Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

HAKIKAT DAN KETENTUAN HAJI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Travel Haji Dan Umroh

Dosen Pengampu :

Anang Wahid Cahyono, M.H.I

Disusun Oleh Kelompok 1:

1. Wenda Yunika Rahmawati ( 126407211026 )


2. Yunita ( 126407211027 )

JURUSAN PARIWISATA SYARIAH 6A


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kelancaran Dalam
penyusunan makalah HAKIKAT DAN KETENTUAN HAJI. Sholawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW. Makalah ini diajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Travel Haji Dan Umroh yang dibimbing oleh Bapak
Anang Wahid Cahyono. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah terlibat
dalam penyusunan Makalah ini :

1. Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I. Selaku Rektor UIN Tulungagung yang telah
memberikan kesempatan kepada kita untuk menimba ilmu di UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Anang Wahid Cahyono, M.H.I. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
tugas dan pengarahan kepada kami.
3. Semua Teman-teman kelompok 1 dan Kelas 6A Pariwisata Syariah.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari
segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen pengampu guna menjadi acuan dalam
bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa mendatang. Semoga makalah ini
memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Tulungagung, Februari 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................I

DAFTAR ISI.............................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................II

A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan Pembahasan.......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

A. Pengertian dan Sejarah Disyaratkan Haji.......................................................


B. Keutamaan Haji..............................................................................................
C. Hukum Haji....................................................................................................
D. Waktu Pelaksanaan Haji................................................................................
E. Miqat Dalam Haji dan Umrah........................................................................
F. Macam – Macam Haji....................................................................................
G. Perbedaan dan Persamaan Haji Tamattu’, Qiran dan Ifrad............................
H. Ketentuan Haji...............................................................................................
I. Rangkaian Pelaksanaan Haji..........................................................................

BAB III PENUTUPAN............................................................................................

A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Haji, yang merupakan salah satu rukun Islam, memiliki hakikat dan ketentuan
yang mendalam bagi umat Muslim yang mampu melakukannya. Hakikat haji mencakup
aspek spiritual, sosial, dan pribadi yang tak ternilai harganya bagi individu yang
menjalaninya. Secara spiritual, haji adalah perjalanan ke tanah suci yang dianggap
sebagai kewajiban bagi umat Muslim sekali seumur hidup, di mana mereka memiliki
kesempatan untuk membersihkan diri secara spiritual, memperbaiki hubungan dengan
Allah, dan mendapatkan pengampunan atas dosa-dosa masa lalu.
Selain itu, haji juga merupakan manifestasi dari solidaritas umat Muslim di
seluruh dunia. Ketika jutaan orang berkumpul di tanah suci, mereka melebur dalam
kesatuan yang tidak mengenal perbedaan ras, budaya, atau status sosial. Ini memperkuat
ikatan kebersamaan umat Islam dan memperkuat rasa persaudaraan di antara mereka.
Namun, untuk dapat melaksanakan haji, umat Muslim harus mematuhi sejumlah
ketentuan yang telah ditetapkan. Salah satunya adalah kesiapan fisik dan finansial. Haji
membutuhkan stamina fisik yang baik untuk menyelesaikan serangkaian ibadah yang
memerlukan perjalanan, berjalan kaki di bawah terik matahari, serta bertahan dalam
kerumunan orang selama beberapa hari.
Selain itu, secara finansial, haji membutuhkan biaya yang signifikan, termasuk
biaya transportasi, akomodasi, dan kebutuhan sehari-hari di tanah suci. Ini menuntut
persiapan keuangan yang matang bagi calon jamaah haji.
Selain itu, ada juga ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan syarat-syarat
tertentu yang harus dipenuhi, seperti status kesehatan, perizinan dari otoritas haji negara
yang bersangkutan, dan pengetahuan akan tata cara pelaksanaan ibadah haji itu sendiri.
Dengan mematuhi semua ketentuan ini, umat Muslim dapat menjalankan haji dengan
baik dan mendapatkan manfaat spiritual yang besar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan sejarah disyariatkan haji?
2. Apa keutamaan haji?
3. Apa hukum haji?
4. Kapan waktu pelaksanaan haji?
5. Bagaimana miqat dalam haji dan umrah?
6. Apa saja macam-macam haji?
7. Apa saja perbedaan dan persamaan haji?
8. Bagaimana ketentuan haji?
9. Bagaimana rangkaian pelaksanaan haji?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah disyariatkan haji
2. Untuk mengetahui keutamaan haji
3. Untuk mengetahui hukum haji
4. Untuk mengetahui waktu pelaksanaan haji
5. Untuk mengetahui miqat dalam haji dan umrah
6. Untuk mengetahui macam-macam haji
7. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan haji
8. Untuk mengetahui ketentuan haji
9. Untuk mengetahui rangkaian pelaksanaan haji

