Abstract
Islamic education is education for all human beings. Where he brings goodness and
suitability for all of humanity. Not limited to one item of each period. On a particular group
of people, or nation of nations. However, it is a global human education for all human.
Indeed characteristics of Islamic education stressed that he was the only special education,
education that he has a special character that is not possible compared to other education-
education that appear to have similarities in some of the characters, just different in each
emphasis contents. Specificity and this privilege is clear as mentioned. The meaning of
education is characteristic traits, traits that distinguish with any other education. These
characteristics are sometimes partly the same as between one another in some educational
establishments. However, the characteristics that should be portrayed with a true depiction
again be giving the view that education and teaching.
5
Muhammad Qutub, Manhaj al-Tarbiyah al-
7
Islamiyah, Kairo: Dar al-Syuruq, 1409 H/ 1989 Muhammad Munir Mursi, Al-tarbiyah Al-
M, hlm. 18 Islamiyah; Ushuluha wa Tathowuruha fi al-
6
Said bin Ismail al-Qodhi, Ushul Tarbiyah al- Bilad al-Arabiyah, Kairo: Alam al-Kutub, 1421
Islamiyah, Kairo: Alam al-Kutub, 1422 H/2002 H, hlm. 61
8
M, hlm. 213 Muhammad Kutub, hlm. 138
saja. Yakni dengan asas sempurna dan bahagianmu dari (kenikmatan)
menyeluruh yang tidak terpisahkan antara duniawi”. (QS. Al-Qoshoh [28]:
ilmu dan iman, antara individu dan 77)
masyarakat, antara macam-macam seni dan Begitu juga, hal itu makna dalam
akhlak, antara agama dan negara, antara hadits nabawi yang shahih dari Abdulloh
pemikiran dan aplikasi, antara dunia dan bin Amr bin al-Ash , dia berkata:
akherat. Rasululloh bersabda kepadaku:
4. Pendidikan pertengahan dan .أﱂ أﺧﱪ أﻧﻚ ﺗﻘﻮم اﻟﻠﻴﻞ وﺗﺼﻮم اﻟﻨﻬﺎر
seimbang ﻓﺈﻧﻚ إذا: ﻗﺎل. إﱐ أﻓﻌﻞ ذﻟﻚ:ﻗﻠﺖ
Hal itu nampak pada pendidikan
Islam, karena ia bertolak dalam pengaturan
وﻧﻔﻬﺖ،ﻓﻌﻠﺖ ذﻟﻚ ﻫﺠﻤﺖ ﻋﻴﻨﻚ
kehidupan manusia secara keseluruhan dari وﻷﻫﻠﻚ، وإن ﻟﻨﻔﺴﻚ ﺣﻘﺎ،ﻧﻔﺴﻚ
realita agama Islam yang berdiri di atas وﻗﻢ وﳕﺰ، ﻓﺼﻢ وأﻓﻄﺮ،ﺣﻘﺎ
keadilan, keseimbangan, dan pertengahan.
“apakah aku tidak mendengar
Di mana Allah menjadikannya sebagai
bahwa kamu sholat malam dan
kekhususan utama umat Islam. Hal itu puasa siang harinya’ aku berkata,
dikuatkan dalam firman-Nya: sungguh aku senantiasa melaku-
kannya, beliau bersabda” jika
sungguh kamu demikian telah
“dan demikian (pula) Kami telah melakukan itu, telah cekung
menjadikan kamu (umat Islam), matamu, dan telah letih badanmu,
umat yang adil dan pilihan.” (QS. sesungguhnya untuk badanmu ada
Al-Baqoroh [02]: 143) hak, dan untuk keluargamu ada
hak, maka berpuasa lah dan
Makna pertengahan dan keseimbang- berbukalah, dan berdirilah
an pendidikan Islam adalah keselamatannya (sholat) dan tidurlah” (HR.
