Disusun oleh:
Kelas A
2018
Abstrak
Ibadah Haji merupakan bagian dari syariat bagi umat-umat dahulu sejak Nabi Ibrahim
AS. Allah telah memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk membangun Baitul Haram di Mekkah,
agar orang-orang tawaf di sekelilingnya dan menyebut nama Allah ketika melakukan tawaf itu.
Ibadah Haji merupakan salah satu rukun islam yang kelima, yang diwajibkan oleh Allah bagi
setiap muslim yang mampu mengerjakannya sekali dalam seumur hidupnya, dan tidak ada
larangan untuk mengerjakannya lebih dari satu kali.
Disyariatkan untuk melaksanakan Ibadah Haji bagi orang-orang yang telah mencukupi segala
persyaratannya. Hal ini untuk menghilangkan rintangan-rintangan yang menghambat ibadah
tersebut.
Kewajiban Ibadah Haji menurut jumhur ulama mula-mula disyariatkan pada tahun keenam
hijriyah dan sebagian lagi mengatakan tahun kesembilan hijriyah. Sedangkan para fuqaha telah
sepakat bahwa orang yang wajib haji diantaranya yaitu : Islam, baligh, berakal sehat, merdeka,
dan mampu. Dan orang-orang yang meninggal dunia sebelum menunaikan ibadah haji, padahal
dikala hidupnya sudah cukup persyaratannya untuk naik haji, maka keluarganya bisa
menggantikan mengerjakannya ibadah haji untuknya. Begitu pula orang-orang yang lemah
karena sudah tua misalnya, ibadah haji baginya bisa dikerjakan oleh keluarganya.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Haji
Dan mengerjakan Umrah sendiri ialah menziarahi baitullah dengan mengerjakan beberapa ibadat
diwaktu mana saja kita kehendaki.2
Salah satu dari sahnya haji adalah waktunya, yaitu dari awal bulan Syawal sampai terbit fajar
hari raya haji (tanggal 10 bulan haji). Jadi, ihram haji wajib dilaksanakan dalam masa tersebut
Artinya: “Haji itu pada bulan-bulan yang telah ditentukan” (Q.S Al-Baqarah: 197)
Artinya : “ Dari Ibnu Umar berkata, “ Bulan haji itu ialah bulan Syawal, Zulkaidah, dan sepuluh
hari haji.” ( HR. Bukhari)
Hadis tersebut menunjukkan penetapan bulan haji yang pelaksanaannya adalah 9,10,11,12, dan
13 bulan haji. Apabila dikerjakan di luar bulan haji, maka ibadah hajinya berubah menjadi
ibadah umrah.
1
1. Syarat Haji
Beberapa syarat haji dan menjadi syarat umrah adalah sebagai berikut.3
a. Beragama Islam.
b. Baligh.
c. Berakal sehat.
d. Merdeka.
e. Mampu yaitu dalam hal kendaraan, bekal, pengongkosan, dan keamanan di dalam perjalanan.
1) Mampu mengerjakan haji dengan sendirinya, dengan beberapa syarat sebagai berikut :
b) Ada kendaraan yang pantas dengan keadaannya, baik kepunyaan sendiri ataupun dengan
jalan menyewa.
c) Aman perjalanannya. Artinya dimasa itu biasanya orang-orang yang melalui jalan itu
selamat sentosa.
d) Syarat wajib haji bagi perempuan, hendaklah ia berjalan bersama-sama dengan mahramnya,
bersama-sama dengan suaminya, atau bersama-sama dengan perempuan yang dipercayai.4
(2) Kuasa mengerjakan haji yang bukan dikerjakan oleh orang bersangkutan, tetapi dengan
jalan menggantinya dengan orang lain. Contohnya haji orang yang telah meninggal dunia.
Bagi yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut, baginya tidak diwajibkan untuk menunaikan
ibadah haji.
11
Slamet, Abidin, Moh Suyono, Fiqih Ibadah. Bandung: CVM Pustaka Setia, 1998, hlm. 272
2
T.M. Hasbi Ash Shiddiqie, Al- Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1977, hlm. 167
3
Slamet Abidin, Op.cit, hlm. 271
4
Nuruddin Shiddi, Tuntunan Manasik Haji, Tata Cara Ibadah Haji dan Caranya, Jakarta: PT. Bank Negara Indonesia
(Persero), 1993, hlm. 3
2. Rukun Haji
Ihram yaitu keadaan bersuci diri dengan mengenakan pakaian dua helai kain putih tidak berjahit
kemudian mengucapkan niat haji/umrah.
b. Wukuf di Arafah
d. Sa’i.
f. Tertib, yaitu mendahulukan yang pertama dan secara berturut-turut sampai pada yang
terakhir.
