Anda di halaman 1dari 17

1.

Pengertian Haji
Haji (Bahasa Arab : ‫ )حج‬adalah rukun Islam kelima. Secara bahasa, haji artinya
berkunjung ketempat yang agung. Sedangkan secara istilah, haji berarti berziarah ke tempat
tertentu pada waktu-waktu tertentu untuk melakukan amalan-amalan tertentu dengan niat
ibadah. Definisi berziarah ketempat tertentu, yaitu berkunjung ke Baitullah (Ka'bah), Padang
Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Defenisi waktu-waktu tertentu, yaitu ibadah haji hanya
dilakukan pada bulan-bulan haji saja (Syawal, Zulkaidah dan Zulhijah). Sedangkan definisi
amalan-amalan tertentu, yaitu mengerjakan serangkaian ibadah seperti rukun haji, wajib haji,
tawaf, wukuf, sai, mabit di Minah dan Muzdalifah.

2. Hukum Pergi Haji


Pergi haji hukumnya wajib bagi setiap orang muslim dewasa yang telah memenuhi syarat.
Syarat yang dimaksud adalah mampu secara fisik, ilmu dan mampu secara ekonomi untuk
mengadakan perjalanan ke Baitullah, Arab Saudi minimal satu kali dalam seumur hidup.
Kewajiban atas ibadah haji dijelaskan dalam firman Allah ta'ala berikut ini, yang artinya,
"Menunaikan haji adalah kewajiban manusia kepada Allah, yaitu bagi orang yang mampu
mengadakan perjalanan ke Baitullah." (QS. Ali 'Imran: 97)

3. Syarat Wajib Haji


Menurut para ulama syarat wajib haji ada lima. Adapun syarat-syarat tersebut yaitu;
#1: Islam
Orang yang mengerjakan haji wajib beragama Islam. Jika ada orang non Islam ingin
berhaji, tentu saja ia harus bersyahadat terlebih dahulu, lalu melakukan kewajibannya sebagai
islam seperti sholat, puasa, zakat dan ibadah-ibadah lainnya.
#2: Berakal
Maksudnya waras atau tidak gila. Konsekuensinya, orang yang tidak berakal tidak
terkena beban kewajiban agama. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits; "Pena
Diangkat (kewajiban digugurkan) dari tiga (golongan); Orang yang tidur sampai bangun,
anak kecil hingga bermimpi (baligh), dan orang gila hingga berakal (sembuh)." (HR. Abu
Daud, no. 4403)
#3: Baligh
Baligh adalah telah sampainya usia seseorang pada tahap kedewasaan sehingga sudah
bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Artinya anak kecil yang belum
baligh tidak diwajibkan untuk berhaji sampai ia menginjak usia baligh. Hal ini sudah
dijelaskan dalam hadits diatas [HR. Abu Daud, no. 4403]
#4: Merdeka
Orang yang bebas atau bukan budak yang terikat tanggung jawab pada tuannya.
#5: Mampu
Syarat haji ini secara khusus disebutkan dalam firman Allah ta'ala, yang artinya;
"Menunaikan haji adalah kewajiban manusia kepada Allah, yaitu bagi orang yang mampu
mengadakan perjalanan ke Baitullah." (QS. Ali 'Imran: 97) Mampu yang dimaksud dalam
syarat haji ini, ialah:
- Mampu membayar biaya perjalanan haji PP
- Mampu mencukupi nafkah untuk keluarga yang di tinggalkan
- Mampu melunasi hutang-hutangnya (jika ada)
- Mampu secara fisik dan Ilmu Manasik

4. Rukun Haji
Rukun haji merupakan sebagian amalan (perbuatan) yang tidak boleh ditinggalkan oleh
seseorang pada saat ia sedang melaksanakan ibadah haji. Dan apabilah rukun haji tersebut
ada yang tidak dekerjakan maka hajinya tidak sah. Adapun rukun haji menurut mazhab
Syafi'i, Maliki, Hambali dan Hanafi, yaitu: Mazhab Syafi'i (Ihram, Wukuf di Arafah, Tawaf
Ifadhah, Sa’i, Tahalul, dan Tertib), Mazhab Maliki (Ihram Wukuf di Arafah Tawaf Ifadhah
Sa'i) Mazhab Hambali (Ihram, Wukuf di Arafah, Tawaf Ifadhah, Sa’i) Mazhab Hanafi
(Wukuf di Arafah, Tawaf Ifadhah.
Berikut penjelasan mengenai beberapa rukun haji diatas:
-Rukun Haji ke-1: Ihram
Ihram, yaitu beniat dari miqat ketika hendak memulai kegiatan ibadah haji, seperti
mengucapkan Lafaz: ‫ك اللَهُ َم َحجًا‬
َ ‫ لَبَ ْي‬Yang artinya: "Ya Allah, kupenuhi panggilan-Mu untuk
berhaji"
-Rukun Haji ke-2: Wukuf di 'Arafah
Yang dimaksud Wukuf di Arafah ialah berdiam di padang Arofah dengan memperbanyak
zikir dan istighfar kepada Allah SWT. Waktu wukuf di arafah bermula dari tergelincirnya
matahari di Hari Arafah, yaitu pada tanggal 9 Zulhijah, sampai terbit fajar pada Hari Raya
Kurban. Apabila seseorang berwukuf di Arafah di luar waktu tersebut, sama saja ia belum
berwukuf. Itulah pendapat jumhur (mayoritas) ulama.
-Rukun Haji ke-3: Thawaf Ifadhah
Tawaf ziarah atau tawaf ifadah merupakan bagian dari rukun haji yang dilakukan setelah
wukuf di arafah. Kefarduan tawaf ini telah dikukuhkan dengan Al-Quran, Sunnah, dan ijmak.
Dalam Al Quran surat Al Hajj: 29, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman “…Dan hendaklah
mereka melakukan Thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah Ka'bah).” Dengan teks
Al-Quran tersebut para ulama sepakat bahwa itu adalah perintah untuk melakukan tawaf
ziarah (tawaf ifadah). Tawaf ifadah berjalan mengelilingi Ka'bah nan agung sebanyak 7 kali
putaran dengan syarat; suci dari hadas dan najis baik badan maupun pakaian, menutup aurat,
Kakbah berada di sebelah kiri kita saat mengelilinginya, dan kita harus memulai tawaf dari
hajar aswad (batu hitam) yang terletak di salah satu pojok Ka'bah.
-Rukun Haji ke-4: Sa’i
Dalam hadits riwayat Ahmad (XII/76, no. 277), Rasulullah SAW bersabda “Kerjakanlah
sa’i, sesungguhnya Allah telah mewajibkan sa’i atas kalian”. Sa’i adalah berjalan dari bukit
Safa ke bukit Marwah sebanyak tujuh putaran dan berakhir di bukit Marwah. Dalam haji, Sa'i
dilakukan setelah tawaf qudum.
-Rukun Haji ke-5: Tahalul
Tahalul, adalah mencukur atau memotong rambut paling sedikit tiga helai rambut di
sekitar bukit Marwa (tempat terakhir melaksanakan sa'i).
-Rukun Haji ke-6: Tertib
Tertib, artinya rukun-rukun haji diatas harus dilakukan secara berurutan, yaitu dengan
mendahulukan ihram atas rukun lainnya, kemudian wukuf, lalu tawaf dan seterusnya.