dari berlebih-lebihan dan pengabaian, Bukhori)
penolakannya pada hiperbola dan Oleh karena itu, bahwa karakteristik
kekurangan. Ia berdiri tegak di asas utama ini dalam pendidikan Islam berarti
dalam keadilan yang tidak berlebihan interaksinya dengan manusia sebagai usaha
dalam perhatian satu sisi dari sisi lainnya. untuk merealisasikan prinsip keseimbang-
Adapun dalil dan petunjuk yang an, keadilan dan pertengahan pada setiap
paling benar atas realisasi pendidikan Islam perkara dari urusan kehidupan, antara
pada karakteristik ‘wasathiyah’ (pertengahan), berbagai segi kepribadian (ruhani, badan
‘tawazun’ (keseimbangan), dan keadilan dan intelektual) dari satu sisi, antara ruang
dalam kehidupan seorang muslim lingkup pemikiran dari satu sisi, dan
tergambarkan dalam makna dari firman aplikasi dari sisi lainnya, antara tujuan
Allah : agama dan dunia. Begitu juga, ia semangat
untuk merealisasikan prinsip keseimbang-
an, pertengahan, dan keadilan antara
kebutuhan-kebutuhan individu dan
“dan carilah pada apa yang telah kebutuhan-kebutuhan masyarakat, antara
dianugerahkan Allah kepadamu
hak Allah dan hak hamba, antara hak
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan pribadi dan hak keluarga, dan lainnya dari
hak, kewajiban, dan kebutuhan lain. 5. Pendidikan yang berlanjut dan
Singkatnya, pendidikan Islam selalu pembahruan
memberikan hak bagi setiap pemilik Makna hal itu adalah terus
haknya tanpa tambahan atau kurang, tanpa berlangsung pada manusia sejak ia
berlebihan atau pengabaian. Said bin dilahirkan hingga ia meninggal, yakni
Isamail Ali berkata dalam urusan ini:9 bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan
“Pemikiran pendidikan mengenal- yang berkelanjutan dari mahdi (kelahiran)
kan pandangan-pandangan yang sampai lahdi (liang lahat) sebagaimana
memberikan kemashlahatan dikatakan (pepatah). Ia tidak terbatas pada
individu, yang sering disebut
batasan zaman tertentu, atau terhenti pada
dengan liberalisme yang meng-
andung filsafat-filsafat pendidikan, periode usia tertentu. Hal ini bertolak dari
seperti: al-Wujudiah (Eksistensi- firman Allah :
alisme) dan pragmatisme. Dan
pandangan-pandangan yang
memberikan kemashlahatan pada
masyarakat, yang dikenal dengan
nama “pendidikan marxisme,
pendidikan sosialis, dan pendidikan “Maka Maha Tinggi Allah raja
kritis. Akan tetapi yang perlu yang sebenar-benarnya, dan
diperhatikan bahwa keduanya janganlah kamu tergesa-gesa
saling menyalahkan lainnya, membaca Al-qur'an sebelum
berusaha mengungkap kekuarang- disempurnakan mewahyukannya
kekuranganya, dan meng- kepadamu, dan Katakanlah: "Ya
gambarkan dirinya lah yang benar Tuhanku, tambahkanlah kepadaku
pada hakikatnya.” ilmu pengetahuan." (QS. Thoha
Adapun pendidikan Islam, ia [20]: 114)
menggunakan metode pertengahan dan Bahkan ada yang memandang bahwa
keseimbangan. Tidak condong pada satu makna keberlangsungan pendidikan Islam
bagian tanpa bagian lainnya. Dikarenakan itu dimulai sebelum dilahirkan, dan terus
individu adalah hakikat yang tidak layak berlangsung bersama manusia hingga
diingkari, dan masyarakat adalah hakikat wafatnya. Penjelasan hal itu, bahwa
lainnya yang kita hidup di dalamnya, serta pendidikan Islam bermula dengan perhatian
berkelompok adalah hakikat yang tidak dan keseriusannya pada seorang muslim
mungkin kehidupan tanpanya. Oleh karena sebelum ia dilahirkan di dunia ini. Yakni
itu, permasalahan menjadi lebih banyak tatkala semangat pada lingkungan keluarga
urgensinya (dalam pendidikan) yang memilihkan pendidikannya melalui pemilih
diaplikasikan dalam bentuk tawazun kedua orang tua yang baik, dan semangat
(keimbangan) antara tiga hakikat ini, di dalam agamanya, akhlaknya, kesehatannya
mana salah satunya tidak berlebihan dari dari penyakit dan lainnya. Apabila ia telah
lainnya. diciptakan dan berada di dunia, perhatian
pendidikan terus berlangsung pada seorang
ini dalam kondisi janin, lalu dilahirkan,
menyusu, balita, masa anak-anak, masa
9
Said Ismail Ali, Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyah, remaja, masa muda, masa dewasa, masa
Oman: dar al-Muyassar, 1427 H/ 2007 M, hlm.
63-64
setengah baya, masa tua dan lansia, hingga َو ِوْزُر َﻣ ْﻦ َﻋ ِﻤ َﻞ ِ َﺎ ِﻣ ْﻦ ﺑَـ ْﻌ ِﺪ ِﻩ ِﻣ ْﻦ ﻏَ ِْﲑ أَ ْن
ِ ِ ﻳـ ْﻨـ ُﻘ
ٌﺺ ﻣ ْﻦ أ َْوَزا ِرﻫ ْﻢ َﺷ ْﻲء
selesai kehidupannya.