Rukun haji harus dikerjakan, tidak boleh ditinggalkan. Apabila tidak dipenuhi, maka ibadah haji
tidak sah.
e. Tidak melakukan perbuatan yang dilarang pada waktu melakukan ibadah haji
f. Tawaf Wada.5
Wajib haji ini adalah ketentuan yang apabila dilanggar maka ibadah haji tetap sah, tetapi wajib
membayar dam (denda).
1. Ifrad, adalah ihram untuk haji saja lebih dahulu dari miqatnya, kemudian menyelesaikan
pekerjaan haji. Setelah itu ihram untuk umrah kemudian mengerjakan umrah. Ini berarti
melaksanakan satu per satu dan mendahulukan haji. Cara ini adalah cara yang lebih baik
dari dua cara yang lain.2
2. Tamattu’, adalah mendahulukan umrah dari haji dengan cara mula-mula ihram untuk
umrahdari miqat negerinya kemudian menyelesaikan semua urusan umrah, lalu ihram lagi untuk
haji.
3. Qiran, adalah mengerjakan haji dan umrah secara bersama-sama, dengan cara melakukan
ihram untuk keduanya pada waktu ihram haji dan mengerjakan seluruh urusan haji dan umrah,
Dengan demikian, termasuk dalam pekerjaan ibadah haji.6
Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang lima, yang diwajibkan oleh Allah atas muslim
yang telah mencukupi syarat-syaratnya. Diwajibkan sekali seumur hidup, yang kedua kali dan
seterusnya hukumnya adalah sunnat.
... َت َم ِن ا ْستَطَا َع إِلَ ْي ِه َسبِيال َو َم ْن َكفَ َر فَإ ِ َّن هَّللا َ َغنِ ٌّي ع َِن ْال َعالَ ِمين
ِ اس ِحجُّ ْالبَ ْي
ِ ََّوهَّلِل ِ َعلَى الن
Artinya: ”... dan menjadi kewajiban bagi manusia terhadap Allah berhaji ke ka’bah itu, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengunjungi di antara mereka.” (Q.S Al-Imran: 97)
a. Ihram
Yaitu berniat ihram untuk melaksanakan ibadah haji dengan menggunakan pakaian ihram,
yaiturida’ ( selendang ) yang menutup badan bagian bawah. Pakaian ihram warnanya putih,
bersih, dan tidak berjahit. Berihram dimulai dari miqat (batas yang ditentukan), yaitu miqat
zamani (waktu) dan miqat makani (tempat)
1) Kebersihan: wudhu atau mandi, memotong kuku, menggunting kumis, mencabut bulu
ketiak, mencukur bulu kemaluan, merapikan jenggot dan rambut.
25
Slamet Abidin, Op.cit, hlm. 280—281
6
Sayyid Sabiq, Op.cit, hlm. 89
4) Shalat dua rakaat dengan niat sunah ihram. Pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah
membaca surat Al-Kafirun, dan rakaat kedua surat Al-Ikhlas.
5) Mengucapkan talbiyah.7
Bacaan talbiyah:
Artinya: Aku menjawab panggilan-Mu ya Allah, aku menjawab panggilan-Mu, aku menjawab
panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku menjawab panggilan-Mu. Sesungguhnya segala
pujian, kenikmatan dan kekuasaan hanya milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu.
b. Tawaf
Yaitu mengelilingi Ka’bah., yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali.Ka’bah berada di
sebelah kiri kita atau berkeliling berlawanan dengan arah jarum jam sambil berdoa.
Macam-macam tawaf:
1) Tawaf qudum: dilakukan pada waktu baru datang di Masjidil haram (Makkah), disebut
denganTawaf tahiyat (penghormatan).
4) Tawaf sunah (tawaf tawattu’), ini dapat dilakukan setiap ada kesempatan, tanpa ada lari-lari
kecil di dalamnya.
Syarat-syarat tawaf adalah suci dari hadas besar dan hadas kecil, suci dari najis, menutup aurat,
ada tujuh kali putaran yang sempurna, tawaf dimulai dari Hajar Aswad dan diakhiri pula di Hajar
Aswad, Baitullah selalu di sebelah kiri, bertawaf di luar baitullah dan di luar Hijir Ismail.
