Anda di halaman 1dari 26

HAJI

(Pengertian haji dan dasar hokum pelaksanaannya, Syarat wajib haji dan rukun haji,
Sunnah haji, Dam atau denda bagi yang melanggar larangan di dalam ihram,
Berziarah ke Madinah, Hikmah pelaksanaan ibadah haji, Umrah)

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Fiqih
Ibadah Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah

Oleh:

MITA SABRINA

862312021051

Dosen Pengampu:

Dr. Sarifa Nursabaha, S.Pd.,M.Pd.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
kesehatan dan kesempatan dalam rangka menyelesaikan kewajiban saya sebagai
mahasiswi, yakni dalam bentuk tugas yang diberikan oleh Ibu Dosen dalam rangka
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kami.

Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar


Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju ke alam
yang terang benderang. Ucapan terima kasih kepada Ibu selaku dosen pengampu pada
mata kuliah FIQIH IBADAH ini yang telah memberikan bimbingan serta arahan
sehingga makalah yang berjudul “HAJI” ini selesai tepat waktu.

Adapun dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, oleh sebab itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dalam rangka perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Robbal „Alamin

Watampone,05 juli 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................1

A. Latar belakang.............................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................2
C. Tujuan penulisan.........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................3

A. Pengertian haji dan dasar hukum pelaksanaannya......................3


B. Syarat wajib haji dan rukun haji..................................................5
C. Sunnah haji .................................................................................8
D. Dam atau denda bagi yang melanggar larangan di dalam ihram 9
E. Berziarah ke Madinah ................................................................12
F. Hikmah pelaksanaan ibadah haji.................................................17
G. Umrah .........................................................................................18

BAB III PENUTUP...............................................................................21

A. Kesimpulan .................................................................................21
B. Saran ...........................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Agama Islam bertugas mendidik dzahir manusia, mensucikan jiwa manusia,


dan membebaskan diri manusia dari hawa nafsu. Dengan ibadah yang tulus ikhlas dan
aqidah yang murni sesuai kehendak Allah, insya Allah akan menjadi orang yang
beruntung. Ibadah dalam agama Islam banyak macamnya. Haji dan umroh adalah
salah satunya. Haji merupakan rukun iman yang kelima setelah syahadat, sholat,
zakat, dan puasa. Ibadah haji adalah ibadah yang baik karena tidak hanya menahan
hawa nafsu dan menggunakan tenaga dalam mengerjakannya, namun juga semangat
dan harta.

Haji secara etimologis berasal dari bahasa Arab yaitu: al-hajju yang berarti:
al-qashdu yaitu menyengaja atau menuju, bermaksud, berniat pergi atau berniat untuk
mendatangi seseorang yang dipandang mulia. Adapun yang dimaksud dengan berniat
dalam pengertian ini ialah berniat untuk melakukan sesuatu yang baik di tempat
tertentu, karena tempat itu dipandang mulia atau terhormat. Secara terminologis, haji
adalah apabila seseorang mengunjungi orang lain yang dipandang mulia atau
terhormat.

Dalam mengerjakan haji, diperlukan penempuhan jarak yang demikian jauh


untuk mencapai Baitullah, dengan segala kesukaran dan kesulitan dalam perjalanan,
berpisah dengan sanak keluarga hanya dengan satu tujuan untuk mencapai kepuasan
batin dan kenikmatan rohani.

Untuk memperdalam pengetahuan kita, kami mencoba memberi penjelasan


secara singkat mengenai pengertian haji dan dasar hukum pelaksanaannya, syarat
wajib dan rukun haji, Sunnah haji, dam atau denda bagi yang melanggar larangan di
dalam ihram, berziarah ke Madinah, hikmah pelaksaan ibadah haji, dan umrah.

iv
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian haji dan dasar hukum pelaksanaannya?
2. Apa syarat wajib dan rukun haji?
3. Apa saja Sunnah haji?
4. Apa dam atau denda bagi yang melanggar larangan di dalam ihram?
5. Bagaimana cara berziarah ke Madinah ?
6. Apa hikmah pelaksaan ibadah haji?
7. Apa itu umrah?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian haji dan dasar hukum pelaksanaannya
2. Untuk mengetahui syarat wajib dan rukun haji
3. Untuk mengetahui Sunnah haji
4. Untuk mengetahui dam atau denda bagi yang melanggar larangan di dalam
ihram
5. Untuk mengetahui cara berziarah ke Madinah
6. Untuk mengetahui hikmah pelaksaan ibadah haji
7. Untuk mengetahui apa itu umrah

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian haji dan dasar hukum pelaksanaannya


1. Pengertian haji

Haji adalah mengunjungi Baitullah (Ka'bah) di Mekah untuk melakukan amal


ibadah tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula. Ibadah Haji merupakan salah satu
dari rukun Islam. yakni pada rukun yang kelima yang wajib dikerjakan bagi setiap
muslim, baik itu laki-laki maupun perempuan yang mampu dan telah memenuhi
syarat. Orang yang melakukan ibadah haji wajib memenuhi ketentuan-ketentuannya.1

Dari segi bahasa haji berarti menyengaja, dari segi syar'i haji berarti menyengaja
mengunjungi Ka'bah untuk mengerjakan ibadah yang meliputi thawaf, sa'i, wuquf dan
ibadah-ibadah lainnya untuk memenuhi perintah Allah SWT dan mengharap
keridlaan-Nya dalam masa yang tertentu.