Bukan hanya ini saja, perhatian َ َ
”Barangsiapa yang membuat
pendidikan terus berlanjut setelah itu, contoh yang baik dalam Islam,
melalui perhatian tentang hal yang maka ia mendapatkan pahalanya
ditinggalkan manusia setelah wafatnya dan pahala orang yang mengamal-
(seperti yang disebutkan dalam hadits yang kannya setelahnya, tanpa
shohih) dari sedekah jariyah yang mengurangi pahala mereka
bermanfaat, atau amal perbuatan yang baik, sedikitpun. Barangsiapa yang
mencontohkan contoh jelek dalam
atau ilmu yang bermanfaat bagi manusia
Islam, maka ia mendapat dosanya
setelahnya, maka baginya pahala, dan dan dosa orang yang
balasan, walaupun ia sedang dalam kubur, mengamalkannya setelahnya,
atau seorang anak yang selalu tanpa mengurangi dosa-dosa
mendo’akannya rahmat dan ampunan mereka. (HR. Muslim, no 3251,
setelah wafatnya. Diriwayatkan dari Abu hal 410-411)
Huroiroh bahwa Nabi bersabda: Keberlangsungan pendidikan mem-
ﺴﺎ ُن اﻧْـ َﻘﻄَ َﻊ َﻋ ْﻨﻪُ َﻋ َﻤﻠُﻪُ إِﻻﱠ َ إِ َذا َﻣ
َ ْﺎت ا ِﻹﻧ
butuhkan pembaharuan yang terus menerus
ﺻ َﺪﻗَ ٍﺔ َﺟﺎ ِرﻳٍَﺔ أ َْو ِﻋﻠ ٍْﻢ ِ ٍ ِ sesuai perubahan kondisi zaman, tempat,
َ ﻣ ْﻦ ﺛَﻼَﺛَﺔ إِﻻﱠ ﻣ ْﻦ masyarakat, peradaban, dan mampu
ِ ﻳـ ْﻨﺘـ َﻔﻊ ﺑِ ِﻪ أَو وﻟَ ٍﺪ
ُﺻﺎﻟ ٍﺢ ﻳَ ْﺪﻋُﻮ ﻟَﻪَ َ ْ ُ َُ menjawab kebutuhan-kebutuhan yang
“Bila manusia meninggal dunia, berkembang, dan perubahan sosial, serta
maka terputuslah amalnya kecuali konsekuensinya. Sesungguhnya pendidikan
tiga hal: sedekah jariah, ilmu yang Islam sangat istimewa, bahwa ia selalu
bermanfaat atau anak shalih yang aktual, dikarenakan sejalan dengan
mendoakannya.” (HR. Muslim,
perkembangan peradaban, dan beradaptasi
Abu Daud, dan at-Tirmidzi no:
1376, hal 325) dengan realita yang berubah-ubah, serta
sejalan dengan kondisi zaman sesuai
Adapun bila seorang meninggalkan
kemashlahatan manusia, kebutuhannya
sesuatu yang tidak bermanfaat setelah
yang beragam dan selalu baru, dengan
wafatnya, hal itu mencakup perkara bid’ah,
syarat hal itu tidak bertentangan dengan
sesat, merusak, perbuatan buruk, perkataan
ketetapan agama, rambu-rambunya, dasar-
yang batil, atau keturunan yang tidak
dasarnya, dan prinsip-prinsipnya.
sholih. Maka ia wal iyyadzu billah
Urgensi keistimewaan pada
mendapatkan dosanya sampai hari kiamat.
pendidikan Islam adalah pengertian dan
Hal itu sebagai pembenaran perkara yang
pengetahuan bahwa kondisi kehidupan dan
datang dalam hadits shohih dari Jarir bin
perjalanannya pada setiap zaman, atau
Abdillah , bahwa dia berkata: Rosululloh
tempat tidak mungkin berjalan pada satu
bersabda:
metode. Ia berubah dan berkembang sesuai
ِ ِْ َﻣ ْﻦ َﺳ ﱠﻦ ِﰲ
ُﺴﻨَﺔً ﻓَـﻠَﻪَ اﻹ ْﺳ َﻼم ُﺳﻨﱠﺔً َﺣ perubahan kondisi dan keadaan. Maka
َﺟ ُﺮ َﻣ ْﻦ َﻋ ِﻤ َﻞ ِ َﺎ ﺑَـ ْﻌ َﺪﻩُ ِﻣ ْﻦ ﻏَ ِْﲑ
ْ َﺟ ُﺮَﻫﺎ َوأ ْأ
seorang manusia pada hal ini seharusnya
ُﺟﻮِرﻫ ْﻢ َﺷ ْﻲءٌ َوَﻣ ْﻦ َﺳ ﱠﻦِ ِ sejalan dengan perkembangan ini yang
ُ ﺺ ﻣ ْﻦ أ َ أَ ْن ﻳَـ ْﻨـ ُﻘ
ِ
اﻹ ْﺳ َﻼِم ُﺳﻨﱠ ًﺔ َﺳﻴِّﺌَﺔً َﻛﺎ َن َﻋﻠَْﻴﻪ ِوْزُرَﻫﺎ ِْ ِﰲ
sesuai akidahnya, prinsipnya, normanya,
dan begitu pula dalam beradaptasi dengan
itu. Jika tidak, ia akan terbelakang dalam (tetap) dalam pendidikan Islam, bahwa ia
kafilah dan perjalanannya. muncul dari sumber agama Islam yang
Makna bahwa pendidikan Islam tetap dalam kitab Allah (al-Qur’an), dan
sangat istimewa kemampuannya untuk sunnah Rasululloh . Sumber-sumber
sejalan dengan perkembangan peradaban utama ini mencakup banyak tsawabi
yang selalu aktual dalam setiap segi (ketetapan) yang tidak mungkin diedit,
kehidupan. Dikarenakan ia bersandar pada diganti, atau dirubah, seperti tauhid yang
kitab yang ayat-ayatnya tersusun dengan murni, iman yang sempurna, kewajiban
rapi, kemudian dijelaskan secara terperinci amar ma’ruf dan nahi mungkar, melarang
dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi kedzoliman, ketidakadilan, dan melukai
Maha Teliti. Dan dikarenakan ia sejalan orang lain, pelarangan dalam merusak bumi
dengan setiap masa dan tempat, layak bagi dengan bentuk apapun, pengharaman riba,
setiap zaman dan tempat. Oleh karena itu, dusta dan khianat, tebusan untuk tidak
ia mampu beradaptasi dengan perubahan menipu, curang, berakhlak buruk, dan
kondisi dan waktu. Serta semangat dalam semacamnya yang tidak layak diketahui
menyambut kemashlahatan manusia, oleh seorang muslim dan dilakukannya.
