Anda di halaman 1dari 3

HAJI DAN UMRAH MENURUT 4 MAZHAB

Nama: Nurhayani

NIM: 190103013

Rukun haji adalah suatu amalan (perbuatan) yang wajib dikerjakan oleh jamaah haji dalam
situasi dan kondisi apa pun. Tidak lah sah haji seseorang jika rukun-rukun yang ditetapkan
didalamnya ada yang tidak dikerjakan. Para ulama terdahulu (Syafi'i, Hambali, Maliki, dan
Hanafi) terdapat perbedaan pendapat ketika menyebutkan atau menetapkan rukun haji. Lantas
apa saja rukun haji menurut para ulama terdahulu? Berikut penjelesannya:

1. Rukun Haji Menurut Mazhab Syafi’i


Rukun Haji Ke-1 : Ihram Ihram (berniat) untuk haji merupakan rukun haji yang pertama
menurut mazhab Syafi'i. Ihram dimulai dari batas miqat yang telah ditentukan.Khususnya
jamaah haji dari Indonesia, batas miqat nya ada dua, yaitu di Bi’r ‘Ali dan di Yalamlam. Batas
miqat tersebut disesuaikan dengan rute penerbangan. Yalamlam merupakan batas miqat jamaah
dari Indonesia yang mendarat di Jeddah. Sedangkan Bi’r ‘Ali batas miqat jamaah dari Indonesia
yang mendarat di Madinah.
Rukun Haji Ke-2 : Wukuf di ArafahWukuf di padang Arafah termasuk dalam rukun haji.
Waktu yang tetapkan dalam kegiatan wukuf ini dimulai pada waktu tergelincirnya matahari di
tanggal 9 Dzulhijjah hingga masuk waktu Shubuh 10 Dzulhijjah (hari nahr).
Rukun Haji Ke-3 Tawaf IfadahTawaf ziarah atau tawaf ifadah merupakan bagian dari
rukun haji yang dilakukan setelah wukuf di arafah. Kefarduan tawaf ini dikukuhkan dalam Al-
Qur’an,Sunnah.
Rukun Haji Ke-4 : Sa'iSa’i termasuk dalam salah satu rukun haji. Sa'i dilakukan berjalan
cepat dengan langkah pendek di antara bukit Safa ke bukit Marwah sebanyak tujuh kali yang
dimuali dari safa dan berakhir di Marwah. Dalam haji, Sa'i dilakukan setelah tawaf qudum.
Rukun Haji Ke-5 : Tahalul Tahalul, adalah mencukur atau memotong rambut paling
sedikit tiga helai rambut di sekitar bukit Marwa (tempat terakhir melaksanakan sa'i).
Rukun Haji Ke-6 : Tertib Tertib maksudnya rukun-rukun haji diatas harus dilakukan secara
berurutan, yaitu dengan mendahulukan ihram atas rukun haji lainnya, kemudian wukuf lalu tawaf

2. Rukun Haji Menurut Mazhab Maliki


 Berihram di Miqat
 Wukuf di Arafah
 Tawaf Ifadah
 Sai antara Shafa dan Marwah
3. Rukun Haji Menurut Mazhab Hambali
 Berihram di Miqat
 Wukuf di Arafah
 Tawaf Ifadah
 Sai antara Shafa dan Marwah
4. Rukun Haji Menurut Mazhab Hanafi
 Wukuf di Arafah
 Tawaf Ifadah

Hukum Umroh 
Umrah adalah ibadah umat Islam yang memiliki banyak keutamaan didalamnya. Bagi
masyarakat Indonesia yang mayoritas pemeluk agama Islam tentu sudah tidak asing lagi dengan
Ibadah yang satu ini, karena ritual utamanya memilki kesamaan dengan ibadah haji.
 Hukum Umroh Menurut Mazhab Hanafi dan Maliki Mahzhab Hanafi dan Maliki
sependapat hukum umroh adalah sunnah muakkad paling tidak satu kali dilakukan dalam
seumur hidup. Mazhab Hanafi dan Maliki perpendapat demikian merujuk hadits Jabir r.a.
dibawah ini, ia berkata, yang artinya:

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai ‘umroh, wajib ataukah sunnah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak. Jika engkau berumroh maka itu afdhol.”
(HR. Tirmidzi no. 931, kata Syaikh Al Albani sanad hadits ini dho’if)
Dalam riwayat hadits Tholhah bin ‘Ubaidillah radhiyallahu ‘anhu, yang artinya:
“Haji itu jihad dan ‘umroh itu tathowwu’ (dianjurkan).”
 (HR. Ibnu Majah no. 2989, hadits ini dho’if sebagaimana kata Syaikh Al Albani)
Hukum Umroh Menurut Mazhab Syafii dan Hambali Mazhab Syafii dan Mazhab
Hambali sependapat hukum umroh itu wajib dilakukan sekali semasa hidup bagi yang
mampu. Pendapat ini merujuk QS. Al-Bakarah:196.
Yang artinya; “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah.” (QS. Al-
Bakarah:196) Ayat diatas sangat jelas mengandung kata perintah, sehingga menujukan bahwah
hukum mengerjakan umroh dan haji adalah wajib. Untuk memperkuat pendapat imam mazhab
Syafii dan Hambali terdapat hadits lain dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
yang artinya; “Wahai Rasulullah, apakah wanita juga wajib berjihad?” Beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab, “Iya. Dia wajib berjihad tanpa ada peperangan di dalamnya, yaitu dengan
haji dan ‘umroh.” (HR. Ibnu Majah no. 2901, hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al
Albani).

Anda mungkin juga menyukai