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan sejarah disyariatkan haji


Haji merupakan ibadah tahunan ke Makkah selama minggu kedua Dzulhijjah,
bulan terakhir kalender Islam yang berdasarkan peredaran bulan. Setiap orang muslim
dewasa diwajibkan berhaji paling tidak sekali dalam hidupnya. Bagi yang mampu dan
tidak menyebabkan kesulitan bagi keluarga yang ditinggalkan. Pengertian secara
terminology menurut ulama empat madzhab tentang haji:
a. Imam Hanafi : haji adalah berkunjung ke Baitullah (Ka'bah) untuk mengerjakan
ibadah dengan cara, tempat dan dalam waktu tertentu. Maksud tertentu ialah
Tawaf, Sa'i, Wukuf. Tempat tertentu ialah Ka'bah dan Arafah. Waktu tertentu
ialah tanggal 10 Dzulhijjah, dan orang yang berhaji harus berniat ketika berihram.
b. Imam Maliki : haji menurut syara' ialah wukuf di padang Arafah pada malam ke
sepuluh dari bulan Dzulhijjah, tawaf di Ka'bah tujuh kali, sa'i tujuh kali, yang
semuanya harus dikerjakan menurut cara-cara tertentu.
c. Imam Syafi'i : haji menurut syara' adalah sengaja mengunjungi Ka'bah untuk
melaksanakan manasik haji.
d. Imam Hambali : haji menurut istilah adalah sengaja mengunjungi Mekkah untuk
satu perbutan tertentu seperti tawaf, sa'i termasuk wukuf di Arafah.

Dari pengertian haji di atas pengertian haji secara global yang didapati dalam literature
fikih sebagai gambaran umum tentang pengertian haji. Haji secara bahasa adalah "al-qhosdu"
yakni menyengaja mengunjungi Ka'bah (Baitullah) di Mekah untuk beribadah dengan tata cara
dan persyaratan tertentu, dan haji merupakan salah satu dari rukun Islam, pengertian ini diambil
dari hadis Nabi yang diriwayatkan dari Ibnu Umar Artinya: "Islam itu didirikan atas lima prinsip
dasar, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rosulullah,
mendirikan shalat, mambayar zakat, mengerjakan haji dan puasa pada bulan Ramadan (HR.
Bukhari Muslim)"

Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan bagi umat
Muslim yang mampu. Sejarah pensyariatan haji dalam agama Islam menunjukkan perbedaan
pendapat di kalangan ulama mengenai waktu pensyariatan haji. Menurut mayoritas, haji mulai
wajib dalam syariat Islam pada tahun 9 Hijriah, mengingat ayat yang mewajibkan haji (QS Ali
Imran 97) turun di akhir tahun kesembilan dari hijrahnya Nabi saw . Namun, ada juga pendapat
yang menyatakan bahwa haji diwajibkan pada tahun keenam setelah Hijriyah.

Sebagian ulama juga berpendapat bahwa ibadah haji diwajibkan sebelum Nabi
Muhammad melakukan hijrah ke Madinah, sementara pendapat lain menyatakan bahwa haji
diwajibkan pada tahun keenam setelah Hijrah. Selain itu, terdapat pandangan yang menyatakan
bahwa haji mulai menjadi syariat Islam pada tahun 4 Hijriah, serta pendapat langka yang
berpendapat bahwa ibadah haji telah disyariatkan sebelum Nabi Muhammad hijrah ke kota
Madinah .

Dalam sejarah haji, ibadah ini merupakan rukun kelima dalam Islam dan dilakukan jauh
sebelum diutusnya Nabi Muhammad. Beberapa abad sebelum kota Makkah menjadi pusat Islam
dengan lahirnya Nabi Muhammad, para nabi sebelumnya sudah melaksanakan haji di kota
tersebut. Sebagaimana diketahui, hikmah disyariatkannya semua ibadah tidak lepas dari dua hal:
sebagai pengakuan bahwa dirinya sebagai hamba dan sebagai ungkapan syukur pada Allah.
Ibadah haji mengandung dua hikmah ini sekaligus .

Dalam Al-Qur'an, ibadah haji termaktub dalam surat Ali 'Imran ayat 97. Ibadah haji
menjadi salah satu Rukun Islam, sehingga hukum pengerjaannya wajib bagi umat Islam yang
mampu .

