“ Hakekat Haji”
Oleh:
Nama : MUHAMMAD RIVALDY
NIM : 2210411048
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmatnya, maka pada hari ini makalah yang berjudulkan
“Hakekat Haji” ini dapat diselesaikan.
Palu, 5 Juni
2023 Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian Haji........................................................................... 3
2.2 Hukum Ibadah Haji.....................................................................3
2.3 Pelaksanaan Ibadah Haji.............................................................5
2.4 Mencapai Haji Mabrur................................................................6
2.5 Hikmah Haji dari Berbagai Aspek..............................................7
BAB III PENUTUP................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Haji adalah salah satu rukun islam dan salah satu tiang agama islam.
Tidak sempurna keislaman seseorang hingga dirinya menjalankan ibadah
haji.1 Diantara hikmah disyari’atkannya haji adalah memebersihkan jiwa
seorang muslim dari dosa-dosa sehingga jiwa layak menerima kemuliaan
Allah SWT di dunia dan di akhirat. Tentunya kemuliaan tersebut diperoleh
dengan usaha yang maksimal hingga seseseorang yang melaksanakan
ibadah haji memperoleh perdikat haji yang mabrur.
1.3 Tujuan
1
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat,Puasa
dan Haji. (Darul Falah: Jakarta, 2010)
2
Saefulloh Muhammad Satori, Sifat Ibadah Nabi., (Pustaka Amanah: Jakarta, 2004),
1
1.3.3 Mengetahui pelaksanaan haji.
1.3.4 Mengetahui cara mencapai haji mabrur
1.3.5 Mengetahui hikmah haji dari berbagai aspek.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Hawwa, Said, Al Islam Jilid 1 (Diterjemahkan oleh Abu Ridho dan Aunur Rofiq Shaleh
Tamhid, Lc.), (Jakarta: Al I‟tishom Cahaya Umat, 2012)
4
Muhammad Sholikhin, Keajaiban Haji dan Umrah: Mengungkap Kedahsyatan Pesona
Ka’bah dan Tanah Suci (Jakarta: Erlangga, 2013)
3
Meniatkan salah satu dari dua ibadah yaitu ibadah haji atau umrah,
atau meniatkan untuk kedua ibadah itu sekaligus dengan disertai
mengenakan pakaian tertentu untuk ihram.
2) Wuquf di Arafah
Pada tanggal 9 Dzulhijjah; yakni hadirnya seseorang yang berihram
untuk haji, sesudah tergelincirnya matahari yaitu pada hari ke-9
Dzulhijjah hingga sampai terbitnya fajar pada tanggal 10 Dzulhijjah.
3) Tawaf
Mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali, dimulai dari tempat hajar
aswad (batu hitam) yang dimulai tepat pada garis lantai yang
berwarna coklat dengan posis Ka’bah berada di sebelah kiri dirinya
(kebalikan arah jarum jam).
4) Sa’i
Berjalan agak cepat antara shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali,
dimulai dari shafa dan berakhir di marwah. Sa’i antara bukit shafa
dan marwa yang jaraknya sekitar 400 meter, hakekat melestarikan
pengamalan Hajar.
5) Tahallul
Menghalalkan pada dirinya apa yang sebelumnya diharamkan bagi
dirinya karena ihram. Seperti pria dilarang memakai pakaian
berjahit, wanita menutup muka (cadar) dan kaos tangan.
6) Tertib.
b. Wajib Haji
Yaitu sesuatu yang perlu dikerjakan, tapi sahnya haji tidak
tergantung atasnya, karena boleh diganti dengan dam (denda) yaitu
menyembelih binatang. berikut kewajiban haji yang mesti dikerjakan :
Ihram dari Miqat, yaitu memakai pakaian Ihram (tidak berjahit),
dimulai dari tempat-tempat yang sudah ditentukan, terus menerus
sampai selesainya ibadah haji.
Bermalam di Muzdalifah sesudah wukuf, pada malam tanggal 10
Dzulhijjah.
4
Bermalam di Mina selama 2 atau 3 malam pada hari tasyriq
(tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah).
Melempar jumrah ‘aqabah tujuh kali dengan batu pada tanggal 10
Dzulhijjah dilakukan setelah lewat tengah malam 9 Dzulhijjah dan
setelah wukuf.
Melempar jumrah ketiga-tiganya, yaitu jumrah Ula, Wustha dan
‘Aqabah pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah dan melemparkannya
tujuh kali tiap-tiap jumrah. Meninggalkan segala sesuatu yang
diharamkan karena ihram.
c. Sunat Haji
Ifrad, yaitu mendahulukan urusan haji terlebih dahulu baru mengerjakan
atas ‘umrah. Membaca Talbiyah yaitu :
وال ِن’ ْع وا ْل ُم ْل ش ِري َك لَ َك ش ِري َك لَ َك لَبَّ ْي ح َلَبَّ ْي َك اللَّ ُهَّم لَبَّ ْي َك لَب
َك ال َمَة َل َك َك ِإ َّ ن ا ْل ْمَد ْي َ ك ال
"Ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah aku memenuhi
panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, sesungguhnya pujian dan
kenikmatan hanya milik-Mu, dan kerajaan hanyalah milik-Mu, tiada
sekutu bagi-Mu".
Tawaf Qudum, yatiu tawaaf yang dilakukan ketika permulaan datang di
tanah ihram, dikerjakan sebelum wukuf di ‘Arafah. Shalat sunat ihram 2
raka’at sesudah selesai wukuf, utamanya dikerjakan dibelakang makam
nabi Ibrahim. Bermalam di Mina pada tanggal 10 Dzulhijjah
5
Waktu masuk Arafah hendaklah berdo’a, menunggu waktu wukuf.
Wukuf (pada tanggal 9 Djulhijjah). Sebagai pelaksanaan rukun haji
seorang jamaah harus berada di Arafah pada tanggal 9
Djulhijjah meskipun hanya sejenak.
Meraih haji mabrur merupakan cita-cita setiap jamaah haji. Namun hal
itu tidak mudah. Ibadah haji memerlukan totalitas keikhlasan dan
kekhuyu'an, baik lahir maupun batin.
