Anda di halaman 1dari 16

FIQH IBADAH “HAJI DAN

UMROH”

DISUSUN OLEH :
WIJIANTO (2101010002)
LESTARI ANGGRAINI (2101010003)
SHINTA EKA NANDA (2101010007)
RATIH WULANDARI (2101010013)
PENGERTIAN HAJI
Secara Bahasa, haji memiliki arti “menuju sesuatu yang besar dan agung” atau
“mengunjungi tempat tertentu”. Sedang menurut istilah, haji adalah
mengunjungi baitullah di mekkah dan sekiranya pada waktu-waktu tertentu
dan cara-cara serta tujuan tertentu.
Menurut syara : haji menuju baitullah atau menghadap allah untuk
mengajarkan seluruh rukun dan persyaratan haji yang telah ditentukan oleh
syariat islam. Dalam arti lain haji adalah sengaja mengunjungi ka’bah atau
baitullah untuk mengerjakan beberapa amal ibadah dengan syarat-syarat
tertentu, yajni mengerjakan thawaaf, sa’I, wukuf di arafah, dan manasik haji
lainnya dengan mengikuti tuntunan rasululah saw. Melaksanakan wajib
 hukumnya wajib satu kali seumur hidup bagi muslim dan Muslimah yang
sudah baligh dan mampu diperjalanan.
Abdul Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Fiqh Ibadah: Refleksi Ketundukan
Hamba Allah kepada al-Khaliq Perspektif al-Qur’an dan as-Sunnah, (Cet. I;
Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 247
CARA PELAKSANAAN HAJI
Kafiyah atau tata cara mengerjakan haji sebagai berikut :
1. Ihram
Pada tanggal 8 dzulhijjah yang disebut “yaumul tarwitah” bagi yangmelaksanakan tamattu,
penghasilan kena pajak mandi memakai wangi-wangian dan kain ikhram dengan miqqat dari
tempat masing-masing di mekkah, kemudian mengucapkan ihlah haji, yaitu membaca
“allahumma hajjan atau labbaika haffan”. Dilanjutkan membaca talbiyah dilakukan kompilasi
berikhram untuk melaksanakan umrah.
2. Mabit di Mina
Pada tanggal 8 Dzulhijjah, kemudian berangkat ke Mina dan mabit (menginap) di sana untuk
melaksanakan shalat zhuhur, ashar, maghrib, isya’, dan subuh dengan jama’ dan qasar.
Abdul Hamid dan Beni Ahmad Saebani, op. cit., h. 260
3. Wukuf di Arafah
Pokok dari ibadah haji adalah wukuf di Arafah. Pada tanggal 9
Dzulhijjah, setelah terbit matahari, jamaah berangkat menuju
Arafah. Dalam perjalanan menuju Arafah ini, jamaah haji tetap
ber-talbiyahatau bertakbir dan jika memungkinkan, singgah di
Namirah. Setelah matahari tergelincir, jamaah haji mendengarkan
khotbah Arafah,kemudian dikumandangkan azan qamat, lalu
shalat zhuhur dan ashar dijama’ dan diqasar tanpa shalat apa-apa
di antara dua shalat itu.Setelah shalat, berdoa dengan
mengangkat kedua tangan. Apabila wukuf jatuhnya pada hari
Jumat, tetap dilakukan shalat zhuhur dengan cara dijama’ dengan
ashar.
4. Mabit di Muzdalifah
Setelah matahari terbenam, para jamaah haji meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah untuk
mabit sampai subuh, sementara shalat maghrib dan isya’ dijama’ takhir di Muzdalifah.
6. Melontar Jumrah Aqabah (Kubra)
Pada waktu dhuha tanggal 10 Dzulhijjah di Mina, jamaah haji melaksana-kan lontar jumrah
aqabah, dengan cara berdiri menghadap ke jumrah tersebut. Posisi kiblat berada di sebelah kiri
