Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ALAT PEMBAYARAN TUNAI DAN NON TUNAI


SERTA PERKEMBANGAN DI MASA COVID-19

GURU PEMBIMBING
YULI HARVADILLA, SE

DISUSUN OLEH :

ALDHO ADIVIO
MUHAMMAD FIRDAUS
MURTINI
RAKHA FATHI BARNAO
SHINDY JHELSYA CAMARIS
YUKI KHAIRUNNISA

KELAS :
X IPA 1

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI BENGKULU


SMAN 4 REJANG LEBONG
TAHUN PELAJARAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami bisa menyusun dan menyajikan makalah ini tentang
ALAT PEMBAYARAN TUNAI DAN NONTUNAI SERTA PERKEMBANGAN DI MASA
COVID-19 sebagai salah satu tugas Makalah perkelompok. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada guru mata pelajaran EKONOMI yang telah memberikan bimbingannya kepada
penulis dalam proses penyusunan makalah ini. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah memberikan dorongan dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi acuan dalam
menyusun makalah-makalah atau tugas-tugas selanjutnya.
Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan
pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud
penulis.

Curup, Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................2


DAFTAR ISI ..................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Tujuan Penulisa .......................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan ...................................................................2
1.4 Rumusan Masalah ....................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Uang ............................................................................3
2.2 Pengertian Uang dan Syarat Uang ...........................................3
2.3 Pengelolaan Uang Rupiah oleh Bank Indonesia ......................4
1 Tahap Perencana ................................................................4
2 Tahap Pencetakan ..............................................................4
3 Tahap Pengeluaran .............................................................5
4 Tahap Pengedaran ..............................................................5
5 Tahap Pencabutan dan Penarikan ......................................6
6 Tahap Pemusnahan ............................................................6
2.4 Unsur Pengaman Uang Rupiah ................................................7
2.5 Pengertian Sistem Pembayaran ................................................7
1 Sistem Pembayaran Tunai .................................................8
2 Sistem Pembayaran Non Tunai .........................................8
2.6 Alat Pembayaran Nontunai Pada Masa Covid-19 ...................8
1 Berbasis Elektronik.............................................................8
2 Berbasis Warkat (paper based) ..........................................11
3 Berbasis Kartu ...................................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..............................................................................13
3.2 Saran ........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembayaran merupakan salah satu aktivitas penting pada setiap transaksi dalam
kegiatan ekonomi. Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, semakin banyak
dan semakin besarnya nilai transaksi serta risiko, dibutuhkan adanya sistem pembayaran
dan alat pembayaran yang cepat, lancar dan aman. Keberhasilan sistem pembayaran akan
dapat mendukung perkembangan sistem keuangan dan perbankan. Sebaliknya
ketidaklancaran atau kegagalan sistem pembayaran akan memberikan dampak yang
kurang baik pada kestabilan perekonomian.
Kasus Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan yang signifikan
sehingga pemerintah harus menerapkan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM). Hal tersebut tentu memberikan dampak yang signifikan bagi
berbagai sektor industri di Indonesia, tidak terkecuali para pelaku Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM). Akan tetapi, jika para pelaku UMKM bisa merangkul
digitalisasi dengan tepat, mereka bisa bertahan di masa yang penuh dengan
ketidakpastian ini. Salah satu layanan digital yang dapat dimanfaatkan di masa PPKM
darurat ini yaitu sistem pembayaran non tunai untuk UMKM di Indonesia.
Uang memiliki fungsi yang sangat besar dalam kehidupan sehari- hari.
Layaknya fungsi uang sebagai alat pembayaran dalam transaksi ekonomi, uang
tidak terlepas dari proses transaksi ekonomi di setiap negara. Uang juga dapat
dikatakan sebagai indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Hal ini
disebabkan oleh seluruh kegiatan ekonomi yakni, produksi, distribusi dan
konsumsi berkaitan erat dengan uang.
Pembayaran tunai adalah pembayaran menggunakan mata uang negara dalam
bentuk uang kertas atau uang logam koin yang dibayarkan oleh penerima barang atau jasa
kepada penjual. Ini juga dapat melibatkan pembayaran dalam suatu bisnis kepada
karyawan sebagai kompensasi atas jam kerja mereka, atau untuk membayar kembali
kepada karyawan untuk pengeluaran yang terlalu kecil untuk dialihkan melalui sistem
hutang dagang.
Pembayaran non tunai merupakan salah satu sistem pembayaran digital di
Indonesia. Singkatnya, para penjual hanya perlu mendowload aplikasi system
pembayaran non tunai, seperti QRIS, DANA, OVO, dan MOBILE BANKING.
Sementara itu, pembeli bisa melakukan pembayaran dengan memindai kode QRIS,
DANA, OVO, dan MOBILE BANKING melalui layanan apa yang penjual gunakan.