Ada beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk meraih haji mabrur.
Keempat, biaya haji yang halal. Harta halal itu adalah harta yang
bukan dari pencurian, korupsi, penipuan, riba, menjual barang yang haram
(babi, darah, binatang disembelih bukan atas nama Allah SWT).
1. Menyempurnakan keislaman
Haji merupakan salah satu rukun Islam. Jika salah satu rukunnya kurang
atau tidak terpenuhi, maka tidak akan sempurna. Untuk dapat
menyempurnakan keislamannya, seorang Muslim diwajibkan untuk
berhaji sekali dalam seumur hidupnya. Jika dilakukan untuk yang kedua
atau ketiga kali dan seterusnya, maka hal itu menjadi amalan sunnah.
2. Menghapus Dosa
Satu-satunya langkah yang akan mampu menghapus semua dosa bagi
umat akhir zaman sekarang ini adalah dengan menggapai haji yang
mabrur. Sebab tidak ada balasan yang paling layak bagi orang yang
meraih haji yang mabrur, kecuali mendapatkan surga. Dosa yang
terhapus adalah dosa atau kesalahan kepada Allah SWT. Adapun dosa
terhadap sesama manusia, maka kita harus meminta keridhaan dan maaf
dari orang yang bersangkutan.
3. Melipatgandakan Pahala
Selama di Tanah Suci, para jamaah haji mengumpulkan pahala
sebanyak- banyaknya. Karena ibadah di Tanah Suci Makkah dan
Madinah pahalanya berlipat ganda dibandingkan dengan beribadah di
tempat lain.
4. Meningkatkan Iman dan Taqwa Kepada Allah SWT
Jika seorang muslim telah melaksanakan ibadah haji, maka itu berarti ia
telah melengkapi pondasi keislamannya sehingga lebih kokoh dan
sempurna. Rasulullah SAW telah menegaskan:
Artinya:
5
Nafi, Moh., 2015, Haji Dan Umroh Sebuah Cermin Hidup, (Surabaya : Erlangga)
Dari Ibnu Umar r.a, dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda: “Islam
ditegakkan di atas lima dasar, (1) Tauhiidullah (mengesakan Allah),
(2) Mendirikan shalat, (3) Menunaikan zakat, (4) Puasa Ramadhan, (5)
Haji.” (H.R. AtTurmudzi).6
6
Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Mukhtashar Shahih Muslim, Penerjemah: KMCP dan
Imron Rosadi, Ringkasan Sahahih Muslim, Jilid 1, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ibadah haji adalah simbol persatuan ummat Islam, tanpa memandang
ras, suku, warna kulit dan kebangsaan, karena dasar persatuan kaum
muslimin adalah syar’ah dan aqidah Islam. Mengenai hukum Hukum Ibadah
Haji asal hukumnya adalah wajib ‘ain bagi yang mampu. Meraih haji
mabrur merupakan cita-cita setiap jamaah haji. Namun hal itu tidak mudah.
Ibadah haji memerlukan totalitas keikhlasan dan kekhuyu'an, baik lahir
maupun batin.
DAFTAR PUSTAKA
Saefulloh Muhammad Satori, Sifat Ibadah Nabi., (Pustaka Amanah: Jakarta, 2004),
Hawwa, Said, Al Islam Jilid 1 (Diterjemahkan oleh Abu Ridho dan Aunur Rofiq
Shaleh Tamhid, Lc.), (Jakarta: Al I‟tishom Cahaya Umat, 2012
Nafi, Moh., 2015, Haji Dan Umroh Sebuah Cermin Hidup, (Surabaya : Erlangga
MAKALAH
“ Hakekat Shalat”
Oleh:
Nama : MUHAMMAD RIVALDY
NIM : 2210411048
PROGRAM MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU
2023
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmatnya, maka pada hari ini makalah yang berjudulkan
“Hakekat Shalat” ini dapat diselesaikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 3
2.1 Pengertian Shalat........................................................................ 3
2.2 Allah SWT Mewajibkan Shalat.................................................. 3
2.3 Tujuan dan Fungsi Shalat............................................................4
2.4 Hikmah Shalat.............................................................................5
2.5 Makna Spiritual Shalat................................................................6
BAB III PENUTUP................................................................................................7
3.1 Kesimpulan................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Musthafa Kamal Pasha, Fiqih Sunnah, (Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 1985)
1
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sesungguhnya Allah Swt adalah Tuhan yang maha Rahman dan maha
rohim,yang maha tahu akan segala apa yang ada di bumi, sehingga setiap
apapun yang diperintahkan dan dilarang olehnya benar – benar menunjukan
kasih sayang dan cintanya kepada setiap mahluk di muka bumi.
3
betapa pentingnya menjalankan ibadah yang satu ini, bahkan Allah
mengancam manusia yang lalai dalam mengerjakan sholat dengan ancaman
yang keras dalam surat al-maun ayat 4-5 “maka kecelakaanlah bagi orang-
orang yang sholat yaitu orang-orang yang lalai dengan sholatnya”.
4
kehidupan kita. Kalau kita tinggalkan akan runtuh agama dalam kehidupan
kita. Dalam sebuah penelitian tentang shalat disebutkan bahwa shalat dapat
menjadikan orang pintar dan cerdas. Menurut penelitian tersebut, ketika kita
sujud dan rukuk dalam shalat, suplai oksigen menuju otak itu akan
maksimal.
4
Hasrat Efendi Samosir. 2018. Fungsi Shalat Dalam Kehidupan. Universitas Medan Area.
Buletin Taqwa Universitas Medan Area Periode September 2018
5
Allah akan meninggikan derajat dan menghapus kesalahan orang yang
melaksanakan shalat. Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda:
"Hendaknya engkau memperbanyak sujud kepada Allah. Karena engkau
tidak sujud kepada Allah satu kali, melainkan Allah akan
mengangkatmu satu derajat dan menghapuskan satu kesalahan dari
dirimu." (HR. Muslim dari Tsauban).