Sejarah haji mencakup periode yang dimulai sejak zaman Nabi Ibrahim melalui
dibentuknya ritus haji Islam oleh Nabi Muhammad, hingga haji saat ini ketika jutaan umat Islam
melakukan ziarah mereka setiap tahunnya. Dalam tradisi Islam, ziarah diperkenalkan di masa
Nabi Ibrahim. Atas perintah Allah, dia membangun Ka'bah yang menjadi tujuan ziarah. Bagi
orang-orang Arab pagan di Arabia pra-Islam, Ka'bah merupakan pusat kiblat mereka. Pola haji
Islam saat ini didirikan oleh Nabi Muhammad, sekitar tahun 632 M.

Dengan demikian, sejarah disyariatkannya ibadah haji dalam agama Islam memiliki
beragam pandangan dan interpretasi di kalangan ulama, namun mayoritas sepakat bahwa haji
mulai wajib dalam syariat Islam pada tahun 9 Hijriah.
B. Keutamaan haji
Keutamaan haji banyak disebutkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Berikut
beberapa di antaranya:
1. Haji merupakan amalan yang paling utama.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,“Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam ditanya, “Amalan apa yang paling utama?” Beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab, “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Ada yang
bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Jihad di jalan Allah.” Ada yang bertanya kembali, “Kemudian apa
lagi?” “Haji mabrur”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari).
2. Jika ibadah haji tidak bercampur dengan dosa (syirik dan maksiat),maka
balasannya adalah surga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan haji mabrur tidak
ada balasan yang pantas baginya selain surga.” (HR. Bukhari dan Muslim). An
Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Yang dimaksud, ‘tidak ada balasan yang
pantas baginya selain surga’, bahwasanya haji mabrur tidak cukup jika pelakunya
dihapuskan sebagian kesalahannya. Bahkan ia memang pantas untuk masuk
surga.” (Syarh Shahih Muslim, 9/119).
3. Haji termasuk jihad fii sabilillah (jihad di jalan Allah).
Dari ‘Aisyah—ummul Mukminin—radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Wahai
Rasulullah, kami memandang bahwa jihad adalah amalan yang paling afdhol.
Apakah berarti kami harus berjihad?” “Tidak. Jihad yang paling utama adalah haji
mabrur”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari).
4. Haji akan menghapuskan kesalahaan dan dosa-dosa.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang berhaji ke
Ka’bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia
pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari).
5. Haji akan menghilangkan kefakiran dan dosa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ikutkanlah umrah
kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa
sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak.
Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga.” (HR. An Nasai,
Tirmidzi, Ahmad).
6. Orang yang berhaji adalah tamu Allah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Orang yang
berperang di jalan Allah, orang yang berhaji serta berumroh adalah tamu-tamu
Allah. Allah memanggil mereka, mereka pun memenuhi panggilan. Oleh karena
itu, jika mereka meminta kepada Allah pasti akan Allah beri” (HR. Ibnu Majah).
C. Hukum haji
Hukum melaksanakan ibadah haji adalah wajib bagi umat Muslim yang mampu.
Seperti Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam surah Ali-Imran ayat 97 yang
menjelaskan bahwa haji hukumnya wajib untuk seseorang yang mampu dan dilaksanakan
sekali dalam seumur hidupnya.
D. Waktu pelaksanaan haji
Ibadah haji menjadi satu ibadah yang didamba-dambakan oleh seluruh umat
muslim di mana pun berada. Meski berhaji termasuk ke dalam Rukun Islam yang kelima,
namun kenyataannya tidak semua umat Islam dapat menjalankannya. Hanya sebagian
saja yang dimampukan oleh Allah Swt untuk pergi berhaji ke Tanah Suci. Waktu
pelaksanan ibadah haji pun telah ditentukan oleh Allah Swt, seperti yang dikatakan-Nya
dalam QS al-Baqarah: “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi,
barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak
boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan
apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah,
dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-
orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah: 197).
Sesuai dengan penjelasan ayat di atas, musim atau waktu pelaksanaan haji yakni
dilakukan pada beberapa bulan yang dimaklumi, yaitu mulai bulan Syawal, Zulkaidah,
hingga 9 Zulhijah atau malam ke-10 Zulhijah, yaitu malam lebaran Iduladha.
Pada penjelasan ayat di atas tak menyebutkan kata musim atau waktu dalam redaksi ayat.
Hal ini dilakukan untuk memberi kesan bahwa bulan-bulan itu sendiri telah memiliki
kesucian pada dirinya dan juga akibat terlaksananya ibadah haji dalam periode itu. Kesan
ini, pada gilirannya, mengharuskan setiap orang, baik yang melaksanakan haji maupun
yang tidak, untuk menghormatinya dan tetap memelihara kesuciannya. Caranya adalah
dengan menghindari bukan hanya peperangan, melainkan juga segala macam dosa.
Bulan-bulan yang dimaklumi, yakni bulan yang sudah diketahui oleh masyarakat
Arab sejak sebelum diutusnya Nabi Muhammad Saw. Maka barangsiapa yang
mewajibkan atas dirinya dengan menetapkan niat untuk melaksanakan haji dalam bulan-
