Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG

Haji merupakan rukun islam ke-lima yang termuat dalam Al-Qur’an dan
Al-Hadist setelah syahadat, salat, zakat dan puasa. Salah satu hadisnya berbunyi :

ٍ ‫ بُنِ َي اِإل ْسالَ ُم عَلى َخ ْم‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
‫س‬ َ ِ‫ال َرسُوْ ُل هللا‬ َ َ‫ع َْن َع ْب ِد هللاِ ق‬
َّ ‫َشهَا َدةُ َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوَأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ َوِإقَا ُم ال‬
ُّ‫صالَةَ َوِإ ْيتَا ُء ال َّز َكاةَ َو َحج‬
)‫ضانَ (رواه مسلم‬
َ ‫صوْ ُم َر َم‬ ِ ‫ْالبَ ْي‬
َ ‫ت َو‬

Artinya : “Dari Abdullah, Rasulullah SAW bersabda : Islam dibangun di


atas lima hal, bersakti tidak ada Tuhan Selain Allah dan (nabi) Muhammad
adalah hamba Allah dan utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, haji
dan puasa bulan ramadhan”. (HR. Muslim)

Hal ini menyebabkan pengetahuan tentang haji sangatlah penting,


mengingat haji merupakan salah satu bentuk ibadah yang diperintahkan, tentunya
ada tata cara tersendiri yang harus dipatuhi demi sahnya ibadah tersebut, demi
tercapainya ibadah kita, dan tentunya agar kita juga mendapat pahala. Maka
dalam makalah ini, kami berusaha merangkai sebuah pengetahuan yang dapat
dengan mudah dipahami pembaca mengenai ibadah haji serta seluk-beluknya.

I.II MASUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan kami menulis makalah ini adalah :

1. Mengetahui pengertian Ibadah Haji.


2. Mengetahui Macam-macam Ibadah Haji
3. Mengetahui Syarat Ibadah Haji.
Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
4. Mengetahui Rukun-rukun Haji.
5. Mengetahui Wajib Haji.
6. Mengetahui Sunnah Haji.
7. Mengethui Batasan Miqat untuk jama’ah Haji.
8. Mengetahui Tata Cara Ibadah Haji.
9. Mengetahui Pengertian Umrah.
10. Mengetahui Syarat Wajib Umrah.
11. Mengetahui Rukun dan Wajib Umrah.
12. Mengetahui Tata Cara Umrah.
13. Mengetahui MacamMacam Ibadah Umrah.
14. Mengetahui Larangan Haji dan Umrah
15. Mengetahui Perbedaan Haji dan Umrah
16. Mengetahui Hikmah Pelaksanakan Ibadah Haji dan Umrah
17. Mengetahui Sejarah Melempar Jumrah.

I.III RUMUSAN MASALAH

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Apa Pengertian Ibadah Haji?


2. Apa saja macam Ibadah Haji?
3. Apa saja Syarat Ibadah Haji?
4. Apa saja Rukun-rukun Haji?
5. Apa saja Wajib Haji?
6. Apa saja Sunnah Haji?
7. Apa saja Batasan Miqat untuk jama’ah Haji?
8. Bagaimana Tata Cara Ibadah Haji?
9. Apa Pengertian Umrah?
10. Apa Saja Syarat Wajib Umrah?
11. Apa saja Rukun dan Wajib Umrah?
12. Apa Saja Tata Cara Umrah?
13. Apa saja Macam-Macam Ibadah Umrah?

Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
14. Apa saja Larangan Haji dan Umrah?
15. Bagaimana Perbedaan Haji dan Umrah?
16. Apa saja Hikmah Melaksanakan Ibadah Haji?
17. Bagaimana sejarah melempar jumrah?

I.IV METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penyusunan makalah ini kami menggunakan metode menghimpun


informasi dari berbagai sumber, baik media cetak maupun elektronik. Penelitian
ini berlangsung selama beberapa minggu dimulai dari tugas ini diberikan kepada
kami.

Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
BAB II

PEMBAHASAN

II.I Pengertian Ibadah Haji

Haji berasal dari Bahasa Arab :  ‫( حج‬Hajj) adalah rukun (tiang agama) Islam
yang kelima setelah mengucap dua kalimat syahadat, salat 5 waktu, mengeluarkan
zakat dan puasa di bulan Ramadhon. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual
tahunan yang dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan
keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat
di Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan Zulhijah).

Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Zulhijah ketika umat Islam
bermalam di Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah pada tanggal 9 Zulhijah, dan
berakhir setelah melempar jumrah (melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal 10
Zulhijah. Masyarakat Indonesia lazim juga menyebut hari raya Idul Adha sebagai Hari
Raya Haji karena bersamaan dengan perayaan ibadah haji ini.

Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju, mengunjungi, atau


berziarah. Menurut etimologi (bahasa) kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan,
maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara’, haji ialah menuju ke Baitullah dan
tempat-tempat tertentu untuk memenuhi panggilan Allah dan mengharapkan rida – Nya
yang telah ditentukan syarat dan waktunya serta melaksanakan amalan-amalan ibadah
tertentu pula. Yang dimaksud dengan temat-tempat tertentu dalam definisi diatas, selain
Ka’bah dan Mas’a(tempat sa’i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud
dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh
hari pertama bulan Zulhijah. Adapun amal ibadah tertentu ialah thawaf, sa’i, wukuf,
mazbit di Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.

Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
Apabila seorang muslim menjalankan ibadah haji maka ia akan di beri gelar
haji, haji adalah sebutan atau gelar untuk pria muslim yang telah berhasil menjalankan
ibadah haji. Umum digunakan sebagai tambahan di depan nama dan sering disingkat
dengan “H”. Dalam hal ini biasanya para Haji membubuhkan gelarnya dianggap oleh
mayoritas masyarakat sebagai tauladan maupun contoh di daerah mereka. Bisa
dikatakan sebagai guru atau panutan untuk memberikan contoh sikap secara lahiriah
dan batiniah dalam segi Islam sehari-hari.