Menurut data Bank Indonesia, per 03 Januari 2022, tercatat ada sekitar 6,55 juta
penjual yang telah menggunakan sistem pembayaran non tunai dengan mayoritas
penggunanya yaitu sebesar 85% berasal dari UMKM. Pemerintah juga berencana untuk
mendorong perluasan penggunaan pembayaran non tunai di Indonesia pada tahun 2022
ini dengan target merangkul hingga 12 juta penjual.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Sejarah Uang
2. Untuk Mengetahui Pengertian Uang dan Syarat Uang
3. Untuk Mengetahui Pengelolaan Uang Rupiah Oleh Bank Indonesia
4. Untuk Mengetahui Unsur Pengaman Uang Rupiah
5. Untuk Mengetahui Pengertian Sistem Pembayaran
6. Untuk Mengetahui Alat Pembayaran Nontunai Pada Masa Covid-19

1.3 Manfaat Penulisan


Penulisan makalah ini diharapkan memberikan manfaat :
1. Bagi Penulis untuk menambah wawasan dan pengalaman penerapan makalah tentang
alat pembayaran tunai dan nontunai serta perkembangan di masa Covid-19
2. Bagi masyarakat untuk mengetahui apa saja alat pembayaran tunai dan nontunai pada
perkembangan di masa Covid-19
3. Bagi siswa/siswi untuk menambah pengetahuan, wawasan, sumber bacaan dan
referensi tentang alat pembayaran tunai dan nontunai pada perkembangan di masa
Covid-19

1.4 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sejarah Uang
2. Apa Pengertian Uang dan Syarat Uang
3. Bagaimana Pengelolaan Uang Rupiah Oleh Bank Indonesia
4. Bagaimana Unsur Pengaman Uang Rupiah
5. Apa Pengertian Sistem Pembayaran
6. Apa Alat Pembayaran Nontunai Pada Masa Covid-19

BAB II
PEMBAHASAN
1 Sejarah Uang
Bagaimana awal mula uang tercipta dan menjadi alat tukar yang resmi, yang
beredar dan digunakan oleh masyarakat. Pada masa prasejarah, hingga awal masa sejarah,
manusia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mencari berbagai bahan dan makanan dari
alam. Sehingga, praktis kegiatan jual beli tidak bisa dilakukan, dan tidak memungkinkan
untuk dilakukan.
Kemudian, lambat laun, kebutuhan yang disediakan tidaklah cukup. Beberapa
daerah memiliki sumber daya maupun bahan makanan, pakaian dan penunjang tempat
tinggal yang lebih baik dari tempat lainnya. oleh sebab itu, penukaran barang dengan
barang menggunakan sistem barter mulai lazim untuk digunakan.
Barter dianggap memberikan keuntungan satu sama lain, sehingga mudah untuk
mengaplikasikannya. Namun, kemudian disadari bahwa sistem ini juga terdapat beberapa
kendala, misalnya saja, barang yang hendak ditukarkan ternyata tidak diperlukan oleh
pihak kedua. Ini membuat pihak kedua tidak mau melakukan barter pada pihak pertama.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka manusia kemudian berkreasi dan menciptakan
alat pembayaran yang disepakati. Awalnya menggunakan kerang atau batu-batuan yang
dianggap menarik, kemudian mulai melebur emas maupun perak dalam mata uang logam
untuk digunakan. Nilai mata uang dengan menggunakan dua logam mulai tersebut, dinilai
efektif, sebab kegiatan ekonomi kemudian berjalan dengan lebih lancar. Selain mudah
digunakan, uang logam juga bisa diproduksi secara pribadi oleh industri domestik.
Tapi perlahan tapi pasti, sistem ini juga dinilai tidak efektif, sebab pada saat itu,
bahan yang digunakan terbatas, walaupun pengertian uang masih sama digunakan sebagai
nilai tukar yang setara, penggunaan uang kertas kemudian berkembang untuk mengimbangi
perkembangan uang logam. Selanjutnya, masyarakat lebih familiar menggunakan uang
kertas, dan memakai uang logam sebagai nilai ukur yang berbeda, terutama jika masih
mengandung emas ataupun perak.