kebutuhan mereka yang bermacam dan Begitu juga dalam waktu yang sama,
berubah-ubah pada setiap waktu, serta pendidikan Islam termasuk fleksibel dan
perealisasiannya. tidak kaku, dikarenakan ia mampu
Oleh karena itu dapat dikatakan: menjawab pada semua zaman dan tempat
sesungguhnya pendidikan muslim terus mengenai kebutuhan manusia (individu dan
berlangsung dalam perjalanan kehidup- sosial) dalam kehidupan mereka, dari
annya semuanya, dari lahir sampai liang perkara yang baru muncul, pembaruan
lahat. Yakni keberlangsungannya tidak zaman, melalui metode penelitian
beku pada satu urusan dari urusan- mengenai hal itu, berusaha untuk menyusun
urusannya. Akan tetapi, ia adalah dan intimbat (penentuan) bagi orang yang
pendidikan selalu terbarukan dan menerima berhak melakukan itu dari kalangan ahli
perkembangan positif dengan keber- ilmu yang handal dalam ragam kehidupan.
langsungan, dikarenakan di dalamnya Hal itu tidak lain karena gambar kehidupan
terdapat kelenturan, dan kemampuan untuk –sebagaimana yang dilihat oleh Islam-
penyesuaian kondisi yang menjadikannya selalu berubah, dan pasti berubah dan
dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan berkembang. Akan tetapi, seyogyanya –
zaman, tempat dan situasi. Serta memahami dalam perubahan dan perkembangannya-
konsekuensi perkembangan dan perubahan. dipanyungi peraturan dengan manhaj Allah
Hal itu akan dijelaskan lebih banyak dalam yang telah diturunkan agar mendampingi
kekhususan berikutnya. selalu pertumbuhan kehidupan, dan
menentukan arahnya sehingga tidak tersesat
6. Pendidikan yang Stabil dan
di jalan.10
fleksibel
Di sini layak diisyaratkan, bahwa ada
Sebagian orang beranggapan dua sifat
kemungkinan penggabungan antara
ini bertentangan -secara garis besarnya-.
Sesungguhnya kedua sifat itu berada dalam
pendidikan Islam dengan bentuk yang 10
Ali Ahmad madkur, Manhaj al-Tarbiyah fi al-
catatan. Di mana, makna dengan tsabat Tashowur al-Islami, Beirut: Dar al-Nahdhoh al-
Arabiyah, 1411 H/ 1990 M, hlm. 69
kekhususan tsabat (stabilitas) pendidikan memperhatikan keinginan, syahwat,
Islam dan Fleksibelnya, apabila mengetahui kebutuhan manusia yang berbeda-beda
bahwa ia Tsabitah (stabil) dalam yang menjadi fitrah. Kemudian hal itu
kaidahnya, dan bangunanya yang utama dilakukan proses penguatannya, pengatur-
yang berdiri di atas kehidupan individu dan annya, dan mencerdaskannya sedikit demi
masyarakat. Akan tetapi dalam waktu yang sedikit sampai derajat ideal yang mungkin
sama, ia marunah (fleksibel) pada batas diraih. Salah seorang peneliti menjelas-
tertentu, yakni menerima beberapa segi kanya dengan perkataan:11
perubahan yang positif, tabiatnya sejalan “Ini hal yang terjadi dalam
dengan keterbukaan yang teratur, dan pendidikan Islam, yaitu
perkembangan yang dibutuhkan dan sesuai percampuran yang harmonis dari
idealitas. Di mana manusia biasa
kondisi dan situasi dengan syarat hal itu
mampu menjadikannya realistis
tidak bertentangan dengan ketetapan- dalam makan, minum, dan
ketetapan, kaidah-kaidah, dan inti ajaran akhlaknya, serta pemuasan semua
Islam. keinginannya, sebagaimana ia
Kesimpulan perkataan ini, bahwa mampu naik dengan semua
tidak ada pertentangan antara stabilitas keinginannya dan instingnya untuk
pendidikan Islam dengan fleksibilitasnya. memenuhi kepuasannya dengan
cara yang baik, mulia, dan adil.”