Hukum menunaikan ibadah haji adalah wajib bagi setiap muslim yang mampu
dan berkewajiban itu hanya sekali seumur hidup. Apabila melakukannya lebih dari satu
kali, maka haji yang kedua dan seterusnya hukumnya sunnah. Sesuai dengan surat Ali –
Imran ayat 97 yang berbunyi :

‫ت َم ِن ا ْستَطَا َع‬ ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬


ِ َّ‫َات َّمقَا ُم ِإ ْب َرا ِهي َم َو َمن َد َخلَهُ َكانَ آ ِمنا ً َوهّلِل ِ َعلَى الن‬
ٌ ‫ات بَيِّـن‬
ٌ َ‫فِي ِه آي‬
َ‫ِإلَ ْي ِه َسبِيالً َو َمن َكفَ َر فَِإ َّن هللا َغنِ ٌّي َع ِن ْال َعالَ ِمين‬

Artinya: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim;
barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji
adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.

II.II Macam Ibadah Haji

Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin
dilaksanakannya. Rasulullah SAW memberi kebebasan dalam hal itu, sebagaimana
terlihat dalam hadis berikut,

Aisyah RA berkata: Kami berangkat beribadah bersama Rasulullah SAW


dalam tahun hajjatul wada. Di antara kami ada yang berihram, untuk haji dan umrah
dan ada pula yang berihram untuk haji. Orang yang berihram untuk umrah ber-

Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
tahallul ketika telah berada di Baitullah. Sedang orang yang berihram untuk haji jika
ia mengumpulkan haji dan umrah. Maka ia tidak melakukan tahallul sampai dengan
selesai dari nahar.

Berikut adalah jenis dan pengertian haji yang dimaksud:

 Haji ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila
sesorang bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun
menyendirikan umrah. Dalam hal ini, yang didahulukan adalah ibadah
haji. Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, orang
tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji
sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk
melaksanakan umrah.
 Haji tamattu’, mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai
dengan melakukan umrah terlebih dahulu di bulan-bulah haji, lain
bertahallul. Kemudian mengenakan pakaian ihram lagi untuk
melaksanakan ibadah haji, ditahun yang sama. Tamattu’ dapat juga
berarti melaksanakan ibadah di dalam bulan-bulan serta di dalam tahun
yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal.

 Haji qiran, mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau


menyekaliguskan. Yang dimaksud disini adalah menyatukan atau
menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah.
Haji qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat makani
dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai, meskipun
mungkin akan memakan waktu lama. Menurut Abu Hanifah,
melaksanakan haji qiran, berarti melakukan dua thawaf dan dua sa’i.

II.III Syarat Ibadah Haji


a. Syarat Wajib Haji
Syarat haji adalah ketentuan yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan
melaksanakan ibadah haji. Syarat tersebut sebagai berikut.

Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
1. Beragama Islam
2. Telah Dewasa* (baligh)
3. Berakal sehat
4. Merdeka (bukan budak atau hamba)
5. Mampu (istita’ah).
*Catatan :
Anak yang belum dewasa apabila menunaikan ibadah haji maka hukumnya sunnah sehingga ia
harus mengulang menunaikan ibadah haji karena hukumnya masih wajib baginya apabila sudah
dewasa.
b. Syarat Syah Haji
1. Islam
2. Berakal
3. Miqot zamani, artinya haji dilakukan di waktu tertentu (pada bulan-
bulan haji), tidak di waktu lainnya. ‘Abullah bin ‘Umar, mayoritas
sahabat dan ulama sesudahnya berkata bahwa waktu tersebut adalah
bulan Syawwal, Dzulqo’dah, dan sepuluh hari (pertama) dari bulan
Dzulhijah)
4. Miqot makani, artinya haji (penunaian rukun dan wajib haji) dilakukan
di tempat tertentu yang telah ditetapkan, tidak sah dilakukan tempat
lainnya. Wukuf dilakukan di daerah Arofah. Thowaf dilakukan di
sekeliling Ka’bah. Sa’i dilakukan di jalan antara Shofa dan Marwah.
Dan seterusnya.

II.IV Rukun-rukun Haji.

Rukun haji adalah rangkaian amalan haji yang harus dikerjakan. Apabila
amalan tersebut tidak dikerjakan maka ibadah hajinya tidak sah atau batal dan tidak
boleh diganti dengan dam atau denda. Akan tetapi, harus mengulang hajinya pada
waktu yang lain.

Adapun yang termasuk rukun haji adalah sebagai berikut.

1. Ihram

Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
Yang dimaksud dengan ihram adalah niatan untuk masuk dalam
manasik haji. Siapa yang meninggalkan niat ini, hajinya tidak sah.
Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ِ ‫ِإنَّ َما اَأل ْع َما ُل بِالنِّيَّا‬


‫ َوِإنَّ َما لِ ُكلِّ ا ْم ِرٍئ َما نَ َوى‬، ‫ت‬

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat dan setiap


orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari no. 1 dan
Muslim no. 1907)

Wajib ihram mencakup:

1. Ihram dari miqot.


Tidak memakai pakaian berjahit (yang menunjukkan lekuk
badan atau anggota tubuh). Laki-laki tidak diperkenankan
memakai baju, jubah, mantel, imamah, penutup kepala, khuf
atau sepatu (kecuali jika tidak mendapati khuf). Wanita tidak
diperkenankan memakai niqob (penutup wajah) dan sarung
tangan.
2. Bertalbiyah.
Mengucapkan niat haji atau umroh atau kedua-duanya,
sebaiknya dilakukan setelah shalat, setelah berniat untuk
manasik. Namun jika berniat ketika telah naik kendaraan, maka
itu juga boleh sebelum sampai di miqot. Jika telah sampai miqot
namun belum berniat, berarti dianggap telah melewati miqot
tanpa berihram. Lafazh talbiyah:

َ ‫لَبَّ ْي‬. َ‫لبَّ ْيكَ اللَّهُ َّم لَبَّ ْيك‬


َ‫ِإ َّن ال َح ْم َد َوالنِّ ْع َمةَ لَك‬. َ‫ك اَل َش ِر ْيكَ لَكَ لَبَّ ْيك‬
َ‫الَ َش ِر ْيكَ لَك‬.‫ك‬ ُ ‫َوال ُم ْل‬

Artinya : Aku menjawab panggilan-Mu ya Allah, aku menjawab


panggilan-Mu, aku menjawab panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-
Mu,  aku menjawab panggilan-Mu. Sesungguhnya segala
Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
pujian, kenikmatan dan kekuasaan hanya milik-Mu, tiada sekutu
bagi-Mu). Ketika bertalbiyah, laki-laki disunnahkan
mengeraskan suara.

2. Wukuf di Arafah

Wukuf di Arafah adalah rukun haji yang paling penting. Siapa yang
luput dari wukuf di Arafah, hajinya tidak sah. Ibnu Rusyd berkata, “Para
ulama sepakat bahwa wukuf di Arafah adalah bagian dari rukun haji dan
siapa yang luput, maka harus ada haji pengganti (di tahun yang lain).”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ‫ْال َحجُّ ع ََرفَة‬
“Haji adalah wukuf di Arafah.” (HR. An Nasai no. 3016, Tirmidzi
no. 889, Ibnu Majah no. 3015. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini shahih).
Yang dimaksud wukuf adalah hadir dan berada di daerah mana saja
di Arafah, walaupun dalam keadaan tidur, sadar, berkendaraan, duduk,
berbaring atau berjalan, baik pula dalam keadaan suci atau tidak suci
(seperti haidh, nifas atau junub) (Fiqih Sunnah, 1: 494). Waktu dikatakan
wukuf di Arafah adalah waktu mulai dari matahari tergelincir (waktu
zawal) pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga waktu terbit fajar Shubuh
(masuk waktu Shubuh) pada hari nahr (10 Dzulhijjah). Jika seseorang
wukuf di Arafah selain waktu tersebut, wukufnya tidak sah berdasarkan
kesepakatan para ulama (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 17: 49-50).
Jika seseorang wukuf di waktu mana saja dari waktu tadi, baik di
sebagian siang atau malam, maka itu sudah cukup. Namun jika ia wukuf di
siang hari, maka ia wajib wukuf hingga matahari telah tenggelam. Jika ia
wukuf di malam hari, ia tidak punya keharusan apa-apa. Madzab Imam
Syafi’i berpendapat bahwa wukuf di Arafah hingga malam adalah sunnah
(Fiqih Sunnah, 1: 494).
Sayid Sabiq mengatakan, “Naik ke Jabal Rahmah dan meyakini
wukuf di situ afdhol (lebih utama), itu keliru, itu bukan termasuk ajaran
Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.” (Fiqih Sunnah, 1: 495)
Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
3. Thowaf ifadhoh

Thowaf adalah mengitari Ka’bah sebanyak tujuh kali. Dalilnya


adalah firman Allah Ta’ala,

ِ ِ‫ت ْال َعت‬


‫يق‬ ِ ‫َو ْليَطَّ َّوفُوا بِ ْالبَ ْي‬

Artinya: “Dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling


rumah yang tua itu (Baitullah).” (QS. Al Hajj: 29)

Syarat-syarat thowaf:

1. Berniat ketika melakukan thowaf.


2. Suci dari hadats (menurut pendapat mayoritas ulama).

3. Menutup aurat karena thowaf itu seperti shalat.

4. Thowaf dilakukan di dalam masjid walau jauh dari Ka’bah.

5. Ka’bah berada di sebelah kiri orang yang berthowaf.

6. Thowaf dilakukan sebanyak tujuh kali putaran.

7. Thowaf dilakukan berturut-turut tanpa ada selang jika tidak


ada hajat.

8. Memulai thowaf dari Hajar Aswad.

Catatan:

1. Ulama Syafi’iyah berkata, “Jika idh-tibaa’ dan roml dilakukan saat


thowaf qudum kemudian melakukan sa’i setelah itu, maka idh-tibaa’ dan roml tidak perlu
diulangi lagi dalam thowaf ifadhoh. Namun jika sa’i (haji) diakhirkan hingga thowaf
ifadhoh, maka disunnahkan melakukan idh-tibaa’ dan roml ketika itu (Fiqih Sunnah, 1:
480).
2. Tidak ada bacaan dzikir atau do’a tertentu untuk setiap putaran saat
thowaf. Sebagian jama’ah menganjurkan demikian, namun tidak ada dalil pendukung

dalam hal ini, bahkan sering memberatkan .

Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
4. Sa’i

Sa’i adalah berjalan antara Shofa dan Marwah dalam rangka ibadah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫ا ْس َعوْ ا ِإ َّن هَّللا َ َكت‬


َ ‫َب َعلَ ْي ُك ُم ال َّسع‬
‫ْى‬

Artinya: “Lakukanlah sa’i karena Allah mewajibkan kepada kalian untuk

melakukannya.” (HR. Ahmad 6: 421. Syaikh Syu’aib Al Arnauth

mengatakan bahwa hadits tersebut hasan).

Syarat sa’i:

1. Niat.

2. Berurutan antara thowaf, lalu sa’i.

3. Dilakukan berturut-turut antara setiap putaran. Namun jika ada

sela waktu sebentar antara putaran, maka tidak mengapa,

apalagi jika benar-benar butuh.