4. Membersihkan Kesalahan dan Dosa
Dengan shalat, Allah akan mengampuni dosa-dosa yang ada di antara
satu shalat dengan shalat berikutnya. Shalat juga dapat membersihkan
diri dari kesalahan dan dosa yang dilakukan secara sengaja atau tidak.
5. Meraih Pertolongan Allah
Ketika shalat, seorang hamba berada pada posisi yang sangat dekat
dengan Allah. Kedekatan tersebut sangat baik untuk dimaksimalkan
dengan berdoa dan memohon pertolongan-Nya. Para Sahabat
Rasullullah SAW tak akan berkeluh kesah atau berputus asa jika sedang
menghadapi kesulitan.
Makna Spiritual Shalat adalah semua yang mengacu pada apa yang
terkait dengan ruh atau jiwa yang dapat membuat kita dekat dengan Allah.
Melalui setiap gerakan shalat kita akan merasakan kekuasaan Allah,
ketenangan dan kedamaian jiwa. Selain memiliki makna spiritual, gerakan
shalat juga bermanfaat bagi kesehatan organ tubuh kita. Menjadi simbol
perjalanan kita di dunia sebagai bekal untuk menjalani kehidupan
berikutnya di akhirat.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Shalat dari segi bahasa berarti do‟a, dan menurut istilah syara‟ berarti
ucapan dan pekerjaan yang dimulai dengan takbir, dan diakhiri/ditutup
denngan salam, dengan syarat tertentu. Kedudukan atau fungsi shalat itu di
antaranya adalah sebagai tiang agama. Tidak hanya sebagai tiang agama,
shalat juga yang pertama kali dihisab di hari akhirat. Tetapi juga, shalat itu
mencegah perbuatan keji dan mungkar. Shalat bahkan menjadi kunci surga.
7
DAFTAR PUSTAKA
Musthafa Kamal Pasha, Fiqih Sunnah, (Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 1985)
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh
Ibadah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 145
8
MAKALAH
9
Oleh:
` Nama : MUHAMMAD RIVALDY
NIM : 2210411048
1
0
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmatnya, maka pada hari ini makalah yang berjudulkan
“Ibadah Maliyah: Zakat, Shadaqah, Wakaf, Hibah” ini dapat diselesaikan.
Palu, 5 Juni
2023 Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 1
1.3 Tujuan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian Ibadah Maliyah.........................................................3
2.2 Macam-Macam Ibadah Maliyah.................................................3
2.3 Urgensi Ibadah Maliyah............................................................. 9
2.4 Hikmah Ibadah Maliyah........................................................... 10
BAB III PENUTUP..............................................................................................11
3.1 Kesimpulan...............................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Zakat (Maal)
Zakat (asal kata “zakka”)menurut lughot artinya suci dan subur.
Sedangkan menurut istilah syara’: mengeluarkan dari sebagian harta
benda atas perintah Allah, sebagai shadaqah wajib kepada mereka yang
telah ditentukan oleh hukum Islam.
3
merujuk pada aktivitas memberikan sebagian kekayaan dalam jumlah
dan perhitungan tertentu untuk orang-orang tertentu sebagaimana
ditentukan.
4
5
6
a. Nishab Harta Perniagaan
Barang (harta) perniagaan wajib dikeluarkan zakatnya mengingat
firman Allah : ”Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di
jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian
dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu, dan janganlah
kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya,
Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memincingkan mata terhadapnya”(QS Al- Baqarah : 267).
b. Zakat Binata Ternak
Dasar wajib mengeluarkan zakat binatang ternak ialah: Diberitahukan
oleh Bukhari dan muslim dari Abi Dzar, bahwasanya Nabi Saw,
bersabda sebagai berikut:
”Seorang laki-laki yang mempunyai unta,sapi, atau kambing yang
tidak mengeluarkan zakatnya maka binatang–bnatang itu nanti pada
hari Qiyamat akan datang dengan keadaan yang lebih besar dan
gemuk dan lebih besar dari pada didunia, lalu hewan–hewan itu
menginjak-nginjak pemilik dengan kaki-kakinya.setiap selesai
mengerjakan yang demikian, bintang-binatang itu kembali mengulangi
pekerjaan itu sebagaimana semula:dan demikianlah terus menerus
sehingga sampai selesai Allah menghukum para manusia. ” ( HR:
Bukhari ).
2. Zakat Fitrah
7
Zakat fitrah ialah zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim
untuk hari tersebut. muslim laki-laki, perempuan, besar atau kecil,
merdeka atau budak pada hari raya idul fitri bilmana pada dirinya
ada kelebihan.
“Rasulullah saw mewajibkan zakat fitrah pada bulan ramadhan
sebanyak satu sha” (3,1) dari makan kurma atau syair (gandum) atas
tiap-tiap orang merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan
muslim “ (Hr Bukhari dan Muslinm dari Umar ra).
3. Shadaqah
Ibadah harta pada umumnya disebut shadaqah. Shadaqah yang wajib dan
ditentukan standar pelaksanaannya disebut zakat. Shadaqah yang wajib
tapi tidak ditentukan standar pelaksanaannya disebut infaq. Adapun
shadaqah yang sunat disebut dengan kata shadaqah itu sendiri.
Jika zakat dan infaq sudah ditentukan jenisnya seperti uang, emas, perak,
perdagangan, hewan ternak, dll. ..maka shadaqah tidak demikian
8
Shadaqah boleh dengan barang-barang sebagaimana disebut, bisa juga
dengan tenaga, fikiran dan lainnya. Bahkan, wajah sumringah dan
senyuman pun bisa bernilai shadaqah.
4. Wakaf
Wakaf ialah menyerahkan harta benda atau sebangsanya yang kekal
zatnya guna diambil manfaatnya bagi kepentingan umum dan atau
khusus”. Wakaf dalam ajaran Islam termasuk amal shadaqah berpahala
tinggi, dan terus-menerus mengalir pahalanya kepada orang yang
berwakaf.