2 Pengertian Uang dan Syarat Uang


Uang adalah alat untuk mempermudah pertukaran (money was made to facility
business transaction), yang secara umum dapat diterima dalam bentuk pembelian barang-
barang atau jasa-jasa serta untuk pembayaran utang. Adapun menurut UU No. 7 Tahun
2011 tentang Mata Uang, uang adalah alat pembayaran yang sah.
Dalam ilmu ekonomi modern, pengertian uang adalah segala sesuatu yang diterima
masyarakat umum sebagai alat tukar menukar dalam lalu lintas perekonomian, sehingga
bisa dipakai untuk pembayaran dalam pembelian barang, jasa, maupun utang.

Merujuk definisi yang terakhir, beberapa syarat yang menjadikan suatu benda layak
disebut uang adalah sebagai berikut :
1. Dapat diterima oleh masyarakat umum (acceptability)
2. Tidak mengalami perubahan dan tidak cepat rusak (durability)
3. Nilainya tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu yang lama (stability of value)
4. Praktik dan mudah dibawa kemana-mana (portability)
5. Mudah dibagi-bagi tanpa mengurangi nilai (divisibility)
6. Kualitasnya relatif sama (uniformity)
7. Jumlahnya terbatas dan tidak mudah dipalsukan (scarcity).