4. Menyempurnakan hingga tujuh kali putaran.

5. Dilakukan setelah melakukan thowaf yang shahih.

5. Tahalul (bercukur)

Tahalul (bercukur), yaitu menggunting rambut sebagai tanda


mengakhiri rangkaian ibadah haji / umrah dengan kadar minimal 3 helai
rambut. Tahalul termasuk salah satu rukun haji sebagai penghalal terhadap
beberapa hal yang diharamkan dalam haji

Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
6. Tertib dan berurutan.

Yaitu melaksanakan semua amalan haji yang termasuk rukun Islam


secara berurutan dari awal sampai akhir.

Jika salah satu dari rukun ini tidak ada, maka haji yang dilakukan tidak sah.

   

II.V Wajib Haji

Rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah haji sebagai pelengkap
Rukun Haji, yang jika tidak dikerjakan harus membayar dam (denda).

Yang termasuk wajib haji adalah ;

1. Niat Ihram, untuk haji atau umrah dari Miqat Makani, dilakukan setelah
berpakaian ihram
2. Mabit (bermalam) di Muzdalifah pada tanggal 9 Zulhijah (dalam
perjalanan dari Arafah ke Mina)

3. Melontar Jumrah Aqabah tanggal 10 Zulhijah

4. Mabit di Mina pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah).

5. Melontar Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah pada hari Tasyrik (tanggal 11,
12 dan 13 Zulhijah).

6. Tawaf Wada’, Yaitu melakukan tawaf perpisahan sebelum meninggalkan


kota Mekah.

7. Meninggalkan perbuatan yang dilarang waktu ihram.

Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
II.VI Sunnah Haji
a. Sunah-Sunnah Ihram
1. Mandi ketika ihram
Berdasarkan hadits Zaid bin Tsabit bahwasanya beliau melihat Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengganti pakaiannya untuk ihram lalu mandi.

2. Memakai minyak wangi di badan sebelum ihram


Berdasarkan hadits ‘Aisyah ia berkata, “Aku pernah memberi wewangian
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk ihramnya sebelum berihram
dan untuk tahallulnya sebelum melakukan thawaf di Ka’bah.”
3. Berihram dengan kain ihram (baik yang atas maupun yang bawah) yang
berwarna putih
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam berangkat dari Madinah setelah beliau menyisir rambut dan
memakai minyak, lalu beliau dan para Sahabat memakai rida’ dan izar (kain
ihram yang atas dan yang bawah).
Adapun disunnahkannya yang berwarna putih berdasarkan hadits Ibnu
‘Abbas, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫اِ ْلبَسُوْ ا ِم ْن ثِيَابِ ُك ُم ْالبَيَاضِّ فَِإنَّهَا ِم ْن خَ ي ِْر ثِيَابِ ُك ْم َو َكفِّنُوْ ا فِ ْيهَا َموْ تَا ُك ْم‬.
Artinya: “Pakailah pakaianmu yang putih, sesungguhnya pakaian yang putih
adalah pakaianmu yang terbaik dan kafankanlah orang-orang yang wafat di
antara kalian dengannya.”
4. Shalat di lembah ‘Aqiq bagi orang yang melewatinya
Berdasarkan hadits ‘Umar, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di lembah ‘Aqiq:

،‫ك‬ َ َ‫صلِّ فِي هَ َذا ْال َوا ِدي ْال ُمب‬


ِ ‫ار‬ َ َ‫ت ِم ْن َربِّي فَق‬
َ :‫ال‬ ٍ ‫َأتَانِي اللَّ ْيلَةَ آ‬
‫ ُع ْم َرةٌ فِي َح َّج ٍة‬  : ْ‫َوقُل‬
Artinya: “Tadi malam, telah datang kepadaku utusan Rabb-ku dan berkata,
‘Shalatlah di lembah yang diberkahi ini dan katakan (niatkan) umrah dalam
haji.’”
5. Mengangkat suara ketika membaca talbiyah
Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
Berdasarkan hadits as-Saib bin Khalladi, ia berkata bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫َأتَانِي ِجب ِْر ْي ُل فََأ َم َرنِي َأ ْن آ ُم َر َأصْ َحابِي َأ ْن يَرْ فَعُوْ ا َأصْ َواتَهُ ْم بِاِْإل ْهالَ ِل َأ ِو‬
‫التَّ ْلبِيَ ِة‬.
Artinya: “Telah datang kepadaku Jibril dan memerintahkan kepadaku
agar aku memerintahkan para Sahabatku supaya mereka mengeraskan suara
mereka ketika membaca talbiyah.”
Oleh karena itu, dulu para Sahabat Rasulullah berteriak. Ibnu Hazm
rahimahullah berkata, “Dulu ketika Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berihram suara mereka telah parau sebelum mencapai Rauha.”
6. Bertahmid, bertasbih dan bertakbir sebelum mulai ihram
Berdasarkan hadits Anas, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam shalat Zhuhur empat raka’at di Madinah sedangkan kami bersama
beliau, dan beliau shalat ‘Ashar di Dzul Hulaifah dua raka’at, beliau menginap
di sana sampai pagi, lalu menaiki kendaraan hingga sampai di Baidha,
kemudian beliau memuji Allah bertasbih dan bertakbir, lalu beliau berihram
untuk haji dan umrah.”
7. Berihram menghadap Kiblat
Berdasarkan hadits Nafi’, ia berkata, “Dahulu ketika Ibnu ‘Umar selesai
melaksanakan shalat Shubuh di Dzul Hulaifah, ia memerintahkan agar
rombongan mulai berjalan. Maka rombongan pun berjalan, lalu ia naik ke
kendaraan. Ketika rombongan telah sama rata, ia berdiri menghadap Kiblat
dan bertalbiyah. Ia mengira dengan pasti bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengerjakan hal ini.”
b. Sunnah-Sunnah Ketika Masuk Kota Makkah
Pada tanggal 8, 9, 10. Menginap di Dzu Thuwa, mandi untuk memasuki kota
Makkah dan masuk kota Makkah pada siang hari
Dari Nafi’, ia berkata, “Dahulu ketika Ibnu ‘Umar telah dekat dengan kota
Makkah, ia menghentikan talbiyah, kemudian beliau menginap di Dzu Thuwa,
shalat Subuh di sana dan mandi. Beliau mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam mengerjakan hal ini.”
Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
Memasuki kota Makkah dari ats-Tsaniyah al-‘Ulya (jalan atas)
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Dulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam memasuki kota Makkah dari ats-Tsaniyah al-‘ulya (jalan atas) dan
keluar dari ats-Tsaniyah as-Sufla (jalan bawah).
Mendahulukan kaki kanan ketika masuk ke dalam masjid haram dan
membaca:

َّ َ‫َأ ُعوْ ُذ بِاهللِ ْال َع ِظي ِْم َوبِ َوجْ ِه ِه ْال َك ِري ِْم َوس ُْلطَانِ ِه ْالقَـ ِدي ِْم ِمن‬
،ِ‫ بِ ْسـ ِم هللا‬،‫الشـ ْيطَا ِن الـ َّر ِجي ِْم‬
َ ِ‫اب َرحْ َمت‬
‫ك‬ َ ‫ اَللَّهُ َّم ا ْفتَحْ لِي َأ ْب َو‬،‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َسلِّ ْم‬
َ ‫اَللَّهُ َّم‬.

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah Yang Mahaagung, dengan wajah-Nya


Yang Mahamulia dan kekuasaan-Nya yang abadi, dari syaitan yang terkutuk.
Dengan Nama Allah dan semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Muhammad, Ya Allah, bukalah pintu-pintu rahmat-Mu untukku.

Mengangkat tangan ketika melihat Ka’bah, apabila ia melihat Ka’bah,


mengangkat tangan jika mau, karena hal ini benar shahih dari Ibnu ‘Abbas.
Kemudian berdo’a dengan do’a yang mudah dan apabila ia mau berdoa dengan
do’anya Umar juga baik, sebab do’a ini pun shahih dari ‘Umar. Do’a beliau:

‫اَللّهُ َّم َأ ْنتَ ال َّسالَ ُم َو ِم ْنكَ ال َّسالَ ُم فَ َحيِّنَا َربَّنَا بِال َّسالَ ِم‬.

Artinya: “Ya Allah, Engkau pemberi keselamatan dan dari-Mu keselamatan,


serta hidupkanlah kami, wahai Rabb kami dengan keselamatan.”

c. Sunah-Sunnah Thawaf
1. Al-Idhthiba’
Yaitu memasukkan tengah-tengah kain ihram di bawah ketiak kanan dan
menyelempangkan ujungnya di pundak kiri sehingga pundak kanan terbuka,
berdasarkan hadits Ya’la bin Umayyah bahwasanya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam thawaf dengan idhthiba’.”
2. Mengusap Hajar Aswad

Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata: “Aku
melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika tiba di Makkah
mengusap Hajar Aswad di awal thawaf, beliau thawaf sambil berlari-lari kecil
di tiga putaran pertama dari tujuh putaran thawaf.”

3. Mencium Hajar Aswad


Berdasarkan hadits Zaid bin Aslam dari ayahnya, ia berkata, “Aku
melihat ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu mencium Hajar As-wad
dan berkata, “Seandainya aku tidak melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.”
4. Sujud di atas Hajar Aswad
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku melihat ‘Umar bin al-
Khaththab mencium Hajar Aswad lalu sujud di atasnya kemudian ia kembali
menciumnya dan sujud di atasnya, kemudian ia berkata, ‘Beginilah aku
melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’”
5. Bertakbir setiap melewati Hajar Aswad
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam thawaf mengelilingi Ka’bah di atas untanya, setiap beliau melewati
Hajar Aswad beliau memberi isyarat dengan sesuatu yang ada pada beliau
kemudian bertakbir.”
6. Berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama thawaf yang pertama kali (thawaf
qudum)
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar, “Bahwasanya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam ketika thawaf mengitari Ka’bah, thawaf yang pertama kali,
beliau berlari-lari kecil tiga putaran dan berjalan empat putaran, dimulai dari
Hajar Aswad dan berakhir kembali di Hajar Aswad.”
7. Mengusap rukun Yamani
Berdasarkan hadits Ibnu Umar, ia berkata, “Aku tidak pernah melihat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap Ka’bah kecuali dua rukun
Yamani (rukun Yamani dan Hajar Aswad).”
8. Berdo’a di antara dua rukun (rukun Yamani dan Hajar Aswad) dengan do’a
sebagai berikut:
Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
‫ار‬ َ ‫ربَّنَآ آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي ْاآل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬.
ِ َّ‫اب الن‬ َ
Artinya: “Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat dan peliharalah kami dari siksa Neraka.”
9. Shalat dua raka’at di belakang maqam Ibrahim setelah thawaf
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Setelah tiba, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam thawaf mengelilingi Ka’bah tujuh kali,
kemudian beliau shalat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim dan sa’i
antara Shafa dan Marwah.” Selanjutnya beliau berkata:

ٌ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرسُوْ ِل هللاِ ُأس َْوةٌ َح َسنَة‬.

Artinya: “Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu terdapat contoh yang baik
bagimu.”

10. Sebelum shalat di belakang Maqam Ibrahim membaca:

‫صلًّ ٰى‬
َ ‫واتَّ ِخ ُذوْ ا ِم ْن َمقَ ِام ِإب َْرا ِهي َم ُم‬.
َ

Artinya: “Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim itu tempat shalat.”