5. Aktivitas Wajib Haji


Yaitu melakukan beberapa aktivitas yang diperintahkan pada saat berhaji. Jika aktivitas-
aktivitas tersebut ada yang tidak dikerjakan karena lupa maka diharuskan menggantinya
dengan membayar dam. Sebagaimana dalam sebuah hadits Rasulullah berikut ini, “Barang
siapa meninggalkan suatu ibadah wajib dalam haji atau lupa, maka dia wajib menyembelih
kurban”. (Hadits Riwayat Malik) Berikut aktivitas-aktivitas yang termasuk dalam kegiatan
wajib haji menurut empat mazhab: Mazhab Syafi'i (Ihram dari Miqat, Mabit di Muzdalifah,
Melontar jumrah, Mabit di Mina, dan Tawaf Wada’), Mazhab Hanafi (Sa’i, Wukuf di
Muzdalifah, Melontar jumrah, Mencukur rambut, dan Tawaf Wada’), Mazhab Maliki (Haji
Ifrad, Ihram dari Miqat, Membaca talbiyah, Tawaf Qudum, Mabit di Muzdalifah, Melontar
jamarat, Mencukur rambut, Shalat thawaf, Mabit di Mina, Al-Jam’u di Arafah dan
Muzdalifah), Mazhab Hambali (Ihram dari Miaqat, Mabit di Muzdalifah, Melontar jamrah,
Mabit di Mina, Tawaf Wada’, Wukuf di Arafah, Mencukur rambut).

6. Sunnah Haji
Sunnah haji maksudnya adalah jenis amalan ibadah yang dapat menambah pahala bila
dikerjakan. Amalan ini sebagai pelengkap pelaksanaan haji. Bila tidak dikerjakan juag tidak
mengapa karena tidak berdosa. Apa saja yang termasuk amalan sunnah dalam haji? Berikut
diantaranya:
-Mandi besar sebelum berniat dan mengenakan ihram.
-Menggunakan wangi-wangian sebelum ihrom bagi laki-laki.
-Melantunkan Talbiyah berulang kali.
-Melantunkan doa saat memasuki kota Mekkah.
-Mengucapkan doa saat memasuki Masjidil Haram.
-Memanjatkan doa saat melihat Ka’bah.
-Melakukan Thawaf Qudum. Tarwiyah di Mina.
-Mencium Hajar Aswad.
-Sholat di Hijr Ismail.
-Minum air Zam-zam.
-Melaksanakan thawaf sunnah selama di Mekkah.

7. Keutamaan Ibadah Haji


Ada banyak sekali keutamaan dalam ibadah haji, beberapa diantaranya yaitu:
1. Haji adalah amalan yang paling utama.
Dari Abu Hurayrah r.a. Rasulallah saw ditanya : "Apa amalan yang paling utama?" Beliau
menjawab, "Beriman kepada Allah." Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab, "jihad
dijalan Allah." Kemudian apa lagi?" "Haji mabrur", jawab Rasullallah. (H.R Bukhari no
1519)"
2. Orang Berhaji dijamin masuk Surga jika Mabrur.
'Abdullah Ibn Mas'ud r.a. meriwayatkan bahwa Rasulallah saw. pernah bersabda, yang
artinya: “Iringilah haji dengan umrah, karena keduanya menghilangkan kefakiran dan
dosa-dosa laksana api yang menyala-nyala mencairkan besi, emas, serta perak, dan tiada
pahalah untuk haji yang mabrur selain surga." (HR. al-Tirmizi serta disahihkan oleh al-
Nasa'i dan Ibn Majah).
3. Orang Berhaji adalah tamu Allah yang Do'anya akan dikabulkan.
Dari Ibnu ‘Umar, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, yang artinya:
“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang berhaji serta berumroh adalah tamu-
tamu Allah. Allah memanggil mereka, mereka pun memenuhi panggilan. Oleh karena itu,
jika mereka meminta kepada Allah pasti akan Allah beri” (HR. Ibnu Majah no 2893.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)"

