Anda di halaman 1dari 20

1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rukun Islam yang terakhir adalah naik haji ke Baitullah. Maksudnya adalah
berkunjung ke tanah suci untuk melaksanakan serangkaian amal ibadah
sesuaidengan syarat, rukun, dan waktu yang telah ditentukan. Ibadah haji
ditentukan kepada muslim yang mampu. Pengertian mampu atau kuasa yaitu
mempunyai bekal yang cukup untuk pergi dan bekal bagi keluarga yang
ditinggalkannya. Sama halnya dengan umrah yang dapat dilakukan pada bulan-
bulan lain selain bulan Zulhijah.
Haji dan umrah merupakan suatu kegiatan rohani yang di dalamnya terdapat
pengorbanan, ungkapan rasa syukur, berbuat kebajikan dengan kerelaan
hati,melaksanakan perintah Allah, serta mewujudkan pertemuan besar dengan
umat Islam lainnya di seluruh dunia. Firman Allah swt. Surah A1 Baqarah Ayat 125.
Sedangkan Zakat termasuk ke dalam rukun Islam dan menjadi salah satu unsur
yang paling penting dalam menegakkan syariat Islam. Oleh karena itu hukum
zakat adalah wajib bagi setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Zakat juga merupakan bentuk ibadah seperti sholat, puasa, dan lainnya dan telah
diatur dengan rinci berdasarkan Al-quran dan Sunah.
Menurut Imam Nawawi adalah menahan harta yang dapat diambil manfaatnya
tetapi bukan untuk dirinyam sementara benda itu tetap ada padanya dan digunakan
manfaatnya untuk kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah.

Zakat merupakan salah satu tiang pokok ajaran Islam yang lima, (syahadat,
shalat, zakat, puasa, haji) yang merupakan suatu kesatuan bangunan yang mesti
ditegakkan ditengah-tengah kaum muslimin, karena jika salah satu dari tiang ajaran
agama tersebut ditinggalkan akan menyebabkan terjadinya tidak keharmonisan dari
seseorang yang tentu akan membawa dampak negatif.
Salah satu ajaran Islam yang bertujuan mengatasi kesenjangan antara gejolak
sosial adalah zakat. Zakat yang menjadi salah satu tiang penyangga bagi tegaknya
2

Islam, serta menjadi kewajiban bagi pemeluknya membawa misi memperbaiki


hubungan horizontal antara sesama manusia,sehingga pada akhirnya mampu mengurangi
gejolak akibat problematika kesenjangan dalam hidup mereka. Selain itu, zakat juga
dapat memperkuat hubungan vertikal manusia dengan Allah, karena Islam
menyatakan bahwa zakat merupakan bentuk pengabdian (ibadah) kepada Yang Maha
Kuasa.
Zakat adalah poros dan pusat keuangan Negara Islami.Zakat meliputi bidang
moral, sosial, dan ekonomi.Dalam bidang moral zakat mengikis habis ketamakan dan
kaserakahan si kaya. Dalam bidang sosial, zakat bertindaksebagai alat khas yang
diberikan Islam untuk menghapus kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan si
kaya akan tanggung jawab sosial yang mereka miliki. Dalam bidang ekonomi zakat
mencegah penumpukan kekayaan yang mengerikan dalam tangan segelintir orang dan
memungkinkan kekayaan untuk disebarkan sebelum sempat menjadi besar dan sangat
berbahaya ditangan para pemiliknya.Ia merupakan sumbangan wajib kaum muslimin
untuk pembendaharaan Negara.
Zakat yang merupakan tonggak ekonomi Islam yang sudah lama ditinggalkan
seharusnya kembali diperhatikan.Sebab, zakat merupakan sebuah potensi yang besar
yang dapat dijadikan modal pembangunan Negara sebagaimana yang pernah
dilakukan oleh pendahulu-pendahulu Islam. Andai saja konsep zakat diterapkan baik
secara nasional maupun internasional, maka masalah kemiskinan di dunia Islam akan
dapat teratasi dengan segera.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Haji
1. Pengertian Haji
Kata Haji berasal dari bahasa arab dan mempunyai arti secara bahasa dan istilah.
Dari segi bahasa haji berarti menyengaja, dari segi syar’i haji berarti menyengaja
mengunjungi Ka’bah untuk mengerjakan ibadah yang meliputi thawaf, sa’i, wuquf
dan ibadah-ibadah lainnya untuk memenuhi perintah Allah SWT dan
mengharap keridlaan-Nya dalam masa yang tertentu.