1) Memulai dari Hajar Aswad dengan menciumnya atau menyentuhnya dengan tangan. Ketika
melaksanakan tawaf, Ka’bah selalu di sebelah kiri.
2) Pada tiap putaran pertama disunahkan berlari-lari kecil dengan langkah-langkah yang
pendek dan mendekati Ka’bah. Adapun kaum wanita tidak disunahkan lari-lari kecil di dalam
tawaf. Pada empat putaran berikutnya, dilakukan dengan berjalan biasa saja.
3
37
Nuruddin Shiddiq, Op.cit, hlm. 25
3) Disunahkan memperbanyak dzikir dan doa dalam tawaf. Orang yang tawaf dapat berdoa
untuk dirinya sendiri, untuk keluarganya dan untuk saudara-saudaranya yang ia kehendaki
tentang kebaikan dunia dan akhirat. Disunahkan pulamelakukan tawaf secara berurutan.
Setelah selesai tawaf, kalau keadaan memungkinkan maka menuju ke Multazam (tempat antara
Hajar Aswad dan pintu Ka’bah). Tempat ini adalah tempat yang mustajab untuk berdo’a.
Kemudian pergi ke belakang makam Nabi Ibrahim lalu salat dua rakaat. Membaca surah Al-
Kafirunpada rakaat pertama dan Al-Ikhlas pada raka'at kedua. Setelah itu, salat sunah di Hijir
Ismail, kemudian minum air zam-zam yang disediakan di lingkungan masjidil Haram atau di
sumbernya.8 Dalam buku lain dijelaskan bahwa: Hal yang dilakukan Rasulullah saw. ketika
selesai tawaf adalah beliau pergi ke belakang makam Nabi Ibrahim lalu salat dua rakaat.
Membaca surah Al-Kafirun pada rakaat pertama dan Al-Ikhlas pada raka'at kedua.9
c. Sa’i
Dilakukan pada tempat sa’i, yaitu jalan yang memanjang antara Safa dan Marwah, sesuai dengan
perbuatan Rasulullah.
d. Wuquf di Arafah
Pada tanggal 8 Dzulhijjah (Hari Tarwiyah) seluruh jamaah haji berangkat ke Padang Arafah
untuk wuquf. Hadir di Padang Arafah pada waktu yang ditentukan, yaitu mulai dari
tergelincirnya matahari (waktu Lohor) tanggal 9 bulan haji sampai terbit fajar tanggal 10 bulan
haji. Artinya orang yang mengerjakan ibadah haji harus berada di padang Arafah pada waktu
tersebut.10 Wuquf artinya hadir di padang Arafah pada waktu tersebut.
Wuquf adalah puncak rukun ibadah haji. Dan orang yang tidak wuquf di Arafah sebelum fajar
menyingsing, maka gugurlah hajinya.
8
T.M Hasbi ash-Shiddiqie, Kuliah Ibadah Dari Segi Hukum dan Hikmah, Jakarta: Bulan Bintang, 1976, hlm. 213
9
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, Bandung: PT Sinar baru Agensindo,1986, hlm. 253
10
Slamer Rasyid, Op.cit, hlm. 295
e. Bermalam di Muzdalifah
Muzdalifah beradal dari kata zafartinya dekat. Tempat itu dinamakan Muzdalifah karena orang
yang bermalam di sana akan merasa dekat dengan Allah. Di dalam Al-Qur’an
dinamakan masy’aril haram(monumen suci), dan di tempat inilah yang diperintahkan supaya
mengingat Allah.
Apabila jamaah haji telah tiba di Muzdalifah, mereka melaksanakan salat Maghrib tiga rakaat,
salat Isya dua rakaat dengan qasar dan jama’ takhir dengan satu adzan dan dua iqamah, dan tidak
salat sunah antara salat itu.
Di Muzdalifah khususnya di Masy’aril Haram, memperbanyak membaca zikir dengan hati yang
khusyu dan ikhlas, di sini juga mencari batu kecil untuk digunakan melontar jumrah di Mina.
f. Bermalam di Mina
Setelah salat Subuh, jamaah haji baru berangkat ke Mina. Setelah sampai di Mina, jamaah haji
langsung menuju ke tempat melontar jumrah aqabah dengan posisi berdiri dan Kiblat berada di
sebelah kiri, dan Mina di sebelah kanan, tidak jauh dengan sasaran melempar jumrah agar batu-
batu yang dilontarkan tidak meleset. Pada waktu melontar, jamaah haji pun berhenti dan
mengucapkan talbiyah. Kemudian mulai melontarkan sebutir batu sampai tujuh kali lontaran dan
setiap lontaram disertai ucapan.11
Artinya: “Allah Maha Besar, ya Allah, jadikanlah ibadah hajiku ini haji yang mabrur dan dosaku
dosa yang diampuni”.