bulan itu, maka hendaklah ia mengetahui bahwa tidak ada rafats atau hubungan intim,
tidak ada kefasikan atau perbuatan buruk dan jahat, serta tidak ada pula jidal atau
pertengkaran, di dalam masa melaksanakan haji.
Anak kalimat “dalam bulan-bulan itu” mengisyaratkan bahwa haji tetap dapat
terlaksana walaupun tidak dilaksanakan sepanjang bulan Syawal hingga 9 Zulhijah.
Dengan demikian, waktu pelaksanaan haji tidak seperti waktu puasa Ramadan yang wajib
dilaksanakan sejak awal Ramadan hingga akhirnya, kecuali yang memiliki uzur
(halangan) yang dapat dibenarkan mengganti puasanya pada hari-hari yang lain.
E. Miqat dalam haji dan umrah
Ada beberapa hal wajib yang perlu dilakukan umat Muslim yang menjalankan
ibadah haji dan umrah, yakni miqat. Miqat berasal dari bahasa Arab yang berarti
menetapkan waktu atau menentukan batas. Miqat dalam ibadah haji dan umrah adalah
waktu-waktu yang dianggap sah melakukan ibadah haji dan tempat-tempat untuk
memulai ihram haji dan umrah. Mengutip dari buku “Ensiklopedia Haji dan Umrah”
karya KH Ahmad Chodri Romli, dijelaskan bahwa dalam konteks haji terdapat dua
miqat, yaitu miqat Zamani (waktu) dan miqat Makani (tempat).
1. Miqat Zamani
Miqat zamani adalah waktu diperbolehkannya seseorang untuk melakukan
niat (ihram) haji, yaitu di bulan Syawal, Dzulqa’dah, dan Zulhijjah. Apabila
seseorang melaksanakannya di luar bulan itu baik sesudah maupun sebelumnya,
maka tidak dibenarkan dan tidak sah hajinya.
Niat atau ihram haji itu wajib dalam musim haji, yaitu di bulan Syawal,
Dzulqa’dah, dan satu hari bulan Dzulqa’dah (dalam rentang waktu 69 hari). Hal
ini diartikan, walaupun sebagian besar jemaah haji memulai niatnya seraya
berpakaian ihram di tanggal 8 Zulhijjah, mereka boleh saja berniat ihram sejak
bulan Syawal, karena sudah termasuk ke dalam bulan-bulan haji.
Selanjutnya, barang siapa yang berihram sebelum itu maka ibadah hajinya tidak
sah. Begitu juga bagi mereka yang datang terlambat dan baru berniat ihram pada
tanggal 10 Zulhijjah.
2. Miqat Makani
Miqat makani adalah tempat seseorang wajib memulai ihram haji atau
umrah. Dapat diartikan pula sebagai tempat yang menjadi batas paling akhir bagi
setiap orang yang akan menunaikan ibadah haji atau umrah untuk memulai niat
ihram. Hal ini wajib dilakukan sebagaimana hadis Rasulullah SAW berikut:
“Tidak diperbolehkan melewati (miqat makani), kecuali dengan melakukan
ihram." (HR Thabrani).
F. Macam-macam haji
Haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan umat muslim jika
mampu, baik secara finansial dan juga fisik. Wajibnya melaksanakan ibadah haji
dijelaskan firman Allah Swt.
Dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 97: “Mengerjakan haji adalah kewajiban
manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji) maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”
Pada pelaksanaannya, haji dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Haji Tamattu
Haji Tamattu adalah melaksanakan umrah lebih dahulu, lalu haji. Dalam
hal ini, jamaah wajib membayar dam nusuk sesuai ketentuan manasik.
Pelaksanaan haji dengan cara Tamattu ini dianjurkan bagi semua jamaah haji serta
petugas.
2. Haji Ifrad
Haji Ifrad berarti hanya melaksanakan haji dan tidak wajib membayar dam.
Pelaksanaannya bisa dipilih bagi jamaah haji yang masa waktu wukufnya sudah
dekat atau kurang lebih lima hari. Haji Ifrad dapat dilakukan dengan empat cara,
yakni:
a) Melaksanakan haji saja tanpa melakukan umrah.
b) Melaksanakan haji terlebih dahulu, kemudian melakukan umrah.
c) Melaksanakan umrah sebelum bulan-bulan haji, lalu berihram haji pada
bulan haji.
d) Melaksanakan umrah pada bulan-bulan haji, kemudian pulang ke Tanah
Air dan berangkat kembali ke Tanah Suci untuk melaksanakan haji.
3. Haji Qiran
Haji Qiran adalah melaksanakan haji dan umrah di dalam satu niat dan
satu pekerjaan sekaligus. Jamaah haji Qiran wajib membayar dam nusuk.
Pelaksanaan haji dengan jenis ini bisa menjadi pilihan bagi jamaah haji
yang tidak bisa melaksanakan umrah sebelum dan sesudah haji karena sesuatu
hal. Salah satunya bagi jamaah haji yang masa tinggalnya di Makkah sangat
terbatas.
G. Perbedaan dan persamaan haji tamattu, qiran dan ifrad
Secara ringkas ada tiga macam jenis ibadah haji, yaitu: Tamattu’, qiran, dan Ifrad.
1. Haji Tamattu’
Haji tamattu’ adalah haji yang dilakukan setelah umrah lebih dahulu, yaitu berniat
ihram untuk umrah di miqatnya pada bulan-bulan haji. Setelah selesai melaksanakan
rangkaian ibadah umrah, dan tahallul ( dengan memotong rambut atau menghabisinya
) dari ihram. Kemudian untuk hajinya berihram di Mekkah pada tanggal 8 Dzulhijjah,
sehingga ada jarak waktu beberapa hari antara umrah dengan hajinya.
2. Haji Qiran
Haji qiran adalah niat melaksanakan ihram untuk umrah dan haji secara
bersamaan sejak dari miqat, atau niat iram untuk umrah lalu memasukan niat untuk
haji sebelum memulai tawaf umrah. Jadi, orang yang berhaji tetap dalam keadaan
ihram sampai melempar jumrah pada hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah) lalu
mencukur rambut.
3. Haji Ifrad
Haji ifrad adalah niat ihram untuk haji saja sejak dari miqat dan tetap dalam
keadaan ihram sampai melempar jumrah pada hari raya Idul Adha, dan mencukur
rambut.
Perbedaan dan persamaan haji