2. Hukum Ibadah Haji


Mengenai hukum Hukum Ibadah Haji asal hukumnya adalah wajib‘ain bagi yang
mampu. Melaksanakan haji wajib, yaitu karena memenuhi rukun Islam dan apabila
kita “nazar” yaitu seorang yang bernazar untuk haji, maka wajib melaksanakannya,
kemudian untuk haji sunat, yaitu dikerjakan pada kesempatan selanjutnya, setelah
pernah menunaikan haji wajib.
Haji merupakan rukun Islam yang ke lima, diwajibkan kepada setiap muslim
yang mampu untuk mengerjakan. jumhur Ulama sepakat bahwa mula-mulanya
disyari’atkan ibadah haji tersebut pada tahun ke enam Hijrah, tetapi ada juga yang
mengatakan tahun ke sembilan hijrah.

3. Dalil / Perintah Tentang Ibadah Haji


1. Al-ur’an
Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an1 Surat Ali Imran ayat 97, yaitu :

Ahmad Fakhruddin dkk, 2003, Al-Quran dan Terjemahanya


4

Artinya : “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam


Ibrahim[215]; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia;
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah[216]. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (QS. Ali Imran : 97).

2. Hadits
Nabi bersabda di dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh imam Ahmad yang
artinya sebagai berikut : “Dari ibnu Abbas, telah berkata Nabi SAW :
Hendaklah kamu bersegera mengerjakan haji, maka sesungguhnya
seseorang tidak tidak akan menyadari, sesuatu halangan yang akan
merintanginya”. (H.R. Ahmad) Setiap orang hanya diwajibkan mengerjakan
ibadah haji satu kali saja dalam seumur hidupnya, tetapi tidak ada larangan
untuk mengerjakan lebih dari satu kali.

4. Syarat, Rukun, Wajib dan Sunat Haji


1. Syarat-syarat diwajibkannya Haji
1) Islam
2) Baligh
3) Berakal
4) Merdeka
5) Kuasa (mampu)

2. Rukun Haji
Ihram yaitu berpakaian ihram, dan niyat ihram dan haji
1) Wukuf di arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah; yaknihadirnya seseorangyang
berihram untuk haji, sesudahtergelincirnya mataahari yaitu pada hari ke-9
Dzulhijjah.
2) Thawaf yaitu tawaf untuk haji (tawaf ifadhah)
3) Sa’i yaitu lari-lari kecil antara shafa dan marwah 7 (tujuh) kali
5

 Tahallul; artinya mencukur atau menggunting rambut sedikitnya 3


helai untuk kepentingan ihram
 Tertib yaitu berurutan

3. Wajib Haji
Yaitu sesuatu yang perlu dikerjakan, tapi sahnya haji tidak tergantung
atasnya, karena boleh diganti dengan dam (denda) yaitu menyembelih binatang.
berikut kewajiban haji yang mesti dikerjakan :
1) Ihram dari Miqat, yaitu memakai pakaian Ihram (tidak berjahit), dimulai
dari tempat-tempat yang sudah ditentukan, terus menerus sampai selesainya
ibadah haji.
2) Bermalam di Muzdalifah sesudah wukuf, pada malam tanggal 10
Dzulhijjah.
3) Bermalam di Mina selama2 atau 3 malam pada hari tasyriq (tanggal
11, 12 dan 13 Dzulhijjah).
4) Melempar jumrah ‘aqabah tujuh kali dengan batu pada tanggal 10
Dzulhijjah dilakukan setelah lewat tengah malam 9 Dzulhijjah dan setelah
wukuf.
5) Melempar jumrah ketiga-tiganya, yaitu jumrah Ula, Wustha dan ‘Aqabah
pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah dan melemparkannya
tujuh kali tiap-tiap jumrah.
6) Meninggalkan segala sesuatu yang diharamkan karena ihram.

4. Sunat Haji
1) Ifrad, yaitu mendahulukan urusan haji terlebih dahulu baru
mengerjakan atas ‘umrah.
2) Membaca Talbiyah yaitu :“Labbaika Allahumma Labbaik Laa
Syarikalaka Labbaika Innalhamda Wanni’mata Laka Walmulka Laa
Syarika Laka”.
3) Tawaf Qudum, yatiu tawaaf yuang dilakukan ketika permulaan datang di
tanah ihram, dikerjakan sebelum wukuf di ‘Arafah.
6