“Apabila anak adam telah meninggal dunia, putuslah segala amalnya
kecuali tiga yaitu shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak
shaleh yang mendoakannya” (Hr. Muslim dari Abu Huraerah)
5. Hibah
Hibah : pemberian sesuatu kepada orang lain semata-mata karena Allah
swt.
Sabda Rasulullah :”Barangsiapa diberi oleh saudaranya kebaikan
dengan tidak berlebih-lebihandan tidak dia minta hendaklah diterima
dan janganlah dikembalikan. Maka sesunggunya hal semacam itu
pemberian yang diberikab oleh Allah SWT”
Terhadap hibah yang sudah diserahkan tidak dapat dibenarkan ditarik
kembali, bahkan Rasulullah saw sangat mencela tindakan orang yang
mencabut hibah tersebut, bahkan Rasulullah memisalkan seperti anjing
yang menelan kembali untahannya, kecuali hibah orang tua kepada
anaknya, sesuai hadist Rasulullah saw. (Hr. Bukhari).
Ibadah maliah sangat penting dilihat dari berbagai segi, antara lain: pertama,
membersihkan harta dari kotoran kebakhilan, keserakahan, kekejaman dan
kezaliman terhadap kaum fakir miskin.
Kedua, adalah berfungsi ekonomi, membantu makanan bagi yang miskin
atau memerlukan, Ketiga, memiliki fungsi sosial, dengan memberikan zakat
kepada fakir miskin bisa menjaga keseimbangan hidup atau kesenjangan
dan menghindari ketidak adilan sosial.
Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya) kepada
yang tidak memiliki harta sehingga terjalin keterpaduan antara orang miskin
dan orang kaya, karena kalau telah terjadi keterpaduan diantara keduanya,
mudah-mudahanan bisa mengantisipasi dan akan mengikis segala bentuk
kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat kesenjangan dan
ketidakadilan sosial.
Kedua, bisa membersihkan hati dari penyakit tamak, rakus, kikir, dan serta
penyakit-penyakit hati lainnya. Jadi zakat memiliki satu kekuatan
transformatif dalam menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati muzakki.
Memberikan zakat atau infaq dan lainnya kepada fakir miskin bisa menjaga
keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari ketidak adilan
sosial.
Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya) kepada
orang miskin sehingga terjalin keterpaduan antara orang miskin dan orang
kaya.
Mengikis segala bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat
kesenjangan, kecemburuan dan ketidakadilan sosial.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ibadah maliyah adalah amalan-amalan ibadah yang lebih banyak dilakukan
dengan sarana harta benda atau ibadah yang diwujudkan dalam bentuk
pemberian harta. Ibadah maliah sangat penting dilihat dari berbagai segi,
antara lain: pertama, membersihkan harta dari kotoran kebakhilan,
keserakahan, kekejaman dan kezaliman terhadap kaum fakir miskin.
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH
“ Macam-Macam Akhlak”
Oleh:
Nama : MUHAMMAD RIVALDY
NIM : 2210411048
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmatnya, maka pada hari ini makalah yang berjudulkan
“Macam-Macam Akhlak” ini dapat diselesaikan.
Palu, 5 Juni
2023 Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 1
1.3 Tujuan.............................................................................................2
BAB II PEMBASAHAN........................................................................................3
2.1 Akhlak Kepada Allah SWT........................................................3
2.2 Akhlak Kepada Rasulullah SAW............................................... 4
2.3 Akhlak Kepada Diri Sendiri....................................................... 5
2.4 Akhlak Terhadap Masyarakat.....................................................6
2.5 Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup......................................... 6
BAB III PENUTUP................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Secara bahasa kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang sudah di-
Indonesiakan. Ia merupakan akhlaaq jama‟ dari khuluqun yang berarti
“perangai, tabiat, adat, dan sebagainya. Kata akhlak ini mempunyai akar
kata yang sama dengan kata khaliq yang bermakna pencipta dan kata
makhluq yang artinya ciptaan, yang diciptakan, dari kata khalaqa,
menciptakan. Dengan demikian, kata khulq dan akhlak yang mengacu pada
makna “penciptaan” segala yang ada selain Tuhan yang termasuk di
dalamnya kejadian manusia.1
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam agama Islam.
Pentingnya kedudukan akhlak dapat dilihat dari berbagai sunnah qouliyah
(sunnah dalam bentuk perkataan) Rasulullah
1
Aminuddin, dkk, (2006), Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan
Agama Islam, Jakarta: Graha Ilmu, hal. 93
1
1.2.5 Bagaimana akhlak terhadap Lingkungan hidup ?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
M. Daud Ali, (1998), Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hal.
352-359.
3
yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim) setelah ia menjadi
segumpal darah, daging, dijadikan tulang dan dibalut dengan daging,
dan selanjutnya diberikan ruh. (Q.S. Al-Mu‟minun : 12-13).
(b) Karena Allah lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera,
berupa pendengaran, penglihatan, akal, pikiran dan hati sanubari. Di
samping anggota badan yang kokoh dan sempurna pada manusia.
(c) Karena Allah lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana
yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan
makanan yang berasal dari tumbuhtumbuhan, air, udara, binatang dan
ternak dan lain sebagainya. (Q. S. Al-Jatsiah : 12-13)
(d) Allah lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya
kemampuan untuk menguasai daratan dan lautan (Q. S. Al-Isra‟ : 70).3
2.2 Akhlak Kepada Rasulullah SAW
1) Menghidupkan Sunnah
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang menghidupkan satu
sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia,
maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang
mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit
pun.” (HR Ibnu Majah)
2) Taat
“Hai orang-orang yg beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu maka kembalikanlah hal itu kepada Allah dan Rasul-
Nya jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang
demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.”
3) Mencintai dan Memuliakan Rasulullah SAW
Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada
Rasul adalah mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt.
Penegasan bahwa urutan kecintaan kepada Rasul setelah kecintaan
kepada Allah disebutkan dalam firman Allah:
3
Abudin Nata, (1997), Akhlak Tasawuf , Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, hal. 148.
4
“Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-
isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang
kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang
kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya
dasn (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik (QS 9:24).