3 Pengelolaan Uang Rupiah oleh Bank Indonesia


Sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, Bank Indonesia
diberikan tugas dan kewenangan Pengelolaan Uang Rupiah mulai dari tahapan
Perencanaan, Pencetakan, Pengeluaran, Pengedaran, Pencabutan dan Penarikan, sampai
dengan Pemusnahan. Bahwa Pengelolaan Uang Rupiah perlu dilakukan dengan baik dalam
mendukung terpeliharanya stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan kelancaran
sistem pembayaran. Pengelolaan Uang Rupiah yang dilakukan oleh Bank Indonesia
ditujukan untuk menjamin tersedianya Uang Rupiah yang layak edar, denominasi sesuai,
tepat waktu sesuai kebutuhan masyarakat, serta aman dari upaya pemalsuan dengan tetap
mengedepankan efisiensi dan kepentingan nasional.
Berikut adalah tahapan-tahapan pengelolaan uang rupiah yang dilakukan oleh Bank
Indonesia :
1. Tahap Perencanaan
Perencanaan Uang Rupiah merupakan suatu rangkaian kegiatan menetapkan
besarnya jumlah dan jenis pecahan berdasarkan perkiraan kebutuhan Rupiah dalam
periode tertentu. Dalam melakukan perencanaan jumlah uang yang akan dicetak
dilakukan dengan memperhatikan asumsi tingkat inflasi, asumsi pertumbuhan ekonomi,
perkembangan teknologi, kebijakan perubahan harga uang Rupiah, kebutuhan
masyarakat terhadap jenis pecahan uang Rupiah tertentu, tingkat pemalsuan, dan  faktor
lain yang mempengaruhi. Perencanaan uang Rupiah terdiri dari dua jenis perencanaan
yaitu perencanaan pencetakan uang Rupiah dan perencanaan uang Rupiah emisi baru.
2. Tahap Pencetakan
Pencetakan Uang Rupiah merupakan suatu rangkaian kegiatan mencetak Uang
Rupiah yang dilakukan oleh Bank Indonesia berdasarkan rencana cetak dalam periode
tertentu. Rencana tersebut mencakup rencana jumlah nominal dan jumlah lembar Uang
Rupiah kertas, serta rencana jumlah nominal dan keping Uang Rupiah logam. Sesuai
amanat UU Mata Uang, pencetakan Uang Rupiah dilaksanakan di dalam negeri dengan
menunjuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pelaksana pencetakan Uang
Rupiah. Saat ini Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum
Peruri) merupakan satu-satunya BUMN yang bergerak dalam bidang pencetakan Uang
Rupiah. 
Namun demikian, dalam hal Perum Peruri tidak sanggup memenuhi permintaan
Bank Indonesia, maka pencetakan uang Rupiah dilaksanakan oleh Perum Peruri bekerja
sama dengan lembaga lain yang ditunjuk melalui proses yang transparan, akuntabel
serta menguntungkan negara. Dalam melaksanakan pencetakan uang kertas Rupiah,
Perum Peruri menerapkan standar operasional prosedur yang berpengaman tinggi untuk
menjamin mutu serta keamanan dan kerahasiaan proses cetak uang, mulai dari proses
desain uang, penyediaan bahan kertas uang, tinta maupun proses cetaknya. 
Selain itu, kewajiban Bank Indonesia dalam proses pencetakan uang adalah
menyediakan bahan uang sebesar pesanan cetak ditambah dengan tingkat salah cetak
(inschiet). Oleh karenanya dalam proses pencetakan Bank Indonesia berkordinasi
secara intens dengan Perum Peruri untuk  menjamin kelancaran proses cetak Perum
Peruri, sehingga keseluruhan pesanan cetak dapat diselesaikan Perum Peruri secara
tepat waktu.
Kualitas hasil pencetakan uang Rupiah sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan
uang yang dikirimkan Bank Indonesia ke Perum Peruri. Oleh karena itu, sebelum
dikirimkan ke Perum Peruri bahan uang tersebut harus lolos uji mutu di laboratorium
untuk memastikan kesesuaian dengan spesifikasi teknis yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia. 
3. Tahap Pengeluaran
Pengeluaran Uang Rupiah merupakan suatu rangkaian kegiatan menerbitkan
Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah di Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Bank Indonesia memiliki wewenang dalam mengeluarkan Uang Rupiah
dalam bentuk emisi baru, Uang Rupiah desain baru dan Uang Rupiah khusus
(commemorative currency). Pengeluaran uang Rupiah baru diatur dalam Peraturan
Bank Indonesia yang ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, serta
diumumkan melalui media massa sehingga masyarakat di seluruh wilayah NKRI dapat
mengetahui adanya pengeluaran uang baru oleh Bank Indonesia. Konsekuensi dari
penerbitan uang ini adalah masyarakat dilarang menolak apabila dibayar dengan uang
yang telah diterbitkan oleh Bank Indonesia.
4. Tahap Pengedaran
Pengedaran Uang Rupiah merupakan suatu rangkaian kegiatan mengedarkan atau
mendistribusikan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kegiatan
pengedaran Uang Rupiah mencakup distribusi Uang Rupiah dan layanan kas. Kegiatan
distribusi Uang Rupiah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kas di seluruh wilayah
kerja Bank Indonesia baik dalam bentuk pengiriman uang (remise) dari KPBI ke
KPwBI maupun pengembalian uang (retur) dari KPwBI ke KPBI. Sementara itu,
kegiatan layanan kas bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melalui
penarikan dan penyetoran perbankan, termasuk Kas Titipan, serta penukaran uang
rusak/cacat/lusuh kepada masyarakat melalui Kas Keliling dan kerja sama dengan
perbankan dan/atau instansi lain.
Mekanisme distribusi uang Rupiah dilakukan dari Kantor Pusat Bank Indonesia
kepada Kantor-kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwDN) yang berfungsi sebagai
Kantor Depo Kas (KDK), dan untuk selanjutnya oleh KDK didistribusikan lagi kepada
KPwDN lainnya. Moda transportasi utama yang digunakan adalah moda transportasi
darat (truk dan kereta api) dan laut (kapal barang dan kapal penumpang). Dalam
kondisi tertentu, moda transportasi udara (pesawat) juga digunakan untuk melakukan
distribusi uang oleh Bank Indonesia. Untuk menjaga kelancaran distribusi uang, Bank
Indonesia terus meningkatkan kerja sama dengan berbagai instansi seperti penyedia
moda transportasi dan penyedia pengawalan dan pengamanan jalur distribusi.
5. Tahap Pencabutan dan Penarikan
Pencabutan dan Penarikan Uang Rupiah merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang menetapkan Rupiah tidak berlaku lagi sebagai alat pembayaran yang sah di
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pencabutan dan penarikan uang
dilakukan dengan berbagai pertimbangan, diantaranya masa edar suatu pecahan sudah
terlalu lama dan adanya perkembangan teknologi unsur pengaman (security features)
pada uang. Di samping itu juga dimaksudkan untuk mencegah dan meminimalisir
peredaran uang palsu serta menyederhanakan komposisi dan emisi pecahan yang ada. 
Esensi dari pencabutan dan penarikan uang dari peredaran adalah pengumuman
Bank Indonesia yang menyatakan bahwa uang yang dicabut dan ditarik dari peredaran
sudah tidak lagi berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah NKRI,
sehingga masyarakat dapat menolak apabila dibayar dengan uang yang telah dicabut
dan ditarik dari peredaran tersebut. Oleh karena itu, Bank Indonesia mengeluarkan
Peraturan Bank Indonesia mengenai pencabutan dan penarikan uang yang ditempatkan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, serta membuat pengumuman melalui
media massa sehingga masyarakat luas dapat mengetahui adanya pencabutan dan
penarikan uang oleh Bank Indonesia. Uang Rupiah yang telah dicabut dan ditarik dari
peredaran dapat ditukarkan dengan uang Rupiah layak edar sebesar nilai nominalnya.
6. Tahap Pemusnahan
Pemusnahan Uang Rupiah merupakan suatu rangkaian kegiatan meracik, melebur,
atau cara lain memusnahkan Rupiah sehingga tidak menyerupai Rupiah. Bank
Indonesia berkomitmen untuk menyediakan uang layak edar bagi masyarakat, yaitu
Uang Rupiah yang memenuhi persyaratan untuk diedarkan berdasarkan standar kualitas
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sebagai wujud komitmen tersebut, salah satu
langkah yang dilakukan Bank Indonesia secara rutin adalah kegiatan pemusnahan
uang. 
Uang yang dimusnahkan oleh Bank Indonesia merupakan uang yang tidak layak
edar baik berupa uang lusuh, uang cacat, uang rusak maupun Uang rupiah yang masih
layak edar yang dengan pertimbangan tertentu tidak lagi mempunyai manfaat ekonomis
dan/atau kurang diminati oleh masyarakat serta uang yang telah dicabut/ditarik dari
peredaran. Pemusnahan uang kertas dilakukan oleh Bank Indonesia dengan cara diracik
sehingga tidak menyerupai uang kertas, baik dengan menggunakan Mesin Sortasi Uang
Kertas (MSUK) dan/atau Mesin Racik Uang Kertas (MRUK). Sementara itu,
pemusnahan uang logam dilakukan dengan cara dilebur atau dengan cara lainnya
sehingga  tidak menyerupai uang logam. 
Sesuai dengan Undang-Undang Mata Uang, pelaksanaan pemusnahan uang
Rupiah oleh Bank Indonesia harus berkoordinasi dengan Pemerintah. Koordinasi Bank
Indonesia dengan Pemerintah diwujudkan dalam bentuk nota kesepahaman antara Bank
Indonesia dan Pemerintah yang berisi teknis pelaksanaan pemusnahan uang Rupiah,
termasuk pembuatan berita acara pemusnahan uang Rupiah.