4) Shalat sunat ihram 2 raka’at sesudah selesai wukuf, utamanya


dikerjakan dibelakang makam nabi Ibrahim.
5) Bermalam di Mina pada tanggal 10 Dzulhijjah
 thawaf wada’, yakni tawaf yang dikerjakan setelah selesai ibadah haji
untuk memberi selamat tinggal bagi mereka yang keluar Mekkah.
 berpakaian ihram dan serba putih.
 berhenti di Mesjid Haram pada tanggal 10 Dzulhijjah
5. Cara Pelaksanaan Haji
1. Di Mekkah (pada tanggal 8 Djulhijjah)
1) Mandi dan berwudlu
2) Memakai kain ihram kembali
3) Shalat sunat ihram dua raka’at
4) Niyat haji : “Labbaika Allahumma Bihajjatin”
5) Berangkat menuju ‘Arafah membaca talbiyah, shalawat dan do’a : Talbiyah :
“Labbaika Allahumma Labbaik Laa Syarikalaka Labbaika Innalhamda
Wanni’mata Laka Walmulka Laa Syarika Laka”.

2. Di Arafah
1) waktu masuk Arafah hendaklah berdo’a
2) menunggu waktu wukuf
3) wukuf (pada tanggal 9 Djulhijjah)
a. Sebagai pelaksanaan rukun haji seorang jamaah harus berada di
Arafah pada tanggal 9 Djulhijjah meskipun hanya sejenak
b. waktu wukuf dimulai dari waktu Dzuhur tanggal 9 Djulhijjah
sampai terbit fajar tanggal 10 Djulhijjah
c. Doa wukuf
4) Berangkat menuju muzdalifah sehabis Maghrib
a. Agar tidak terlalu lama menunggu waktu sampai lewat tengah
malam (mabit) di Muzdalifah hendaknya jemaah meninggalkan
Arafah sesudah Maghrib (Maghrib-isya di jama takdim)
b. Waktu berangkat dari Arafah hendaknya berdo’a
7

3. Di Muzdalifah (pada malam tanggal 10 Djulhijjah)


1) Waktu sampai di Muzdalifah berdo’a
2) Mabit, yaitu berhenti di Muzdalifah untuk menunggu waktu lewat tengah
malam sambil mencari batu krikil sebanyak 49 atau 70 butir untuk melempar
jumrah
3) Menuju Mina

4. Di Mina
1) Sampai di Mina hendaklah berdo’a .
2) Selama di Mina kewajiban jama’ah adalah melontar jumroh dan bermalam
(mabit)
3) Waktu melempar jumroh
a. Melontar jumroh aqobah waktunya setelah tengah malam , pagi dan sore.
Tetapi diutamakan sesudah terbit matahari tanggal 10 Djulhijjah
b. Melontar jumroh ketiga-tiganya pada tanggal 11,12,13 Dzulhijjah
waktunya pagi, siang, sore dan malam. Tetapi diutamakan sesudah
tergelincir matahari.
Setiap melontar 1 jumroh 7 kali lontaran masing-masing dengan 1 krikil
a) Pada tanggal 10 Djulhijjah melontar jumroh Aqobah saja lalu
tahallul (awal). Dengan selesainya tahallul awal ini, maka seluruh
larangan ihram telah gugur, kecuali menggauli isteri. setelah
tahallul tanggal 10 Djulhijjah kalau ada kesempatan hendaklah pergi
ke Mekkah untuk thawaf ifadah dan sa’i tetapi harus kembali pada
hari itu juga dan tiba di mina sebelum matahari terbenam.
b) Pada tanggal 11, 12 Djulhijjah melontar jumroh Ula, Wustha dan
Aqobah secara berurutan, kemudian kembali ke mekkah. itulah yang
dinamakan naffar awal.
c) Bagi jama’ah haji yang masih berada di Mina pada tanggal 13
Djulhijjah diharuskan melontar ketiga jumroh itu lagi, lalu kembali
ke mekkah. itulah yang dinamakan naffar tsani.
8

d) Bagi jama’ah haji yang blm membayar dam hendaklah


menunaikannya disini dan bagi yang mampu, hendaklah memotong
hewan kurban.
e) Beberapa permasalahan di Mina yang perlu diketahui jama’ah
adalah sebagai berikut :
1. Masalah Mabit di Mina
2. Masalah melontar jumroh
3. Melontar malam hari
4. Melontar dijamakkan
5. Tertunda melontar jumroh Aqobah
6. Mewakili melontar jumroh
5. Kembali ke Mekkah
1) Thawaf Ifadah
2) Thawaf Wada
3) Selesai melakukan thawaf wada bagi jama’ah gelombang pertama,
berangkat ke Jeddah untuk kembali ke tanah air.