4) Mengucapkan Shalawat dan Salam
ا ْل ُكّفَا رح َماء بَ ْيَن ُه ْم َأ هشدَّاء َّم رسو َهل هذي
هر َلى معُه
َ ُل ا َ ن ˚د
َّوال مح
5
1) Memelihara kesucian diri
2) Menutup aurat (bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan, menurut
hukum dan akhlak Islam)
3) Jujur dalam perkataan dan perbuatan,
4) Malu melakukan perbuatan jahat ,
5) Ikhlas, Sabar, Rendah hati , Menjauhi dengki, Menjauhi dendam,
6) Berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain,
7) Menjauhi segala perkataan dan perbuatan sia-sia.
1) Memuliakan tamu,
2) Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat
bersangkutan,
3) Saling menolong dan melakukan kebajikan dan takwa,
4) Menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri dan orang lain
agar tidak melakukan perbuatan jahat (mungkar),
5) Memberi makan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup dan
kehidupannya,
6) Bermusyawarah dalam segala urusan dan mengenaikan kepentingan
bersama,
7) Mentaati keputusan yang telah diambil,
8) Menepati janji.4
4
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, (1991), Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, hal. 202.
(b) Menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, fauna dan
flora (hewan dan tumbuhan) yang sengaja diciptakan Tuhan untuk
kepentingan manusia dan makhluk lainnya. Hal ini juga terdapat dalam
al-Quran surat Yunus : 101 dan al-Baqarah : 60 . Karena itu Tuhan telah
menundukkan kepada manusia matahari dan bulan, malam dan siang,
lautan dan sungai, bumi dan gunung-gunung dan seluruh angkasa luas.
Pendeknya semua dihidangkan dihadapan manusia untuk dipergunakan,
diselidiki, digali, dicari rahasianya dan dinikmati hasilnya dengan
sebaik- baiknya ;
(c) Sayang pada sesama makhluk.5
5
Abudin Nata, (1997), Akhlak Tasawuf , Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, hal. 152.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam agama Islam.
Pentingnya kedudukan akhlak dapat dilihat dari berbagai sunnah qouliyah
(sunnah dalam bentuk perkataan) Rasulullah SAW. Ruang lingkup akhlak
itu dapat berupa seluruh aspek kehidupan seseorang sebagai individu, yang
bersinggungan dengan sesuatu yang ada di luar dirinya. Karena sebagai
individu, dia pasti berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya, dan juga
berinteraksi dengan berbagai kelompok kehidupan manusia secara
sosiologis, dan juga berinteraksi secara methaphisik dengan Allah Swt.
sebagai pencipta alam semesta.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, (1991), Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam,
Jakarta: Bumi Aksara, hal. 202.
Abudin Nata, (1997), Akhlak Tasawuf , Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, hal.
148
Abudin Nata, (1997), Akhlak Tasawuf , Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, hal.
152.
M. Daud Ali, (1998), Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
hal. 352-359.
MAKALAH
“ Hakekat Ibadah”
Oleh:
Nama : MUHAMMAD RIVALDY
NIM : 2210411048
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmatnya, maka pada hari ini makalah yang berjudulkan
“Hakekat Ibadah” ini dapat diselesaikan.
Palu, 5 Juni
2023 Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian Ibadah..................................................................................3
2.2 Jenis Ibadah...........................................................................................4
2.3 Fungsi Ibadah........................................................................................6
2.4 Hikmah Ibadah......................................................................................7
2.5 Makna Spiritua Ibadah Bagi Kehidupan Sosial.................................... 8
BAB III PENUTUP................................................................................................9
3.1 Kesimpulan............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
Razak, Nasruddin. 1993. Dienul Islam. Bandung: Al-Ma'arif
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara umum ibadah memiliki arti segala sesuatu yang dilakukan manusia
atas dasar patuh terhadap pencipta Nya sebagai jalan untuk mendekatka diri
kepada Nya. Ibadah menurut bahasa (etimologis) adalah diambil dari kata
ta’abbud yang berarti menundukkan dan mematuhi dikatakan thariqun
mu’abbad yaitu : jalan yang ditundukkan yang sering dilalui orang. Ibadah
dalam bahasa Arab berasal dari kata abda’ yang berarti menghamba. Jadi,
meyakini bahwasanya dirinya hanyalah seorang hamba yang tidak memiliki
keberdayaan apa- apa sehingga ibadah adalah bentuk taat dan hormat
kepada Tuhan Nya.2
Menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi
makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
2
H. E Hassan Saleh, (ed.), Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2008), hal 3-5
3
Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi: aqidah, ibadah, akhlak
dan muamalah duniawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan
harus dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif.
و َما خلَ ْقت ا ْل ِج َّ ن ِ إ ل َي ْ عبُدُ و ما أ ْ ن ’ ْ و َما أُ ِريدُ ط ِع ُمو َّ ن َ و ال ق ُذو
ِن * هلال َّر َّزا أَ ن ي ِريد ُهم م زق *ِن وا ْ ِْلن ََّّل
م ن ’ر س
ُ ا ْلقُ َّو ِة ا ْل َم ِتي
ن
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku
tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku. Sungguh
Allah, Dialah Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat
Kokoh.” (QS. Az Zariyat: 56-58)
Ibadah sebagai bagian integral hukum islam dan sekaligus menjadi objek
kajian fiqih, mempunyai aspek yang mengikat kepada pelakunya yang telah
mencapai tingkat mukalaf.3
1. Ibadah Mahdhoh
3
Hasan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Press, 2008)
4
1) Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-
Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak
boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya. Haram kita
melakukan ibadah ini selama tidak ada perintah.
2) Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu
tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh: Dan
Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan
izin Allah…(QS.An-Nisa 4 : 64)
فانتهو عنه نهاكم وما فخذوه الرسول آتاكم وما
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah,
dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah…( QS. Al-hasyr 59: 7).
3) Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk
ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan
wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya
yang disebut hikmah tasyri’.
4) Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan
ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini
bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk
kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah
satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.