Haji secara etimologis berasal dari bahasa Arab yaitu: al-hajju yang berarti: al-
qashdu yaitu menyengaja atau menuju, bermaksud, berniat pergi atau berniat untuk
mendatangi seseorang yang dipandang mulia. Adapun yang dimaksud dengan berniat
dalam pengertian ini ialah berniat untuk melakukan sesuatu yang baik di tempat
tertentu, karena tempat itu dipandang mulia atau terhormat. Secara terminologis, haji
adalah apabila seseorang mengunjungi orang lain yang dipandang mulia atau
terhormat.
Dalam istilah syara‘, al-hajju berarti sengaja mengunjungi Ka’bah untuk
melakukan ibadah tertentu, pada waktu tertentu dengan melakukan suatu pekerjaan
tertentu. Kata haji juga sering diartikan dengan “naik haji“. Kemudian dalam
pengertian terminologis, haji mempunyai arti orang yang berziarah ke Makkah untuk
1
Umi Aqilla, Buku Pintar Tuntunan Haji & Umrah(Cet.I;Jakarta: Al-Magfirah, 2012), h. 27.

vi
menunaikan rukun islam yang kelima. Ibadah haji merupakan puncak ritual dari
rukun Islam. Ibadah haji juga mengintegrasikan seluruh tataran syariah di dalamnya.
2. Dasar hukum pelaksanaannya

Setelah mengenali pengertian haji, kamu juga harus mengetahui hukumnya


dalam Islam. Pergi haji hukumnya wajib bagi setiap orang Muslim dewasa yang telah
memenuhi syarat.Syarat yang dimaksud adalah mampu secara fisik, ilmu, dan mampu
secara ekonomi untuk mengadakan perjalanan ke Baitullah, Arab Saudi, minimal satu
kali dalam seumur hidup.2

Kewajiban melaksanakan haji bagi yang mampu ini didasarkan pada firman
Allah SWT pada Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 97 sebagai berikut:

“Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa
memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap
Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang
mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji,
maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh
alam.” (QS. Ali Imran:97)

2
Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Fiqih Sunah untuk Wanita (Cet.II;Jakarta: Al-Ptishom Cahaya
Umat, 2007),h. 69.

vii
B. Syarat wajib haji dan rukun haji
1. Syarat wajib haji

Adapun syarat-syarat haji sebagai berikut:

a. Islam. Setiap dari kita (orang Islam) berkewajiban untuk menunaikan


ibadah haji jika telah terpenuhi semua persyaratan-persyaratannya. Dan
jelas pula bahwa orang non Muslim tidak berkewajiban untuk menunaikan
ibadah haji, sehingga jika ada di antara mereka yang ikut melaksanakan
ibadah haji, maka ibadah haji mereka dianggap tidak sah.
b. Berakal. Artinya, setiap orang muslim yang waras, tidak mengalami
gangguan mental dan kejiwaan, maka ia berkewajiban untuk menunaikan
ibadah haji.
c. Dewasa (baligh). Dengan demikian anak kecil (belum baligh) yang diajak
bersama oleh orang tuanya untuk menunaikan ibadah haji, maka kewajiban
ibadah haji tersebut belum gugur atas dirinya. Sehingga ia tetap
berkewajiban untuk menunaikannya saat ia telah memasuki masa akil
baligh nanti.
d. Mampu. Yang meliputi: ketersediaan alat transportasi, bekal, keamanan
jalur perjalanan, dan kemampuan tempuh perjalanan.
e. Merdeka. Seorang budak tidak wajib melakukan ibadah haji karena ia
bertugas melakukan kewajiban yang dibebankan tuannya. Disamping itu,
budak termasuk orang yang tidak mampu dari segi biaya, waktu dan lain-
lain.

Jadi syarat haji ada lima, yaitu Islam, berakal, baligh (dewasa), mampu, dan
merdeka. Jika syarat-syarat tersebut telah terpenuhi, maka Bismillah, mantapkan niat
untuk berkunjung ke Baitullah.3

3
Departemen Agama Islam, Pendidikan Agama Islam (Cet.IX;Jakarta: Departemen Agama, 2001), h.
79.

viii
2. Rukun haji

Rukun haji adalah kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah haji. Jika tidak
dikerjakan, maka hajinya tidak sah. Sedangkan wajib haji adalah kegiatan yang harus
dilakukan pada saat ibadah haji, yang jika tidak dikerjakan, maka penunai haji harus
membayar dam (denda). Rukun haji ada enam, yaitu ihram, wukuf di Arafah, thawaf
ifadhah, sa’i, tahallul, dan tertib. Berikut penjelasan masing-masing rukun tersebut:

