Anda di halaman 1dari 4

INDISCHE PARTIJ

Indische Partij (Partai Hindia) adalah partai politik pertama di Hindia Belanda. Berdiri tanggal
25 Desember 1912 oleh tiga serangkai, yaitu EFE Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo
dan Ki Hajar Dewantara. Partai ini menjadi organisasi orang-orang pribumi dan campuran di
Hindia- Belanda.
Latar belakang
Sebagai seorang Indo, Douwes Dekker merasa terjadinya diskriminasi yang membeda-
bedakan status sosial antara Belanda totok (asli), Indo (campuran), dan Bumiputera
(pribumi) oleh pemerintah Hindia-Belanda. Kedudukan dan nasib para Indo tidak jauh
berbeda dengan Bumiputera Indo yang melarat banyak ditemui di Jakarta (Kemayoran),
Semarang (Karangbidara), dan Surabaya (Kerambangan) Belanda totok memandang para
Indo lebih rendah dari pada mereka. Pandangan ini pernah diungkapkan dalam buletin
"Bond van geneesheeren" (Ikatan para dokter) pada September 1912. Dalam buletin
tersebut, para dokter Belanda asli mencela pemerintah yang bermaksud untuk mendirikan
Sekolah Dokter kedua (NIAS) di Surabaya yang terbuka untuk segala bangsa. Mereka
menganggap kaum Indo yang hina tidak pantas menjadi dokter.
Menurut Dekker, jika kaum Indo ingin mengubah nasib, maka mereka harus bekerjasama
dengan Bumiputera untuk mengadakan perubahan. Hindia bukan hanya diperuntukkan
untuk Belanda totok, namun untuk semua orang yang merasa dirinya seorang Hindia,
Pandangan ini menjadi dasar dari ideologi nasionalisme yang di usung oleh Indische Partij
Kritikan terhadap kehidupan kolonial telah ada sejak awal abad 20. Seperti yang dilakukan
oleh Tjipto Mangunkusumo yang mengkritisi melalui tulisan-tulisannya yang dimuat di surat
kabar De Locomotief Menurutnya, masyarakat Jawa sulit untuk maju karena dikungkung
oleh foedalisme serta masyarakat secara keseluruhan mengalami eksploitasi yang
berlebihan. Hal ini menyebabkan banyaknya kemiskinan dan keterbelakangan sehingga ia
berpikir kolonialisme harus di akhiri. Menurutnya, cara untuk mengakhiri kolonialisme ialah
dengan perjuangan politik. Hal inilah yang menyebabkan Tjipto Mangunkusumo keluar dari
Budi Utomo yang tidak sepemikiran dengannya. Kemudian ia bertemu dengan Dekker dan
Suwardi Suryaningrat yang sepemikiran dan membentuk Indische Partij.
Sedangkan Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara mengkritik pemerintah Hindia-
Belanda dalam tulisan-tulisannya. Berbagai tulisan yang memuat pandangan- pandangannya
tentang kehidupan masyarakat kolonial yang timpang dimuat dalam koran dan majalah
seperti Het Tijdschrift dan De Expres. Suwardi berpandangan bahwa dominasi golongan
Belanda totok terhadap orang Indo dan Bumiputera harus diakhiri karena dilandasi oleh
kesewenang-wenangan pemerintah kolonial. Dalam tulisannya tersebut, Suwardi
menekankan pentingnya nasionalisme Hindia dalam setiap perjuangan politik sehingga
dapat mengakhiri eksploitasi yang dilakukan oleh pemerintah.
BERDIRI
Di Bandung, sudah sejak lama terdapat organisasi Indo-Eropa seperti organisasi Indische
Bond yang berdiri tahun 1899 (1898) dan organisasi Insulinde yang berdiri tahun 1907
Kedua organisasi tersebut bertujuan untuk mengangkat derajat kaum Indo dalam bidang
sosial-ekonomi dan menjalin perserikatan dengan Belanda tanpa memisahkan diri dari
negara induk. Pemikiran ini tentu saja bertolak belakang dengan Dekker. Dalam pidatonya di
hadapan anggota Indische Bond tanggal 12 Desember 1911 yang berjudul "Aansluiting
tussen blank en bruin" (Gabungan kulit putih dengan kulit sawo), Dekker membangkitkan
semangat kaum Indo untuk memberontak dan melepaskan diri dari pemerintah kolonial.
Dan karena jumlah kaum Indo yang sedikit, maka mereka harus bersama-sama dengan
kaum Bumiputera berjuang dengan kaum Indo menjadi pelopor.
Pidatonya tersebut dapat mempengaruhi beberapa anggota Indische Bond sehingga
terbentuk Panitia Tujuh yang bertugas mempersiapkan pembentukan organisasi baru