8. Cara Pelaksanaan Haji


Secara umum pelaksanaan haji bisa dilakukan dengan tiga cara, yaitu haji Ifrad, haji
Qiran, dan haji Tamattu'. Berikut penjelasan terkait tiga cara pelaksanaan haji tersebut:
1. Haji Ifrad
Maksud dari haji Ifrad adalah orang yang berhaji melakukan ihram hanya untuk haji saja.
Bagi mereka yang akan melaksanakan umroh wajib ataupun sunah boleh dilakukan setelah
kegiatan hajinya selesai.
2. Haji Qiran
Haji Qiran adalah proses pelaksanaan haji yang digabung dengan mengerjakan amalan
umrah dalam waktu bersamaan. Adapun amanlan pelaksanaan haji Qiran yang digabung
dengan amalan umroh tersebut, yaitu tawaf dan sai. Gambaran pelaksanaan haji Qiran
menurut mazhab Hanafi adalah berihram untuk umroh dan haji dari batas miqat, dengan
mengucapkan niat haji dan umrah, "Ya Allah, aku hendak berhaji dan umrah. Mudahkanlah
keduanya bagiku dan terimalah keduanya dariku"
3. Haji Tamattu
Haji Tamaattu' adalah proses pelaksanaan haji dengan mengerjakan ibadah umrah terlebih
dahulu baru kemudian melaksanakan ibadah haji.

9. Waktu Pelaksanaan Haji


Waktu pelaksanaan ibadah haji telah ditentukan dalam syariat, yaitu pada bulan-bulan
haji saja (Syawal hingga sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah). Waktu pelaksanaan haji
ٌ ‫ ْٱل َحجُّ َأ ْشهُ ٌر َّم ْعلُو ٰ َم‬Yang artinya; "Musim haji adalah
ini merujuk firman Allah ta'ala berikut ini; ‫ت‬
beberapa bulan yang dimaklumi” (QS. Albaqarah; 197)". Maksud dari bulan yang dimaklumi
pada ayat diatas adalah bulan Syawwal, Dzul Qa’dah, dan sepuluh hari pertama bulan Dzul
Hijjah. Puncak pelaksanaan ibadah haji adalah wuquf di Arafah, mulai 9 Dzulhijjah hingga
matahari terbit di 10 Dzulhijjah.

10. Larangan Haji


-Larangan Khusus bagi Jamaah Laki-Laki
Selama beribadah umrah atau haji, jamaah laki-laki dilarang: Memakai pakaian yang
dijahit, seperti kaos, kemeja, ataupun celana. Memakai sepatu atau alas kaki yang
menutupi mata kaki. Menutup kepala atau menggunakan topi.
-Larangan Khusus bagi Jamaah Perempuan
Saat melaksanakan ibadah umrah atau haji, jamaah perempuan dilarang untuk
mengenakan kaos tangan yang menutup telapak tangan dan menutup muka atau
mengenakan cadar.
-Larangan bagi Jamaah Laki-Laki dan Perempuan
1. Memakai wangi-wangian kecuali yang dipakai sebelum memakai ihram.
2. Memotong kuku dan mencukur atau mencabut bulu badan.
3. Berburu, mengganggu, atau membunuh binatang dengan cara apapun.
4. Nikah, menikahkan, atau meminang wanita untuk dinikahi.
5. Bercumbu atau bersetubuh.
6. Mencaci atau bertengkar mengucap kata-kata kotor.
7. Memotong pepohonan di tanah haram.

11. Dalil Naqli tentang Haji


- Q.S. Ali ‘Imran [3]: 97
‫هّٰلِل‬ ٌ ۢ ‫فِ ْي ِه ٰا ٰي‬
‫ت َم ِن ا ْستَطَا َع اِلَ ْي ِه‬ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬ ِ َّ‫ت َّمقَا ُم اِب ْٰر ِه ْي َم ەۚ َو َم ْن َد َخلَهٗ َكانَ ٰا ِمنًا ۗ َو ِ َعلَى الن‬
ٌ ‫ت بَي ِّٰن‬
َ‫ َسبِ ْياًل ۗ َو َم ْن َكفَ َر فَا ِ َّن هّٰللا َ َغنِ ٌّي ع َِن ْال ٰعلَ ِم ْين‬.
Artinya: “Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam Ibrahim.
Barangsiapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di antara) kewajiban manusia
terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang
mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka
ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.” (Q.S. Ali
‘Imran [3]: 97)
-Q.S. Al-Baqarah [2]: 127

َ َّ‫ت َواِ ْسمٰ ِع ْي ۗ ُل َربَّنَا تَقَبَّلْ ِمنَّا ۗ اِن‬


‫ك اَ ْنتَ ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‬ ِ ‫َواِ ْذ يَرْ فَ ُع اِب ْٰر ٖه ُم ْالقَ َوا ِع َد ِمنَ ْالبَ ْي‬ .

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail,
(seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang
Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 127)
-Q.S. Al-Hajj [22]: 26-27

‫اِئ ِمينَ َوالرُّ َّك ِع‬œَ‫ ْيًئا َوطَهِّرْ بَ ْيتِ َي لِلطَّاِئفِينَ َو ْالق‬œ‫ ِر ْك بِي َش‬œ‫ت َأ ْن اَل تُ ْش‬ ِ ‫انَ ْالبَ ْي‬œ‫َوِإ ْذ بَ َّوْأنَا إلب َْرا ِهي َم َم َك‬
(‫ق‬ ٍ ‫ضا ِم ٍر يَْأتِينَ ِم ْن ُك ِّل فَ ٍّج َع ِمي‬
َ ‫ك ِر َجاال َو َعلَى ُك ِّل‬ َ ‫اس بِ ْال َحجِّ يَْأتُو‬
ِ َّ‫) َوَأ ِّذ ْن فِي الن‬26( ‫ال ُّسجُو ِد‬
)27
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat
Baitullah (dengan mengatakan), "Janganlah kamu memperserikatkan sesuatu pun dengan
Aku dan sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang tawaf, dan orang-orang yang
beribadah dan orang-orang yang rukuk dan sujud. Dan serulah kepada manusia untuk
mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan
mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (Q.S. Al-Hajj
[22]: 26-27)
1. Pengertian Umroh
Umroh adalah ziarah ke Baitullah dengan thawaf (mengelilingi ka’bah 7 kali), sa’i
(berlari-lari kecil) diantara dua bukit: Shafa dan Marwah, hingga diakhiri dengan mencukur
gundul ataupun memendekkan rambut kepala.