a. Ihram. Ihram adalah berniat mengerjakan Haji atau Umrah bahkan


keduanya sekaligus, Ihram wajib dimulai miqatnya, baik miqat zamani
maupun miqat makani. Sunnah sebelum memulai ihram diantarnya adalah
mandi, menggunakan wewangian pada tubuh dan rambut, mencukur kumis
dan memotong kuku. Untuk pakaian ihram bagi laki-laki dan perempuan
berbeda, untuk laki-laki berupa pakaian yang tidak dijahit dan tidak
bertutup kepala, sedangkan perempuan seperti halnya shalat (tertutup
semua kecuali muka dan telapak tangan).
b. Wukuf di Arafah. Waktu wukuf adalah tanggal 9 dzulhijjah pada waktu
dzuhur, setiap seorang yang Haji wajib baginya untuk berada di padang
Arafah pada waktu tersebut. Wukuf adalah rukun penting dalam Haji, jika
wukuf tidak dilaksanakan dengan alasan apapun, maka Hajinya dinyatakan
tidak sah dan harus diulang pada waktu berikutnya. Pada waktu wukuf
disunnah-kan untuk memperbanyak istighfar, zikir, dan doa untuk
kepentingan diri sendiri maupun orang banyak, dengan mengangkat kedua
tangan dan menghadap kiblat.
c. Tawaf ifadhah. Tawaf ifadhah adalah mengelilingi Kakbah sebanyak 7 kali
dengan syarat: suci dari hadas dan najis baik badan maupun pakaian,
menutup aurat, kakbah berada di sebelah kiri orang yang mengelilinginya,
memulai tawaf dari arah hajar aswad (batu hitam) yang terletak di salah
satu pojok di luar Kakbah. Macam-macam tawaf itu sendiri ada lima
macam yaitu:

ix
1) Tawaf qudum adalah tawaf yang dilakukan ketika baru sampai di
Mekah.
2) Tawaf ifadah adalah tawaf yang menjadi rukun haji.
3) Tawaf sunah adalah tawaf yang dilakukan semata-mata mencari rida
Allah.
4) Tawaf nazar adalah tawaf yang dilakukan untuk memenuhi nazar.
5) Tawaf wada adalah tawaf yang dilakukan sebelum meninggalkan kota
Mekah.

d. Sa‟i. Sa’i adalah lari-lari kecil atau jalan cepat antara Safa dan Marwa
(keterangan lihat QS Al Baqarah: 158). Syarat-syarat sa’i adalah sebagai
berikut:

1) Dimulai dari bukit Safa dan berakhir di bukit Marwa.


2) Dilakukan sebanyak tujuh kali.
3) Melakukan sa’i setelah tawaf qudum.
4) Tahallul. Tahalul adalah mencukur atau menggunting rambut
sedikitnya tiga helai. Pihak yang menga-takan bercukur sebagai rukun
haji, beralasan karena tidak dapat diganti dengan penyem-belihan
5) Tertib. Tertib adalah mengerjakan rukun-rukun haji secara urut mulai
dari thawaf sampai tahallul.4

C. Sunnah haji

Banyak sunnah yang bisa dijalankan untuk menyempurnakan pahala ibadah haji.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

1. Thawaf Qudum

4
Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah(Cet.II;Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009), h. 25.

x
Ada tiga jenis thawaf dalam ibadah haji, salah satunya adalah thawaf qudum.
Thawaf qudum dilakukan oleh orang yang baru tiba di Makkah sebagai
penghormatan terhadap Kakbah. Sunnah ini dilakukan saat orang orang yang datang
dari luar Makkah datang ke Kakbah.
2. Bermalam (mabit) di Mina

Mina merupakan tempat yang disinggahi jamaah haji pada tanggal 8


Dzulhijah. Bermalam di Mina hukumnya sunah bagi jamaah haji. Adapun kegiatan
yang bisa dilakukan selama bermalam di Mina di antaranya melempar jumrah
aqabah, tahalul awal, dan mengambil nafar awal atau nafar tsani.
3. Idhtiba
Sunnah haji selanjutnya terdapat pada cara memakai kain ihram yang disebut
sebagai idhtiba. Idhtiba adalah cara memakai pakaian ihram dengan membuka bahu
sebelah kanan dan membiarkan bahu sebelah kiri tertutup kain ihram.

4. Raml
Raml adalah berjalan cepat dengan memendekkan langkah kaki. Sunah ini
ditujukkan untuk kaum laki-laki jamaah haji saja.
5. Mencium Hajar Aswad

Hajar aswad adalah batu yang diturunkan dari surga. Batu tersebut awalnya
berwarna putih. Namun karena dosa manusia batu tersebut berubah menjadi hitam.
Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Rasulullah mencium hajar aswad ketika
melaksanakan ibadah haji. Maka sebagai umatnya, hendaknya kita melakukan hal
yang sama seperti Rasulullah. 5