jamaah haji kemudian melontar jumrah dengan batu kerikil sebanyak tujuh kali
7. Tahallul Awal (Asghar)
Jamaah haji tahallul dengan cara “taqshir” (menggunting beberapa helai rambut) atau lebih
utama dengan “tahliq” (dengan menggundul kepala). Bagi wanita cukup dengan taqshir. Setelah
tahallul awal ini, jamaah haji bebas dari larangan pada waktu ihram, kecuali hubungan suami
istri.
8. Hadyu (Qurban)
Bagi mereka yang melaksanakan haji tamattu dan qiran wajib menyembelih hadyu.
Perbedaannya adalah yang qiran membawa binatang dari rumah, sementara yang tamattu
menyembelihnya di Mekah. Penyembelihan hadyu dilaksanakan pada Yaumun Nahri (tanggal 10
Dzulhijjah) dan jika tidak bisa dilasanakan pada harinahar, bisa dilakukan pada Ayyamu Tasyriq
(tanggal 11,12, dan 13Dzulhijjah)
8. Thawaf Ifadah (Tahallul Tsani)
Pada hari nahar, setelah melontar jumrah aqabah dan menyembelih hadyu, maka
jamaah haji pergi ke Mekah untuk melaksanakan thawaf ifadah.
9. Melempar Tiga Jumrah
Pada tanggal 11 Dzulhijjah, setelah zhuhur, jamaah melempar 3 jumrah (ula, wusta,
aqabah), masing-masing dengan 7 batu kerikil.
10. Nafar Awal dan Nafar Tsani
Pada tanggal 12 Dzulhijjah , jamaah haji melempar 3 jumrah seperti yang dilakukan
pada tanggal 11 Dzulhijjah. Waktunya juga sama yaitu setelah zhuhur hingga
maghrib.
11. Thawaf Wada’
Sebelum meninggalkan Mekah, jamaah haji dianjurkan untuk melakukan thawaf
wada’ (perpisahan). Caranya, sama dengan thawaf ifhadah dilakukan tujuh putaran,
tanpa lari-lari kecil, tanpa shalat dua rakaat di maqam Ibrahim, dan tanpa sa’i. Nabi
SAW. bersabda: Artinya: “Janganlah salah seorang pulang sebelum mengakhiri
urusan (hajinya) dengan (thawaf wada’) di Baitullah”. (H.R. Muslim)
A. MACAM- MACAM HAJI
1. Haji Ifrad
Termasuk dalam macam-macam ibadah haji, haji Ifrad merupakan haji yang dikerjakan terlebih dahulu,
baru umrah. Dari segi bahasa, kata Ifrad sendiri berarti menjadikan sesuatu itu sendirian, atau memisahkan
sesuatu yang bergabung menjadi sendiri-sendiri.
Mudahnya, orang yang berhaji dengan ifrad adalah orang menyelesaikan ibadah haji terlebih dahulu. Setelah
selesai, jamaah bisa melakukan umrah. Saat tiba di Mekkah, jamaah melakukan thowaf qudum (thowaf
diawal kedatangan di Mekkah), kemudian sholat dua raka’at di belakang maqom Ibrahim.
Setelah itu melakukan sa’i antara bukit Shofa dan Marwah untuk hajinya tersebut tanpa bertahalul, lalu
menetapkan diri dalam kondisi berihrom. Dalam keadaan ini, jamaah tidak boleh melakukan segala hal-hal
yang diharamkan ketika berihram, hingga datang masa tahallul yakni pada 10 Dzulhijjah.
Setelah itu, jamaah boleh melepas pakaian ihramnya dan boleh menggunakan pakaian lainnya, jika jamaah
melakukan ibadah umrah kembali lagi dengan ihram lagi. Haji dalam jenis ini tidak perlu membayar dam
atau denda.
2. Haji Qiran
Qiran merupakan jenis haji yang menggabungkan antara niat
haji dan umrah sekaligus, karena dikerjakan pada bulan-bulan
haji. Tata caranya ialah jamaah berihram untuk umrah dan
berihram untuk hajji, sebelum memulai thowaf.