Sebelum melaksanakan umroh, ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh jamaah yang akan
berangkat.

2. Hukum Umroh
Ulama berbeda pendapat tentang hukum umroh, yaitu:

- Sunnah
Hukum Umroh adalah sunnah. Ulama yang berpendapat sunnah seperti Imam abu
Hanifah, Imam Malik, riwayat dari Ibnu Mas’ud, dan pendapat yang dipilih Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah.

- Wajib
Hukum umroh adalah wajib. Pendapat kedua dan dianggap paling kuat hukum
ibadahnya ialah wajib, karena berdasarkan dalil-dalil dalam Al-Quran dan hadist.

Salah satu ayat yang menguatkan hukum umroh yang wajib ialah, pada surah Al-
Baqoroh ayat 196

ِ ‫َوَأتِ ُّموا ْال َح َّج َو ْال ُع ْم َرةَ هَّلِل‬

“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umroh karena Allah” (Q.S. Al-Baqarah: 196).

Dalam ayat ini umroh disandingkan dengan ibadah haji, hal itu yang jadi rujukan
sahabat Umar, Ibnu Abbas, Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhum, juga para imam seperti
Imam Syafi’i, dan Imam Malik dalam menetapkan hukumnya.
Selain itu, diriwayatkan Rasulullah salallahu‘alayhi wa sallam melakukan umroh hingga
empat kali semasa hidupnya.

3. Syarat Umroh
Imam Ibnu Katsir menerangkan, “Diriwayatkan secara shahih bahwa Nabi melakukan
umroh sebanyak empat kali, dan semuanya beliau kerjakan pada bulan Dzulqo’dah, yaitu
Umroh Hudaibiyyah pada tahun ke 6 H, Umratul Qadha’ pada tahun ke 7 H, Umroh Ji’ranah
pada tahun ke 8 H, dan umroh terakhir saat Haji Wada’ di tahun ke 10 H.”

Sebelum melakukan ibadahnya, baiknya kita melihat apakah sudah memenuhi syarat
wajibnya. Sebaliknya, jika kita termasuk ke dalam semua syaratnya ini maka kita sudah
bersyarat untuk menunaikannya.
-Beragama Islam atau merupakan orang muslim.
Beragama Islam merupakan syaratnya sebagaimana ibadah lainnya. Bersyahadat dan
memeluk Agama Islam merupakan tiket wajib untuk diterimanya amalan ibadah-ibadah.

-Baligh dan berakal.


Kedua, balik dan berakal. Baligh merupakan batas manusia sudah masuk ke
perhitungan amalan baik atau buruk. Semua yang dilakukan manusia yang baligh akan dicatat
menjadi pahalanya atau dosanya.

Untuk batasan baligh terdapat tanda-tanda seperti mimpi basah, munculnya bulu
kemaluan, haid untuk wanita, dan lainnya.

-Merdeka dari perbudakan, atau bukan hamba sahaya.


Di zaman ini sudah sangat jarang yang masih menerapkan perbudakan semacam ini.

-Memiliki kemampuan
Kemampuan dalam hal ini yang dimaksud adalah finansial, kesehatan, maupun ilmu
pengetahuan.

-Adanya mahrom bagi perempuan.


Ditemani mahram merupakan salah satu syarat perempuan boleh bepergian jauh di
dalam Islam. Ibadah ini merupakan salah satu ibadah yang wajib bersafar, oleh karenanya
perlu bersama mahrom. Ini menjadi syarat bagi perempuan.

4. Rukun Umroh
Dari serangkaian ibadahnya, Anda haru memperhatikan yang mana rukun umroh yang
mana sunnah umroh. Karena tahapan rukun ini yang menentukan diterima atau tidaknya
ibadah ini.

-Berihram atau berniat untuk memulai umroh.


Ihram dilakukan di miqat, yaitu tempat khusus yang ditetapkan
Rasulullah Salallahu’alayhi wa sallam untuk melafadzkan talbiah umroh. Adapun lafadz yang
diucapkan ialah sebagai berikut:
“labbaik ‘umroh”

Artinya: aku memenuhi panggilan-Mu untuk menunaikan ibadah umroh.

-Thawaf yaitu mengelilingi Kabah sebanyak 7 putaran.


Thawaf dimulai dari Hajar Aswad, berakhir di Hajar Aswad pula.  Dalam prosesnya
jamaah disunnahkan berlari-lari kecil pada 3 putaran pertama dan berjalan biasa pada 4
putaran terakhir.
-Melakukan sa’i yang dimulai dari Bukit Shafa ke Bukit Marwa.
Sa’i dilakukan sebanyak 7 putaran, dari Shafa ke Marwa dihitung satu putaran, balik
dari marwa ke shafa dihitung satu putaran.  Sehingga jika menempuh Shafa-Marwa kembali
ke Shafa dihitung jadi 2 kali. Di Bukit Shafa, jamaah bisa menaiki bukit, lalu menghadap
Kabah dan berzikir khusus yang telah ditetapkan Rasulullah.