D. Dam atau denda bagi yang melanggar larangan di dalam ihram


5
Saleb Al-Fauzan, Fiqh sehari-hari(Cet.II;Jakarta: Gema Insani, 2009), h. 65.

xi
Menurut bahasa dam berarti mengalirkan darah menyembelih binatang kurban
yang dilakukan pada saat ibadah haji. Dam adalah denda yang wajib dilaksanakan
oleh orang yang selama menunaikan ibadah haji dan umroh, melanggar larangan haji
atau meninggalkan wajib haji.
DAM (denda) secara keseluruhan adalah denda atau tebusan bagi mereka yang
menunaikan ibadah haji dan umrah tetapi melakukan pelanggaran ketentuan atau
peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak penyelenggara haji dan umrah.
Pelanggaran itu misalnya melakukan larangan-larangan ihram atau tidak dapat
menyempurnakan wajib haji seperti mabit di Mina atau Muzdalifah. Beberapa
larangan dalam haji yaitu:
1. Bersetubuh, bermesra-mesraan, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam haji.
2. Dilarang menikah dan menikahkan (menjadi wali).
3. Dilarang memakai pakaian yang berjahit, harum-haruman (minyak wangi),
menutup kepala, memakai sepatu yang menutup mata kaki. Adapun kaum
wanita, mereka boleh memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya,
kecuali kedua telapak tangan.
4. Perempuan dilarang menutup muka dan kedua telapak tangan.
5. Dilarang berburu atau membunuh binatang liar yang halal dimakan.
Dam sifatnya ada yang sunnah dan ada yang wajib. Jemaah haji rata-rata terkena
kewajiban dam karena melaksanakan haji tamattu. Dam atau denda sudah ada sejak
adanya ritual ibadah haji. Ibadah haji merupakan ibadah yang dilakukan sejak zaman
Nabi Ibrahim As, yang dilaksanakan sampai sekarang. Namun haji kala itu
disalahgunakan, malah di gunakan untuk berbangga-bangga dan memamerkan
sukunya, sehingga pada saat itu ada yang sunnah dan ada yang wajib.6
Adapun macam-macam dam yaitu sebagai berikut:
1. Dam karena bersenggama dalam keadaan ihrom sebelum tahallul pertama:
a. Menyembelih seekor unta atau lembu, atau 7 ekor kambing.

6
Syaikh Karnil Muhammad Uwaidah, Fikih Wanita(Cet.I;Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), h. 45.

xii
b. Bila tidak menyembelih, ia wajib bersedekah kepada fakir miskin berupa
makan seharga unta/lembu.
c. Bila tidak sanggup, ia harus berpuasa sebanyak harga unta dengan
perhitungan setiap satu mud (+0,8 kg) daging tersebut, ia harus berpuasa.
2. Dam karena melanggar salah satu larangan haji sebagai berikut : mencukur
rambut atau bulu badan, memotong kuku, memakai pakaian berjahit
menyarung (bagi laki-laki), memakai wangi-wangian, bersenggama sesudah
tahallul pertama, maka dendanya memilih salah satu diantara 3 hal, yaitu :
a. Menyembelih seekor kambing.
b. Puasa tiga hari.
c. Bersedekah 3 gantang (9.3 liter) makanan kepada 6 orang fakir miskin.
3. Dam karena melaksanakan Haji secara Tammatu atau Qiron, Haji Tamattu
yaitu haji yang datang sebelum waktunya untuk melaksanakan ibadah haji
sehingga mereka biasanya melakukan ihram untuk umrah, langsung dari
miqatnya. Setelah selesai melaksanakan ihram dan berakhir pada tahallul atau
memotong rambut, maka para jamaah ini menunggu sampai tiba waktunya
haji pada hari Tarwiyah dan Arafah pada tanggal 8-9 Dzulhijjah. Sedangkan
Haji Qiran yaitu proses ibadah haji dan umrah yang dilakukan bersamaan.
Sehingga seluruh ritual yang dijalani,seperti ihram, thawaf, sa’i dan melempar
jumrah atau mabitdiniatkan untuk haji dan umrah. Begitu juga dengan
kewajiban-kewajiban yang lain. Kecuali saat wukuf yang merupakan
kewajiban haji. Dan pelaksanaan haji ini wajib mengeluarkan dam. Jadi mulai
ihram tidak dari miqaat, tidak bermalam di muzdalifah, tidak bermalam di
mina dan tidak melempar jumroh. Dendanya adalah sebagi berikut :
a. Menyembelih seekor kambing.
b. Jika tidak mampu ia wajib puasa 10 hari, 3 hari dikerjakan ditanah suci dan
7 hari dikerjakan di tanah air.
4. Dam karena berburu atau membunuh binatang buruan. Dendanya adalah
memilih salah satu dari 3 hal, yaitu :

xiii
a. Menyembelih binatang yang sebading dengan binatang yang dibunuh.
b. Bersedekah kepada fakir miskin seharga binatang tersebut.
c. Puasa sebanyak harga binatang tersebut, setiap 1 mud wajib berpuasa 1 hari
5. Dam karena memotong kayu di tanah haram maka dendanya adalah :
a. Bagi kayu besar dendanya seekor unta atau sapi.
b. Bagi kayu kecil dendanya seekor kambing.
6. Bagi yang terhalang dijalan, sehingga tidak dapat meneruskan pekerjaan haji
atau umrah, maka boleh tahallul dengan menyembelih seekor kambing
ditempat itu, kemudian bercukur atau memotong rambut dengan niat tahallul.

