram dan meninggalkan semua yang dilarang
atau diharamkan dalam pelaksanaan ibdah haji. Sebelum memakai
ihram, jamaah dianjurkan untuk memotong rambut, kuku, mandi sunnah
ihram, berwudhu, dan lain sebagainya.

12
2. Wukuf di Padang Arafah
Wukuf adalah hadir atau berkumpul di padang Arafah hanya
beberapa saat dan sifatnya wajib bagi jamaah haji. Pelaksanaan wukuf
dimulai sejak tergelincir matahari (setelah Dzhur) pada tanggal 9
Zulhijjah sampai menjelang waktu subuh pada tanggal 10 Zulhijjah.
Wukuf diawali dengan mendengarkan khutbah wukuf oleh imam
yang ditunjuk, kemudian mengerjakan shalat dzuhur dan ashar yang
dijamak takdim dan qasar. Selama menunggu masuk waktu wukuf,
jamaah haji dianjurkan untuk banyakn berdzikir kepada Allah dengan
membaca takbir, tahmid, dan istighfar.
3. Menginap atau Mabit di Muzdalifah
Muzdalifah adalah sebuah tempat yang terletak antara Arafah dan
Mina. Setelah tengah malam, jamaah haji berangkat dari Arafah menuju
Mina. Sesampainya di Muzdalifah, jamaah haji berhenti sebentar,
amalan ini disebut dengan mabit. Bagi jamaah haji yang datang sebelum
tengah malam, diwajibkan menunggu sampai tengah malam sebab
waktu pelaksanaan mabit adalah dari tengah malam sampai terbit fajar.
Ketika di Muzdalifah, para jamaah haji mengerjakan beberapa hal, yaitu
sebagai berikut:
a. Membaca Talbiyah
b. Berdzikir, beristighfar, dan berdoa
c. Membaca Al-Quran
d. Mencari kerikil sebanyak 7 butir

Kerikil yang digunakan untuk melempar jumrah dapat diambil


dimana saja, tetapi disunnahkan mengambilnya di Muzdalifah.
Selain itu, jemaah haji yang tidak melakukan mabit di Muzdalifah
harus membayar dan sesuai dengan ketentuan.

13
4. Melontar Jumrah Aqabah
Jumrah aqabah adalah sebuah tugu batu yang terletak di Bukit
Aqabah di Mina. Melontar jumrah aqabah dilakukan setelah fajar
menyinsing atau siang hari pada tanggal 10 Zulhijah dengan
menggunakan kerikil sebanyak 7 butir. Setelah melontar jumrah aqabah,
jamaah haji melaksanakan penyembelihan hewan qurban.
5. Tawaf Ifadah
Bagi jamaah haji yang ingin melakukan tawaf ifadah pada hari itu
juga (10 Zulhijjah) dapat langsung pergi ke Mekkah untuk melakukan
tawaf. Jamaah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali dimulai dari
arah yang sejajar dengan Hajar Aswad dan berakhir disana pula.
6. Sa’i
Sa’i adalah berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah sebanyak
tujuh kali. Pelaksanaan sa’i dilakukan dari Safa ke Marwah atau
sebaliknya. Sa’i yang dilakukan dari Marwah ke Safa dihitung satu kali
dan diakhiri di Marwah.
7. Tahallul
Tahallul ialah keadaan seseorang yang telah dihalalkan (dibolehkan)
untuk melakukan perbuatan yang sebelumnya dilarang selama berihram.
Tahallul dilakukan dengan cara mencukur atau menggunting rambut
paling sedikit tiga helai rambut.
8. Menginap atau Mabit di Mina
Apabila telah mengerjakan tahallul kedua, jamaah haji kembali
menuju Mina untuk mabit selama hari tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan
13 Zulhijjah. Jika matahari telah tergelincir, setiap hari jamaah haji
melontar tiga jumrah sebanyak tujuh kali. Tiga jumrah tersebut adalah
ula, wusta, dan aqabah.
Jamaah boleh meninggalkan Mina pada tanggal 12 Zulhijjah setelah
melempar jumrah. Hal ini disebut dengan nafar awwal. Bagi jemaah haji
yang meninggalkan Mina pada 13 Zulhijjah, itu lebih sempurna. Dengan
demikian, jamaah haji tersebut melontar jumrah selama tiga hari dalam