6. Hikmah Melaksanakan Haji


1) Setiap perbuatan dalam ibadah haji sebenarnya mengandung rahasia, contoh
seperti ihrom sebagai upacara pertama maksudnya adalah bahwa manusia
harus melepaskan diri dari hawa nafsu dan hanya mengahadap diri kepada Allah
Yang Maha Agung.
2) Memperteguh iman dan takwa kepada allah SWT karena dalam ibadah tersebut
diliputi dengan penuh kekhusyu’an
3) Ibadah haji menambahkan jiwa tauhid yang tinggi
4) Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan sikap mental
dan akhlak yang mulia.
5) Ibadah haji adalah merupakan pernyataan umat islam seluruh dunia menjadi
umat yang satu karena mempunyai persamaan atau satu akidah.
9

6) Ibadah haji merupakan muktamar akbar umat islam sedunia, yang peserta-
pesertanya berdatangan dari seluruh penjuru dunia dan Ka’bahlah yang menjadi
symbol kesatuan dan persatuan.
7) Memperkuat fisik dan mental, kerena ibadah haji maupun umrah
merupakan ibadah yang berat memerlukan persiapan fisik yang kuat, biaya besar
dan memerlukan kesabaran serta ketabahan dalam menghadapi segala godaan dan
rintangan.
8) Menumbuhkan semangat berkorban, karena ibadah haji maupun umrah,
banyak meminta pengorbanan baik harta, benda, jiwa besar dan pemurah, tenaga
serta waktu untuk melakukannya.
9) Dengan melaksanakan ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk membina persatuan
dan kesatuan umat Islam sedunia.

B. Zakat
1. Pengertian Zakat
Zakat adalah rukun ketiga dari rukun Islam. Secara  syari'ah, zakat merujuk pada
aktivitas memberikan sebagian kekayaan dalam jumlah dan perhitungan tertentu
untuk orang-orang tertentu menurut ketentuan-ketentuan Al-Qur’an.
Menurut lughat arti zakat adalah tumbuh (al Numuww) seperti pada zakat Al
Zar’u yang artinya bertambaha banyak dan mengandung berkat seperti pada zaka’ al
malu dan suci(thoharoh) seperti pada nafsan zakiyah dan qad aflaha man zakkaha.
Menurut Istilah zakat adalah sebagian harta yang telah diwajibkan oleh Allah
swt untuk diberikan kepada orang yang berhak menerimanya sebagaiman yang
telah dinyatakan dalam Al Qur’an atau juga boleh diartikan dengan kadar
tertentu atas harta tertentu yang diberikan kepada orang-orang tertentu dengan
lafadz zakat yang juga digunakan terhadap bagian tertentu yang dikeluarkan dari
orang yang telah dikenai kewajiban untuk mengeluarkan zakat.
Menurut Imam Maliki dalam mendefinisikan zakat bahwa zakat adalah
mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah
mencapai nishab(batas kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang
10

yang berhak menerimanya dengan catatan kepemilikan itu penuh dan mencapai
haul, bukan barang tambang dan bukan pertanian.
Menurut madzhab Syafii zakat adalah sebuah ungkapan untuk keluarnya harta
atau tubuh sesuai dengan cara khusus, sedangkanmadzhab Hambali mengatakan
Zakat adalah hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok
yang khusus pula.

2. Hukum Mengeluarkan Zakat


Zakat merupakan rukun ketiga dari lima rukun Islam dan zakat juga
termasuk salah satu panji-panji Islam yang penegakkannya tidak boleh diabaikan
oleh siapaun juga. Zakat telah difardzukan di Madinah pada bulan Syawwal tahun
kedua hijrah setelah kepada ummat islam diwajibkan berpuasa ramadhan.

3. Syarat, Rukun Dan Hikmah Zakat


Zakat mempunyai beberapa syarat wajib dan syarat sah. Menurut jumhur ulama
syarat wajib zakat terdiri dari :
1) Islam
2) Merdeka
3) Baligh dan Berakal
4) Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati
Harta yang memiliki criteria ini ada lima jenis antara lain :
a. Uang, emas, perak baik berbentuk uang logam maupun uang kertas
b. Barang tambang dan barang temuan
c. Barang dagangan
d. Hasil tanaman dan buah-buahan
e. Binatang ternak (menurut jumhur ulama yang merumput sendiri atau
menurut Maliki binatang yang diberi makan)
5) Harta yang dizakati telah mencapai nishab atau senilai dengannya
6) Harta yang dizakati adalah milik penuh
7) Kepemilikan harta telah mencapai haul (setahun)
8) Harta tersebut bukan termasuk harta hasil hutang
11

Dan diantara syarat-syarat sah pelaksanaan zakat terdiri atas:


1) Niat
2) Tamlik (memindahkan kepemilikan kepada penerimanya)

Rukun zakat adalah mengeluarkan sebagian dari nisab(harta) yang dengan


melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadiakannya sebagai milik orang fakir
dan menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepada wakilnya yakni
imam atau orang yang bertugas untuk memungut zakat.