Besar DAM melimpahnya hewan qurban ini, pada dasarnya setiap jamaah haji
dari penjuru dunia mengerluarkan dam, meski tidak terkena kewajiban dan seperti
haji ifrad mereka juga ingin mendapatkan pahala kesunahan dam ini. Sehingga
mereka juga tetap menyembelih hewan qurban. Terlebih lagi di Arab saudi terdapat
Bank yang mengurusi pengumpulan uang dam untuk dibelikan hewan ternak. Baik
yang resmi maupun yang tidak. Daging dari hewan dam tersebut tidak hanya di
bagikan kepada fakir miskin tetapi juga bisa sepertiga (1/3) dimakan oleh si
penyembelih.7

E. Berziarah ke Madinah
1. Keutamaan kota Madinah
Dari Sa’ad bin Abu Waqqash Radhiyallahu Anhu ia berkata, Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wasallam bersabda, “Kota Madinah lebih baik bagi mereka
seandainya mereka mengetahui, tidaklah seseorang meninggalkannya karena
kebenciannya kepada Madinah, kecuali Allah akan mengganti penduduknya dengan
yang lebih baik, dan tidaklah seseorang menetap di dalamnya walaupun kehidupan di
dalamnya sangat sulit dan penuh kesusahan (Al-uwaa’: Kesulitan dan kesusahan

7
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah Haji dan Umroh Lengkap(Cet.I;Solo: PT Era Adicitra
Intermedia, 2011),h. 3.

xiv
hidup) melainkan aku akan menjadi pemberi syafaat dan menjadi saksi baginya di
akhirat kelak.” (HR. muslim).
Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wasallam bersabda, “Aku diperintahkan (Umirtu biqaryatin: Saya diperintah berhijrah
dan menetap di sebuah desa) ke sebuah desa yang memakan desa (Ta’kulul quraa:
Penduduknya akan mengalahkan penduduk wilayah lain dan menjadi pusat pasukan
Islam) lain mereka menyebutnya Kota Yatsrib (Yatsrib: penduduk Jahiliyah
menyebutnya Yatsrib walaupun nama yang layak baginya adalah Madinah)atau
Madinah, dia akan mengusir (Tanfin nass: Mengeluarkan penduduknya yang jahat)
sebagian orang sebagaimana pandai besi (Al-Kir: Pandai besi) membersihkan kotoran
besi (Khabatsul Hadid: kotoran besi).” (Muttafaqun Alaihi).
2. Keistimewaan kota Madinah
Madinah adalah kota Haram, terutama wilayah antara Gunung ‘Air dan gunung
Tsaur. Pohon-pohonnya tidak boleh ditebang dan hewan daratnya tidak boleh diburu
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam bersabda, “Kota Madinah adalah Tanah
Haram yaitu wilayah antara Gunung ‘Air dan Gunung Tsaur. Barangsiapa yang
melakukan pelanggaran di dalamnya atau melindunginya maka ia akan dilaknat oleh
Allah, para malaikatnya dan manusia seluruhnya.” (Muttafaqun ‘Alaih).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengharamkan kota Madinah,
sebagaimana Ibrahim ‘alaihisslam telah mengharamkan kota Makkah. Dari Abdullah
bin Zaid Radhiyallahu Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda, “Sesungguhnya Ibrahim telah mengharamkan Mekah dan mendoakan
kesejahteraan baginya, dan aku mengharamkan Kota Madinah sebagaimana Ibrahim
mengharamkan Mekah dan aku mendoakan kesejahteraan bagi penduduknya
sebagaimana Ibrahim mendoakan kesejahteraan penduduk Mekah”. (HR. Bukhari).
Bedanya keharaman kota Makkah dengan kota Madinah. Keharaman kota
Makkah jelas dalam Al-Qur’an dan ijma’ ulama, namun keharaman Madinah terjadi
perbendaan di kalangan ulama, dan pendapat yang kuat menegaskan bahwa kota

xv
Madinah adalah tanah haram.Shalat yang dikerjakan di Kota Madinah pahalanya
berlipat gandaSabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam, “Shalat di Masjidku ini
setara dengan 1000 kali shalat di tempat lain kecuali Masjid Al-Haram.”([HR.
Bukhari)
Di Kota Madinah terdapat taman surga dianjurkan untuk shalat di dalamnya.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam
bersabda, “Antara rumahku dan letak mimbarku ada Taman Surga dan mimbarku ini
persis di atas telagaku.” (HR. Muttafaqun Alaihi) Kota Madinah tidak akan dimasuki
oleh Dajjal di Akhir Zaman dan tidak pula diserang penyakit tha’un [Ath-Tha’un:
Sejenis penyakit kusta] (sejenis kusta).
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wasallam bersabda, “Ketika Dajjal hendak memasuki Kota Madinah ia mendapatkan
para malaikat telah menjaganya, sehingga ia tidak akan di masuki oleh penyakit
tha’un dan tidak pula oleh Dajjal dengan izin Allah.” (HR. At-Tirmidzi).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam telah mendoakan keberkahan bagi Kota
Madinah dan penduduknya.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam
bersabda, “Ya Allah limpahkanlah keberkahan ke Kota Madinah dua kali lipat dari
keberkahan yang engkau limpahkan ke Kota Makkah.” (Muttafaqun ‘Alaih).
Memburu binatang di Makkah merupakan dosa dan denda, namun di Madinah
hanya berdosa tanpa dikenai denda, adapun dosa memburu binatang di Makkah lebih
besar daripada memburu binatang di Madinah.8

3. Hukum Berziarah ke Masjid Nabawi sebagai berikut:

Berziarah ke Masjid Nabawi bukan sebuah syarat sahnya ibadah haji, tidak pula
termasuk rukun atau kewajiban haji. Ia merupakan sesuatu yang disunnahkan dan