Haji Tamattu’ Qiran Ifrad


Terdapat dam Terdapat dam Tidak terdapat
dam
Perbedaan

Niat umroh, setelah Niat umroh dan Hanya berniat


umroh niat ihrom haji. haji secara haji.
bersamaan.
Ada rukun haji Ada rukun haji Ada rukun haji
Persamaan

Ada wajib haji Ada wajib haji Ada wajib haji


Ada sunnah haji Ada sunnah haji Ada sunnah haji
Ada larangan haji Ada larangan haji Ada larangan haji

H. Ketentuan haji
Ketentuan-ketentuan haji terdiri dari rukun haji, wajib haji, sunnah haji, dan
larangan haji.
1. Rukun haji
4 Rukun haji adalah suatu hal yang harus dikerjakan, dan apabila
meninggalkan salah satu saja rukun tersebut maka ibadah hajinya tidak sah.
Adapun lima syarat sah haji adalah:
a. Ihram
b. Thawaf
c. Sa’i (setelah thawaf)
d. Wukuf di padang ‘Arafah dan bercukur

2. Wajib haji
Adapun yang dimaksud dengan wajib haji yakni apabila tidak dikerjakan
dapat dan harus diganti dengan dam. Wajib haji terdiri dari 6 kegiatan:
a. Ihram dari miqat (tempat yang di tentukan untuk memulai haji).
maka barang siapa melampaui miqat tanpa ber-ihram , diwajibkan
membayar dam (denda) seekor domba.
b. Melempar jumroh. Barang siapa tidak melakukannya diwajibkan
membayar dam, seekor domba.
c. Meneruskan wukuf di ‘Arafah sampai setelah matahari terbenam.
d. Menginap (mabit) di Muzdalifah.
e. Menginap (mabit) di Mina.
f. Thawaf wada’ (thawaf perpisahan sebelum meninggalkan
Makkah). Meninggalkan keempat hal terakhir (yakni nomor 3, 4,
5, dan 6) wajib membayar dam , menurut suatu pendapat, tetapi
dalam pendapat lainnya, hanya dianjurkan saja (tidak wajib)

