Anda di halaman 1dari 6

KELOMPOK 3

Nama Anggota :
- Naysila Awuliya Rahmah
- Christy Nia Rachmadanie
- Dalvin Wardani
- Muhammad Abdi Rahman
- Muhammad Akhfe Nuraysa
- Muhammad Daffa Prasetyo Putra
- Muhammad Reza Firdaus

Berikut adalah nama – nama tokoh pahlawan nasional yang berjuang pada masa kebangkitan
nasional tahun 1908 :

1. Wahidin Soedirohoesodo

Wahidin Soedirohoesodo adalah pendiri organisasi Budi Utomo. Sebelumnya, ia


bergerak dalam surat kabar bernama Retno Dhoemilah. Surat kabar dua bahasa ini menjadi
wadah Wahidin Soedirohoesodo menyampaikan gagasannya tentang nasionalisme, pendidikan,
kesamaan derajat, dan budi pekerti. Salah satu hal penting yang dilakukan olehnya adalah
menggunakan organisasi untuk memajukan pendidikan dan mengembalikan martabat bangsa.
Sebagai dokter, ia juga memberikan layanan kesehatan gratis sebagai bentuk pengabdiannya
kepada masyarakat.
2. Soetomo

Bersama dengan Wahidin Soedirohoesodo, Soetomo menjadi pencetus Budi Utomo.


Selain pendiri, ia juga ditunjuk sebagai ketua organisasi. Soetomo juga aktif mengabdikan
dirinya sebagai dokter dan pendidik untuk masyarakat untuk memajukan kesehatan dan
pendidikan masyarakat Indonesia. Selain itu, Soetomo juga aktif di bidang jurnalisme dan
sempat menjadi pemimpin di beberapa surat kabar. Soetomo juga mendirikan organisasi tempat
berkumpulnya orang terpelajar Indonesia bernama Indonesische Studie Club (ISC). ISC pun
berhasil mendirikan koperasi, bank kredit, dan juga sekolah tenun.
3. H.O.S Tjokroaminato

Berikutnya adalah HOS Tjokroaminoto, ia dikenal akan kepiawaiannya dalam


menyampaikan pidato. Lewat pidatonya, ia mendorong semangat patriotisme pemuda Indonesia.
Dalam pidato-pidatonya, HOS Tjokroaminoto sering kali menyampaikan kritikan keras pada
penjajah Belanda. Selain menyebarkan semangat lewat pidato, ia juga berperan penting dalam
organisasi sosial-ekonomi dan islam yang bernama Sarekat Islam.
4. Soewardi Soerjaningrat

Pada awalnya, Soewardi Soerjaningrat memulai karier di dunia wartawan di


berbagai surat kabar, seperti Sediotomo, Midden Java, De Express Oetoesan Hindia, dan lainnya.
Setelah bertemu dengan Douwess Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo, mereka bersama
membangun Indische Partij. Kerasnya perlawanan terhadap Belanda membuat Soewardi dan
ketiga rekannya diasingkan ke Belanda. Setelah diasingkan, ia kembali dan mendirikan sekolah
bernama National Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa.
Menginjak usia 40 tahun, Soewardi Soerjaningrat mengubah namanya menjadi Ki Hajar
Dewantara.
5.Tjipto Mangoenkoesoemo

Tjipto Mangoenkoesoemo adalah seorang dokter yang kerap mengkritik keras


Belanda melalui harian De Locomotief dan Bataviaasch Nieuwsblad. Belanda kesal dan
memberhentikan Tjipto Mangoenkoesoemo dari tugasnya sebagai dokter pemerintah. Selepas
menjadi dokter pemerintah, ia akhirnya bertemu dengan Douwess Dekker dan Soewardi
Soerjaningrat. Perjuangan ketiga tokoh menumbuhkan semangat juang rakyat membuat pihak
Belanda geram. Mereka akhirnya diasingkan ke Belanda.
6. Douwes Dekker

Meski berdarah campuran Indonesia dan Belanda, Danudirja Setiabudi atau


Douwes Dekker tidak suka melihat ketimpangan antara pribumi dan orang Belanda di
Indonesia. Inilah yang menjadi pendorong Douwes Dekker mendukung rakyat Indonesia.
Bersama dengan Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat, ia mendirikan Indische
Partij. Indische Partij merupakan partai politik Hindia-Belanda pertama di Indonesia yang
menentang keras praktik kolonialisme. Ia terkenal sebagai pionir dasar nasionalisme Indonesia
sejak abad ke-20 dan termasuk kelompok 'Tiga Serangkai' bersama Tjipto Mangoenkoesoemo
dan Ki Hajar Dewantara. Douwes Dekker pernah sekolah di Eropa mengambil konsentrasi
politik modern. Setelah kembali ke Indonesia ia banyak mengajar ilmu ke banyak golongan.

Anda mungkin juga menyukai