8
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah(Cet.II;Jakarta:
Amzah, 2009),h. 482.

xvi
dapat dilakukan kapan saja.
Akan tetapi niat melakukan ziarah adalah untuk melaksanakan shalat di dalam
masjid Nabawi dan bukan untuk berziarah ke makam Rasulullah. Dari Abu Hurairah
Radhiyallahu Anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallamia bersabda, “Tidak boleh
mengadakan perjalanan kecuali untuk berziarah ke tiga masjid, yaitu Masjid Al-
Haram, Masjid Nabawi dan Masjid Aqsha.” (HR. Muslim).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Jika seseorang berniat menziarahi
kuburan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam dan bukan untuk melaksanakan shalat di
Masjid Nabawi, maka yang lebih tepat dari pendapat para ulama mengatakan hal itu
dilarang dan tidak dibenarkan. Karena hadits-hadits yang berbicara tentang
menziarahi kuburan nabi semuanya lemah berdasarkan kesepakatan ulama ahli hadits.
Bahkan sebagian besarnya adalah hadits palsu. Tidak satupun hadits-hadits tersebut
pernah diriwayatkan oleh para ulama hadits yang diakui dan tidak pula dijadikan
sebagai dalil oleh para ulama.” (Majmu’ Fatawa, vol 27, hal 26).
4. Hukum-hukum dan adab berziarah
a. Jika seseorang telah sampai di masjid, dianjurkan untuk mendahulukan
kaki kanannya sambil mengucapkan, ‘Allahumma Iftah li abwaba
rahmatika (Ya Allah bukakanlah pintu rahmatmu bagiku). (HR. Muslim).
b. Mendirikan shalat tahiyyatul masjid dua rakaat dan kalau bisa dilaksanakan
di Raudhah, hal itu lebih diutamakan.
c. Disunnahkan untuk menengok makam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
dengan tenang mengucapkan: “assalamu’layka Ayyuhannabiyyu
warahmatullahi wabarakatuh, shallallahu ‘alayka wajazaka ‘an ummatika
khairan”(Semoga keselamatan, rahmat dan barakah senantiasa tercurah
kepadamu wahai Nabi yang Mulia semoga Allah membalas kebaikanmu
terhadap ummatmu), kemudian melangkah sedikit ke kanan kemudian anda
berdiri di depan makam Abu Bakar As-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, dengan
tenang mengucapkan: “assalamu’alayka ya Aba Bakar khalifatu rasulillah

xvii
shallallahu ‘alaihi wasallam warahmatullah wabarakatuh radhiyallah ‘anka
wajzaka ‘an ummati Muhammadin shallallahu ‘alaihi wasallam khairan”
(semoga keselamatan, kesejahteraan dan keberkahan senantiasa tercurah
kepada Abu Bakar khalifah Rasulullah, semoga Allah meridhaimu, dan
membalas kebaikanmu terhadap ummat Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam), kemudian melangkah sedikit dengan tenang anda berdiri
di depan makan Umar bin Khattab dan mengucapkan: “assalamu’alayka ya
Amiirul Mukminin Umar bin Khattab warahmatullah wabarakatuh
radhiyallah ‘anka wajzaka ‘an ummati Muhammadin shallallahu ‘alaihi
wasallam khairan” (semoga keselamatan, kesejahteraan dan keberkahan
senantiasa tercurah kepada Umar bin Khattab Amirul Mukminin, semoga
Allah meridhaimu, dan membalas kebaikanmu terhadap ummat Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam).
d. Disunnahkan bagi yang berziarah ke Masjid Nabawi untuk melaksanakan
shalat lima waktu di Masjid Nabawi. Demikian pula memperbanyak dzikir
dan berdoa kepada Allah serta melaksanakan shalat sunnah di Raudhah.
e. Disunnahkan pula bagi untuk berkunjung ke Masjid Quba lalu
melaksanakan shalat di dalamnya. Lebih baik jika ziarah ke Quba
dilakukan pada hari Sabtu. Berdasarkan hadis Ibnu Umar Radhiyallahu
Anhuma ia berkata, “Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam
sering mengunjungi Masjid Quba baik dengan berkendara maupun dengan
jalan kaki lalu beliau shalat di dalamnya dua rakaat.” Dalam redaksi yang
lain disebutkan, “Beliau senantiasa mengunjungi Quba setiap hari
Sabtu.” (HR. Muslim).
f. Disunnahkan pula untuk mengunjungi pemakaman Baqi’ [Baqi’ adalah
tempat pemakaman para sahabat], tempat dimakamkannya para syuhada’
dan Hamzah. Karena Rasulullah sering menziarahi Baqi’ lalu memohonkan
ampun bagi penghuninya dengan mengucapkan, “Assalamu alaikum
ahladdiyar minal mukminina wal muslimina wa inna insya allahu bikum

xviii
lahiquun, asalullahha lana wa lakumul aafiyata (Salam bagi kalian wahai
penghuni kubur dari kaum mukminin dan muslimin, dan kami akan
menyusul kalian Insya Allah, saya memohon keselamatan bagi kalian dan
bagi kami.” (HR. Muslim).9