Kemudian membaca dalam shalat dua raka’at itu surat al-Ikhlash dan
surat al-Kaafirun, berdasarkan hadits Jabir bahwasanya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau sampai di maqam Ibrahim
Alaihissallam beliau membaca:

‫صلًّ ٰى‬
َ ‫واتَّ ِخ ُذوْ ا ِم ْن َمقَ ِام ِإب َْرا ِه ْي َم ُم‬.
َ

“Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim itu tempat shalat.”

Lalu beliau shalat dua raka’at, beliau membaca dalam shalat dua raka’at

itu { ‫ }قُلْ هُ َو هّللا ُ َأ َح ٌد‬dan{ َ‫}قُلْ يا َأيُّهَا ْال َكافِرُون‬.

Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
11. Iltizam tempat di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah dengan cara
menempelkan dada, wajah dan lengannya pada Ka’bah
Berdasarkan hadits ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, ia
berkata, “Aku pernah thawaf bersama ‘Abdullah bin ‘Amr, ketika kami telah
selesai dari tujuh putaran tersebut kami shalat di belakang Ka’bah. Lalu aku
bertanya, ‘Apakah engkau tidak memohon perlindungan kepada Allah?’ Ia
menjawab, ‘Aku berlindung kepada Allah dari api Neraka.’”

Berkata (perawi), “Setelah itu ia pergi dan mengusap Hajar Aswad. Lalu
beliau berdiri di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah, beliau menempelkan
dada, tangannya dan pipinya ke dinding Ka’bah, kemudian berkata, ‘Aku
melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan hal ini.’”

12. Minum air zamzam dan mencuci kepala dengannya


Berdasarkan hadits Jabir bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengerjakan hal tersebut.
d. Sunnah-Sunnah Sa’i
1. Mengusap Hajar Aswad (seperti yang telah lalu)
Membaca:

‫صفَا َو ْال َمرْ َوةَ ِمن َش َعاِئ ِر هَّللا ِ ۖ فَ َم ْن َح َّج ْالبَيْتَ َأ ِو ا ْعتَ َم َر فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ِه َأن‬َّ ‫ِإ َّن ال‬
‫يَطَّوَّفَ بِ ِه َما ۚ َو َمن تَطَ َّو َع َخ ْيرًا فَِإ َّن هَّللا َ َشا ِك ٌر َعلِي ٌم‬

Artinya: “Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ar


Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullaah atau ber’umrah,
maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i di antara keduanya. Dan
barangsiapa yang mengerjakan suatu ke-bajikan dengan kerelaan hati, maka
sesungguhnya Allah Mahamen syukuri kebaikan lagi Mahamengetahui.” [Al-
Baqarah: 158]

Kemudian membaca:

‫نَ ْب َدُأ بِ َما بَ َدَأ هللاُ بِ ِه‬.


Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
Artinya: “Kami mulai dengan apa yang dimulai oleh Allah.”

Bacaan ini dibaca setelah dekat dengan Shafa ketika mau melakukan
sa’i

2. Berdo’a di Shafa
Ketika berada di Shafa, menghadap Kiblat dan membaca:

ُ‫ك َولَه‬ُ ‫ لَهُ ْال ُم ْل‬،ُ‫ الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْيكَ لَه‬،ُ‫ هللَا ُ َأ ْكبَر‬،ُ‫ هللَا ُ َأ ْكبَر‬،ُ‫هللَا ُ َأ ْكبَر‬
َ ‫ َون‬،ُ‫ َأ ْن َج َز َو ْع َده‬،ُ‫ الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َده‬،ٌ‫ْال َح ْم ُد َوهُ َو َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِدير‬
‫َص َر‬
َ ْ‫ َوهَزَ َم اَْألح‬،ُ‫ َع ْب َده‬.
ُ‫زَاب َوحْ َده‬

Artinya: “Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah
Yang Mahaesa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan, bagi-Nya
segala puji dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada ilah yang
berhak diibadahi dengan benar selain Allah semata. Yang melaksanakan
janji-Nya, membela hamba-Nya (Muhammad) dan mengalahkan golongan
musuh sendirian.”

3. Berlari-lari kecil dengan sungguh-sungguh antara dua tanda hijau.


Ketika berada di Marwah mengerjakan seperti apa yang dilakukan di
Shafa, baik menghadap Kiblat, bertakbir maupun berdo’a
e. Sunnah-Sunnah Ketika Keluar dari Mina:
1. Ihram untuk haji pada hari Tarwiyah dari tempat tinggal masing-masing
2. Shalat Zhuhur, ‘Ashar, Maghrib, dan ‘Isya’ di Mina pada hari Tarwiyah,
serta menginap di sana hingga shalat Shubuh dan matahari telah terbit
3. Pada hari ‘Arafah, menjamak shalat Zhuhur dan ‘Ashar di Namirah
4. Tidak meninggalkan ‘Arafah sebelum matahari tenggelam.

II.VII Batasan Miqat untuk jama’ah Haji dan Umrah


Jika telah berazam melakukan ibadah Haji dan Umrah, maka diwajibkan untuk
memakai ihram. Miqat diagi menjadi dua. Yakni:

Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
a. Miqat Makani
Miqat makani adalah batas tempat untuk pemkaian ihram. Ada 5 batas tempat
yang telah ditentukan oleh Nabi Muhammad SAW. Diantaranya,
1. Dhul-khulaifah, yautu miqat untuk penduduk madinah (Abyar Ali)
2. Al-jukhfah, yaitu miqat untuk penduduk yang datang dari Mesir, Syam,
maghribi dan negara-negara yang berdekatan
3. Qarnul Manazil, yaitu miqat penduduk yang dating dari Nejd (najad)
4. Yalamlam, yaitu miqat untuk penduduk yang dating dari Yaman, India ,
indonesia dan negeri disekitarnya
5. Zatul Irqin, yaitu miqat untuk penduduk yang dating dari Irak, Afganistan,
Rusia dan negara-negara searah

Ada 2 miqat tamahanyang mewajibkan penduduk atau jamaah berihram dari


rumahnya. Yakni:

1. Mekkah, yaitu miqat untuk penduduk asli Mekkah


2. Jeddah, yaitu miqat untuk penduduk yang berasal dari Jeddah atau penduduk
yang memasuki kota Mekkah lewat jeddah
b. Miqat Zamani
Miqat Zamani adalah Penetapan yang berhubungan dengan batas waktu ihram
untuk haji , yaitu mulai tgl 1 Syawal sampai 10 Dzulhijjah tahun itu juga

II.VIII Tata Cara Ibadah Haji.