3. Sunnah haji
Adapun sunnah haji adalah amalan-amalan yang dianjurkan ketika
pelaksanaan haji. Di makalah ini kami akan membagi beberapa bagian sunnah
dalam haji:
a. Hal-hal yang disunnnahkan saat berihram
a) Sejak awal bulan Dzulqa’dah hendaknya tidak memotong
rambut dan jenggot, jika tidak bisa hendaknya dilakukan
pada awal bulan Dzullhijjah.
b) Sebelum ber ihram hendaknya membersihkan badan
terlebih dahulu (hendaknya, memotong kuku dan kumis).
Dan hendaknya mandi ihram sebelum berihram di miqat.
c) Jika memungkinkan hendaknya ihram dilakukan setelah
shalat zhuhur. Jika tidak, maka lakukanlah setelah shalat
wajib yang lain. Jika tidak memungkinkan juga, maka
lakukanlah setelah shalat sunnah dua sampai enam rakaat.
b. Hal-hal yang disunnahkan saat memasuki Masjidil-Haram
a) Disunnahkan mandi terlebih dahulu.
b) Ketika akan memasuki Masjidil-Haram disunnahkan
dengan kaki telanjang dan dalam keadaan tenang.
c) Hendaknya masuk melalui pintu “Bani Syaibah”,
dikatakan bahwa pintu itu saat ini berhadapan dengan
“Babussalam”
c. Hal-hal yang dianjurkan saat sa’i
a) Disunnahkan setelah shalat thawaf dan sebelum sa’i untuk
meminum air zamzam dan menyiramkannya juga pada
kepala, kulit, dan perut.
b) Dalam pelaksanaannya dianjurkan untuk berjalan kaki
biasa, kecuali pada lokasi yang ditandai dengan lampu
hijau bagi laki-laki dianjurkan untuk berlari-lari kecil.
c) Disunnahkan banyak menangis ketika sa’i dan
memperbanyak doa kepada Allah SWT.
d. Hal-hal yang disunnahkan di dalam melempar jumrah
a) Ketika melaksanakannya dianjurkan dalam keadaan suci.
b) Setiap lemparan batu kerikil disertai takbir.
c) Melempar jumrah aqabah dengan membelakangi kiblat,
dan melempar jumrah ula dan jumrah wustha dengan cara
menghadap kiblat.
d) Disaat tangan kira menggenggam batu yang akan
dilemparkan, dianjurkan membaca doa ini: Artinya: “Ya
Allah inilah kerikil-kerikil maka periharalah untukku dan
jadikanlah ia pengangkat amalku.”
e. Hal-hal yang disunnahkan dalam korban
a) Binatang yang dikorbankan harus gemuk (banyak
dagingnya).
b) Jika binatang yang dikorbankan adalah sapi atau unta
dianjurkan betina, dan jika kambing maka dianjurkan
jantan.
c) Binatang korban hendaknya disembelih sendiri, jika tidak
bisa menyembelihnya hendaknya meletakkan tangannya di
atas orang yang akan menyembelih binatangnya.
f. Hal-hal yang disunnahkan di Mina
a) Disunnahkan bagi jamaah bermalam di Mina pada hari
kesebelas dan dua belas, dan tidak keluar dari Mina
sekalipun untuk melakukan thawaf sunnah.
b) Membaca takbir setiap selesai melaksanakan shalat.

4. Larangan haji
Hal-hal yang terlarang dalam haji, ada enam:
1) Terlarang bagi laki-laki mengenakan pakaian yang berjahit
(kemeja, celana, sepatu, dan sebagainya). Ia hanya diperbolehkan
mengenakan semacam kain panjang atau handuk yang dililitkan ke
tubuhnya. Kecuali jika sama sekali tidak mendapatkan kain seperti
itu, tak apalah mengenakan celana. Juga dibolehkan baginya
menggunakan ikat pinggang dan berteduh ketika dalam kendaran
(atau bangunan). tetapi tidak dibolehkan menggunakan penutup
kepala (yang langsung menyentuh kepala). Jika sekiranya
melanggar larangan 7 ini, wajiblah ia membayar dam (denda)
seekor domba. Adapun wanita diperbolehkann menggunakan
pakaian berjahit, tetapi terlarang baginya menutupi wajahnya
dengan sesuatu yang bersentuhan langsung dengannya.
2) Terlarang memakai wangi-wangian (kecuali dipakai sebelum ber-
ihram dan baunya masih melekat). oleh karena itu, hendaknya
dihindari segala sesuatu yang dianggap sebagai parfum menurut
kebiasaan. Dan jika sekiranya memakai juga, diwajibkan
membayar dam seekor domba.
3) Memotong kuku atau mencukur (menghilangkan) rambut,
termasuk larangan bagi siapa yang sedang ber-ihram. Bagi yang
melanggar diharuskan membayar dam (seekor domba). tetapi
dibolehkan memakai celak mata, mandi, bekam , dan menyisir
rambut.
4) Melakukan jima’ (bersenggama). Melakukannya sebelum tahallul
pertama, merusak (membatalkan) haji disamping mewajibkan
pembayaran dam berupa seekor unta atau sapi, atau tujuh ekor
domba. Dan apabila hal itu dilakukan setelah tahallul pertama,
maka hajinya tidak menjadi batal, tetapi tetap membayar dam.
5) Selain jima’, terlarang pula melakukan hal-hal yang merupakan
pendahuluan jima’, seperti mencium istri atau bersentuhan dengan
sengaja. Demikian pula melakukan istimna’ (masturbasi). semua
hal tersebut hukumnya haram dan wajib membayar dam seekor
domba.
6) Membunuh binatang buruan yang hidup di darat, yakni yang halal
dimakan atau terlahir dari campuran antara yang halal dan haram.
Dan apabila melakukannya, diwajibkan membayar dam seekor
hewan ternak yang besar tubuhnya mirip dan menyerupai yang
terbunuh. Sedangkan binatang laut, tak ada larangan memburunya.

