Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDU RINGKASAN MATERI

Nama : Anita Bahar


Nim : 19010104115
Prodi/Kelas : PGMI/C
Mata Kuliah : Hadis Tarbawi

“KONSEP PENDIDIKAN DALAM DIMENSI HADIS”

A. Pengertian Pendidikan dalam dimensi hadis


1. Pengertian Pendidikan menurut para ulama
 menurut An-Nahlawi ia mengatakan bahwa kata pendidikan berasal dari bahasa
Arab yaitu dari akar kata raba-yarbu-tarbiyah, yang artinya adalah ‘bertambah’
dan ’berkembang’, atau rabia-yarba, yang dibandingkan dengan kata
khafiyayakhfa. Arti yang terkandung dalam raba-yarbu adalah tambahan dan
berkembang, dan raba-yarubbu yang dibandingkan dengan kata maddayamuddu
berarti memperbaiki, mengurusi kepentingan, mengatur, menjaga, dan
memperhatikan.
 menurut Imam Al-Baidhawi memberikan definisi tarbiyah yaitu menyampaikan
sesuatu sedikit demi sedikit sehingga sempurna.
 Menurut Al-Maraghi, kata rabbun terdiri dari dua huruf, yaitu “ra” dan “ba”
tasydid yang merupakan pecahan dari akar kata tarbiyah yang berarti “pendidikan
dan pengasuhan”. Selain itu, kata ini mencakup banyak arti seperti “kekuasaan,
perlengkapan pertanggungjawaban, perbaikan, penyempurnaan”. Kata ini juga
merupakan bagi suatu kebesan, keagungan, kekuasaan dan kepemimpinan.
2. Istilah-istilah dalam Pendidikan
o Istilah tarbiyah juga berasal dari akar kata (rabiya, yarba) yang berarti
menjadikan sesuatu itu menjadi besar
o Istilah lain dari pendidikan dalam bahasa Arab di sebut at-ta’lim, kata ini
merupakan masdar dari kata ‘alama yang memiliki arti sebagai pengajaran yang
bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, dan keterampilan.
o Istilah pendidikan dalam Bahasa Arab disebut juga dengan istilah at-ta’dib.
Istilah ini menurut penulis Mu’jam Al-Wasith9 diterjemahkan dengan pelatihan
atau pembiasaan.
o Istilah pendidikan dalam Islam selain kata at-ta’lim, at-tarbiyah dan at-ta’dib ada
juga yang disebut dengan istilah at-tahdzib.

B. Dasar-Dasar Pendidikan yang Dilakukan Oleh Rasulullah Saw.


Dasar pendidikan Islam harus diperhatikan secara komprehensif dan menyeluruh dalam
mengarungi gerak dan langkah pengembangan pendidikan. Untuk itu, kajian tentang
pendidikan Islam tidak lepas dari landasan yang terkait dengan sumber ajaran Islam itu
sendiri, yaitu Al-Quran, Hadis dan Ijtihad yang dilakukan oleh para ulama.
Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. yang dijelaskan dalam Hadisnya, yaitu:
“Aku tinggalkan ditengah-tengah kamu dua perkara, kamu tidak akan sesat selama kamu
berpegang teguh kepada keduanya, yaitu: kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya.” (HR. Malik
dan Hakim)
Hadis di atas merupakan wasiat baginda Nabi Muhammad Saw. kepada umatnya dan
disampaikan pada saat menjelang detik-detik akhir hayatnya. Dalam wasiat itu tergambar
bahwa Hadis merupakan pedoman kedua sesudah Al-Quran.