4 Unsur Pengaman Uang Rupiah


Unsur pengaman pada uang kertas rupiah meliputi bahan uang dan teknik cetak.
Unsur-unsur tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Uang kertas rupiah terbuat dari serat kapas
2. Tanda air (watermark) dan elektrotipe
3. Benang pengaman (security thread)
4. Cetak intaglio
5. Gambar saling isi (rectoverso)
6. Tinta berubah warnah (optically variable ink)
7. Tulisan mikro (microtext)
8. Hasil cetakan tidak kasatmata (invisible ink)
9. Gambar tersembunyi (latent image)
10. Efek pelangi
11. Cetakan kasatmata (visible ink)
12. Nomor seri
13. Miniteks
14. Pigmen berubah warna (irisafe)

5 Pengertian Sistem Pembayaran


Sistem Pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan
mekanisme yang dipakai untuk melaksanakan pemindahan dana, guna memenuhi suatu
kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Sistem Pembayaran lahir bersamaan
dengan lahirnya konsep 'uang' sebagai media pertukaran (medium of change)
atau intermediary dalam transaksi barang, jasa dan keuangan. Pada prinsipnya, sistem
pembayaran memiliki 3 tahap pemrosesan yaitu otorisasi, kliring, dan penyelesaian akhir
(settlement).

Sistem pembayaran terbagi menjadi dua yaitu :