I. Rangkaian pelaksanaan haji


Rangkaian ibadah haji dari awal sampai akhir mencakup serangkaian ritual yang
memiliki makna mendalam dalam agama Islam. Seperti diketahui, ibadah haji adalah
pilar agama Islam kelima yang dilakukan mulai tanggal 8 Dzulhijjah.
Itupun ibadah haji merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu secara
fisik dan finansial. Proses ibadah ini merupakan pengalaman spiritual yang mendalam
dan mencakup serangkaian ritual yang simbolis.
Berikut ini adalah rangkaian ibadah haji dari awal sampai akhir:
1. Niat dan Ihram
Ihram dan niat merupakan tahap pertama dalam rangkaian ibadah haji. Sebelum
memasuki miqat yang telah ditentukan, jemaah haji diwajibkan untuk melakukan
mandi ihram, berpakaian ihram, wudhu, dan sholat sunnah ihram.
Niat ihram ini harus dilakukan ketika memasuki wilayah miqat dengan
mengucapkan niat haji dari tempat asal masing-masing.
Sebagai informasi, miqat adalah batas waktu dan tempat dilakukannya ibadah haji
maupun umrah. Diketahui ada dua jenis miqat, antara lain miqat zamani (batas
waktu) dan miqat makani (batas tempat).
2. Wukuf Arafah
Tahap kedua dalam rangkaian ibadah haji, yaitu wukuf di Arafah yang dilakukan
pada 9 Dzulhijjah. Jemaah haji diwajibkan berada di Arafah dari tergelincir
matahari hingga terbit fajar 10 Dzulhijjah.
Di sinilah jemaah memohon ampunan kepada Allah dan berdoa dengan khusyuk.
Amalan lain yang bisa dikerjakan, di antaranya mengerjakan sholat Dzuhur,
berdzikir, membaca Al-Quran, hingga menjalankan sholat lima waktu.
3. Mabit di Muzdalifah
Setelah wukuf di Arafah, jemaah haji kemudian bermalam (mabit) di Muzdalifah.
Lokasinya berada di antara Arafah dan Mina. Saat tiba di Muzdalifah, para
jemaah haji diharuskan untuk beristirahat sejenak, praktik ini dikenal dengan
istilah mabit.
Bagi jemaah yang tiba sebelum tengah malam, mereka wajib menunggu hingga
tengah malam tiba karena waktu mabit dimulai dari tengah malam hingga fajar
menyingsing.
Selain melakukan amalan membaca talbiyah, jemaah haji juga mengumpulkan
batu-batu kecil untuk dilemparkan ke jumrah pada hari selanjutnya. Kerikil yang
dikumpulkan berjumlah 7, 49, atau 70 butir.
4. Jumrah Aqabah
Jumrah Aqabah merupakan rangkaian keempat dalam ibadah haji. Tahap ini
dilakukan para jemaah haji dengan melempar tujuh batu kecil sebanyak tujuh
butir kerikil ke Jumrah Aqabah sambil membaca doa.
Waktu pelaksanaannya saat siang hari atau pasca fajar menyingsing, tanggal 10
Dzulhijjah. Setelahnya, para jemaah haji bisa melakukan ibadah menyembelih
hewan kurban.
5. Tahalul
Tahalul merujuk pada pembebasan dari keadaan ihram setelah melaksanakan
serangkaian ramalan ibadah haji dan dilakukan pasca menyelesaikan ritual
melontar Jumrah Aqabah, dilakukan dengan mencukur sedikitnya tiga helai
rambut. Jemaah haji lalu diperbolehkan melakukan segala sesuatu yang
sebelumnya dilarang saat ihram.
Namun, ada pengecualian yaitu tidak diperbolehkan berhubungan suami istri.
Setelah menyelesaikan tahalul tahap pertama, jemaah haji yang akan melakukan
tawaf ifadah dapat langsung berangkat menuju Mekkah.
6. Mabit di Mina
Setelah melontar Jumrah Aqabah, jemaah haji kemudian melakukan mabit lagi di
Mina selama tiga hari yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah (Hari Tasyrik). Di
sini, jemaah melontar ketiga Jumrah yang masing-masing sebanyak tujuh kali.
7. Thawaf Ifadhah
Thawaf Ifadhah melibatkan tujuh putaran di sekitar Ka’bah, dan merupakan salah