Rumus Ibadah Mahdhah adalah = “KA + SS” (Karena Allah +
Sesuai Syariat)
Dengan demikian dalam masalah ibadah ini terbuka peluang akal untuk
melakukan kreativitas dalam menetapkan suatu hukum. Amal ibadah
ghairu mahdhoh ini yang memiliki korelasi langsung antara amal shaleh
dalam bermuamalah dengan keimanan seorang . Keimanan yang kuat
tentu mendorong manusia untuk bergairah melaksanakan perintah-Nya.
Yang termasuk ibadah ghairu mahdhah antara lain :
a. Bekerja untuk mencari nafkah
b. Tersenyum dengan orang lain
c. Tolong menolong sesama
d. Menafkahkan harta di jalan Allah,
e. belajar,
f. dzikir,
g. dakwah,
h. tolong menolong
Apabila dilihat dari sisi urgensi dalam menafsirkan ayat-ayat tentang ibadah,
ditemukan konsep bahwa ibadah secara fungsional adalah menumbuh
kembangkan nilai-nilai ketauhidan dan mengokohkannya dalam jiwa. Atau
dalam beberapa kitab tafsir dibahasakan bahwa bahwa seseorang hamba
yang dengan jiwa raganya beribadah laksana kebun, dan semakin banyak
mendapat siraman melalui ibadah maka yang bersangkutan semakin subur
yang selanjutnya nilai-nilai ketauhidan akan tumbuh dan berkembang
semakin baik. Sebaliknya, semakin jarang orang melakukan ibadah maka
semakin memberikan kesempatan bagi dirinya terjauh dari nilai-nilai
ketauhidan. 4 Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam.
4
Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maragi, juz I (Mesir: Mustafa al-Babi al-Halab wa
Awladuh, 1973), h. 5-6.
2) Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya
Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah
anggota masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban untuk
menerima dan memberi nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-
Qur'an ketika berbicara tentang fungsi ibadah menyebutkan juga
dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat.
3) Melatih Diri Untuk Berdisiplin
Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita
untuk berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam
pelaksanaan sholat, mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri,
ruku, sujud dan aturan-aturan lainnya, mengajarkan kita untuk
berdisiplin.
Di dalam setiap ibadah yang kita kerjakan harus bisa menyentuh dan
memasuki dimensi spritual. Dimensi spiritual itu tidak lain adalah ihsan,
“An ta’buda Allah ka annaka tarahu wain lam yakun tarahu fainnahu yaraka.
Kita beribadah kepada-Nya seakan kita melihat-Nya, apabila kita tidak
melihat-
Nya maka sesungguhnya Dia melihat kita”. Dalam beribadah kita akan
merasa kerdil jika dibandingkan Sang Pencipta, hal tersebut dimaksudkan
agar kita selalu ingat kepad Allah yang telah menciptakan bumi dan
seisinya.
Sebagai umat Islam yang patuh akan segala kewajiban beragama, sudah
bukan hal yang ganjil lagi jika ita sering melakukan berbagai hal terkait
dengan ibadah. Seperti sholat, puasa, haji, zakat, bersuci dan sebagainya.
Kesemua hal itu dilakukan semata-mata untuk memenuhi kewajiban sebagai
umat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ibadah adalah kata dasar (masdar) dari 'abada-ya'budu-ibâdatan yang artinya
mengabdi atau menghambakan diri. Jenis ibadah ada dua yaitu Ibadah
mahdoh adalah ibadah yang dilakukan dalam rangka menjalin hubungan
yang baik antara hamba dan Allah SWT. Sedangkan ibadah gairo mahdhoh
adalah ibadah yang dilakukan dalam hubungan antara manusia dengan
manusia lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maragi, juz I (Mesir: Mustafa al-Babi al-Halab
wa Awladuh, 1973), h. 5-6.
H. E Hassan Saleh, (ed.), Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, (Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 2008), hal 3-5
“Hakekat Puasa”
Oleh:
Nama : MUHAMMAD RIVALDY
NIM : 2210411048
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmatnya, maka pada hari ini makalah yang berjudulkan
“Hakekat Ibadah” ini dapat diselesaikan.
Palu, 5 Juni
2023 Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian Puasa.........................................................................3
2.2 Keutamaan Puasa........................................................................3
2.3 Rukun Puasa............................................................................... 7
2.4 Puasa dan Pembentukan Insan Berkarakter................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Syeikh Mansur Ali Nashif, puasa dapat menjadi benteng dan
pemelihara dari perbuatan-perbuatan maksiat. Dikatakan demikian karena
puasa dapat menghancurkan nafsu syahwat, bahkan dapat memelihara dari
pelakunya dari api neraka.2
Menurut Yusuf Al Qardawi, puasa sebagai sarana pensucian jiwa dan raga
dari segala hal yang memberatkan dalam kehidupan dunia sekaligus bentuk
manifestasi rasa ketaatan seseorang dalam melaksanakan perintah Allah swt,
dalam hal meninggalkan segala larangan untuk melatih jiwa dalam rangka
menyempurnakan ibadah kepadaNya.
1
Prof. Dr. Tgk. M. Hasbi Ash-Shiddieqy,Pedoman Puasa,Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2009
2
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensido, Bandung, 2014
1
1.2.4 Bagaimana puasa dan pembentukan insan berkarater ?
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
A. Puasa Wajib
1. Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan adalah puasa yang diwajibkan terhadap setiap
muslim selama sebulan penuh pada bulan Ramadhan. Puasa di bulan
Ramadhan termasuk salah satu puasa wajib yang harus dilakukan
oleh segenap kaum muslimin. Firman Allah SWT
علَى الَ م ْن َق ْب ِلُك ْم لََعلَّكُ ْم تَ َت ُّقو َ ن َيا َأ ُيّ َها الَّ ِذي َ ن آ ك عَل ْي ’صي َ ك
ِذي َ ن َمنُوا ِتب ُك ُم ال ا ُم م ِتب
ا
ك
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu*) agar kamu bertakwa." (QS. al-Baqarah : 183).
a. Puasa Asyura
3
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensido, Bandung, 2014
Abu Hanifah, Ahmad, al-Atsram, dan Ibnu Taimiyah
berpendapat puasa yang diwajibkan sebelum Ramadhan ialah
puasa ‘Asyura. Mereka menukilkan pernyataan dari Aisyah RA.