-Tahalul
Setelah sa’i, tata cara umroh selanjutnya ialah para jamaah diperintahkan bertahallul.
Tahalul merupakan memendekkan seluruh rambut kepala atau mencukur gundul, dan yang
mencukur gundul itulah yang lebih afdhal. Adapun bagi wanita, cukup dengan memotong
rambutnya sepanjang satu ruas jari.

Tahalul menjadi ritual penutup ibadah umroh. Oleh karenanya, jamaah diperbolehkan
kembali mengerjakan hal-hal yang tadinya dilarang ketika dalam keadaan ihram.

-Tertib
Tertib maksudnya semua rukun di atas harus dilakukan secara berurutan. Jika tidak
ibadah umroh tidak sah

5. Wajib Umroh
Berikut wajib umroh yang perlu Anda ketahui.

1. Berihram di Miqat
2. Tidak melanggar larangan sewaktu ihram
3. Menjalankan rukun umroh

6. Keutamaan Umroh
-Menghapuskan dosa
Keutamaan pertama disampaikan Rasulullah Salallahu’alayhi wa sallam dalam satu
hadist, bahwa Allah akan mengampuni dosa hambanya dari umroh ke umroh.
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ‫ْس لَهُ َجزَ ا ٌء ِإالَّ ْال َجنَّة‬


َ ‫ َو ْال َحجُّ ْال َم ْبرُو ُر لَي‬، ‫ْال ُع ْم َرةُ ِإلَى ْال ُع ْم َر ِة َكفَّا َرةٌ لِ َما بَ ْينَهُ َما‬

 “Antara umroh yang satu dan umroh lainnya, itu akan menghapuskan dosa di antara
keduanya. Dan haji mabrur tidak ada balasannya melainkan surga.” (HR. Bukhari no. 1773
dan Muslim no. 1349)

-Menghilangkan kefakiran
Keutamaan kedua juga merupakan ibadah yang disebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam menghilangkan kefakiran dan menghapuskan dosa-dosa. Bahkan dilukiskan dalam
salah satu hadsit sahih, peghapusan dosanya seperti pembakaran yang menghilangkan karat
pada besi, emas, dan perak.
Dari Abdullah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ ‫ْس لِ ْل َح َّج ِة ْال َم ْبر‬
‫ُور ِة‬ َّ ِ‫ب َو ْالف‬
َ ‫ض ِة َولَي‬ ِ َ‫ث ْال َح ِدي ِد َوال َّذه‬
َ َ‫وب َك َما يَ ْنفِى ْال ِكي ُر َخب‬
َ ُ‫تَابِعُوا بَ ْينَ ْال َحجِّ َو ْال ُع ْم َر ِة فَِإنَّهُ َما يَ ْنفِيَا ِن ْالفَ ْق َر َوال ُّذن‬
ُ‫ثَ َوابٌ ِإالَّ ْال َجنَّة‬

“Ikutkanlah umroh kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa
sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak. Sementara tidak
ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga.” (HR. An Nasai no. 2631, Tirmidzi no. 810,
Ahmad 1/387. Kata Syaikh Al Albani hadits ini hasan shahih)

-Disetarakan dengan berjihad bagi wanita


Keutamaan yang ketiga ini khusus perempuan. Perjuangan jamaah perempuan saat
umroh disetarakan oleh Rasulullah slallahu’alayhi wa sallam dengan berjihad. Hal ini
diungkapkan olehnya kepada Aisyah.

Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah, apakah wanita juga wajib berjihad?”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya. Dia wajib berjihad tanpa ada


peperangan di dalamnya, yaitu dengan haji dan ‘umroh.”
(HR. Ibnu Majah no. 2901, hadits ini dishahihkan Syaikh Al Albani)

7. Sunnah Umroh

- Mandi, memotong kuku, menipiskan kumis, mencabut bulu ketiak, dan mencukur rambut
kemaluan sebelum berihram (melafazhkan niat ihram).

- Memakai minyak wangi setelah mandi, pemakaian bukan pada kain, melainkan di badan
kita, sebelum mengucapkan niat ihram. Sesudah melafalkan niat ihram maka dilarang
baginya untuk memakai minyak wangi dibadan maupun dipakaian.

- Berihram menggunakan dua lembar kain putih, satu dipakai sebagai selendang dan yang
lain menjadi sarung

- Mengucapkan talbiyah sambil meninggikan suara,


َ ‫ك َو ْال ُم ْلكَ الَ َش ِر ْي‬
‫ك لَك‬ َ َ‫ ِإ َّن ْال َح ْم َد َوالنِّ ْع َمةَ ل‬، َ‫ لَـبَّـ ْيكَ الَ شَرْ يَكَ لَكَ لَـبَّـ ْيك‬، َ‫ك اللَّهُ َّم لَـبَّـ ْيك‬
َ ‫لَـبَّـ ْي‬

“Aku memenuhi panggilan-Mu Ya Allah (sungguh) Aku memenuhi panggilan-Mu,


(sungguh) Aku memenuhi panggilan-Mu tiada sekutu bagimu, sesungguhnya seluruh pujian
kesempurnaan, dan seluruh nikmat serta kekuasaan hanya milik-Mu yang tiada sekutu bagi-
Mu.”

- Melaksanakan Al-Idhthiba’ pada saat thawaf. Al-Idhthiba’ adalah melilitkan kain ihram ke
bagian pundak kiri dan membiarkan pundak kanan terbuka melalui bawah ketiak kanan.
- Mencium Al-Hajarul Aswad jika dirasa memungkinkan, tanpa mengganggu dan membuat
kerusuhan pada jemaah umroh atau haji lainnya. Jika tak memungkinkan cukup dengan
menyentuhkannya ke tangan lalu mencium tangannya tersebut. Dan jika masih tidak
memungkinkan, maka cukup dengan memakai isyarat melambaikan tangan.