1. Sistem Pembayaran Tunai
Sistem pembayaran tunai menggunakan uang kartal (uang kertas dan logam) sebagai
alat pembayaran.
2. Sistem Pembayaran Non Tunai
Sistem Pembayaran nontunai adalah alat yang digunakan dalam proses pembayaran
tanpa menggunakan uang fisik seperti koin dan kertas, melaikan pembayaran berbasis
elektronik seperti QRIS, DANA, OVO, berbasis warkat (paper based) seperti Cek,
bilyet giro dan berbasis kartu seperti kartu kredit dan kartu debit.
6 Alat Pembayaran Nontunai Pada Masa Covid-19
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2).
Penerapan physical distancing sangat berdampak terhadap perekonomian masyarakat.
Segala bentuk aktivitas masyarakat sangat terbatas dengan adanya menerapkan
physical distancing. Kecemasan akan tertular virus mengalahkan tuntutan kebutuhan
hidup. Masyarakat menengah ke bawah mau tidak mau tetap beraktivitas seperti biasa
dalam keadaan di tengah pandemi dengan dalih untuk mencari uang. Diantara mereka
banyak yang berpenghasilan dalam seharihanya cukup memenuhi kebutuhan pokoknya
saja. Sehingga, masyarakat memilih alternatif dalam mengembangkan home industry
atau industri rumah tangga untuk tetap bertahan di masa pandemi.
Masyarakat sebaikan menjauhi bentuk kerumunan, menjaga jarak antar individu, dan
menghindari perkumpulan dengan melibatkan khalayak banyak orang. Pada masa
pandemi masyarakat sebaikanya melakukan transaksi secara non tunai untuk menghindari
pembayaran secara tunai yang membuat orang berhubungan dari tangan satu ke tangan
yang lain.
Adapun alat pembayaran nontunai pada masa Covid-19 yang dapat di gunakan yaitu :
1. Berbasis Elektronik
a. QRIS
QRIS adalah standarisasi pembayaran digital di Indonesia dengan
menggunakan QR Code yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem
Pembayaran Indonesia (ASPI) pada 17 Agustus 2019. Ia terdiri dari serangkaian
kode yang berisi data atau informasi tentang pedagang/pengguna, nominal
pembayaran, dan mata uang yang dapat dibaca dengan alat tertentu dalam
transaksi pembayaran. Bentuknya berupa barcode yang terintegrasi dengan
berbagai macam sistem pembayaran.
Setiap Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) yang menggunakan
sistem QR Code diharuskan untuk menggunakan QRIS. Hal ini diatur dalam
PADG No.21/18/2019 tentang Standar Internasional QRIS untuk Pembayaran.
Hal ini diharapkan agar penjual dan pembeli mudah dan meminimalisir
kecurangan dalam melakukan transaksi. Ini adalah terobosan transaksi non tunai
berbasis digital dari Bank Indonesia (BI) bersama Asosiasi Sistem Pembayaran
Indonesia (ASPI).
Tujuan utama dari kehadiran QRIS adalah untuk mewujudkan sistem
pembayaran yang lebih mudah bagi masyarakat dan dapat diawasi oleh regulator
dari satu pintu. Hal ini demi menciptakan sistem pembayaran yang efisien, efektif
dan mengacu pada prinsip utama kebijakan sistem pembayaran yang cepat,
mudah, murah, aman, dan handal serta bertitik tolak pada aspek higienitas dalam
bertransaksi. Dengan adanya pembayaran melalui aplikasi QRIS secara nontunai
kita bisa mengurangi penularan Covid-19.

b. DANA
DANA adalah dompet digital Indonesia yang aman, tepercaya dan bisa
diandalkan kapan saja, di mana saja. Dengan DANA, kamu bisa bertransaksi non-
tunai bahkan non-kartu untuk kebutuhanmu sehari-hari, mulai dari transaksi
pembayaran offline, hingga bayar tagihan & cicilan secara online. DANA juga
punya banyak fitur yang membuat pengalaman transaksimu lebih praktis & cepat.
DANA adalah aplikasi dompet digital yang mempermudah penggunanya
dalam melakukan transaksi, tanpa harus membawa uang tunai apalagi di saat
masa pandemi Covid-19. Cukup dengan mengisi saldo, pengguna bisa
membelanjakan berbagai kebutuhan layaknya membawa uang asli dengan
DANA.

Berikut berbagai fungsi aplikasi DANA :


a. Bayar Tagihan Bulanan
Setiap bulan tentu kita memiliki tagihan, entah itu tagihan air, listrik, asuransi,
BPJS kesehatan, internet, dan sebagainya. Sekarang kamu bisa membayar
semua tagihan itu secara online tanpa uang tunai.
b. Beli Pulsa Handphoe
Pulsa handphone seolah jadi kebutuhan wajib di era internet seperti sekarang.
Pasalnya kamu baru online di dunia maya setelah pulsa terisi atau paket
internet sudah terisi. Bila pulsa mendadak habis pada tengah malam, kamu
tidak perlu khawatir karena bisa melakukan isi ulang melalui DANA. Jadi bisa
langsung online lagi setelah pulsa atau paket data terisi.
c. Belanja di berbagai merchant offline
Aplikasi DANA bisa digunakan untuk apa saja, bak transaksi online maupun
offline. Sekarang ini sudah banyak merchant yang bekerjasama dengan dana
dan kamu bisa melakukan metode pembayaran secara offline. Pihak penjual
akan meminta nomor handphone kamu untuk melakukan transaksi.
Selanjutnya akan muncul notifikasi kalau transaksi berhasil dilakukan.
Aplikasi ini juga lumayan sering mengadakan promo-promo menarik untuk
memanjakan pelanggan.