F. Hikmah pelaksanaan ibadah haji


Hikmah ibadah haji adalah sebagai berikut:

1. Menyempurnakan keislaman. Haji merupakan salah satu rukun Islam. Jika


salah satu rukunnya kurang atau tidak terpenuhi, maka tidak akan sempurna.
Untuk dapat menyempurnakan keislamannya, seorang Muslim diwajibkan
untuk berhaji sekali dalam seumur hidupnya. Jika dilakukan untuk yang kedua
atau ketiga kali dan seterusnya, maka hal itu menjadi amalan sunnah.
2. Menghapus dosa. Satu-satunya langkah yang akan mampu menghapus semua
dosa bagi umat akhir zaman sekarang ini adalah dengan menggapai haji yang
mabrur. Sebab tidak ada balasan yang paling layak bagi orang yang meraih
haji yang mabrur, kecuali mendapatkan surga. Dosa yang terhapus adalah
dosa atau kesalahan kepada Allah SWT. Adapun dosa terhadap sesama
manusia, maka kita harus meminta keridhaan dan maaf dari orang yang
bersangkutan. Melipatgandakan pahala. Selama di Tanah Suci, para jamaah
haji mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya. Karena ibadah di Tanah
Suci Makkah dan Madinah pahalanya berlipat ganda dibandingkan dengan
beribadah di tempat lain.
3. Meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT. Jika seorang muslim telah
melaksanakan ibadah haji, maka itu berarti ia telah melengkapi pondasi

9
M. Hamdan Rasyid, Agar Haji & Umrah Bukan Sekedar Wisata(Cet.I;Depok: Zhita Press, 2011),h.
25-26.

xix
keislamannya sehingga lebih kokoh dan sempurna.
4. Memperoleh maghfirah dan ampunan dari dosa dan noda. Allah SWT
mengampuni semua hamba-Nya yang dikehendaki. Dan diantara orang-orang
yang dikehendaki untuk diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT adalah
orang-orang muslim yang melakukan perjalanan ke Baitullah untuk
melaksanakan ibadah haji.Terkabulnya doa dan permohonan. Orang yang
tengah melaksanakan ibadah haji termasuk ke dalam kelompok orang-orang
yang dikabulkan doanya sebagai balasan Allah SWT atas sambutan mereka
terhadap seruan Allah SWT untuk menunaikan haji.
5. Memperoleh kesuksesan hidup dan balasan surga. Jika para jamaah haji
benar-benar melaksanakan berbagai rukun, wajib dan sunnah-sunnah haji
serta meninggalkan seluruh ucapan dan tindakan yang diharamkan bagi orang-
orang yang tengah melakukan prosesi ibadah haji dengan penuh keimanan,
keikhlasan dan penghayatan sehingga memperoleh predikat “haji mabrur”,
maka mereka pasti akan memperoleh balasan surga tempat kenikmatan dan
kebahagiaan yang abadi. Mempersatukan dan mempersaudarakan umat Islam.
Haji yang dilaksanakan oleh umat Islam yang datang dari seluruh penjuru
dunia itu mengandung hikmah yang luhur untuk mempersatukan dan
mempersaudarakan umat Islam di seluruh dunia tanpa membedakan warna
kulit, latarbelakang kebangsaan, status sosial, status ekonomi, bahasa, serta
kebudayaan dan adat istiadatnya.10
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hikmah haji ada delapan, yaitu
menyempurnakan keislaman, menghapus dosa, melipatgandakan pahala,
meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT, memperoleh maghfirah dan
ampunan dari dosa dan noda, terkabulnya doa dan permohonan, memperoleh

10
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah(Cet.I; Jakarta:
Amzah, 2009),h. 503.

xx
kesuksesan hidup dan balasan surga, Mempersatukan dan mempersaudarakan umat
Islam.
G. Umrah

Umrah (bahasa Arab: ‫رة‬,,,,,‫)عم‬ adalah salah satu kegiatan ibadah dalam
agama Islam. Hampir mirip dengan ibadah haji, ibadah ini dilaksanakan dengan cara
melakukan beberapa ritual ibadah di kota suci Mekkah, khususnya di Masjidil
Haram.11

Pada istilah teknis syari'ah, Umrah berarti melaksanakan tawaf di Ka'bah dan sa'i
antara Shofa dan Marwah, setelah memakai ihram yang diambil dari miqat. Sering
disebut pula dengan haji kecil.

Perbedaan umrah dengan haji adalah pada waktu dan tempat. Umrah dapat
dilaksanakan sewaktu-waktu (setiap hari, setiap bulan, setiap tahun) dan hanya di
Mekkah, sedangkan haji hanya dapat dilaksanakan pada beberapa waktu antara
tanggal 8 Dzulhijjah hingga 12 Dzulhijjah serta dilaksanakan sampai ke luar kota
Mekkah. 12

1. Syarat untuk mengerjakan umrah sama dengan syarat untuk mengerjakan haji:

a. Beragama Islam.
b. Baligh, dan berakal.
c. Merdeka.
d. Memiliki kemampuan, adanya bekal dan kendaraan, serta anggaran.
e. Ada mahram (khusus bagi wanita).