Menurut Aisyah, puasa Asyura kerap dilakukan Quraisy pada
masa jahiliyah, demikian pula Rasulullah.
c. Puasa tiga hari setiap bulan yaitu tiap tanggal 13, 14, 15.
Puasa yang wajib sebelum Ramadhan adalah puasa tiga hari
setiap bulan yaitu tiap tanggal 13, 14, 15. Puasa ini menurut
Atha’, seperti dinukilkan oleh at-Thabari dalam tafsirnya, adalah
puasa beberapa hari yang termasuk kebiasaan masyarakat pra-
Islam, seperti dimaksud dalam surah al-Baqarah ayat 183.
d. Puasa Maryam
Puasa yang dilakukan Maryam, wanita suci yang
mengandung Nabi Isa as. Tetapi bentuknya tidak sekadar
menahan lapar dan dahaga, namun juga tidak berbicara.
Hal ini seperti tercantum dalam Surat Maryam ayat 26.
ص ْو ًما َفَل ْن فَ ُك ِلي واش َر وَق ِ ع ْينًا ۚفَ ِا َّما ت م َ ن ش ِر َا َ ح ًد ۙا ِ ي نَذ ت لل َّر
فَُق و لي ن ْر ْح ٰم ِن ا ْلب َرِي َّ ن ِبي ’ري
ِ ْ
’
ُا َك لِ ’ َم ا ْلَي ْو َم ِا ْن ِ سًيّا
Maka makan, minum dan bersenang hatilah engkau. Jika engkau
melihat seseorang, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku telah
bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku
tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.”(Q.S
Maryam
: 26).
2. Puasa Qada
Puasa Qadha adalah puasa yang dilaksanakan untuk membayar
hutang puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan. Puasa
Qadha berlaku bagi orang yang sanggup berpuasa namun puasanya
terhambat karena halangan atau uzur yang dialami pada saat bulan
Ramadhan. Qadha puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi umat
Islam yang tidak memiliki uzur sebelum memasuki Ramadhan
berikutnya. Qadha atau membayar puasa merupakan pengganti
ibadah puasa wajib yang belum dilaksanakan pada Ramadhan di
tahun silam.
3. Puasa Nazar
Nazar artinya menjadikan sesuatu dari yang tidak wajib menjadi
wajib, atau ikatan janji yang diperintahkan untuk melaksanakannya.
Jadi, puasa nazar adalah puasa yang telah dijanjikan oleh seseorang
karena mendapatkan sesuatu kebaikan. Allah SWT berfirman
و ْ يل ُوفُوا ُن ُذو ْ ل ط َّوفُوا ت ا ْلعَ ِتيق ضوا تَ َفث ْ ُث َّم
ِبا ْلبَ ْي َرُه ْم َي ُه ْم ق
و َلي
“… dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka
dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling
rumah yang tua itu (Baitullah)”. (QS. Al-Hajj : 29).
4. Puasa Kafarat
Kafarat menurut bahasa berarti denda atau tebusan. Dengan
demikian, puasa kafarat adalah puasa yang dilakukan dengan
maksud untuk memenuhi denda atau tebusan.Melaksanakan puasa
kafarat hukumnya wajib.
Karena Melanggar Janji
Bagi orang yang melaksanakan ibadah haji dengan cara tamatu`
atau qiran wajib membayar denda berupa menyembelih 1
ekor kambing/domba. Apabila tidak mampu, dia wajib
berpuasa selama 3 hari ketika masih di tanah suci dan tujuh hari
setelah sampai tanah kelahirannya.
Apabila seseorag berjanji untuk melaksanakan sesuatu tetapi
dia tidak memenuhi, maka dia wajib membayar kafarat yaitu
puasa tiga hari ketika tidak mampu, memberi makan sepuluh
orang miskin
Karena sumpah Dzihar
Dzihar adalah seorang suami yang menyerupakan istrinya sa
ma dengan punggung ibunya. Jika dia ingin berdamai, maka
dia wajib membayar kafarat, yaitu puasa dua bulan berturut-
turut. "Orang-orang yang menzhihar istri mereka, kemudian
mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan,
maka (wajib atasnya) 1) memerdekakan seorang budak sebelum
kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan
kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan
Karena Pembunuhan Tanpa Sengaja
Tanpa rukun maka puasa menjadi tidak sah di sisi Allah SWT. rukun yang
dimaksud adalah
a. Niat
Niat apakah dalam hati atau dilafazkan? Mazhab hanafi melafazkan niat,
itu bid’ah karena tidak ada riwayat dari Rasulullah saw. Ibnu Qayyim
mengecam keras mereka yang membolehkan melafazkan niat, beliu
meluruskan pendapat mazhab syafii dalam masalah ini. Ibnu Qayyim
berkata : ketika Rasul akan melaksanakan shalat beliu megucapkan
“Allahu Akbar”. Beliu tidak mengucapkan sesuatu sebelumnya, beliu
tidak melafazkan niat sama sekali. Nasiruddin Al Bani apabila niat
dilafazkan dalam shalat adalah bid’ah
b. Menahan diri dari segala hal dan perbuatan yang dapat membatalkan
puasa mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari.
