Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH HAJI DAN UMRAH

Haji

1. Pengertian

Kata Haji berasal dari bahasa arab dan mempunyai arti secara bahasa dan
istilah. Dari segi bahasa haji berarti menyengaja, dari segi syar’i haji
berarti menyengaja mengunjungi Ka’bah untuk mengerjakan ibadah yang
meliputi thawaf, sa’i, wuquf dan ibadah-ibadah lainnya untuk memenuhi
perintah Allah SWT dan mengharap keridlaan-Nya dalam masa yang tertentu.

2. Hukum Ibadah Haji

Mengenai hukum Hukum Ibadah Haji asal hukumnya adalah wajib ‘ain  bagi
yang mampu. Melaksanakan haji wajib, yaitu karena memenuhi rukun Islam
dan apabila kita “nazar” yaitu seorang yang bernazar untuk haji, maka wajib
melaksanakannya, kemudian untuk haji sunat, yaitu dikerjakan pada
kesempatan selanjutnya, setelah pernah menunaikan haji wajib.

Haji merupakan rukun Islam yang ke lima, diwajibkan kepada setiap muslim
yang mampu untuk mengerjakan. jumhur Ulama sepakat bahwa mula-mulanya
disyari’atkan ibadah haji tersebut pada tahun ke enam Hijrah, tetapi ada juga
yang mengatakan tahun ke sembilan hijrah.

3. Dalil / Perintah Tentang Ibadah Haji

1. Al-Qur’an

Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an1 Surat Ali Imran ayat 97, yaitu :

1
Ahmad Fakhruddin dkk, 2003, Al-Quran dan Terjemahannya

Artinya : “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam


Ibrahim[215]; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia;
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah[216]. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (QS. Ali Imran : 97).

4. Hadits

Nabi bersabda di dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh imam Ahmad yang
artinya sebagai berikut :

“Dari ibnu Abbas, telah berkata Nabi SAW : Hendaklah kamu bersegera
mengerjakan haji, maka sesungguhnya seseorang tidak tidak akan menyadari,
sesuatu halangan yang akan merintanginya”. (H.R. Ahmad)

Setiap orang hanya diwajibkan mengerjakan ibadah haji satu kali saja dalam
seumur hidupnya, tetapi tidak ada larangan untuk mengerjakan lebih dari satu
kali.

A.1. Syarat, Rukun, Wajib dan Sunat Haji

1. Syarat-syarat diwajibkannya Haji

 Islam
 Baligh
 Berakal
 Merdeka
 Kuasa (mampu}

2. Rukun Haji

 Ihram yaitu berpakaian ihram, dan niyat ihram dan haji


o Wukuf di arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah; yaknihadirnya
seseorangyang berihram untuk haji, sesudahtergelincirnya mataahari yaitu
pada hari ke-9 Dzulhijjah.
o Thawaf yaitu tawaf untuk haji (tawaf ifadhah)
o Sa’i yaitu lari-lari kecil antara shafa dan marwah 7 (tujuh) kali
 Tahallul; artinya mencukur atau menggunting rambut
sedikitnya 3 helai untuk kepentingan ihram
 Tertib yaitu berurutan

3. Wajib Haji

Yaitu sesuatu yang perlu dikerjakan, tapi sahnya haji tidak tergantung atasnya,
karena boleh diganti dengan dam (denda) yaitu menyembelih binatang.
berikut kewajiban haji yang mesti dikerjakan :

 Ihram dari Miqat, yaitu memakai pakaian Ihram (tidak berjahit), dimulai
dari tempat-tempat yang sudah ditentukan, terus menerus sampai selesainya
ibadah haji.
 Bermalam di Muzdalifah sesudah wukuf, pada malam tanggal 10
Dzulhijjah.
 Bermalam di Mina  selama2 atau 3 malam pada hari tasyriq (tanggal 11,
12 dan 13 Dzulhijjah).
 Melempar jumrah ‘aqabah tujuh kali dengan batu pada tanggal 10
Dzulhijjah dilakukan setelah lewat tengah malam 9 Dzulhijjah dan setelah
wukuf.
 Melempar jumrah ketiga-tiganya, yaitu jumrah Ula, Wustha dan
‘Aqabah  pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah dan melemparkannya tujuh kali
tiap-tiap jumrah.
 Meninggalkan segala sesuatu yang diharamkan karena ihram.

4. Sunat Haji

 Ifrad, yaitu mendahulukan urusan haji terlebih dahulu baru mengerjakan


atas ‘umrah.
 Membaca Talbiyah yaitu :“Labbaika Allahumma Labbaik Laa Syarikalaka
Labbaika Innalhamda Wanni’mata Laka Walmulka Laa Syarika Laka”.
 Tawaf Qudum, yatiu tawaaf yuang dilakukan ketika permulaan datang di
tanah ihram, dikerjakan sebelum wukuf di ‘Arafah.
 Shalat sunat ihram 2 raka’at sesudah selesai wukuf, utamanya dikerjakan
dibelakang makam nabi Ibrahim.
 bermalam di Mina pada tanggal 10 Dzulhijjah
o thawaf wada’, yakni tawaf yang dikerjakan setelah selesai ibadah
haji untuk memberi selamat tinggal bagi mereka yang keluar Mekkah.
o berpakaian ihram dan serba putih.
o berhenti di Mesjid Haram pada tanggal 10 Dzulhijjah.