c. OVO
OVO adalah sebuah aplikasi smart yang memberikan Anda layanan
pembayaran dan transaksi secara online (OVO Cash). Anda juga bisa
berkesempatan untuk mengumpulkan poin setiap kali Anda melakukan transaksi
pembayaran melalui OVO.
Secara umum, OVO Cash dapat digunakan untuk berbagai macam
pembayaran yang telah bekerja sama dengan OVO menjadi lebih cepat.
Sedangkan OVO Points adalah loyalty rewards bagi yang melakukan transaksi
dengan menggunakan OVO Cash di merchant-merchant rekanan OVO. Untuk
OVO Points sendiri, dapat ditukarkan dengan berbagai penawaran menarik hingga
ditukarkan dengan transaksi di merchant rekanan OVO.

OVO menawarkan kemudahan transaksi tanpa mengharuskan nasabahnya


membawa cash terlalu banyak. Salah satunya cukup dengan menunjukkan aplikasi
OVO yang didalamnya terdapat saldo cash maupun point.

Dengan menggunakan aplikasi OVO kita tidak perlu membayar secara tunai
apalagi selama masa pandemi Covid-19, aman seluruh transaksi pembelian dan
penjualan harus melalui proses input security code, mudah proses registrasi,
pembelian dan penjualan dapat dilakukan melalui smartphone kamu, minimum
investasi hanya Rp10,000, dapat ditarik kapan saja, tanpa biaya dan bebas biaya
admin.

2. Berbasis warkat (paper based).


Warkat adalah surat berharga yang dikeluakan oleh suatu bank sebagai instrumen
penarikan dana nasabah yang memiliki fasilitas Rekening Giro/Rekening Koran.

Instrumen berbasis warkat yang umum digunakan perbankan antara lain:

a. Cek
Cek adalah surat perintah pembayaran tidak bersyarat untuk membayarkan
sejumlah uang yang tertulis pada cek kepada orang yang namanya tertera pada
cek.

Ciri-Ciri Umum Cek:


1. Tidak dapat dibatalkan.
2. Dapat dibayar secara tunai dan pemindahbukuan.
3. Pencairan dana dapat dilakukan dalam tenggang waktu 70 hari sebelum dan
sesudah tanggal penarikan.
4. Dapat dipindahtangankan dengan cara endorsemen.

Jenis-jenis Cek :
1. Cek atas unjuk/pembawa, merupakan cek yang dibayarkan kepada orang yang
menunjukkan/membawa cek tersebut.
Ciri-ciri Cek atas unjuk:
 Item bayarlah kepada (nama dan nomor rekening) dikosongkan.
 Item pembawa tidak dicoret.

2. Cek atas nama, merupakan cek yang dibayarkan kepada orang yang namanya
tertera pada cek tersebut.
Ciri-ciri Cek atas nama:
 Item bayarlah kepada diisi dengan nama perorangan/perusahaan atau
nomor rekening.
 Item pembawa dicoret.

Contoh cek

b. Bilyet Giro
Bilyet Giro adalah surat perintah pembayaran bersyarat kepada bank penerbit
agar memindahbukukan sejumlah dana kepada pihak penerima yang nama dan
nomor rekeningnya disebutkan, pada bank penerima dana.

Bilyet giro ditinjau dari jenisnya ada 2, yaitu:


1. Bilyet Giro untuk setoran atau tarikan kliring
Bilyet giro jenis ini mempunyai ciri-ciri bahwa bank penerbit dengan bank
penerima dana berbeda, tetapi berada dalam satu kota (satu wilayah kliring).
2. Bilyet Giro untuk inkaso keluar atau inkaso masuk
Pengertian Inkaso adalah suatu layanan perbankan dalam jasa penagihan yang
dilakukan oleh cabang pembayar (cabang bank di mana nasabah mengajukan
permohonan inkaso) kepada pihak yang tertagih

Contoh Biliet Giro :

3. Berbasis Kartu
a. Kartu kredit
Kartu Kredit adalah alat pembayaran non-tunai yang menggunakan
mekanisme utang, mirip seperti nota debit. Namun, karena menggunakan kartu,
prosesnya menjadi jauh lebih mudah.
Untuk menggunakan kartu kredit secara optimal, Anda perlu mengetahui
jumlah nilai transaksi yang telah dilakukan karena adanya batasan (limit) utang
dalam periode tertentu. Di akhir periode, akumulasi utang tersebut akan
memotong dana di rekening Anda sesuai jumlah utang yang dipakai.
b. Kartu debit
Bank BRI turut mendukung kemudahan pembayaran melalui kartu debit melalui
layanan BRI Direct Debit. Dengan fitur tersebut, pelanggan cukup melakukan
registrasi kartu satu kali saja. Selanjutnya, mereka tinggal memasukkan kode OTP
di setiap transaksi sehingga menjamin keamanan saat bertransaksi.