Stabilitas pada dasar-dasar, tujuan-tujuan
dan prinsip-prinsip utama. Adapun Dengan hal itu, pendidikan Islamiyah
fleksibilitasnya pada cabang-cabang, adalah pendidikan yang ideal ( )ﻣﺜﺎﻟﯿﺔdalam
sarana-sarana, dan bagian-bagiannya. harapan, dan tujuan-tujuannya, dan
pendidikan yang realistis ( )واﻗﻌﯿﺔdan mudah
7. Pendidikan yang ideal dan realistis
dalam praktik, dan prosesnya. Di mana, ia
Pendidikan Islam berusaha meng-
tidak memberi tanggung jawab kepada
gapai tujuan besar, yaitu mewujudkan
manusia dengan hal yang tidak
manusia ideal dalam kehidupan,
disanggupinya, dan tidak mewajibkan pada
membentuk akhlak, membantu tatacara
perkara yang tidak disanggupinya. Akan
berinteraksi dengan orang yang
tetapi pendidikan Islam mengerti batas
disekitarnya, dan makhluk yang di
kemampuannya, kebutuhan dan keperlu-
sekitarnya, mendorong manusia untuk naik
annya. Kemudian memperhati-kannya saat
pada derajat yang sempurna yang mungkin
melaksanakan beban kewajiban dan hal itu
diraih. Akan tetapi dalam waktu yang sama,
dilihat dengan cara pandang yang adil saat
ia realistis dan mudah. Dikarenakan ia
perhitungan amal kewajibannya.
melihat manusia dan berinteraksi
Hal yang menggambarkan idealitas
dengannya sesuai realita manusia. Oleh
lagi realistis ini dalam pendidikan
karena itu, ia sesuai dengan kebutuhan
Islamiyah adalah firman Allah dalam al-
fitrah manusia, dan sesuai dengan
Qur’an al-Karim:
kemampuan, dan karakteristik manusia. Ia
memperhatikan kelemahan dan emosional
manusia, banyak bebannya, dan beragam
kesibukannya. Hal yang dapat
menggabungkan antara sifat realistis dan
idealitas, bahwa pendidikan Islam
11
Abd al-Hamid al-Hasyimi, hlm. 406
Ada isyarat utama yang menegaskan
sifat realistis pada pendidikan Islam, yaitu
berdirinya di atas ilmu dan pengetahuan,
jauh dari khurofat, dan perkiraan yang naif
lagi tidak bersandar pada asas ilmu. Islam
telah menganjurkan manusia untuk
mempekerjakan akal mereka untuk
berpikir, merenung mengenai keagungan
ciptaan Allah .12
Allah tidak membebani seseorang 8. Pendidikan individu dan
melainkan sesuai dengan kesang- masyarakat
gupannya. ia mendapat pahala
Dikarenakan terkumpul antara
(dari kebajikan) yang diusaha-
kannya dan ia mendapat siksa perhatian mengenai pendidikan individu
(dari kejahatan) yang dikerja- dengan pendidikan masyarakat. Yaitu yang
kannya. (mereka berdoa): "Ya nampak jelas melalui perhatiannya yang
Tuhan Kami, janganlah Engkau besar mengenai pendidikan individu untuk
hukum Kami jika Kami lupa atau berakhlak mulia, dan keutamaan amal-amal
Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, perbuatan yang menjadikan seseorang
janganlah Engkau bebankan
sholih dalam dirinya sendiri, kemudian
kepada Kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan sholih dalam masyarakatnya yang mana ia
kepada orang-orang sebelum hidup di dalamnya.
kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Maksudnya; bahwa pendidikan Islam
Engkau pikulkan kepada Kami apa dimulai pertama kali pergerakannya dari
yang tak sanggup Kami dalam seseorang, yakni dari hatinya, dan
memikulnya. beri ma'aflah kami;
jiwanya, agar menjadikan seseorang
ampunilah kami; dan rahmatilah
kami. Engkaulah penolong Kami, berinteraksi dengan Allah di atas asas ‘baik
Maka tolonglah Kami terhadap dalam beramal’ yaitu beribadah kepada
kaum yang kafir." (QS. Al- Allah seakan dia melihat-Nya. Dari sini, ia
Baqoroh [02]: 286) tidak membutuhkan seorang pengawas
Dalam ayat lain, Allah berfirman: yang mengawasinya.13
Dengan hal itu, menguatkan
pendidikan Islam sebagai penanggung
jawab manusia semuanya, dari perkataan-
“Allah menghendaki kemudahan nya, perbuatannya, niatnya, dan apa yang
bagimu, dan tidak menghendaki dihasilkan dari perbuatannya. Hal itu
kesukaran bagimu.” (QS. Al- bertolak dari firman Allah :
Baqoroh [02]: 185)
Dan firman Allah :
“Dia sekali-kali tidak menjadikan 12
Said bin Ismail al-Qodhi, hlm. 216
untuk kamu dalam agama suatu 13
Turki Robih, Dirosat fi al-Tarbiyah al-Islamiyah
kesempitan.” (QS. Al-Haj [22]: wa al-Syahsyiyah al-Wathoniyah, Beirut: al-
78) Muasasah al-Jamiah, 1402 H/ 1982 M, hlm. 25
“Tiap-tiap manusia terikat dengan pengaruh kepada mereka, dan terpengaruh
apa yang dikerjakannya.” (QS. dari mereka.14
Ath-Thur [52]: 21) Penjelasan yang paling tepat
Dan firman Allah : mengenai kekhususan ini adalah perkara
yang diriwayatkan dari Rasululloh dari
hadits-hadits yang banyak, menjelaskan
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab hubungan manusia dengan saudaranya
atas apa yang telah Muslim, dan hubungan antara seorang
diperbuatnya,” (QS. Al-Mudatsir Muslim dengan masyarakat disekitarnya.