- Menyentuh Ar-Ruknul Yamani tanpa menciumnya, apabila tidak dapat menyentuh maka
tidak disunnahkan untuk berisyarat lambaian tangan.

- Perbanyak dzikir dan berdo’a ketika thawaf

- Meminum air zam-zam

- Pada saat berada di antara Ar-Ruknul Yamani dan Al-Hajarul Aswad mengucapkan doa :
َ ‫َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬
‫اب النَّا‬
“Wahai Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah
kami dari siksa neraka.”

8. Prosesi atau Kegiatan yang dilakukan Ketika umrah


1. Melaksanakan Sunat-Sunat Ihram

 Sebelum ihram rapikan kuku, rambut, jenggot, kumis, bulu ketiak dan bulu lainnya.
Kemudian mandi (membasahi badan dari kepala sampai kaki), menyela-nyela jari
tangan dan kaki, kemudian berwudhu.
 Selanjutnya mengenakan pakaian ihram. Bagi pria yang satu disebut Rida (kain
bagian atas) dan Izzar (kain bagian bawah).
 Pakaian ihram untuk wanita sama halnya dengan pakaian ketika shalat. Yaitu jilbab
yang harus menutupi seluruh rambut (rambut tidak boleh terlihat). Baju harus
menutupi dada. Tidak boleh memakai pakain tipis hingga terlihat rambut atau kulit,
selain telapak muka dan telapak tangan. Kaki memakai kaos kaki/stoking.
 Sebelum niat boleh memakai wewangian, body lotion, parfum dan lainnya. Namun
tidak boleh dilakukan sesudah niat.
 Bila salat wajib didirikan, kerjakan salat sunat ihram setelahnya, atau boleh
menjadikan salat wajib itu penganti salat sunat ihram.

- Perhatian

 Shalat sunnat ini tidak diniatkan untuk ihram, tapi berniat mengerjakan shalat sunnat
yang disebabkan satu sebab. Misalnya shalat dhuha, shalat hajat, tahiyatul masjid dll.
 Yang bermiqat di Madinah sebaiknya mengerjakan semua sunah ihram di hotel.
 Setelah berpakaian ihram, salat sunat dan niat dilakukan di Bir Ali.
2. Ihram Umrah

Ihram umrah adalah niat untuk melaksanakan umrah kemudian diikuti dengan Talbiyah.
Ihram umrah ini merupakan tanda telah masuknya rangkaian ibadah umrah dengan
diharamkannya melakukan segala sesuatu selama melalaksanakan umrah sebagaimana
takbiratul ihram dalam shalat.
Niat untuk umrah antara lain:
Labbaika Allâhuma Umratan
“Aku taati panggilan-Mu untuk melakukan umrah”

Setelah niat tidak boleh melanggar larangan ihram. Tidak boleh berkata buruk, mengunjing,
bertengkar, berdebat yang tidak bermanfaat dan larangan lainnya untuk menjaga
kesempurnaan umrah. Banyaklah membaca talbiyah:

Labaîk allâhumma labaîk, labaîk lâ syarîka laka labaîk, innal hamda wan ni’mata laka wal
mulku, lâ syarîka laka
“Aku penuhi seruan-Mu Ya Allah, aku penuhi seruan-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu.
Sesungguhnya segala puji, nikmat dan seluruh kerajaan milik-Mu dan tidak ada sekutu bagi-
Mu.”
Setelah berulang kali membaca talbiyah diselingi shalawat:
allâhumma shalli wa sallim ‘alâ muhammad wa ‘alâ Ali muhammad
“Ya Allah limpahkan kesejahteraan dan keselematan kepada Muhammad dan keluarganya.”
Kemudian bacalah doa yang disukai, misalnya doa:
allâhumma inna nas-aluka ridhâka wal jannah wa naûdzubika min sakhatika wannâr.
“Ya Allah kami meminta ridha-Mu dan surgaMu. Kami berlindung dari kemarahan dan api
neraka.”

3. Masuk ke Masjidil Haram

Ketika masuk masjid dahulukan kaki kanan dengan membaca:


Allahumaftah lî abwâba rohmatika
“Ya Allah bukakan bagiku semua pintu RahmatMu.”
Kemudian berjalan dengan tenang dan khusuk sambil membaca talbiyah.
Ketika melihat Kabah berdoa sambil mengangkat kedua tangan:

Allahumma zid hâdzal baita tasyrîfan wa ta’dzîman wa takrîman wa mahabatan wa zid man
syarrafahu wa karamahu mimman hajjahu wa’tamarahu tasyrîfan wa ta’dzîman wa takrîman
wa birran
“Ya Allah tambahlah kehormatan, kebesaran, kemuliaan dan kemegahan rumah ini.
Tambahkan pula kehormatan, kebesaran, kemuliaan dan kebaikan bagi yang telah
menghormati dan memuliakan rumahMu dari orang yang berhaji dan umrah.” (HR. Syafi’i)
dan lainnya)
Setelah itu berdoalah menurut keinginan anda.