1. Al-Quran
Al-Quran sebagai pedoman pertama dan utama bagi umat Islam diturunkan Allah
Swt. dalam bentuk bahasa Arab. U
2. As-Sunah
Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa Sunnah merupakan sumber dan dasar hukum
Islam kedua setelah Al-Quran. Selain penjelasan dalam Al-Quran yang menjelaskan
Hadis sebagai dasar pendidikan, ada juga beberapa Hadis yang menjelaskannya.
Diantara Hadis tersebut adalah sebagai berikut:
“Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan. Kemudian para sahabat
bertanya, wahai Rasululah! Siapa yang enggan? Beliau menjawab, barangsiapa
yang menaatiku maka dia masuk surge, dan barangsiapa yang durhaka terhadapku
maka dia yang enggan.” (H. R. Bukhari)
3. Perbuatan dan Sikap Sahabat Nabi Saw.
Menurut Ramayulis, di antara hal-hal yang dijadikan sebagai dasar pendidikan Islam
pada masa sahabat, sebagai berikut:
1. Setelah Abu Bakar dibai’at menjadi khalifah ia mengucapkan dalam orasinya:
“Wahai manusia, saya telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal
aku bukan orang terbaik di antara kamu. Jika aku menjalankan tugasku dengan
baik, ikutilah aku. Tetapi jika aku berbuat salah, luruskanlah aku, orang yang
kamu pandang kuat, saya pandang lemah sehingga aku dapat mengambil hak
daripadanya, sedangkan orang yang kamu pandang lemah aku pandang kuat
sehingga aku dapat mengembalikan haknya. Hendaklah kamu taat kepadaku
selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi jika aku tidak mentaati Allah
dan Rasul-Nya kamu tidak perlu mengikutiku.”
2. Umar bin Khathab dengan sifatnya yang jujur, adil, cakap, berjiwa demokrasi
yang dapat dijadikan panutan masyarakat. Sifat-sifat Umar ini disaksikan dan
dirasakan sendiri oleh masyarakat pada waktu itu, sifat-sifat seperti itu sangat
perlu dimiliki oleh seorang pendidik karena di dalamnya terkandung nilai-nilai
pedagogis dan teladan yang baik yang harus ditiru.
3. Usaha-usaha para sahabat dalam pendidikan Islam sangat menentukan bagi
perkembangan pendidikan Islam sampai sekarang, diantaranya:
 Abu Bakar melakukan kodifikasi Al-Quran.
 Umar bin Khathab sebagai bapak kreator terhadap ajaran Islam yang dapat
dijadikan sebagai prinsip strategi Pendidikan
 Usman bin Affan sebagai bapak pemersatu sistematika penulisan ilmiah
melalui upaya mempersatukan sistematika penulisan Al-Quran.
 Ali bin Abi Thalib sebagai perumus konsep-konsep pendidikan.
Jadi, melalui merekalah kita menerima ajaran Islam yang sudah teratur, sehingga kita
tidak susah-susah lagi mencari-cari dan mengumpulkan Kalam Allah (Al-Quran)
serta hadis-hadis Nabi. Oleh karena jasa-jasa mereka tersebut dan karena Allah dan
Rasul Nya telah memuji dan memberikan kedudukan yang sangat tinggi pada mereka,
maka kita sebagai umat Nabi Saw. harus mencintai dan menghormati mereka.
C. Batasan Pendidikan Dalam Dimensi Hadis
1. Batasan yang luas
Batasan dalam arti luas adalah segala bentuk pengalaman belajar yang dilalui
oleh peserta didik dengan segala liongkungan dan sepanjang hayat.
2. Batasan yang sempit
Batasan pendidikan dalam arti yang sempit adalah proses pembelajaran yang
dilaksanakan di lembaga pendidikan formal (madrasah/sekolah). Dalam batasan
sempit ini pendidikan Islam muncul dalam bentuk sistem yang lengkap
3. Batasan yang luas terbatas
Maksud dari batasan pendidikan yang luas terbatas adalah segala usaha sadar
yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui
kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan yang diselenggarakan di lembaga
pendidikan formal (sekolah/madrasah) non formal (masyarakat) dan in-formal
(keluarga) dan dilaksanakan sepanjang hayat, dalam rangka mempersiapkan
peserta didik agar berperan dalam berbagai kehidupan.

D. Karakteristik Pendidikan Islam


1. Pendidikan yang Tinggi dan Sakral
Substansi pendidikan Islam adalah berusaha mempelajari segala hal untuk lebih
mengenal Allah Swt. Seluruh aspekknya didasarkan pada nilai robbaniyah dijabarkan
dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulnya. Dalam hal ini pendidikan Islam merupakan
pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada
manusia tentang segala hal yang diciptakan dan diajarkanNya sehingga bisa
membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan terhadap Allah Swt. secara tepat di
dalam tatanan wujud dan keberadaan-Nya. Pendidikan Islam bukan sekedar
pemenuhan otak saja,
2. Pendidikan yang Komprehensif dan Integral
Komprehensif memiliki pengertian luas dan lengkap. Islam sebagai ajaran yang
universal dan memiliki kesempurnaan di segala aspek tentu memiliki beberapa
karakteristik yang perlu kita pahami bersama dan dijadikan sebagai landasan berpikir
serta bergerak dalam kehidupan seharihari. Untuk itu, Islam sebagai satu-satunya
ideologi yang dapat menuntun manusia dalam mencari kesempurnaan yang menjadi
idamannya.
3. Pendidikan yang Realistis dan Seimbang
Pendidikan Islam memperhatikan keseimbangan antara alam ideal dan alam realitas,
serta apa yang harus dilakukan dan apa yang mungkin dipandang sebagai suatu batas
minimal untuk dilakukan sesuai dengan kemampuan individu. Pandangan Islam
kemudian mewujudkan garis kesimbangan antara tingkah laku individu dan tingkah
laku sosial serta batas minimal yang dikehendaki.
4. Pendidikan yang Berkesinambungan
Proses pendidikan tidak mengenal istilah “Usai”. Setiap individu wajib belajar
sepanjang hayat (long-life education). Hadis Nabi Muhammad yang menyatakan
bahwa menuntut ilmu wajib dilakukan dari buaian sampai ke liang lahat merupakan
konsepsi pendidikan sepanjang hayat dalam makna tidak ada batasan waktu untuk
terus belajar mendalami ilmu yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat.
5. Pendidikan yang Tumbuh dan Berkembang
Pengembangan Ilmu Pengetahuan yang telah dikuasai harus diberikan dan
dikembangkan kepada orang lain. Nabi Muhammad Saw sangat membenci orang
yang memiliki ilmu pengetahuan, tetapi tidak mau memberi dan mengembangkan
kepada orang lain. Selain itu pendidikan Islam yang bersumber dari Al Quran dan
Hadis wajib dikembangkan dan diaplikasikan dalam berbagai bidang ilmu sesuai
kebutuhan manusia selama tidak bertentangan dengan kaidah agama Islam.
6. Pendidikan yang Global (Internasional)
Islam selalu sesuai untuk semua bangsa, zaman dan semua keadaan. Sebagai agama
yang universal (rahmatan lil alamin) Islam dapat diterima oleh semua golongan, suku,
bangsa karena Allah sudah menurunkan Al Quran yang isinya tentang segala hal yang
akan diperlukan manusia pada jaman dulu, sekarang, dan masa yang akan datang,
oleh siapapun, dimanapun.