Berikut ini adalah rangkaian cara melaksanakan ibadah haji :
1. Niat
2. Wukuf di Padang Arafah
3. Mabid di Muzdalifah
4. Mabid di Mina
5. Melempar Jumrah Aqabah
6. Menyembelih binatang kurba jika berkewajiban
7. Encukur Rambut (Tahalul)
8. Thawaf Ifadhah
Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
9. Sa’I (Bagi yang melaksanakan Haji Tammatu’)
10. Tahalul
11. Bermalam di Mina
12. Melempar tiga jumrah (Aqabah, Wustha, dan Ula)
13. Thawaf Wada’

II.IX Pengertian Umrah.


Umrah (bahasa Arab: ‫ ) ﻋﻤ ﺮة‬adalah salah satu kegiatan ibadah dalam agama
Islam. Hampir mirip dengan ibadah haji, ibadah ini dilaksanakan dengan cara
melakukan beberapa ritual ibadah di kota suci Mekkah, khususnya di Masjidil Haram.
Pada istilah teknis syari’ah, Umrah berarti melaksanakan Tawaf di Ka’bah dan Sa’i
antara Shafa dan Marwah, setelah memakai ihram yang diambil dari Miqat. Sering
disebut pula dengan haji kecil. Hukum umrah sama seperti dengan hokum haji. Yakni
Fardhu A’in.

II.X Syarat Wajib Umrah.


Berikut ini adalah syarat wajib umrah :
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Merdeka
5. Mampu

II.XI Rukun dan Wajib Umrah.


• Rukun Umrah yakni :
1. Ihram
2. Thawaf
3. Sa’i
4. Tahalul
5. Tertib
• Wajib Umrah adalah :
1. Ihram dari Miqat
Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
2. Menjauhkan diri dari semua larangan Umrah

II.XII Tata Cara Umrah


Berikut ini tata cara melaksanakan ibadah Umrah
1. Berniat untuk Umrah
2. Ihram dai Miqat
3. Thawaf
4. Sa’i
5. Tahalul

II.XIII Macam-Macam Ibadah Umrah.


Umrah dibagi ke dalam 2 macam. Yakni :
1. Umrah yang dilaksanakan sewaktu-waktu atau kapan saja diluar batas waktu haji
2. Umrah yang dilaksanakan dalam rangkaian ibadah haji dan dilaksanakan pada
batas waktu haji

II.XIV Larangan Haji dan Umrah.


Berikut ini bebagai larangan yang ditujukan pada jama’ah haji:
1. Laki-laki
• Memakai pakaian berjahit
• Memakai kaos kaki (yang menutupi mata kaki)
• Memakai tutup kepala
2. Wanita
• Menutup telapak tangan
• Menutup muka
3. Laki-laki dan Wanita
• Memakai wangi-wangian
• Mencukur rambut
• Memotong kuku (sebelum tahalul pertama)
• Meminang, menikah, menikahkan orang lain
• Bersetubuh atau bersenggama
• Menebang pohon
Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
• Membunuh binatang
• Berkata jelek

II.XV Perbedaan Haji dan Umrah

Rukun Wajib
Haji 1. Ihram darimiqat 1. Ihram darimiqat
2. Wukuf di Arafah. 2. Hadir di Muzdalifah
3. Thawaf 3. Bermalam di Mina
4. Sa’I 4. Melontar jumrah Aqobah
5. Tahallul 5. Melontar 3 jumrah
6. Tertib 6. Thawafwada’
7. Tidak melanggar larangan

Umrah 1. Ihram dari miqat 1. Ihram dari Miqat


2. Thawaf. 2. Tidak melanggar larangan
3. Sa’I
4. Tahallul

II.XVI Hikmah melakukan Ibadah haji dan Umrah


1. Mempersaksikan berbagai manfaat spiritual dan material
2. Menumbuhkan jiwa Tauhid yang tinggi
3. Pembentukan sikap mental dan akhlaq yang tinggi
4. Menyatukan umat : Umatan Wahidah /satu aqidah dan idiologi
5. Mengajarkan sejarah
6. Berwawasan yang luas dalam gerak hidupnya/pengalaman
7. Belajar dengan dunia luar/mengetahui teknologi tinggi

II.XVII Sejarah melontar Jumrah

Melempar jumrah adalah simbol perlawanan manusia terhadap setan. Manusia


harus melakukan perlawanan kepada setan karena mereka selalu berupaya menyesatkan
manusia dari jalan kebenaran dan menjauhkan mereka dari jalan Allah SWT. Melempar
jumrah adalah simbol keteladanan Siti Hajar yang menunjukkan sikap permu terhadap
setan.

Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa sewaktu Ibrahim membawa Ismail untuk
disembelih, setan membujuk Hajar agar menghentikan langkah suaminya itu. Sebagi
seorang ibu, menurut setan, Hajar tidak akan sampai hati mengetahui buah hatinya
dikorbankan. Perkiraan setan ternyata meleset. Bukannya menuruti bisikan setan, Hajar
malah mengambil batu dan melemparinya berkali-kali.