4. Memulai Tawaf

Ketika hendak tawaf benarkan letak baju ihram menjadi Idhthiba. Yaitu ujung baju ihram
bagian kanan disimpan di pundak sebelah kiri.
Mulailah tawaf dengan berjalan cepat (raml) di tiga putaran pertama sambil idhtihba di
seluruh putaran. Dan bacalah doa diatas setiap kali Isyarah (melambaikan tangan ke arah
Hajar Aswad) .
Ketika raml bacalah doa ini:

Allâhumaj’alhû hajjan mabrûran wa dzanban maghfûran wa sa’yan masykûran


“Ya Allah jadikan aku haji yang mabrur, dosa yang diampuni dan sai yang diampuni.” (HR.
Syafi’i)

- Perhatian

 Raml (berjalan cepat) di 3 putaran pertama tawaf hanya disunahkan ketika pertama
kali tawaf umrah dalam satu pejalanan. Dan tidak disunahkan pada tawaf sesudahnya.
Bila tidak mampu maka berusaha semampunya ber-raml. Bila tidak sanggup juga
berjalanlah biasa. Raml hanya disunahkan bagi laki-laki.
 Idhtiba disunahkan dalam setiap tawaf untuk umrah.
 Tidak ada doa khusus dalam setiap putaran tawaf. Bacalah doa yang dikuasai. Doa
dalam Al-Qur’an dan Hadist lebih diutamakan.

Selesai raml pada 3 putaran pertama mulai mulai berjalan biasa pada empat putaran akhir. 
Pada putaran selanjutnya bacalah:
Allâhumaghfir warham wa’fu ‘amma ta’lam wa antal a’azul akrom, Allâhuma robbanâ âtinâ
fiddunyâ hasanah wa fil âkhirati hasanah wa qinâ adzabanâr
“Ya Allah rahmati dan ampunilah aku dari dosa yang Engkau ketahui, karena Engkau Maha
Besar dan Mulia. Ya Allah berilah aku kebaikan dunia dan akhirat, bebaskan aku dari api
neraka.”

Selama tawaf bacalah dzikir dan doa pilihan anda atau membaca doa ini:
Subhânallahi wal hamdulillâhi wa lâ illâha illallah wallâhu akbar wa lâ haula wa lâ quwwata
illa billâhi
“Maha Suci Allah, Segala puji bagiNya dan tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar
dan tidak ada daya upaya kecuali dari Allah.” (HR. Ibnu Majah)

5. Rukun Yamani

Di Rukun Yamani (sudut yang berdampingan dengan Hajar Aswad) isyarah (tangan
diarahkan) dengan tangan kanan tanpa mencium tangan sesudahnya.
Antara Rukun Yamani dengan Hajar Aswad bacalah doa:

Allâhumma rabbanâ âtinâ fiddunyâ hasanah wa fil âkhirati hasanah wa qinâ adzabannâr
“Ya Tuhan, berilah kami kebaikan di dunia dan akhirat, dan selamatkan kami dari api
neraka.”

6. Salat di Maqam Nabi Ibrahim AS.

Selesai tawaf kemudian menuju maqam Ibrahim sambil membaca:


Wattakidzû min maqâmi ibrâhîma mushollâ
“Dan Jadikanlah sebagian dari Maqam Ibrahim tempat salat.”
Pakaian yang tadinya idhthiba dilepas dan selimutkan ke badan kemudian salat sunnat dua
raka’at. Rakaat pertama membaca Fatihah dan al–Kafirun, rakaat kedua
membaca fatihah dan al-Ikhlas. Sesudah salat bacalah menurut keinginan anda.

- Perhatian

 Tidak ada doa khusus dalam setiap putaran tawaf kecuali hanya beberapa doa yang
telah disebutkan diatas. Anda boleh membaca doa sendiri atau dengan bahasa yang
anda kuasai.
 Tidak disunahkan mengusap, mencium atau menempelkan benda untuk mengambil
berkah karena hal ini tidak diajarkan Nabi saw.
 Mencium Hajar Aswad adalah sunah sedangkan menghormati sesama Muslim wajib
hukumnya, maka jangan mengejar pahala sunah namun berakibat dosa.
 Jangan paksakan mencium Hajar Aswad bila keadaan penuh sesak. Bila keadaan
penuh sesak dan tidak memungkinkan raml, berjalan biasa atau tetap raml
semampunya.
 Jangan paksakan salat yang berhadapan langsung dengan maqam Ibrahim bila penuh
sesak, carilah tempat kosong. Kemudian Istilam (bila memungkinkan) ke arah Hajar
Aswad sambil berdoa di Multazam (bila memungkinkan) atau cukup berdoa di tempat
anda berada.
 Maqam Ibrahim bukanlah kuburan Nabi Ibrahim, maka hindari mengusap, mencium
untuk mengharap berkah. Ingat! Jangan rusak ibadah anda dengan perbuatan yang
tidak ada tuntunannya.
 Ketika umrah berikutnya dalam tawaf hanya berjalan biasa
tanpa raml maupun idhtiba.

7. Minum Air Zam-zam

Sebelum Sai disunahkan minum air Zam-Zam sambil menghadap Kabah. Ketika minum,
bernafas 3 kali kemudian sisa air minum diusapkan ke kepala, muka dan dada.

8. Sa’i

Sebelum ke shafa letakan kembali pakain dengan cara idhthiba’ (bagi laki-laki) dan ketika
mendekat shafa bacalah:
Innash-shofâ wal marwata min sya’â-irillâhi, Abda-u bimâ bada Allâh bihi
“Sesungguhanya Shafa dan Marwah sebagian dari syiar Allah. Aku mulai dengan apa yang
dimulai Allah.”
Ketika sampai di Shafa menghadap Kabah dengan mengangkat kedua tangan sambil
membaca:
Allahu Akbar 3 x

Lâ ilâha illallahu wahdahu lâ syarîka lahu, lahul mulku walahul hamdu yuhyî wa yumîtu wa
huwa ‘alâ kulli syai-in qadîir, Lâ ilâhi illallahu wahdahu, anjaza wa’dahu wa nasharo ’abdahu
wahazamal ahzâba wahdahu
“Tidak ada Tuhan selain Allah tidak ada sekutu bagiNya, milik-Nya semua kerajaan dan
pujian. Ia yang menghidupkan dan yang mematikan, Ia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.
Tidak ada Tuhan selain Allah, ditepati janji-Nya, dibela hambaNya dan dikalahkan semua
musuh olehNya.”