Diantara hikmah disyariatkannya zakat adalah bahwa pendistribusiannya mampu


memperbaiki kedudukan masyarakat dari sudut moral dan material dimana ia dapat
menyatukan anggota-anggota masyarakatnya menjadi seolah-olah sebuah tubuh yang
satu, selain dari itu zakat juga dapat membersihkan jiwa anggota masyarakat dari sifat
pelit dan bakhil. Zakat juga merupakan benteng keamanan dalam system ekonomi
islam sebagai jaminan kearah stabilitas dan kesinambungan sejarah social masyarakat.

Diantara hikmah zakat yang lain yang saling menguntungkan baik dari pihak sang kaya
maupun dari pihak si miskin antara lain:

1) Menolong orang yang lemah dan susah agar dia dapat menunaikan kewajibannya
terhadap Allah dan terhadap makhluk Allah (masyarakat)
2) Membersihkan diri dari sifat kikir dan akhlak yang tercela, serta membayarkan
amanat kepada orang yang berhak dan berkepentingan
3) Sebagai ucapan syukur dan trimakasi atas nikmat kekayaan yang diberikan
kepadanya
4) Guna menjaga kejahatan-kejahatan yang akan timbul dari si miskin dan yang susah
5) Guna mendekatkan hubungan kasih sayang dan cinta mencintai antara si
miskin dan si kaya
6) Penyucian dari bagi orang yang berpuasa dari kebatilan dan kekokohan
untuk memberi makan kepada orang miskin serta sebagai rasa syukur kepada Allah
atas selesainya menunaikan kewajiban puasa.
12

4. Zakat terbagi dua yakni


Zakat Fitrah, zakat yang wajib dikeluarkan Muslim menjelang Idul Fitri pada
bulan Ramadhan. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram/3,5 liter
makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan. Zakat Maal (Zakat Harta),
mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta
temuan, emas dan perak. Masing-masing tipe memiliki perhitungannya sendiri-
sendiri.
1) Zakat Fitrah
Zakat fitrah yaitu zakat yang sebab diwajibkannya adalah futur (berbuka
puasa) pada bulan ramadhan disebut pula dengan sedekah. Lafadh sedekah
menurut syara' dipergunakan untuk zakat yang diwajibkan, sebagaimana
terdapat pada berbagai tempat dalam qur'an dan sunnah. Dipergunakan pula
sedekah itu untuk zakat fitrah, seolah-olah sedekah dari fitrah atau asal
kejadian, sehingga wajibnya zakat fitrah untuk mensucikan diri dan
membersihkan perbuatannya.
Dipergunakan pula untuk yang dikeluarkan disini dengan fitrah, yaitu bayi
yang di lahirkan. Yang menurut bahasa-bukan bahasa arab dan bukan pula
mu'arab (dari bahasa lain yang dianggap bahas arab)-akan tetapi merupakan
istilah para fuqoha'.
Zakat fitrah diwajibkan pada kedua tahun hijrah, yaitu tahun
diwajibkannya puasa bulan ramadhan untuk mensucikan orang yang berpuasa
dari ucapan kotor dan perbuatan yang tidak ada gunanya, untuk memberi
makanan pada orang-orang miskin dan mencukupkan mereka dari kebutuhan dan
meminta-minta pada hari raya.
Zakat ini merupakan pajak yang berbeda dari zakat-zakat lain, seperti
memiliki nisab, dengan syarat-syaratnya yang jelas, pada tempatnya. Para
fuqoha' menyebut zakat ini dengan zakat kepala, atau zakat perbudakan atau zakat
badan. Yang dimaksud dengan badan disini adalah pribadi, bukan badn yang
merupakan dari jiwa dan nyawa.
13

2) Zakat Maal (harta)


Menurut terminologi (bahasa) harta adalah segala sesuatu yang di
inginkan sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya.
sedangkan menurut istilah syara' harta adalah segala sesuatu yang dapat di miliki
dan dapat di manfaatkan. sesuatu dapat disebut dengan maal(harta) apabila
memenuhi dua sarat anrata lain :
a. Dapat dimiliki, dikuasai, dihimpun dan disimpan
b. Dapat di ambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya seperti rumah, mobil,
ternak dan lain sebaginya

Harta (maal) yang Wajib di Zakati :