[74]: 38) Di antaranya hadits shahih dari Nabi ,
Pada waktu yang sama, pendidikan bahwa beliau bersabda:
Islam memperhatikan pendidikan َوَﻻ,ُ َﻻ ﻳَﻈْﻠِ ُﻤﻪ,َﺧﻮ اﻟ ُْﻤ ْﺴﻠِ ِﻢ ُ اﻟ ُْﻤ ْﺴﻠِ ُﻢ أ
masyarakat (sosial) di atas tanggung jawab َﻛﺎ َن,َﺧ ِﻴﻪ ِ وﻣﻦ َﻛﺎ َن ِﰲ ﺣﺎﺟ ِﺔ أ,ﻳﺴﻠِﻤﻪ
َ َ ْ ََ ُ ُ ْ ُ
ِ ِ ِ
َوَﻣ ْﻦ ﻓَـ ﱠﺮ َج َﻋ ْﻦ ُﻣ ْﺴﻠ ٍﻢ,ﺎﺟﺘﻪ َ ا ﱠُ ِﰲ َﺣ
individu. Di mana (pendidikan individu)
Dari penjelasan sebelumnya, nampak
bahwa kekhususan individu dan kelompok
pada pendidikan Islam bersandar secara
langsung pada pengetahuan setiap individu
mengenai tanggung jawabnya pada dirinya
“Dan Kami tidak mengutus kamu,
dan orang lain dari individu masyarakat. melainkan kepada umat manusia
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang seluruhnya sebagai pembawa
berusaha membentuk seorang Muslim berita gembira dan sebagai
(yang ideal), dan mempersiapkannya untuk pemberi peringatan, tetapi
bekerjasama secara positif dengan akalnya, kebanyakan manusia tiada
hatinya, dan tangannya dalam urusan mengetahui.” (QS. Saba’ [34]: 28)
masyarakat. Terlebih lagi, kerjasama ini Di antara gambaran yang jelas
nampak pada bentuk yang beragam, mengenai kemanusiawian dan globalisasi
terkadang keikutsertaan ini dalam pendidikan Islam, bahwa ia menolak hal
pemikiran, pengarahan, pendapat inovasi. yang disebut dengan perpecahan unsur,
terkadang dalam perbuatan atau dikarenakan ia adalah pendidikan tidak
kemampuan, dan terkadang dengan semua mengutamakan (satu bagian) di dalamnya,
kemungkinan ini. Tidak dimaksudkan tidak membedakan individu atas individu
dalam makna keikutsertaan itu, seorang lain, satu bangsa atas bangsa lain, satu jenis
mengabaikan tanggung jawab dalam atas jenis lain melainkan dengan
perbuatannya. Akan tetapi yang dimaksud ketakwaan. Hal ini bertolak dari firman
untuk menjalankan tanggung jawabnya Allah :
pada dirinya sendiri, keluarganya,
kemudian keikutsertaannya pada orang
lain, berusaha memberi manfaat, bantuan,
dan pertolongan kepada mereka.15
“Hai manusia, Sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari
15
Muhammad Ahmad al-Sayyid, Mu’jizah al-
seorang laki-laki dan seorang
Islam al-Tarbiyah, Kuwait: Dar al-Buhuts al- perempuan dan menjadikan kamu
Alamiyah, 1398 H/ 1978 M, hlm. 150-151 berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal- rambu-rambu Robbnya , yang selalu
mengenal. Sesungguhnya orang melihatnya, mengawasinya dalam hal
yang paling mulia diantara kamu rahasia dan nyata, dalam perkataan dan
disisi Allah ialah orang yang
perbuatannya, baik hal itu dalam
paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha masyarakatnya dan daerahnya atau diluar
mengetahui lagi Maha Mengenal.” (masyarakatnya dan daerahnya).
(QS. Al-Hujurot [49]: 13) Hal ini berarti bahwa tempat yang
Di antara perkara yang menekankan baik berkaitan dengan kebaikan yang
kemanusiawian dan globalisasi pendidikan terbatas pada batasan-batasan daerahnya
Islam, bahwa ia berdiri di atas pondasi yang ia hidup di dalamnya, atau
dasar yang berkaitan dengan ukhuwah masyarakatnya yang ada disekitarnya.