Kemudian saat memasuki kota Mekkah, jamaah melakukan thawaf qudum atau thawaf di
awal kedatangan di Mekkah, lalu kemudian shalat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim.
Setelah itu melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah.

Dilakukan untuk umrah dan hajinya sekaligus dengan satu sa’i tanpa bertahallul, tetapi
masih dalam kondisi berihram, dan tidak halal untuk melakukan hal-hal yang diharamkan
ketika ihram hingga datang masa tahallul pada 10 Dzulhijjah.
Maka, haji dan umrahnya selesai secara bersamaan. Namun yang membedakannya dengan
macam-macam ibadah haji lainnya adalah adanya kewajiban membayar dam atau denda.
Yakni dengan cara menyembelih hewan qurban (seekor kambing, sepertujuh sapi atau
unta) pada tanggal Dulhijjah atau hari tasyriq.
3. Haji Tamattu’
Haji Tamattu’ ini merupakan jenis haji yang mendahulukan umrah baru haji.
Biasanya disebut sebagai haji bersenang-senang. Pelaksanaannya yaitu,
jamaah berihram untuk melaksanakan umrah pada bulan-bulan haji yakni
pada bulan Syawwal, Zulqa’dah, 10 hari pertama dari bulan Zulhijjah.
Kemudian jamaah menyelesaikan rangkaian umrahnya dengan
melaksanakan thawaf umrah, sa’i umrah lalu kemudian bertahallul dari
ihramnya, dengan cara memotong pendek atau mencukur sebagian rambut
kepalanya.
Setelah tahallul, jamaah sudah terlepas dari kondisi ihram, hingga nanti
datangnya hari Tarwiyah, yakni tanggal 8 Zulhijjah. Pada hari Tarwiyah ini
tersebut, jamaah berihram kembali dari Mekkah untuk melaksanakan
hajinya hingga sempurna.
Bagi yang berhaji Tamattu’, wajib untuk menyembelih hewan qurban yakni
seekor kambing/ sepertujuh dari sapi/ sepertujuh dari unta pada 10
Zulhijjah atau di hari-hari tasyriq yakni tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah.
A. PENGERTIAN UMROH
Umrah secara etimologis adalah ziarah dalam pengertian yang bersifat umum.
Sedangkan secara terminologis adalah berziarah ke Baitullah dalam pengertian khusus. Umrah
adalah mengunjungi ka’bah dengan serangkaian ibadah khusus di sekitarnya. Pelaksanaan umrah
tidak terikat dengan miqat zamani dengan arti ia dilakukan kapan saja, termasuk pada musim haji.
Perbedaannya dengan haji ialah bahwa padanya tidak ada wuquf di Arafah, berhenti di
Muzdalifah, melempar jumrah
dan menginap di Mina. Dengan begitu ia merupakan haji dalam bentuknya yang lebih sederhana,
sehingga sering umrah itu disebut dengan haji kecil.
CARA PELAKSANAAN UMROH
1. Ihram bagi orang yang hendak beribadah umrah, maka ia wajib melakukan ihram karena hal tersebut bagian dari
rukun umrah.
2. Tawaf Tawaf merupakan salah satu dari rukun umrah yang wajib dilaksanakan.
3. Sa`I Ulama sepakat bahwa sa`i dilakukan setelah tawaf. Orang yang melakukan sa`i sebelum tawaf maka ia harus
mengulangi lagi (ia harus bertawaf kemudian melakukan sa`i).
4. Tahallul Menurut pendapat imamiyah kalau orang yang melakukan umrah tamattu` telah selesai bersa`i, ia harus
menggunting rambutnya, namun tidak boleh mencukurnya. Bila ia telah memotongnya, maka apa yang
diharamkan baginya telah menjadi halal. Tapi kalau telah mencukurnya, maka ia harus membayar kifarah berupa
seekor kambing. Tapi kalau berumrah mufrodah, maka ia boleh memilih antara menggunting atau mencukur, baik
ia mengeluarkan kurban atau tidak. Tetapi kalau meninggalkan menggunting rambut itu dengan sengaja sedangkan
ia bertujuan untuk melakukan haji tamattu` dan berihram sebelum menggunting rambut, maka umrahnya batal. Ia
wajib melakukan haji ifrad. Maksudnya melakukan amalan-amalan haji,kemudian melakukan umrah mufradah
setelah amalan-amalan haji itu. Dan lebih utama adalah mengulangi haji lagi pada tahun yang akan datang.
 PERBEDAAN HAJI DAN UMROH
Ibadah umrah banyak memiliki kontribusi dengan haji, kecuali ada beberapa kontribusi perbedaan yaitu :
1. Umrah tidak mempunyai waktu tertentu dan tidak bisa ketinggalan waktu.
2. Dalam umroh tidak ada wukuf diarah dan tidak ada pula mabit di muzddalifah.
3. Didalam umrah tidak ada melontar jumrah.
4. Didalam umrah tidak ada menjamak dua sholat, itu karena ibadah haji, kalangan madzhad syafi'e bukanlah sebab
bagi bolehnya jamak antaaradua sholat melainkan yang menjadi sebab hanyalah perjalanan (safar).
5. Di dalam umrah tidak ada tawaf qudum dan tidak ada pula khutbah.
6. Minat umrah adalah di tanah halal bagi semua orang, tanpa terkecuali berbeda dengan haji miqad haji bagi orang
mekah adalah ditanah haram, sementara bagi orang selain mekah miqad pada tempat yang telah ditentukan nabi.
7. Umrah berbeda dengan haji dari segi hukum, bila umroh itu hukumnya sunnat muakkad sedangkan haji adalah
farduh.
DASAR HUKUM, SYARAT-SYARAT WAJIB, RUKUN, WAJIB DAN SUNNAH HAJI
1. Dasar Hukum
Mengenai hokum ibadah haji, asal hukumnya adalah wajib’ain bagi yang mampu.
Melaksanakan haji wajib, yaitu karena memenuhi rukun islam dan apabila kita “nazar” yaitu
seorang yang bernazar untuk haji, maka wajib melaksanakannya, kemudian untuk haji sunat,
yaitu dikerjakan pada kesempatan selanjutnya, setelah pernah menunaikan haji wajib.