Bacalah doa ini 3 x kemudian mulai berjalan untuk Sai.


Bagi laki-laki ketika berada diantara dua lampu hijau berjalan cepat (raml) sambil membaca:

Rabbighfir warham wa tajâwaz ‘amma ta’lam innaka antal a’azul akrom, Allâhumma âtina
fiddunyâ hasanah wa fil âkhiroti hasanah wa qinâ adzabannâr
“Ya Allah ampuni aku, hapuskan segala dosa yang Engkau ketahui, (karena) sesungguhnya
Engkau Maha Mulia dan Maha Besar. Ya Allah berilah aku kebaikan dunia akhirat dan
selamatkan aku dari api neraka.”

Selesai Raml berjalan biasa lagi hingga di Marwah. Ketika sampai di Mawah menghadap


kiblat sambil bertakbir dan berdoa seperti di permulaan Sai. Kemudian mulai berjalan kearah
Shafa dan be-raml ketika melewati dua lampu hijau.
Sai dilakukan tujuh putaran, antara Shafa dan Marwah dihitung satu putaran dan begitu pula
sebaliknya dan sai akan berakhir di Marwah.

9. Tahallul

Selesai Sai kemudian Tahallul dengan menggunting atau mencukur rambut sedangkan bagi


wanita hanya mengunting beberapa helai rambut sepanjang ruas jari saja. Ketika mencukur
rambut mulailah mencukurnya pada bagian sebelah kanan kepala dan berdoa:
Allâhummaghfir lil muhalliqîna wa lil muqoshirîn
“Ya Allah, ampunilah orang yang bercukur dan yang bergunting.”
Mengunting atau memotong rambut boleh dilakukan oleh siapa saja, anak kecil ke orang tua
atau sebaliknya, istri kepada suaminya atau sebaliknya. Hendaknya wanita dipotong oleh
muhrimnya. Anda menjadi halal kembali dan selesailah umrah anda.

Bermîqât Dari Tan’îm atau Ji’ranah


Selama berada di Mekah dianjurkan untuk memperbanyak umrah.
Sebaiknya semua kesunahan ihrâm dilakukan di hotel termasuk mandi dan berpakaian ihrâm.
Sampai mîqât hanya salat sunnah ihrâm dan berniat kemudian kembali lagi ke Masjidil
Haram untuk Tawâf, saî dan tahallul.
Umrah ini tidak disunahkan Raml ketika Tawâf.

Tawaf Wada’ Bagi Yang Berumah


Bagi yang berumrah selain di bulan haji, ketika akan meninggalkan kota Mekkah disunahkan
melakukan Thawaf Wada. Caranya seperti melakukan Thawaf Sunnah.
Sunnahnya diakhiri dengan shalat sunnat thawaf setelah 7 kali thawaf. Bagi wanita yang
berhalangan (haid, nifas dll) tidak disarankan thawaf wada’ dan cukup berdoa di pintu Masjid
al-Haram.
9. Dalil Naqli tentang Umrah

- Q.S. Al-Baqarah [2]: 196

‫هَّلِل ِ َو ْال ُع ْم َرةَ ْال َح َّج َواَتِ ُّموا‬


Artinya: “Sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. "

- Sabda Rasulullah SAW

َ َّ‫اَ ْل ُع ْم َرةُ ِإلَى ْال ُع ْم َر ِة َكف‬


‫ارةٌ لِ َما بَ ْينَهُ َما‬

Artinya: “Umroh ke umroh adalah penghapus dosa antara keduanya.”


1. Pengertian Dam (Denda)

Dam adalah denda yang wajib dilaksanakan oleh orang yang selama menunaikan
ibadah haji dan umrah melanggar larangan atau meninggalkan rukun dan wajib haji atau
umrah.

2. Jenis-jenis Dam (Denda)

Beberapa jenis dam sebagai berikut:

- Dam (Denda) karena meninggalkan ihram dan miqatnya, tidak melempar jumrah, tidak
bermalam di Muzdalifah atau Mina, meninggalkan tawaf wada’, dan terlambat wukuf di
Arafah, dendanya ialah memotong seekor kambing kurban.

- Dam karena mengerjakan hal hal yang dilarang selama ihram, seperti bercukur atau
bersetubuh setelah tahalul pertama. Dendanya boleh memilih di antara tiga, yaitu
menyembelih seekor kambing kurban, puasa tiga hari, atau sedekah dengan makanan untuk
enam orang miskin sebanyak tiga sha (lebih kurang 9,5 liter).

- Dam karena memilih tamattu’ atau qiran. Dendanya ialah menyembelih seekor kambing
kurban dan apabila tidak dilakukan, wajib puasa selama sepuluh hari, tiga hari pada masa haji
dan tujuh hari setelah pulang ke negerinya masing masing.

- Dam karena bersetubuh sebelum tahalul pertama yang membatalkan haji dan umrah.
Dendanya menurut Sebagian ulama ialah menyembelih seekor unta, kalau tidak sanggup
maka seekor sapi, kalau tidak sanggup juga dengan makanan seharga unta yang disedekahkan
kepada fakir miskin di tanah haram, atau puasa sehari untuk tiap tiap seperempat gentang
makanan dari harga unta tersebut.

- Dam sebab terhambat sehingga tidak bisa meneruskan ibadah haji atau umrah, baik
terhalang di tanah suci maupun tanah halal, hendaknya membayar dam dengan menyembelih
seekor kambing dan berniatlah tahalul (menghalalkan yang haram) dan bercukur di tempat
terhambat itu.

- Dam orang yang membunuh binatang buruan, ia wajib membayar denda seharga ternak
yang telah ia bunuh.

Anda mungkin juga menyukai