Imaniah. Muslimun di timur dan di Barat Adapun manusia yang sholih (baik), maka
belahan bumi, dari semua jenis dan warna kemaslahatannya terus berlangsung sampai
(kulit) adalah anggota dalam keluarga kapanpun, dan di mana pun.
(besar) Islam. Islam mempersatukan hati- Bukan sekedar ini saja, di antara
hati mereka, mengumpulkan mereka pada petunjuk globalisasi dan manusiawi
satu hati dan satu jasad. Ia adalah pendidikan Islam, bahwa ia adalah
pendidikan global, dan Islam adalah risalah pendidikan menetapkan pentingnya
global untuk semua manusia. Globalisasi kehormatan manusia, menekankan untuk
risalah Islam berarti juga globalisasi memuliakannya, menjaga semua hak-hak
pendidikan Islam.16 yang mejaga manusia, dan berinteraksi di
Di antara petunjuk globalisasi dan atas asas-asasnya pada setiap waktu dan
manusiawi pendidikan Islam, bahwa ia tempat, tanpa melihat hal lain yang terdapat
berusaha membentuk (Manusia yang ketimpangan dan perbedaan diantara
Sholih), bukan sekedar membentuk kalangan manusia, seperti warna, bahasa,
(Tempat yang Sholih/baik). Perbedaan jenis, kedudukan sosial, kredibilitas, nasab,
antara keduanya sangat besar dan jelas. kaya, miskin, dan semacamnya dari hal-hal
Tempat yang shalih berusaha memuliakan yang tidak memiliki nilai dan kebaikan
peraturan-peraturan dalam masyarakatnya, dalam pandangan Islam selama tidak
dan daerahnya yang ia hidup di dalamnya diiringi dengan ketakwaan dan keimanan.
dengan dengan segala kemampuannya Mengenai hal itu, seorang peneliti berkata:
tanpa melampaui batas dan menyelisihinya, Pada saat mendidik (pendidikan
terkhusus lagi dalam batasan-batasan di islam) pada individu, tidak mendidiknya
masyarakat dan tempat itu. Adapun Muslim agar menjadi istimewa dari lainnya, kecuali
yang Sholih, penghormatannya pada keistimewaan dengan amal sholih, yang
dirinya, orang lain, masyarakatnya, membiasakan kepada dirinya dan orang
daerahnya, dan keteguhannya dengan lain dengan kebaikan. Tatkala mendidik
rambu-rambu, dan peraturan yang muncul pada kelompok, masyarakat, dan dunia,
dari antusiasnya untuk teguh dengan tidak mendidik mereka agar sebagian
mereka jauh dari lainnya. Akan tetapi
semua saling mencintai, bersaudara,
16
Muhammad Munir Mursi, Al-tarbiyah Al- bersatu, saling bergantung, semuanya
Islamiyah; Ushuluha wa Tathowuruha fi al-
Bilad al-Arabiyah, Kairo: Alam al-Kutub, 1421
H, hlm. 78
saling membantu dalam kebaikan dan saja, akan tetapi untuk eksploitasi praktek
ketakwaan, kebaikan dan kemaslahatan.17 teknologi dalam pembuatan alat-alat perang
Dari penjelasan sebelumnya, jelas dan (perusak) massal. Tidak untuk menjaga
bagi kita bahwa kumpulan karakteristik dan jiwa, bahkan untuk menyerang hak-hak dan
ciri pendidikan ini yang menghiasi kehormatan orang lain.
pendidikan Islam bukan sekedar nama dan Kedua: kebanyakan metodologi di
sifat yang melekat padanya karena perasaan bumi memperhatikan pelajaran sejarah dan
saja, tetapi benar dalam petunjuknya dan geografi, begitu pula pendidikan Islam
kandungannya. Dan seharusnya asas-asas, memperhatikannya. Hanya saja kebanyakan
dan dasar-dasarnya yang umum terealisasi- metodologi ini bertujuan untuk
kan dalam segi pelaksanaannya.18 menumbuhkan kemuliaan kaumiah (suku),
keutamaan tanah air, dan penguatan unsur
D. Kesimpulan tertentu. Akan tetapi metodologi
Sesungguhnya karakteristik pendidikan pendidikan Islam menekankan globalisasi
Islam menekankan bahwa ia satu-satunya dakwah, pendidikan Islam, dan
pendidikan yang istimewa, bahwa ia manusiawisasi yang telah ditetapkan oleh
pendidikan yang memiliki tabiat khusus Allah dalam al-Qur’an, tatkala bertujuan
yang tidak mungkin dibandingkan dengan untuk penyiapan manusia yang sholih di
pendidikan-pendidikan lainnya yang mana saja tempatnya.