1) Emas, perak dan mata uang


2) Harta perniagaan
3) Buah-buhan seperti anggur, kurman dan biji-bijan
4) Barang tambang dan rikaz (harta terpendam)
5) Hewan ternak seprti : Unta, sapi, kerbau, kambing, domba dan unggas (ayam, itik,
burung)

C. Wakaf
1. Pengertian Wakaf
Secara etimologi, wakaf berasal dari “Waqf” yang berarti “al- Habs”.
Merupakan kata yang berbentuk masdar (infinitive noun) yang pada dasarnya berarti
menahan, berhenti, atau diam. Apabila kata tersebut dihubungkan dengan harta
seperti tanah, binatang dan yang lain, ia berarti pembekuan hak milik untuk faedah
tertentu. Dalam pengertian hukum Islam wakaf adalah melepas kepemilikan atas
harta yang dapat bermanfaat dengan tanpa mengurangi bendanya untuk diserahkan
kepada perorangan atau kelompok (organisasi) agar dimanfaatkan untuk tujuan-
tujuan yang tidak bertentangan dengan syari’at.
14

Definisi wakaf menurut ahli fiqh adalah sebagai berikut:

Pertama, Hanafiyah mengartikan wakaf sebagai menahan materi benda (al-‘ain)


milik Wakif dan menyedekahkan atau mewakafkan manfaatnya kepada siapapun yang
diinginkan untuk tujuan kebajikan. Definisi wakaf tersebut menjelaskan bahawa
kedudukan harta wakaf masih tetap tertahan atau terhenti di tangan Wakif itu
sendiri. Dengan artian, Wakif masih menjadi pemilik harta yang diwakafkannya,
manakala perwakafan hanya terjadi ke atas manfaat harta tersebut, bukan termasuk
asset hartanya.

Kedua, Malikiyah berpendapat, wakaf adalah menjadikan manfaat suatu harta


yang dimiliki (walaupun pemilikannya dengan cara sewa) untuk diberikan kepada
orang yang berhak dengan satu akad (shighat) dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan keinginan Wakif. Definisi wakaf tersebut hanya menentukan pemberian
wakaf kepada orang atau tempat yang berhak saja.

Ketiga, Syafi‘iyah mengartikan wakaf dengan menahan harta yang bisa memberi
manfaat serta kekal materi bendanya (al-‘ain) dengan cara memutuskan hak
pengelolaan yang dimiliki oleh Wakif untuk diserahkan kepada Nazhir yang
dibolehkan oleh syariah. Golongan ini mensyaratkan harta yang diwakafkan harus
harta yang kekal materi bendanya (al-‘ain) dengan artian harta yang tidak mudah
rusak atau musnah serta dapat diambil manfaatnya secara berterusan.

Keempat, Hanabilah mendefinisikan wakaf dengan bahasa yang sederhana, yaitu


menahan asal harta (tanah) dan menyedekahkan manfaat yang dihasilkan. Itu menurut
para ulama ahli fiqih.

2. Dasar Hukum Wakaf


Secara umum tidak terdapat ayat al-Quran yang menerangkan konsep wakaf
secara jelas. Oleh karena wakaf termasuk infaq fi sabilillah, maka dasar yang
digunakan para ulama dalam menerangkan konsep wakaf ini didasarkan pada
keumuman ayat-ayat al-Quran yang menjelaskan tentang infaq fi sabilillah.
15

Qur’an : al Baqarah : 261

(‫) مثل الدين ينفقون امولهم فى سبيل هللا كمثل حبت انبتت سبع سنا بل‬  ‫ اموا لهم‬ ‫ صدقاة الدين ينفقون‬ ‫اى سفة‬
‫ اموالهم فى وجوه الخيرات من الوجب والنفل‬ ‫ او المعنى مثل الدين ينفقون‬ ‫فى دين هللا كصفة حبة اخرجت سبع سنا بل‬
‫ (فى كلى سنبلة مائة حبة ) كما يشاهد دلك‬ ‫ اخرجث ساقا تشعب منه سبع شعب فى كلى واحدة منها سنبلة‬ ‫كمثل زراع‬
‫على اليضيق عليه ما يتفضل به من‬  )  ‫ (لمن يشاء‬ ‫ فوق دلك‬ ) ‫ (وهللا يضعف‬ ‫فى الدرة والدخن بل فيهما اكثر من دلك‬
‫ (عليم ) بنية المنفق وبمن يستحق ىالمضاعفة‬ ‫ ائ ال يضيق عليه ما يتفضل به من التضعيف‬ ) ‫ (وهللا وا سع‬ ‫التضعيف‬
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
butir, pada tiap-tiap butir: seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