Bermalam di Mina dilakukan pada hari Tasyriq, yaitu 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
g. Melontar Jumrah
Pada tanggal 10 Dzulhijjah setelah terbit fajar, jamaah haji menuju ke tempat melontar Jumrah
Aqabah. Kemudian mulai melintar Jumrah Aqabah dengan 7 butir batu satu persatu diiringi
dengan takbir dan do’a. Setelah itu, melakukan tahallul pertama.
h. Tahallul
Yaitu penghalalan beberapa larangan dalam berikhram. Contohnya: memakai pakaian biasa,
bercukur, memakai wewangian, dan yang lainnya, kecuali bersetubuh dengan istri tetap dilarang
(haram), sampai selesai melakukan tawaf ifadah, yaitu yang dinamakan tahallul kedua, artinya
semua larangan yang berlaku saat sedang berihram sudah dibolehkan kembali, termasuk
mengadakan hubungan suami istri.
Tawaf ini adalah rukun. Dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah setelah malontar Jumrah
Aqabah. Cara melakukannya seperti ketika tawaf qudum.
Setelah selesai Tawaf, kemudian salat sunah Tawaf dua rakaat dan berdoa sesuka hati. Dengan
ini berarti sjamaah haji sudah melakukan tahallul kedua.
j. Kembali ke Mina
Setelah salat maghrib jamaah haji kembali ke Mina untuk mabit di sana. Hal ini termasuk wajib.
Pada tanggal 11 Dzulhijjah, kembali melontar tiga Jumrah (Ula, Wustha, dan Aqabah) dilontar
pada tanggal 11-12-13 Dzulhijjah. Tiap-tiap jumrah dilontar dengan 7 batu kerikil. Waktu
melontar ialah sesudah tergelincir matahari.
Syarat melontar:
2) Menertibkan tiga jumrah, dimulai dari Jumrah yang pertama, kedua, kemudian yang
terakhir.
3) Alat untuk melontar adalah batu, tidak sah melontar dengan selain batu.
k. Tawaf Wada’
Apabila telah kembali ke Makkah dan mau kembali ke kempung atau tanah air, hendaklah
mengerjakan Tawaf Wada’. Tawaf ini wajib. Orang yang tidak mengerjakannya diketika mau
kembali itu, boleh balik lagi ke Makkah untuk bertawaf kalau belum melampaui miqat. Kalau
tidak kembali, hendaklah menyembelih seekor kambing.12
b. Menutup kepala
g. Mengerat kuku
i. Menyetubuhi isteri
a. Dam (denda) karena memilih tamattu’ atau qiran. Dendanya ialah : menyembelih seekor
kambing (qurban), dan bila tidak dapat menyembelih kurban, maka wajib puasa tiga hari pada
masa haji dan tujuh hari setelah pulang ke negerinya masing-masing.
b. Dam (denda) meninggalkan ihram dari miqatnya, tidak melempar jumrah, tidak bermalam di
muzdalifah dan mina, meninggalkan tawaf wada’, terlambat wukuf di arafah, dendanya ialah
memotong seekor kambing kurban.
c. Dam (denda) karena bersetubuh sebelum tahallul pertama, yang membatalkan haji dan
umrah. Dendanya menurut sebagian ulama ialah menyembelih seekor unta, kalau tidak sanggup
maka seekor sapi, kalau tidak sanggup juga, maka dengan makanan seharga unta yang di
sedekahkan kepada fakir miskin di tanah haram, atau puasa sehari untuk tiap-tiap seperempat
gantang makanan dari harga unta tersebut.
d. Dam (denda) karena mengerjakan hal-hal yang di larang selagi ihram, yaitu bercukur,
memotong kuku, berminyak, berpakaian yang di jahit, bersetubuh setelah tahallul pertama.