BAB II
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Uang adalah segala sesuatu yang diterima masyarakat umum sebagai alat tukar
menukar dalam lalu lintas perekonomian, sehingga bisa dipakai untuk pembayaran dalam
pembelian barang, jasa, maupun utang.
Pembayaran adalah perpindahan hak atas nilai antara pihak pembeli dan pihak
penjual yang secara bersamaan terjadi perpindahan hak atas barang atau jasa secara
berlawanan.
Peran  Sistem Pembayaran dalam Perekonomian adalah menjaga stabilitas
keuangan dan perbankan, sebagai sarana transmisi kebijakan moneter serta sebagai alat
untuk meningkatkan efisiensi ekonomi suatu negara. Kewenangan Bank Indonesia dalam
Sistem Pembayaran adalah menetapkan kebijakan, mengatur, melaksanakan, dan
memberi persetujuan, perizinan dan pengawasan atas penyelenggaraanjasa sistem
pembayaran. Dalam penyelenggaraan system pembayaran non tunai bank Indonesia
memiliki ada beberapa penyelenggaraan diantaranya:
1. Cek (Cheque) adalah surat perintah pembayaran tidak bersyarat untuk membayarkan
sejumlah uang yang tertulis pada cek kepada orang yang namanya tertera pada cek.
2. Bilyet Giro adalah surat perintah pembayaran bersyarat kepada bank penerbit untuk
memindahbukukan sejumlah dana kepada pihak penerima yang nama dan nomor
rekeningnya disebutkan, pada bank penerima dana.
3. Kartu kredit merupakan   kartu   yang  dikeluarkan   oleh  bank  atau lembaga
pembiayaan lainnya yang diberikan kepada nasabah untuk dapat  dipergunakan
sebagai alat pembayaran dan pengambilan uang tunai.
4. Kartu debet merupakan instrumen pembayaran berbasis kartu yang pembayarannya
dilakukan dengan pendebetan langsung ke rekening nasabah di bank penerbit kartu
tersebut.

3.2 Saran
Dalam makalah ini penyusun ingin menyarankan kepada teman-teman, tugas yang
diberikan dapat dibuat dengan baik agar ke depannya kita menjadi siswa yang berguna
untuk bangsa kita dalam mengemban tugas serta selalu bersyukur pada tuhan yang maha
kuasa. Semoga makalah ini bisa menambah kepustakaan dan sebagai bahan studi bagi
siswa/siswi dan bisa menambah wawasan tentang alat pembayaran tunai dan nontunai
serta perkembangan di masa Covid-19
Tulisan ini juga masih banyak kekurangan karena kami sadar manusia biasa tak
luput dari salah, oleh karena itu kami perlu kritikan dan solusi yang bersifat membangun
agar ke depannya lagi dapat di susun dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ganing, Andi Salim, Irma Muslimin. (2021). Pengetahuan Sebaai Salah Satu Faktor
Utama Pencegahan Penularan COVID-19. Journal homepage:
http://jurnal.poltekkesmamuju.ac.id/index.php/m. Volume 6, Nomor Khusus, Oktober
2020, pp. 55 – 60.
Geminastiti, Kinanti dan Nella Nurlita. 2013. Ekonomi untuk SMA/MA Kelas X. Bandung:
Yrama Widya
https://developers.bri.co.id/id/news/alat-pembayaran-non-tunai-pengertian-jenis-hingga-
manfaatnya
https://id.scribd.com/document/354887573/Makalah-Alat-Pembayaran-Non-Tunai
http://mamatumorang.blogspot.co.id/2014/03/alat-pembayaran-nontunai_19.html
http://ragamjadi.blogspot.co.id/2014/11/alat-pembayaran.html
https://nightsta.wordpress.com/2014/10/12/sistem-pembayaran-tunai-dan-non-tunai/
http://wwwilmuduniaku.blogspot.com/2016/11/makalah-alat-pembayaran-tunai.html

Anda mungkin juga menyukai