Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

TOKOH-TOKOH NASIONALISME DALAM SEMANGAT


KEBANGKITAN NASIONAL

Oleh Kelompok Nasionalisme :


1. Aninda Khairani
2. M. Surya Anjaya
3. Nadya Syafitri
4. Tirtha Syahreza
5. Raudha
6. M. Haikal Ramadhan
1. SOETOMO

Pada akhir 1907, Soetoemo yang merupakan salah satu murid di STOVIA, bertemu
dengan Wahidin Sudirohusodo saat sedang melakukan penyebaran pemikiran nasionalisme
di Jawa. Tidak disangka, pertemuan mereka membuat Soetoemo merasa tergugah untuk ikut
memperjuangkan hak bangsa Indonesia, yaitu mencapai kemerdekaan. Bersama dengan
Wahidin, Soetoemo pun mendirikan organisasi Budi Utomo dan dipilih untuk memimpin
organisasi ini.

Soebroto atau Soetomo merupakan salah satu tokoh pendiri organisasi Boedi
Oetomo yang menempuh pendidikan di bidang kedokteran. Latar belakang Soetomo untuk
bergabung bersama organisasi Boedi Oetomo ini berangkat dari rasa nasionalisme
perjuangan tinggi yang dimilikinya. Ia aktif bertugas menjalani profesinya sebagai dokter
hingga melanjutkan pendidikan kedokterannya di Belanda. Sebelumnya, Soetomo pernah
jadi pemimpin organisasi Boedi Oetomo di wilayah Jawa. Namun karena terkendala dana,
akhirnya ia memimpin Boedi Oetomo untuk area Jakarta.
2. WAHIDIN SUDIROHUSODO

Wahidin Soedirohoesodo merupakan pilar kebangkitan nasional. Ia adalah pendiri


organisasi Boedi Oetomo yang lahir pada 20 Mei 1908. Sebelumnya, ia bergerak dalam
surat kabar bernama Retno Dhoemilah. Surat kabar dua bahasa ini menjadi wadah Wahidin
Soedirohoesodo menyampaikan gagasannya tentang nasionalisme, pendidikan, kesamaan
derajat, dan budi pekerti. Salah satu hal penting yang dilakukan oleh beliau adalah
menggunakan organisasi untuk memajukan pendidikan dan mengembalikan martabat
bangsa. Sebagai dokter, beliau juga memberikan layanan kesehatan gratis sebagai bentuk
pengabdiannya kepada masyarakat.

Wahidin melontarkan gagasannya soal kebangkitan Jawa, meliputi nasionalisme,


pendidikan, kesamaan derajat, dan budi pekerti. Budi Utomo tidak hanya memajukan
pendidikan, tetapi juga menyadarkan masyarakat Jawa akan martabatnya sebagai bangsa.
3. HOS TJOKROAMINOTO

HOS Tjokroaminoto dikenal sebagai salah satu pejuang yang berani melawan
pemerintah kolonial Belanda. Ia kerap menyampaikan pidato untuk memacu semangat
patriotisme bangsa Indonesia dan gemar menuliskan kritik keras kepada pemerintah
Belanda. Karena aksinya tersebut, Tjokroaminoto pun dianggap sebagai ancaman oleh
Belanda.

Selanjutnya, Tjokroaminoto menjadi salah satu pelopor gerakan serikat buruh di


Indonesia dan turut mencetuskan ide-ide politik. Pada 1911, Haji Samanhudi mendirikan
sebuah organisasi politik Islam bernama Sarekat Dagang Islam, yang kemudian menjadi
Sarekat Islam (SI). Tjokroaminoto diminta untuk bergabung ke dalam organisasi ini.
Awalnya, ia berperan sebagai komisaris, tetapi ia kemudian dipilih untuk menjadi ketua
organisasi. Semasa kepemimpinannya, SI tumbuh menjadi organisasi yang besar.
4. DOUWES DEKKER

Douwes Dekker dikenal sebagai tokoh indo (keturunan Indonesia-Belanda), yang


merintis nasionalisme dengan mendirikan Indische Partij (IP) pada 1912. Alasan Dekker
mendukung rakyat pribumi adalah karena ia melihat penindasan yang dilakukan Belanda
terhadap Indonesia. Sebagai bentuk dukungannya terhadap Indonesia, Douwes Dekker
mendirikan Indische Partij bersama dua rekan lainnya, yaitu Ki Hajar Dewantara dan Cipto
Mangunkusumo, atau biasa disebut Tiga Serangkai. Indische Partij, yang mendapat respons
positif dari keturunan indo, pribumi, maupun Tionghoa, dianggap mengganggu keamanan
oleh Belanda, sehingga dibubarkan pada 4 Maret 1913.
5. CIPTO MANGUNKUSUMO

Cipto Mangunkusumo adalah satu dari tiga pendiri Indische Partij yang memulai
kariernya sebagai seorang dokter pemerintah Belanda di Demak. Suatu ketika, Cipto melihat
banyak sekali ketidakadilan yang dilakukan Belanda terhadap rakyat Indonesia. Oleh sebab
itu, ia kerap mengkritik keras Belanda lewat tulisan-tulisannya di beberapa surat kabar,
seperti De Locomotief dan Bataviaasch Nieuwsblad. Karena tindakannya itu, Belanda
memberhentikan Cipto dari tugasnya sebagai dokter pemerintah Belanda. Setelah itu, ia
bertemu dengan Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara, yang kemudian bersama-sama
mendirikan Indische Partij.
6. KI HAJAR DEWANTARA

Soewardi Soerjaningrat atau yang akrab disapa Ki Hajar Dewantara pernah


menjadi wartawan di beberapa surat kabar, seperti Sediotomo, Midden Java, dan De Express
Oetoesan Hindia. Ki Hajar Dewantara bersama dengan Cipto Mangunkusumo dan Douwes
Dekker mendirikan Indische Partij pada 1912. Setelah itu, peran tokoh kebangkitan nasional
ini adalah aktif menuliskan beberapa kritik keras terhadap Belanda. Salah satu kritik Ki
Hajar Dewantara yang terkenal adalah tulisan berjudul Als ik een Nederlander was, yang
berarti "Seandainya Saya Seorang Belanda." Kemudian ada juga tulisan lain yang bertajuk
Een voor Allen maar Ook Aleen voor Een, yang berarti "Satu untuk Semua, Tapi Semua
untuk Satu Juga."

Anda mungkin juga menyukai