satu rukun haji yang paling penting. Thawaf Ifadhah dilakukan setelah melontar
Jumrah Aqabah dan mabit di Mina.
8. Sa’i
Setelah melakukan Thawaf Ifadhah, jemaah haji melakukan Sa’i, yaitu berlari-lari
kecil antara bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Sa’i ini dilakukan untuk
mengenang perjuangan Hajar mencari air bagi putranya, Ismail.
9. Thawaf Wada
Rangkaian terakhir dalam rangkaian ibadah haji dari awal sampai akhir adalah
Thawaf Wada, atau Thawaf Perpisahan. Tahap akhir ini menjadi bagian yang
sangat emosional dari ibadah haji, yang mencerminkan perasaan terima kasih dan
harapan untuk kembali.
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Jadi kesimpulan dari kajian teori diatas bawasanya dalam Islam, haji merupakan
salah satu rukun yang penting dan memiliki banyak keutamaan bagi umat Muslim yang
mampu melaksanakannya. Pelaksanaan haji melibatkan aspek spiritual, sosial, dan
pribadi yang sangat berharga. Sejarah haji dimulai sejak zaman Nabi Ibrahim dan
pensyariatan haji dalam agama Islam dimulai pada tahun 9 Hijriah. Terdapat ketentuan-
ketentuan yang harus dipatuhi dalam melaksanakan haji, termasuk rukun haji, wajib haji,
sunnah haji, dan larangan haji. Sunnah haji meliputi amalan-amalan yang dianjurkan,
sedangkan larangan haji mencakup hal-hal yang harus dihindari selama pelaksanaan haji.
Rangkaian pelaksanaan haji meliputi berbagai tahapan, mulai dari niat dan ihram hingga
thawaf Wada. Melaksanakan haji dengan penuh keikhlasan dan ketaatan dapat membawa
berkah dan keberkahan bagi umat Muslim.
B. Saran
Demikian pemaparan materi dari makalah ini mengenai Hakikat dan Ketentuan
Hji. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf
apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas. Kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, H. (2023, Juni 21). Haji: Pengertian, Hukum, Syarat Wajib dan Rukun Haji. Retrieved
from detikHikmah.com: https://www.detik.com/hikmah/haji-dan-umrah/d-6784140/haji-
pengertian-hukum-syarat-wajib-dan-rukun-haji#:~:text=amalan%2Damalan
%20tertentu.-,Hukum%20Haji%20dan%20Waktu%20Pelaksanaannya,dilaksanakan
%20sekali%20dalam%20seumur%20hidupnya
Hidayat, R. A. (2023, Juni 04). Pengertian dan Macam-macam Miqat dalam Ibadah Haji dan
Umrah. Retrieved from BERITASATU:
https://www.beritasatu.com/nasional/1048681/pengertian-dan-macammacam-miqat-
dalam-ibadah-haji-dan-umrah
indonesia, g. (2023, 05 15). mengapa berhaji. Retrieved from Garuda Indonesia Haji:
https://hajj.garuda-indonesia.com/site/read/256/457/150523/mengapa-
berhaji.html#:~:text=Pertama%3A%20Haji%20merupakan%20amalan%20yang
%20paling%20utama.&text=Kedua%3A%20Jika%20ibadah%20haji%20tidak,selain
%20surga.%E2%80%9D%20
Qasim/Ronna, U. A. (2023, Mei 22). Kapan Waktu Pelaksanaan Ibadah Haji? Ini Penjelasan
Menurut Al-Quran. Retrieved from Dompet Dhuafa.com:
https://www.dompetdhuafa.org/waktu-pelaksanaan-ibadah-haji/
Yuna. (2023, Juli 23). Catat! Begini 9 Rangkaian Ibadah Haji dari Awal Sampai Akhir.
Retrieved from ACC ONE. com: https://www.acc.co.id/accone/InfoTerkini_Detail?
Id=6114&title=Catat-Begini-9-Rangkaian-Ibadah-Haji-dari-Awal-Sampai-Akhir
Ini, B. H. (2023, Juni 06). Macam-Macam Haji yang Perlu Diketahui Umat Islam. Retrieved
from Berita Hari Ini.com: https://m.kumparan.com/berita-hari-ini/macam-macam-haji-
yang-perlu-diketahui-umat-islam-20XgutnKRcV/4
Kurnia, R. Manfaat ibadah haji; telaah terhadap surat al-hajj ayat: 28.

Anda mungkin juga menyukai