3. Perkembangan Pengelolaan Hata Wakaf di Beberapa Negara Muslim


1) Malaysia, Perkembangan wakaf di Malaysia masih cenderung sagnan. Karena
wakaf memilik dua model yaitu ‘am dan khas. Cenderung lebih banyak wakaf
Khas sehingga tidak berkembang.
2) Mesir, Ada badan Wakaf yang didirikan oleh Negara dan sepenuhnya bertugas
mmbuat perencanaan, mengelola, mendistribusikan hasil wakaf dan
menyampaikan laporan kepada Masyarakat.
3) Arab Saudi, Didrikan oleh kerajaan Arab Saudi sebuah departemen wakaf.
Pada Makkah dan Madinah wakaf dikelola secara khusus. Tanah wakaf
disekitar madinah dan makkah didrikan hotel dan hasilnya untuk merawat
aset-aset penting dan disalurkan kepada yang memerlukan.
4) Bangladesh, Menurut penelitian MA Mannan, wakaf di Bangladesh menjadi
masalah karena hasil dari wakaf itu sendiri tidak cukup sebagai baiya
memilihara harta wakaf. Bahkan adanyqa wakaf keluaraga semakinmempersulit
status dan pengelolaan
16

4. Rukun dan Syarat


Rukun wakaf ada empat, yaitu: pertama, orang yang berwakaf (al - wakif).
Kedua, benda yang diwakafkan (al - mauquf). Ketiga, orang yang menerima manfaat
wakaf (al – mauquf ‘alaihi). Keempat, lafaz atau ikrar wakaf (sighah).
1) Syarat-syarat orang yang berwakaf (al-waqif)Syarat-syarat al-waqif ada
empat, pertama orang yang berwakaf ini mestilah memiliki secara penuh harta
itu, artinya dia merdeka untuk mewakafkan harta itu kepada sesiapa yang
ia kehendaki. Kedua dia mestilah orang yang berakal, tak sah wakaf orang
bodoh, orang gila, atau orang yang sedang mabuk. Ketiga dia mestilah baligh.
Dan keempat dia mestilah orang yang mampu bertindak secara hukum (rasyid).
Implikasinya orang bodoh, orang yang sedang muflis dan orang lemah ingatan
tidak sah mewakafkan hartanya.
2) Syarat-syarat harta yang diwakafkan (al-mauquf)Harta yang diwakafkan
itu tidak sah dipindahmilikkan, kecuali apabila ia memenuhi beberapa
persyaratan yang ditentukan oleh ah; pertama barang yang diwakafkan itu
mestilah barang yang berharga Kedua, harta yang diwakafkan itu mestilah
diketahui kadarnya. Jadi apabila harta itu tidak diketahui jumlahnya (majhul),
maka pengalihan milik pada ketika itu tidak sah. Ketiga, harta yang diwakafkan
itu pasti dimiliki oleh orang yang berwakaf (wakif). Keempat, harta itu mestilah
berdiri sendiri, tidak melekat kepada harta lain (mufarrazan) atau disebut juga
dengan istilah (ghaira shai’).
3) Syarat-syarat orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf alaih) Dari segi
klasifikasinya orang yang menerima wakaf ini ada dua macam, pertama tertentu
(mu’ayyan) dan tidak tertentu (ghaira mu’ayyan). Yang dimasudkan dengan
tertentu ialah, jelas orang yang menerima wakaf itu, apakah seorang, dua orang
atau satu kumpulan yang semuanya tertentu dan tidak boleh dirubah. Sedangkan
yang tidak tentu maksudnya tempat berwakaf itu tidak ditentukan secara
terperinci, umpamanya seseorang sesorang untuk orang fakir, miskin, tempat
ibadah, dll. Persyaratan bagi orang yang menerima wakaf tertentu ini (al-mawquf
mu’ayyan) bahwa ia mestilah orang yang boleh untuk memiliki harta (ahlan li
al-tamlik), Maka orang muslim, merdeka dan kafir zimmi yang memenuhi
17

syarat ini boleh memiliki harta wakaf. Adapun orang bodoh, hamba sahaya, dan
orang gila tidak sah menerima wakaf. Syarat-syarat yang berkaitan dengan
ghaira mu’ayyan; pertama ialah bahwa yang akan menerima wakaf itu
mestilah dapat menjadikan wakaf itu untuk kebaikan yang dengannya dapat
mendekatkan diri kepada Allah. Dan wakaf ini hanya ditujukan untuk
kepentingan Islam saja.
4) Syarat-syarat Shigah Berkaitan dengan isi ucapan (sighah) perlu ada beberapa
syarat. Pertama, ucapan itu mestilah mengandungi kata-kata yang menunjukKan
kekalnya (ta’bid). Tidak sah wakaf kalau ucapan dengan batas waktu tertentu.
Kedua, ucapan itu dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau
digantungkan kepada syarat tertentu. Ketiga, ucapan itu bersifat pasti. Keempat,
ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan. Apabila semua
persyaratan diatas dapat terpenuhi maka penguasaan atas tanah wakaf bagi
penerima wakaf adalah sah. Pewakaf tidak dapat lagi menarik balik pemilikan
harta itu telah berpindah kepada Allah dan penguasaan harta tersebut adalah
orang yang menerima wakaf secara umum ia dianggap pemiliknya tapi bersifat
ghaira tammah.