Dendanya boleh memilih diantara tiga, yaitu menyembelih seekor kambing, kerbau, puasa tiga
hari atau sedekah makanan untuk 6 orang miskin sebanyak 3 sha’ (kurang lenih 9,5 liter).
e. Orang yang membunuh binatang buruan wajib membayar denda dengan ternak yang sama
dengan ternak yang ia bunuh.
f. Dam sebab terlambat sehingga tidak bisa meneruskan ibadah haji atau umrah, baik terhalang
di tanah suci atau tanah halal, maka bayarlah dam (denda) menyembelih seekor kambing dan
berniatlah tahallul (menghalalkan yang haram) dan bercukur di tempat terlambat itu.
1. Setiap perbuatan dalam ibadah haji sebenarnya mengandung rahasia, contoh seperti ihrom
sebagai upacara pertama maksudnya adalah bahwa manusia harus melepaskan diri dari hawa
nafsu dan hanya mengahadap diri kepada Allah Yang Maha Agung.
3. Memperkuat fisik dan mental, kerena ibadah haji maupun umrah merupakan ibadah yang
berat memerlukan persiapan fisik yang kuat, biaya besar dan memerlukan kesabaran serta
ketabahan dalam menghadapi segala godaan dan rintangan.
4. Menumbuhkan semangat berkorban, karena ibadah haji maupun umrah, banyak meminta
pengorbanan baik harta, benda, jiwa besar dan pemurah, tenaga serta waktu untuk
melakukannya.
5. Dengan melaksanakan ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk membina persatuan dan kesatuan
umat Islam sedunia.
6. Meningkatkan disiplin. Melaksanakan ibadah haji dan ibadah umrah di mekkah dan madinah
harus terbiasa untuk disiplin ketika melaksanakan ritual ibadah haji. Pola disiplin ini harus bisa
terus berkelanjutan meski waktu pelaksanaan ibadah telah selesai.
4
PENUTUP
411
N uruddin Shidiq, Op.cit, hlm. 48
12
Hasbi ash-Shiddiqie, Op.cit, hlm. 190
Kesimpulan
Dalam haji dan umroh ada tiga cara dalam pelaksanaannya, yaitu: ifrad, tamattu, dan qiran.
Adapun tata cara pelaksanaan ibadah haji yaitu: ihram, tawaf, sai, wuquf di arafah, bermalam di
muzdhalifah, bermalam di mina, melontar jumrah, tahallul, kemudian kembali ke mekkah lalu
berthawaf ifadah, kembali ke mina, dan tawaf wada’.
sedangkan tata cara pelaksanaan umrah yaitu :Niat, menghentikan bacaan talbiyah setelah
sampai di Ka’bah, tawaf, sa’i, dan tahallul.
Hikmah dari melaksanakan Ibadah Haji dan Umrah yaitu, Setiap perbuatan dalam ibadah haji
sebenarnya mengandung rahasia, contoh seperti ihrom sebagai upacara pertama maksudnya
adalah bahwa manusia harus melepaskan diri dari hawa nafsu dan hanya mengahadap diri
kepada Allah Yang Maha Agung, ibadah haji menambahkan jiwa tauhid yang tinggi,
memperkuat fisik dan mental, kerena ibadah haji maupun umrah merupakan ibadah yang berat
memerlukan persiapan fisik yang kuat, serta memerlukan kesabaran dan ketabahan, serta
menumbuhkan semangat berkorban karena meminta banyak pengorbanan baik harta benda,
tenaga, jiwa besar yang pemurah serta waktu untuk melaksanakannya.
SARAN
Pesan penulis kepada pembaca supaya pembaca dapat memahami pengertian haji, rukun
dan syaratnya serta manfaat melaksanakan haji, dan penulis mengharapkan pembaca dapat
mengamalkan ilmu yang telah didapatkan baik dari sumber buku, internet dll. Demikian makalah
ini saya buat dengan sebaik-baiknya, apabila ada kekurangan dari pembuatan makalah ini,
diharapkan pembaca dapat memberikan saran guna memeperbaiki makalah materi tentang haji
agar dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Slamet, Moh Suyono. 1998. Fiqih Ibadah. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Ash-Shiddiqie, Hasbi T.M. 1977. Al Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Ash-Shiddiqie, Hasbi T.M. 1976. Kuliah Ibadah, di tinjau dari segi hukum dan hikmah. Jakarta:
Bulan Bintang.
Shiddiq, Nuruddin. 1993. Tuntunan Manasik Haji, tatacara ibadah haji dan umrah. PT. Bank
Negara Indonesia (Persero).