Dalam ibadah haji, melempar jumrah tidak hanya dilakukan dalam satu hari
melainkan tiga atau empat hari. Ini menunjukkan perintah Allah yang sangat tegas agar
manusia benar-benar memusuhi setan dan tidak bersekutu dengannya. Panji-panji harus
terus dikibarkan dan genderang perang melawan setan harus terus ditabuh.

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya setan adalah musuh bagimu maka


jadikanlah ia sebagai musuh(mu). Sesungguhnya setan- setan itu hanya mengajak
golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (QS. Fathir
ayat 6).

Orang yang mengharapkan kebahagiaan di dunia dan akhirat harus bisa


menyelami sekaligus mempraktikkan makna dan nilai-nilai melempar jumrah, yaitu
memusuhi setan hingga kapan pun. Setiap muslim terutama para jamaah haji yang telah
pulang dari Tanah Suci harus mencontoh sikap Hajar dalam memerangi setan, sebab
hanya dengan cara itulah kita akan sampai pada ridha Allah SWT.

Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
BAB III

PENUTUP

III.I Kesimpulan

1. Secara sederhana, haji adalah ber kunjung ke Baitullah, untuk melakukan Thawaf,
Sa’i, Wukuf di Arafah dan melakukan amalan – amalan yang lain dalam waktu
tertentu.
2. Macam Ibadah haji ada tiga, yakni Haji Ifrad (melaksanakan ibadah haji terlebih
dahulu, kemudian umrah di bulan-bulan lain sehingga pelaksanaanya sendiri-sendiri),
Haji Tamattu’ (melakukan umrah terlebih dahulu kemudian berhaji bukan pada waktu
yang bersamaan), Haji Qiran (menyekaliguskan pelaksanan ibadah haji dan umrah
dalam tahun yang sama).
3. Syarat Haji adalah Beragama Islam, Baliq (sudah dewasa), Berakal sehat, Mampu
(kuasa jasmani dan rohani), Merdeka (bebas, tidak sedang dalam tahanan atau
budak)
4. Rukun Haji adalah Ihram, Wuquf, Thawaf, Sa’I, Tahalu dan Tertib.
5. Macam-macam Thawaf adalah Thawaf Qudum, Thawaf Ifadhah, Thawaf Sunnah, dan
Thawaf Wada’.
6. Wajib Haji adalah Ihram dari miqat, Mabit di Mudzalifah (tanggal 10 Dhulhijah),
Mabit di Mina tgl 11 12 13 Dzulhijah Melontar jumrah pada tanggal 11 12 13
Dzulhijah di ula, wusta, dan Aqobah. Sedangkan Sunnah haji adalah Mandi ketika
hendak ihram, Membaca talbiah, Tawaf qudum untuk pelaku haji ifrad atau qiran,
Bermalam di Mina pada malam Arafah, Lari kecil dan membuka bahu kanan ketika
tawaf qudum
7. Miqat makani berada di 7 tempat yakni Mekkah, Dzulhulaifah, Julifah (Rabig), Qarul
Manazil, Zatul Irqin, Yalamlam, dan Jeddah.

Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
8. Tata cara pelaksanaan Ibadah Haji adalah Niat, Wukuf di Padang Arofah, Mabid di
Musdalifah, Mabid di Mina, Melempar Jumrah Aqabah, Menyembelih binatang
qurbannya jika berkewajiban, Bercukur rambut (Tahalul), Thawaf Ifadhah, Sa’I (Bagi
yang melaksanakan haji Tammatu’), Tahalul, Bermalam di Mina, Melempar 3 Jumrah
(Aqabah, Wusta, Ula), Thawaf Wada’.
9. Umrah adalah Menziarahi ka’bah di Mekkah dengan niat beribadah kepada Allah
SWT disertai syarat-syarat tertentu.
10. Syarat wajib umrah adalah Islam, Baligh, Berakal, Merdeka, Mampu.
11. Syarat wajib umrah adalah Ihram, Sa’I, Thawaf, Tahalul, Tertib dan syarat Syah
umrah adalah Ihram dari Miqat dan menjauhi Larangan Umrah.
12. Tata urutan umrah adalah Ihram dari Miqat, Niat Umrah, Thawaf, Sa’I, dan Tahalul.
13. Macam-macam umrah ada 2 yakni Umrah yang dilaksanakan sewaktu-waktu atau
kapan saja diluar batas waktu haji dan Umrah yang dilaksanakan dalam rangkaian
ibadah haji dan dilaksanakan pada batas waktu haji.
14. Perbedaan pelaksanaan Haji dan Umrah pada rukunnya, terletak pada kegiatan
setelah ihram dari miqat apabila haji ada kegiatan wukuf di arafah. Sedangkan pada
wajibnya, haji dan umrah hanya sama dalam 2 hal yakni ihram dari miqat dan tidak
melanggar larangan haji dan umrah.
15. Ada bermacam-macam larangan haji dan umrah yang harus dihindari ketika
melaksanakan kegiatan haji dan umrah.
16. Banyak hikmah ibadah Haji dan Umrah yang akan didapatkan oleh jamaah haji.

Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
17. Pelemparan Jumrah adalah tauladan dari Siti Hajar dalam memerangi setan

III.II SARAN

Demikian makalah yang kami susun. Kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan.

LAMPIRAN

gambar Tugu melempar jumrah

Gambar daerah-daerah yang


menjadi batas miqat

Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

1
DAFTAR PUSTAKA

Maisarah Zas. Haji dan Pencerahan Jati Diri Muslim. (Bandung: Alfabeta, 2005). hlm. 167.

Ghazali. Rahasia Haji dan Umrah. (Bandung: Karisma, 1997). hlm. 37-38.

Maisarah Zas. Op.Cit. hlm. 167.

HTTP:/Wikipedia.co.id/haji-dan-umrah//

Pendidikan Agama Islam – Semester I – Kelas I – BAB VII - HAJI

28

Anda mungkin juga menyukai