nampak memiliki kesamaan dalam Ketiga: kebanyakan metodologi di
beberapa karakter, hanya saja berbeda dunia memperhatikan pelajaran adab dan
dalam setiap penekanan isinya. Kekhususan seni-seni yang berbeda-beda, begitu juga
dan keistimewaan ini nampak jelas seperti metodologi pendidikan Islam. Akan tetapi
yang disebutkan, dengan perkataannya: kebanyakan metodologi ini hanya bertujuan
Metodologi pendidikan Islam untuk menumbuhkan sensasi dengan
terkadang sesuai dengan sebagaian perasaan dan kecantikan yang natural
metodologi pendidikan lainnya, baik masa dalam dirinya. Adapun metodologi
lalu atau sekarang dalam banyak hal rincian pendidikan Islam menambahkan hal itu,
dan cabang. Akan tetapi ia berbeda secara yakni pengakuan mengenai ciptaan Allah
pasti dalam kaidah-kaidah, dasar-dasar yang mencipta dengan sempurna segala
yang menjadi pondasinya. Hal yang dapat sesuatu.
diisyaratkan mengenai itu sebagai berikut: Keempat: kebanyakan metodologi di
Pertama: sebagian besar metodologi dunia memperhatikan pelatihan guru untuk
di bumi ini memperhatikan contohnya berolahraga dan permainan olahraga yang
pelajaran ilmu-ilmu dan matematika, begitu beragam. Dan metodologi pendidikan Islam
juga metodologi pendidikan Islam melakukan hal itu tidak untuk melatih
memperhatikan hal itu. Hanya saja, ketaatan dan kedisiplinan pada peraturan
kebanyakan dari negara di dunia saja, tidak untuk menumbuhkan ruh
memperhatikan hal itu dengan mengajarkan menolong dan kerjasama saja, tidak untuk
metodologi ini tidak untuk mempromosikan membentuk badan yang ideal saja, akan
kehidupan penduduk dalam masyarakatnya tetapi metodologi pendidikan Islam dalam
pendidikan jasmani dan olah raga adalah
17 membentuk mukmin yang kuat badanya,
Said bin Ismail al-Qodhi, hlm. 222
18
Abd al-Hamid al-Hasyimi, hlm. 394 akalnya, dan ruhaninya. Seorang mukmin
mampu bekerja keras dan jerih payah di Said bin Ismail al-Qodhi, Ushul Tarbiyah
dunia. Seorang mukmin mampu jihad di al-Islamiyah, (Kairo: Alam al-Kutub,
jalan Allah . “Seorang Mukmin yang kuat 1422 H/2002 M)
lebih baik, dan lebih dicintai oleh Allah Said Ismail Ali, Ushul al-Tarbiyah al-
dari pada seorang mukmin yang lemah.” Islamiyah, (Oman: dar al-Muyassar,
1427 H/ 2007 M)
Daftar Pustaka Turki Robih, Dirosat fi al-Tarbiyah al-
Abd al-Hamid al-Hasyimi, al-Rosul al- Islamiyah wa al-Syahsyiyah al-
Arabi al-Murobbi, (Riyadh: Dar al- Wathoniyah, (Beirut: al-Muasasah al-
Huda, 1405 H/ 1985 M) Jamiah, 1402 H/ 1982 M)
Abd al-hamid al-Shoid al-Zintani, Falsafat Yusuf Abd al-Mu’thi, Tarbiyah al-Muslim
al-tarbiyah al-Islamiyah fi al-Qur’an Ala Hady al-Syariah Fi Muwajahah
wa al-Sunnah, (Thoroblis: Dar al- Tahdidad Alam Mu’ashir;
Arabiyah lil-kitab, 1992 M) Muntholaqot lil-Tathwir, (Isesco,
Abu Isa al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, 1415 H/ 1995M)
Tahqiq: Ahmad Muhammad Syakir. Yusuf al-Qordhowi, al-Khoshoish al-
(Beirut: Dar Ihya’ al-Turots. Ammah lil-Islam, (Kairo: Maktabah
Ali Ahmad madkur, Manhaj al-Tarbiyah fi Wahbah, 1409 H/ 1989 M)
al-Tashowur al-Islami, (Beirut: Dar
al-Nahdhoh al-Arabiyah, 1411 H/
1990 M)
AL-Qur’an al-Karim
Ishaq Ahmad Farhan, Tarbiyah al-
Islamiyah baina al-Asholah wa al-
Mu’ashiroh, (Irbid: Dar al-Furqon,
1411 H/ 1991 M)
Muhammad Ahmad al-Sayyid, Mu’jizah al-
Islam al-Tarbiyah, (Kuwait: Dar al-
Buhuts al-Alamiyah, 1398 H/ 1978
M)
Muhammad Ismail al-Bukhori, Shohih al-
Bukhori, (Riyadh: dar al-Salam, 1419
H/ 1999 M)
Muhammad Munir Mursi, Al-tarbiyah Al-
Islamiyah; Ushuluha wa
Tathowuruha fi al-Bilad al-Arabiyah,
(Kairo: Alam al-Kutub, 1421 H)
Muhammad Qutub, Manhaj al-Tarbiyah al-
Islamiyah, (Kairo: Dar al-Syuruq,
1409 H/ 1989 M)
Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qushairi,
Shohih Muslim, (Riyadh: Dar al-
Salam, 1419 H/ 1998 M)