A.2. Cara Pelaksanaan Haji

1.Di Mekkah (pada tanggal 8 Djulhijjah)

1. Mandi dan berwudlu


2. Memakai kain ihram kembali
3. Shalat sunat ihram dua raka’at
4. Niyat haji :

“Labbaika Allahumma Bihajjatin”

e.   Berangkat menuju ‘Arafah

membaca talbiyah, shalawat dan do’a :

Talbiyah : “Labbaika Allahumma Labbaik Laa Syarikalaka Labbaika                           


Innalhamda Wanni’mata Laka Walmulka Laa Syarika Laka”.

2. Di Arafah

1. waktu masuk Arafah hendaklah berdo’a


2. menunggu waktu wukuf
3. wukuf  (pada tanggal 9 Djulhijjah)

 Sebagai pelaksanaan rukun haji seorang jamaah harus berada di Arafah 


pada tanggal 9 Djulhijjah  meskipun hanya sejenak
 waktu wukuf dimulai dari waktu  Dzuhur tanggal 9 Djulhijjah sampai 
terbit fajar tanggal 10 Djulhijjah
 Doa wukuf

d.   Berangkat menuju muzdalifah sehabis Maghrib

 Agar tidak terlalu lama menunggu waktu sampai  lewat tengah malam
(mabit) di Muzdalifah  hendaknya jemaah meninggalkan Arafah sesudah 
Maghrib (Maghrib-isya di jama takdim)
 Waktu berangkat dari Arafah hendaknya berdo’a

3. Di Muzdalifah (pada malam tanggal 10 Djulhijjah)

1. Waktu sampai di Muzdalifah berdo’a


2. Mabit, yaitu berhenti di Muzdalifah untuk menunggu waktu lewat
tengah malam sambil mencari batu krikil sebanyak 49 atau 70 butir untuk
melempar jumrah
3. Menuju Mina

4. Di Mina

1. Sampai di Mina hendaklah berdo’a .


2. Selama di Mina kewajiban jama’ah adalah melontar jumroh dan
bermalam (mabit)
3. Waktu melempar jumroh

 melontar jumroh aqobah waktunya setelah tengah malam , pagi dan


sore. Tetapi diutamakan sesudah terbit matahari tanggal 10 Djulhijjah
 melontar jumroh ketiga-tiganya pada tanggal 11,12,13 Dzulhijjah
waktunya pagi, siang, sore dan malam. Tetapi diutamakan sesudah tergelincir
matahari.
o Setiap melontar 1 jumroh 7 kali lontaran masing-masing dengan 1
krikil
o Pada tanggal 10 Djulhijjah melontar jumroh Aqobah saja lalu
tahallul (awal). Dengan selesainya tahallul awal ini, maka seluruh larangan
ihram telah gugur, kecuali menggauli isteri. setelah tahallul tanggal 10
Djulhijjah kalau ada kesempatan hendaklah pergi  ke Mekkah untuk thawaf
ifadah dan sa’i  tetapi harus kembali pada hari itu juga dan tiba di mina
sebelum matahari terbenam.
o Pada tanggal 11, 12  Djulhijjah melontar jumroh Ula, Wustha dan
Aqobah secara berurutan, kemudian kembali ke mekkah. itulah yang
dinamakan naffar awal.
o Bagi jama’ah haji yang masih berada di Mina pada tanggal 13
Djulhijjah diharuskan melontar ketiga jumroh itu lagi, lalu kembali ke mekkah.
itulah yang dinamakan naffar tsani.
o Bagi jama’ah haji yang blm membayar dam hendaklah
menunaikannya disini dan bagi yang mampu, hendaklah memotong hewan
kurban.
o Beberapa permasalahan di Mina yang perlu diketahui jama’ah
adalah sebagai berikut :
 Masalah Mabit di Mina
 Masalah melontar jumroh
 melontar malam hari
 melontar dijamakkan
 tertunda melontar jumroh Aqobah
 mewakili melontar jumroh.

5. Kembali ke Mekkah

1. Thawaf Ifadah
2. Thawaf Wada
3. Selesai melakukan thawaf wada bagi jama’ah gelombang pertama,
berangkat ke Jeddah untuk kembali ke tanah air.

https://medium.com/@umrohquranibandungkabilah/pengertian-dan-
perbedaan-ibadah-haji-dan-umroh-3d56bd1e1e3f

Anda mungkin juga menyukai