5. Harta Benda Wakaf dan Pemanfaatannya.


Harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama dan
manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang
diwakafkan oleh wakif. Harta benda wakaf terdiri dari benda tidak bergerak, dan
benda bergerak.
1) Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan
yang berlaku, baik yang sudah maupun yang belum terdaftar.
2) Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah.
3) Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah.
4) Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan yang berlaku.
18

6. Prinsip-prinsip Pengelolaan Wakaf.


1) Seluruh harta benda wakaf harus diterima sebagai sumbangan dari wakif
dengan status wakaf sesuai dengan syariah.
2) Wakaf dilakukan dengan tanpa batas waktu.
3) Wakif mempunyai kebebasan memilih tujuan-tujuan sebagaimana yang
diperkenankan oleh Syariah.
4) Jumlah harta wakaf tetap utuh dan hanya keuntungannya saja yang akan
dibelanjakan untuk tujuan-tujuan yang telah ditentukan oleh Wakif.
5) Wakif dapat meminta keseluruhan keuntungannya untuk tujuan-tujuan yang
telah ia tentukan
19

BAB III
PENUTUP

Tugas manusia di muka bumi ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT
sesuai dengan syari’at yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW, beribadah banyak
macamnya. Adapun yang menjadi tolak ukur seorang hamba di dalam ibadahnya yaitu
dengan melaksanakan shalat, dan sebagai penyempurna rukun Islam kita yaitu ibadah
haji. Ada beberapa kesimpulan yang dapat penulis simpulkan dari pembahasan ini,
yakni:

1. Shalat dan ibadah haji termasuk rukun Islam dan perintah Allah, yang wajib
kita laksanakan apabila kita mampu “Ibadah Haji”.
2. Apabila kita mati shalat merupakan hisaban pertama yang dilakukan dan sebagai
tolak ukur ibadah-ibadah yang lainnya.
3. Orang yang suka melaksanakan shalat berarti dia menegakan agama, dan orang
yang tidak suka melaksanakan shalat berarti dia menghancurkan agama.
4. Untuk menambah pahala ibadah shalat, kita mesti melaksanakan shalat nawafil
yakni shalat sunat, baik rawatib atau mutlak atau shalat sunat lainnya, seperti
dluha, tahajud, hajat dan lain sebagainya.
5. Dengan meksanakan ibadah haji kita bisa bertemu dengan umat islam yang
lain dari seluruh dunia.
6. Dengan melaksanakan ibadah haji kita akan dibalas dengan balasan surga firdaus
dan itu untuk haji yang mabrul

Potensi zakat, baik penerimaan maupun pengeluarannya cukup besar. Supaya ia


menjadi riil sebagai dana untuk menanggulangi kemiskinan dan sarana pemerataan
pendapatan untuk menciptakan keadilan sosial, pengelolaan zakat sebaiknya diatur oleh
pemerintah melalui perundang-undangan. Pengaturan melalui peraturan perundang-
undangan ini, setidak-tidaknya dengan peraturan pemerintah, tidak hanya akan
memperlancar proses pengelolaan dan pendayagunaannya, tetapi juga untuk memecahkan
berbagai masalah yang berkenaan dengan pengumpulan zakat.
20

Sebagai ajaran yang menekankan pada rasa persaudaraan dan kasih sayang
terhadap sesama manusia, konsep zakat, menurut Muchtar Naim, mampu menandingi
semua ajaran mengenai kesejahteraan sosial dari manapun datangnya. Konsep zakat,
bertolak dari ajaran Tuhan yang menyatakan bahwa harta yang dimiliki adalah amanah
dan berfungsi sosial. Karena fungsi dan sifatnya itu, maka harta kekayaan yang ada di
tangan seseorang justru menjadi ujian bagi orang yang bersangkutan sampai seberapa
jauh ia mampu melaksanakan amanah itu dengan sebaik-baiknya dengan mempergunakan
hartanya tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri dan keluarganya, tetapi juga untuk
kepentingan sosial.

Anda mungkin juga menyukai