Panitia Tujuh tersebut terdiri dari J. R. Agerbeek, J. D. Brunveld van Hulten, G. P Charli, E C1
Couvreur, E V E Douwes Dekker, J van der Poel, dan R. H Teuscher Pada tanggal 6 September
1912, Panitia Tujuh melakukan suatu rapat di bawah pimpinan Dekker di Bandung dan
hasilnya terbentuk perhimpunan baru bernama Indische Partij. Pada tanggal 15 September
1912, tiga tokoh penting Indische Partij (EVE Douwes Dekker, J van der Poel, dan J. D.
Brunveld van Hulten) bergerak mendatangi kota-kota Yogyakarta, Madiun, Surabaya,
Semarang, Pekalongan, Tegal, dan Cirebon. Di setiap kota yang dikunjungi dilakukan [8.26
PM, 23/1/2024] nanami: rapat-rapat yang dihadiri oleh berbagai perhimpunan seperti
Insulinde Sarekat Islam, Budi Utomo, Kartini Club, Mangunhardjo dan perhimpunan Tiong
Hoa Hwee Koan serta mendirikan cabang partai
Indische Partij melakukan beberapa usaha agar terjadi kerja sama antara orang Indo dan
Bumiputera. Usaha tersebut diantaranya:
• Menyerap cita-cita nasional Hindia (Indonesia)
• Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik dalam bidang pemerintahan
maupun kemasyarakatan
• Memberantas berbagai usaha yang mengakibatkan kebencian antaragama
• Memperbesar pengaruh pro-Hindia di pemerintahan
• Berusaha mendapatkan hak bagi semua orang Hindia
• Dalam pengajaran, harus bertujuan bagi kepentingan ekonomi Hindia dan memperkuat
ekonomi mereka yang lemah.
Setelah perjalanan propaganda berakhir, pada tanggal 25 Desember 1912 diadakan
permusyawaratan wakil-wakil Indische Partij. Dalam permusyawaratan tersebut tersusunlah
Anggaran Dasar dan pengurus partai.…
Karena telah ditetapkan sebagai organisasi terlarang, pimpinan partai memutuskan untuk
membubarkan Indische Partij pada 31 Maret 1913. Pesan terakhir Dekker untuk para
anggotanya supaya mereka pindah ke dalam perkumpulan Insulinde yang diakui pemerintah
dengan berbekal jiwa Indische Partij. Kegiatan-kegiatannya diteruskan oleh Insulinde yang
berpusat di Semarang. Tanggal 6 September dimana Indische Partij terbentuk diperingati
sebagai hari Indische Partij. Walaupun tindak tegas pemerintah membuahkan hasil sehingga
banyak anggota Indische Partij menciut nyalinya, namun De Expres tetap bertahan. Pada
tahun 1914, kartu nama, kertas, dan sejenisnya dengan warna-warni Indische Partij masih
diiklankan di De Expres.
ORGANISASI KEAGAMAAN
Organisasi keagamaan (disingkat Orgama) adalah organisasi yang bermula dari pengalaman
keagamaan yang dialami oleh pendiri dan para anggotanya Dari pengalaman demikian lahir
suatu bentuk perkumpulan keagamaan yang kemudian menjadi organisasi keagamaan yang
terlembaga Kegiatan keagamaan umumnya membutuhkan beberapa infrastruktur untuk
dilakukan. Untuk itu pada umumnya terdapat organisasi-organisasi dalam mendukung
praktik keagamaan.
Islam [sunting | sunting sumber]
Organisasi keagamaan dalam Islam berperan dalam memrogramkan dan mengintensifkan
pelaksanaan dakwah dan pendidikan. Organisasi tersebut biasanya aktif dalam membangun
lembaga pendidikan, seperti sekolah, madrasah, pesantren dan perguruan tinggi sebagai
wadah positif membangun kecerdasan dalam kehidupan bernegara.

Kekristenan [sunting | sunting sumber]


Organisasi keagamaan dalam Keknstenan dikenal dengan istilah denominası, yang berakar
dari organisasi gereja. Gereja-gereja digunakan berbagai denominasi Kristen untuk
menyifatkan badan persekutuan umat Kristen. Organisasi gereja adalah lembaga untuk
melayani kebutuhan dan menyelesaikan berbagai persoalan di dalam suatu komunitas
jemaat, baik dalam hal rohani maupun jasmani, seperti pelayanan pengajaran firman Allah,
doa, konseling, pernikahan, kematian, penghiburan, makanan, kesehatan dan lain-lain

Hindu [sunting | sunting sumber]


Organisasi keagamaan dalam Hindu memiliki peranan sebagai majelis tertinggi umat Hindu
dalam mengatur, memelihara dan mengembangkan ajaran agama Hindu serta
mempertinggi kesadaran hidup keagamaan dan kemasyarakatan umat Hindu

Anda mungkin juga menyukai