Nilai Puasa Bagi Jasmani. Pemberian istirahat selama satu bulan alat
pencernaan, akan menambahkuatnya alat itu. Seperti tanah jika diberi
istirahat, akan menjadi subur dan lebih produktif. Demikian juga anggota
badan, apabila diberi istrahat akan menambah besarnya energi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
puasa adalah menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu
hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan
niat dan beberapa syarat. Puasa menurut Islam terutama sekali adalah untuk
melatih disiplin rohani.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh:
Nama : MUHAMMAD RIVALDY
NIM : 2210411048
PROGRAM MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU
2023
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmatnya, maka pada hari ini makalah yang berjudulkan
“Shalat Tarawih di Bulan Ramadhan” ini dapat diselesaikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Sejarah Shalat Tarawih di Bulan Ramadhan.............................. 3
2.2 Keutamaan Shalat Tarawih.........................................................3
2.3 Tata Pelaksanaan Sholat Tarawih...............................................4
BAB III PENUTUP................................................................................................7
3.1 Kesimpulan.................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya, setiap agama pasti ada suatu ajaran spiritualitas, baik itu
wajib maupun sunnah untuk dilaksanakan bagi setiap pengikutnya. Begitu
pula dengan agama Islam. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.
ini ada beberapa ajaran yang wajib dilaksanakan bagi setiap umat
pengikutnya. Salah satu ajaran yang wajib dilaksanakan yaitu salat.
Salat menurut bahasa berarti doa. Dalam artian bahwa salat adalah ibadah
yang dalam setiap gerakannya mengandung do‟a. Dalam kajian Islam, salat
adalah ibadah yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.1
Selain shalat wajib adapula berbagai shalat sunnah sebagai nilai amal
tambahan. Artinya apabila mengerjakan akan mendapatkan pahala namun
apabila tidak mengerjakan tidak berdosa. Salat sunnah ini bermacam-
macam. Salah satunya yaitu salat tarawih. Salat tarawih ini biasa dikerjakan
satu bulan tiap tahunnya yaitu ketika bulan Ramadhan. Salat tarawih ini
biasa dikerjakan setelah salat Isya‟ secara berjamaah dan biasanya ada yang
mengerjakan sebanyak delapan rakaat dan adapula yang mengerjakan
sebanyak dua puluh rakaat.
1.3 Tujuan
1
1.3.2 Mengetahui keutamaan shalat tarawih.
1.3.3 Mengetahui tata pelaksanaan shalat tarawih
2
BAB II
PEMBAHASA
Munculnya istilah 'tarawih' ini kemudian dipakai oleh banyak ulama untuk
menyebutkan salat sunnah pada malam Ramadan. Tarawih dalam bahasa
Arab diartikan sebagai waktu sesaat untuk istirahat. Waktu pelaksanaan
salat sunnah ini ialah selepas salat Isya' hingga terbitnya fajar. Biasanya,
Salat Tarawih ini dilakukan secara berjamaah di masjid. Namun, salat
tarawih juga bisa dikerjakan sendiri (munfarid) di rumah.
Shalat tarawih dapat juga disebut shalat lail, atau shalat malam, tahajjud,
juga sering dinamakan qiyamullail, atau khusus pada bulan Ramadhan
shalat ini disebut dengan shalat tarawih atau qiyamurramadlan. Tetapi ia
dapat pula dinamakan dengan shalat witir karena shalat malam ini akan
berangkai dengan shalat witir, yaitu shalat yang rakaatnya gasal.
3
“Dan dari sebagian malam itu gunakanlah untuk bertahajud sebagai shalat
sunnah bagimu, semoga Tuhanmu akan membangkitkanmu pada kedudukan
yang terpuji”.(Surat al-Isra‟ ayat 79).
ًِصلَّى علَ وسلَّ َم ف صا رسو ِ ل كان ك ع ْن َأ ًِب سلَ ب ع ْب ِد ال َّر ْ ح سأ ع ش
هلال ٌْ ِه هلال لَة ت ٌْف َم ِ ن َأنَّه َل ا ة َمة ِن
ِئ
علَى ِ إ ْ ح َد ٌْ واَل ً غ
َ ض صلَّى علَ وسلَّ َم َ ٌ ِزٌ ُد ضا ت كا رسو ُ ل ر َم
ِ ر ِه م ا هلال ٌْ ِه هلال َن َقال ما َن
ر َن
ص لِ ًّ َأ ْر َب ًعا سأ ْ حس ِن ِه طو لِ ِه َّ ن ص ًِّل َأ ْر الَ ت سأ ْ حس ِن ِه طو لِ ِه ر ْك ع ش َ رة
َّن و فَالَ ت ْل ن َّن ثُ َّم َّن و ْل ن َب ًعا ًَعة
ع ع
]ثُ َّم ٌُص لِ ًّ ثَاَلثًا [رواه البخاري ومسلم.
5
Beliau shalat empat rakaat dan jangan engkau tanya bagaimana indah
dan panjangnya, kemudian beliau shalat lagi empat rakaat, dan jangan
engkau tanya bagaimana indah dan panjangnya. Kemudian beliau salat
lagi tiga rakaat ... [HR. al-Bukhari dan Muslim].
Karena salat tarawih itu ibadah mahdlah, kita harus ittiba‟ kepada
Rasulullah saw. Muhammadiyah melaksankan shalat tarawih delapan
rakaat tambah tiga rakaat witir, jadi sebelas rakaat, berdasarkan hadist
tersebut. Bahkan Imam asy-Syafi'i berkata: “Apabila hadits itu shahih,
itulah pendapatku”
Adapun Shalat tarawih 20 rakaat terjadi pada zaman Umar bin Khattab
dan shalat tarawih 36 rakaat pada zaman Umar bin Abd Aziz. Sepanjang
penelitian Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, hadits-hadits yang menerangkan tentang salat tarawih
23 rakaat hadistnya dla‟if.
Alasan dari penegasan ini adalah bersandar pada hadist Rasulullah saw:
“Apabila seseorang di antara kalian bangun malam, maka hendaklah
memulai shalatnya dengan dua rakaat (shalat iftitah) yang
ringan/singkat”. (H.R. Muslim dari Abu Hurairah r.a)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Shalat tarawih dapat juga disebut shalat lail, atau shalat malam, tahajjud,
juga sering dinamakan qiyamullail, atau khusus pada bulan Ramadhan
shalat ini disebut dengan shalat tarawih atau qiyamurramadlan.
DAFTAR PUSTAKA
Mohamad Ali Aziz, 60 Menit Terapi Shalat Bahagia (Surabaya: IAIN Sunan
Ampel Press, cet. Ke-11, 2016)