2. Syarat-Syarat Wajib Haji dan Umroh


a. Islam
b. Berakal
c. Baligh
d. Merdeka
e. Mampu(Kuasa)
3. Rukun Haji
a. Ihram : Berpakaian ihram dan niat ihram
b. Wukuf: Berdiam di padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah
c. Thawaf: Thawaf haji yang disebut dengan thawaf ifadlaah
d. Sa’i: Berjalan atau lari kecil antara bukit shofa dan marwa
e. Tahalull: Membuka ihram dengan cara menggunting rambut sedikitnya 3 helai
f. Tertib

4. Wajib Haji
a. Ihram harus dari batas-batas tempat dan waktu yang telah ditentukan. Batas-batas
tenmpat dan waktu dinamakan “miqaat”.
b. Bermalam di Muzdalifah, yakni sepulangnya dari Arafah ke Mina.
c. Bermalam di Mina selama 3 atau 2 malam pada hari tasyrik.
d. Melontar jumrah aqabah pada tanggal 10 Dzukhijjah dan melontar jumrah ketiga-tiganya
pada hari-hari tasyrik.
e. Meninggalkan perkara-perkara yang diharamkan (terlarang), karena ihram.
5. Sunnah Haji
a. Mandi untuk ihram.
b. Shalat sunah ihram 2 raka’at.
c. Thawaf qudum, yaitu thawaf karena datang di Tanah Haram.
d. Membaca Talbiyah.
e. Bermalam di Mina pada tanggal 9 Dzulhijjah.
f. Bermalam di Arafah pada siang dan malam.
g. Berhenti di Masy’aril Haram pada hari Nahar (10 Dzulhijjah).
h. Berpakaian ihram yang serba putih.

6. Rukun dan Wajib Umroh


a. Ihram dengan niatnya.
b. Thawaf.
c. Sa’i.
d. Thahalull.
e. Tertib.
Adapun wajib umroh ada 2 perkara yaitu:
a. Ihram dari miqaat.
b. Meninggalkan hal-hal yang diharamkan karena ihram.
H. HIKMAH PELAKSANAAN HAJI DAN UMROH
1. Setiap perbuatan dalam ibadah haji sebenarnya mengandung rahasia, contoh seperti
ihram sebagai upacara pertama maksudnya adalah bahwa manusia harus melepaskan diri
kepada Allah Yang Maha Agung.
2. Memperteguh iman dan takwa kepada Allah SWT karena dalam ibadah tersebut diliputi
dengan penuh kekhusyu’an.
3. Ibadah haji menambahkan jiwa tauhid yang tinggi.
4. Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan sikap mental dan akhlak
yang mulia.
5. Ibadah haji adalah merupakan pernyataan umat islam seluruh dunia menjadi umat yang
satu karena mempunyai persamaan atau satu akidah.
6. Ibadah haji merupakan muktamar akbar umat islam sedunia yang peserta-pesertanya
berdatangan dari seluruh penjuru dunia dan ka’bahlah yang menjadi symbol kesatuan dan
persatuan.

Anda mungkin juga menyukai