Pengelolaan Pembelajaran IPA Ditinjau Dari Hakikat Sains Pada SMP Di Kabupatrn
Lombok Timur
1. Latar Belakang
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut
dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan
IPA diarahkan untuk inquiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Kubicek,
2005). Hal ini berimplikasi terhadap pembelajaran di sekolah, pembelajaran IPA di
sekolah harus memuat hakikat sains yang terdiri dari tiga aspek yaitu produk ilmiah,
proses ilmiah, dan sikap ilmiah.
Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran IPA di sekolah seharusnya guru IPA
memahami hakikat sains, mampu menjadi fasilitator dalam pembelajaran dan mampu
menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswanya
seperti yang telah dirancang dalam kurikulum. Paul DeHart Hurd (dalam Koes, 2003)
menyarankan bahwa kurikulum sains masa depan didasarkan pada hubungan antar
manusia, gejala alam, kemajuan sains dan teknologi, dan kualitas hidup. Guru-guru
sains perlu merenungkan secara mendalam hakikat sains, khususnya perubahan-
perubahan multidimensi dalam sains, teknologi, dan masyarakat. Menurut Koes
(2003), secara umum hakikat sains menurut model kontemporer yakni: (1) sains
adalah organisasi pengetahuan untuk membantu mempelajari alam; (2) sains adalah
bagian dari kemajuan dan kreativitas manusia; (3) sains adalah sebuah pencarian
untuk temuan-temuan; (4) sains terdiri atas berbagai disiplin dan proses. Oleh sebab
itu, untuk menjadikan pembelajaran IPA dapat dimengerti dan berguna bagi
masyarakat, pembelajaran IPA sangat diharapkan lebih kontekstual.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana pemahaman dan penerapan hakikat sains dalam pengelolaan
pembelajaran IPA pada SMP Kabupaten Lombok Timur?
3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:
Pemahaman guru tentang hakikat sains, penerapan hakikat sains dalam pembelajaran
IPA, hambatan-hambatan yang terjadi dalam penerapannya, dan solusi-solusi yang
dilakukan untuk menuntaskan masalah dalam pembelajaran.
4. Hipotesis
Penerapan hakikat sains mampu mengefektifkan pengelolaan pembelajaran IPA
5. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Menggunakan
pendekatan studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan pada SMP di Kabupaten Lombok
Timur (LOTIM) yaitu SMP Negeri 1 Selong, SMP Negeri 1 Terara, dan SMP Negeri
1 Masbagik. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh guru IPA di SMP Negeri 1
Selong, SMP Negeri 1 Terara, dan SMP Negeri 1 Masbagik. Adapun guru IPA di
SMPN 1 Selong sebanyak empat orang, guru IPA SMP Negeri 1 Terara
sebanyak tujuh orang, dan guru IPA SMP Negeri 1 Masbagik sebanyak lima orang.
Pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah) dan teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, wawancara, kuesioner,
dokumentasi dan triangulasi dilakukan untuk menguji kredibelitas, keabsahan, dan
keajegan data penelitian. Adapun data yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu data
primer dan data sekunder. Analisis data kualitatif dilakukan melalui tiga jalur yaitu
(1) reduksi data yang dilakukan dengan membuat ringkasan, menelusuri data,
membuat satuan data yang lebih kecil yang sesuai dengan kajian penelitian.
1. Latar Belakang
Rhodobacter sp merupakan bakteri ini berbentuk oval atau batang, motil dari polar
flagel atau non motil, membagi sel dari pembelahan biner atau tunas, dapat
memproduksi kapsul dan lendir, dapat membentuk rantai sel, gram negatif,
termasuk ke dalam Alphaproteobacteria. Bagian sel yang tumbuh secara
fototropik adalah vescular atau membran pipih internal fotosintetik (Krieg et al.
1984).
Penggunaan media pertumbuhan yang menghasilkan pigmen bakteriorhodopsin
secara optimal tentu diperlukan melihat fungsi dari pigmen ini yang amat penting
sebagai penangkap cahaya. Penelitian mengenai tipe media pertumbuhan yang
tepat untuk bakteri belum banyak dilakukan dan ini menjadi alasan dilakukannya
penelitian ini. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi rujukan untuk peneliti lain
dalam memilih media untuk pertumbuhan bakteri sekaligus menghasilkan pigmen
bakteriorhodopsin yang optimal.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana tipe media pertumbuhan pada bakteri Rhodobacter sp terhadap
produksi Bakteriorhodopsin?
3. Tujuan Penelitian
Untuk melihat intensitas warna pigmen bakteriorhodopsin secara spektrofotometri
yang dihasilkan bakteri ini dalam 2 tipe medium yang berbeda, dengan waktu
inkubasi selama. 4 hari menggunakan lampu pijar dengan lux 2000. Pigmen
diekstraksi menggunakan etanol absolut.
4. Hipotesis
Pada tipe medium sea water medium dapat menghasilkan pigmen
bacteriorhodopsin yang lebih optimal.
5. Metode Penelitian
a. Subjek Penelitian
Kultur bakteri Rhodobacter sp yang diiuji merupakan isolat murni dari PT
Nugen Bioscience Indonesia.
b. Metode dan Desain Penelitian
- Persiapan kultur Rhodobacter sp
-