14
hari tasyrik. Hal ini disebut dengan nafar tsani. Setelah itu, jamaah haji
kembali ke Mekkah dan seluruh rangkaian ibadah haji sudah di
kerjakan.
Tata cara pelaksanaan ibdah umrah:
1. Membersihkan diri dengan mandi junub
2. Menggunakan pakaian ihram dan niat dari Miqat
3. Membaca Talbiyah selama perjalanan menuju Mekkah
4. Masuk Masjidil Haram dan mencium Hajar Aswad
5. Tawaf sebanyak tujuh kali
6. Shalat 2 rakaat didepan makam nabi Ibrahim
7. Beriatirahat dan minum air Zamzam
8. Melakukan sa’i sebanyak tujuh kali
9. Bertahallul sampai selesai
G. Beberapa Larangan Haji dan Umrah
Jadi larangan-larangan haji menurut pendapat Ulama Syafi’iyah
yang muktamad adalah sebagai berikut:
1. Mengenakan pakaian berjahit
2. Menutup kepala bagi laki-laki
3. Menutup wajah bagi perempuan
4. Mencukur rambut atau bulu
5. Memotong kuku
6. Mengenakan wewangian
7. Membunuh binatang buruan
8. Melangsungkan akad nikah
9. Berhubungan badan
10. Bermesraan dengan syahwat
H. Hal Yang Membatalkan Ibadah Haji dan Umrah
Hal-hal yang dapat membatalkan ibdah haji / umrah yaitu:
1. Melanggar aturan ihram
2. Meniggalkan salah satu rukun haji / umrah
3. Jima’ saat ihram

15
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Makalah ini membahas mengenai ibadah haji dan umrah,
dua ibadah penting dalam agama islam yang dilakukan oleh
umat muslim dari seluruh dunia. Haji merupakan salah satu dari
lima rukun islam dan diwajibkan bagi setiap muslim yang
mampu secara fisik, finansial, dan logistik untuk
melaksankannya. Sementara itu, umrah merupakan ibadah yang
dianjurkan dan dapat dilakukan oleh umat muslim kapanpun
selama setahun.
Ibadah haji umrah memiliki beberapa persamaan dan
perbedaan. Keduanya melibatkan tawaf disekitar ka’bah,
melakukan sa’i antara bukit Safa dan Marwah, serta memasuki
keadaan ihram. Namun, ada perbedaan dalam skala, waktu, dan
tata cara pelaksanaannya. Haji dilaksanakan pada tanggal-
tanggal tertentu dalam bulan Dzulhijjah dan melibatkan
rangkaian ritual yang lebih kompleks, sedangkan umrah dapat
dilakukan kapan saja selama setahun dan memiliki rangkaian
ritual yang lebih sederhana.
Makalah ini juga membahas kewajiban-kewajiban dalam
haji, termasuk ihram, wuquf di Arafah, tawaf ifadah, sa’i antara
Safa dan Marwah, Mabit di Muzdalifah, melempar jumrah, serta
menjaga tertib haji. Kewajiban-kewajiban ini harus
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, ketundukan, dan
keikhlasan sebagai bentuk ibadah kepada Allah.

16
Melaksanakan haji dan umrah memiliki nilai spritual yang
tinggi bagi umat Muslim. Ibadah ini menjadi sarana untuk
meningkatkan keimanan, ketaqwaan, dan kesadaran akan
kebesaran Allah. Selain itu, haji juga merupakan ajang persatuan
umat muslim dari berbagai negara, dimana mereka berkumpul di
Mekkah sebagai bentuk persaudaraan dan kesatuan umat islam.
Makalah ini memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang makna, tujuan, dan tata cara pelaksanaan ibadah haji dan
umrah. Dengan memahami esensi dari ibadah ini, diharapkan
umat muslim dapat melaksanakannya dengan benar, ikhlas, dan
mendapatkan manfaat spritual yang maksimal.
Dalam kesimpulannya, makalah ini menggarisbawahi
pentingnya ibadah haji dan umrah sebagai sarana mendekatkan
diri kepada Allah, menigkatkan spritualitas, dan memperkuat
persatuan umat muslim. Dengan melaksanakan kewajiban-
kewajiban dalam haji dan umrah, umat muslim dapat meraih
pahala dan berkah yang besar serta menemukan kedamaian dan
ketenangan dalam ibadah mereka.

17
DAFTAR PUSTAKA

As Suhuili, A Solihin. 2018. Tuntunan Super Lengkap Haji & Umrah.


Jakarta: Cahaya Ilmu
Basyanfar, Syaikh Sa’d bin Abdul Qodir. 2006. Al Mughnie: Tuntunan
Manasik Haji dan Umrah Terlengkap. Bandung: I-Dea Publishing
Maksum, M. Syukron. 2013. Bimbingan Lengkap Haji dan Umrah,
(Yogyakarta: Al-Barokah)

18

Anda mungkin juga menyukai