2. Rukun umrah adalah:


11
Ahmad Abdul Madjid, Seluk Beluk Ibadah Haji dan Umrah(Cet.II;Surabaya: Mutiara Ilmu, 1993),
h. 24.
12
Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar Ibadah Tuntunan Lengkap Semua Rukun
Islam(Cet.I;Jakarta: Suluk, 2011),h. 215 & 233.

xxi
a. Ihram, berniat untuk memulai umrah.
b. Thawaf.
c. Sai.
d. Tahallul.
e. Tertib

3. Adapun wajib umrah adalah:

a. Melakukan ihram ketika hendak memasuki miqat.


b. Bertahallul dengan menggundul atau memotong sebagian rambut.

Terdapat beberapa tipe umrah, yang umum adalah umrah yang digabungkan
dengan pelaksanaan haji seperti pada haji tamattu, adapula umrah yang tidak terkait
dengan haji.

1. Umrah Mufradah
2. Umrah Tamattu'
3. Umrah Sunah

xxii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Haji adalah mengunjungi Baitullah (Ka'bah) di Mekah untuk melakukan amal
ibadah tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula. Ibadah Haji merupakan salah satu
dari rukun Islam. yakni pada rukun yang kelima yang wajib dikerjakan bagi setiap
muslim, baik itu laki-laki maupun perempuan yang mampu dan telah memenuhi
syarat.

Adapun syarat haji ada lima, yaitu Islam, berakal, baligh (dewasa), mampu, dan
merdeka. Jika syarat-syarat tersebut telah terpenuhi, maka Bismillah, mantapkan niat
untuk berkunjung ke Baitullah. Rukun haji ada enam, yaitu ihram, wukuf di Arafah,
thawaf ifadhah, sa’i, tahallul, dan tertib.Juga terdapat Sunnah-sunnah haji diantaranya
yaitu: thawaf qudum, bermalam (mabit) di mina, idhtiba, raml, dan mencium hajar
aswar.

Menurut bahasa dam berarti mengalirkan darah menyembelih binatang kurban


yang dilakukan pada saat ibadah haji. Dam adalah denda yang wajib dilaksanakan
oleh orang yang selama menunaikan ibadah haji dan umroh, melanggar larangan haji
atau meninggalkan wajib haji.
Madinah adalah kota Haram, terutama wilayah antara Gunung ‘Air dan gunung
Tsaur. Pohon-pohonnya tidak boleh ditebang dan hewan daratnya tidak boleh diburu

xxiii
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam bersabda, “Kota Madinah adalah Tanah
Haram yaitu wilayah antara Gunung ‘Air dan Gunung Tsaur. Barangsiapa yang
melakukan pelanggaran di dalamnya atau melindunginya maka ia akan dilaknat oleh
Allah, para malaikatnya dan manusia seluruhnya.” (Muttafaqun ‘Alaih).

Adapun hikmah pelaksanaan ibadah haji yaitu,menyempurnakan keislaman,


menghapus dosa, melipatgandakan pahala, meningkatkan iman dan taqwa kepada
Allah SWT., memperoleh maghfirah dan ampunan dari dosa dan noda, terkabulnya
doa dan permohonan, memperoleh kesuksesan hidup dan balasan surga,
mempersatukan dan mempersaudarakan umat islam.

Umrah (bahasa Arab: ‫ )عمرة‬adalah salah satu kegiatan ibadah dalam agama Islam.
Hampir mirip dengan ibadah haji, ibadah ini dilaksanakan dengan cara melakukan
beberapa ritual ibadah di kota suci Mekkah, khususnya di Masjidil Haram.

B. Saran
Demikian makalah ini telah selesai saya buat, semoga dapat digunakan sebaik-
baiknya oleh pembaca sekalian sebagai referensi pengetahuan mengenai makalah
saya. Saya menerima segala masukan dari pembaca sekalian untuk perbaikan
makalah ini.

xxiv
DAFTAR PUSTAKA

Umi Aqilla, Buku Pintar Tuntunan Haji & Umrah, (Jakarta: Al-Magfirah, 2012), h.
27

Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Fiqih Sunah untuk Wanita, (Jakarta: Al-Ptishom
Cahaya Umat, 2007)
Departemen Agama Islam, Pendidikan Agama Islam ,(Jakarta: Departemen Agama,
2001), Cet 9.

Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah,(Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009)

Saleb Al-Fauzan, Fiqh sehari-hari,(Jakarta: Gema Insani, 2009) Cet 2.

Syaikh Karnil Muhammad Uwaidah, Fikih Wanita, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,


2008)
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah Haji dan Umroh Lengkap, (Solo: PT Era
Adicitra Intermedia, 2011), h. 3
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah,
(Jakarta: Amzah, 2009), h. 482.
M. Hamdan Rasyid, Agar Haji & Umrah Bukan Sekedar Wisata, Editor: Kartini dan
Susanti, (Depok: Zhita Press, 2011), Cet. I, h. 25-26.

xxv
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah,h.
503
Ahmad Abdul Madjid, Seluk Beluk Ibadah Haji dan Umrah, (Surabaya: Mutiara
Ilmu, 1993), h. 24.
Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar Ibadah Tuntunan Lengkap Semua Rukun
Islam, (Jakarta: Suluk, 2011), Cet. I, h. 215 & 233.

xxvi

Anda mungkin juga menyukai