E. Tujuan Pendidikan menurut Hadis


Adapun tujuan pendidikan Islam secara umum adalah agar orang yang di didik menjadi
hamba Allah yang shaleh, sebagai pemimpin yang bertanggungjawab, manusia sempurna,
memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Untuk itu dalam pandangan Al-Syaibani, bahwa
tujuan pendidikan adalah perubahan yang diinginkan melalui proses pendidikan, baik pada
tingkah laku individu pada kehidupan pribadinya, pada kehidupan masyarakat dan alam
sekitar maupun pada proses pendidikan dan pengajaran itu sendiri sebagai suatu aktivitas
asasi dan sebagai proporsi sebagai profesi asasi dalam masyarakat.
Berdasarkan konsep di atas, pendidikan dipandang tidak berhasil atau tidak mencapai tujuan
bila tidak ada perubahan pada diri peserta didik setelah menyelesaikan suatu program
pendidikan. Agar dapat terukur, sebelum melakukan proses pendidikan perlu dibuat
rumusanrumusan tujuan yang jelas. Rumusan tersebut dapat digali dari sumber pendidikan
Islam itu, yaitu Al Quran dan hadis sebagai sumber utama.
1. Mencapai Derajat Takwa
2. Membentuk Pribadi Muslim yang Paripurna
Membentuk pribadi Muslim yang paripurna yaitu terwujudnya kepribadian Muslim
yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan atau mencerminkan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari
3. Meraih Kebahahagiaan Hidup di Dunia dan Akhirat
4. Beribadah dan Mendekatkan Diri kepada Allah
“PEMEROLEHAN ILMU PENGETAHUAN DALAM DIMENSI HADIS”

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan


Adapun definisi ilmu yang kita maksud dalam pembahasan ini adalah ilmu yang diturunkan
Allah kepada Rasul-Nya berupa keterangan dan petunjuk. Maka ilmu yang di dalamnya
terkandung pujian dan sanjungan adalah ilmu wahyu atau ilmu yang diturunkan Allah Swt.
Dalam hali ini, Nabi Saw. Bersabda:

”Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, hanyalah yang mereka
wariskan adalah ilmu, maka barangsiapa yang telah mengambil ilmu maka dia telah
mengambil kebaikan yang banyak.” (HR. Ibnu Majah)

Satu hal yang sudah kita ketahui bahwa yang diwariskan oleh para Nabi hanyalah ilmu
tentang syariat Allah Swt. dan bukan yang lainnya. Maka para Nabi tidaklah mewariskan ilmu
teknologi kepada manusia atau yang berkaitan dengannya.

B. Kedudukan Ilmu dalam Hadis


Berbicara mengenai ilmu dalam perspektif Islam, berbeda dengan syariat lain atau undang-
undang dan peraturan buatan manusia. Islam sangat memperhatikan, menghormati dan
menjunjung tinggi martabat ilmu dan orang yang memiliki ilmu, sebagaimana firman Allah di
berbagai ayat dalam al Qur’an. Salah satunya bunyi ayat surat al-Mujadalah :11 di bawah ini:

“ Niscaya Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”

Melalui ayat ini, dapat dikemukakan bahwa dalam ajaran Islam, pengertian ilmu bukan hanya
didasarkan pada jumlah ilmu yang dipelajarinya. Karena pentingnya ilmu pengetahuan, sering
dianggap sebagai cabang kebenaran, tetapi aspek terpenting dari kebenaran ilmiah ini tidaklah
bersifat tertinggi dan final, namun demikian berubah secara berkesinambungan.
keutamaan yang besar bagi penuntut ilmu, di mana Rasulullah Saw mendo’akannya dengan
kemuliaan dan kecerdasan karena apa yang dia lakukan dari mempelajari ilmu, menghapal
hadis, mengajarkannya dan menyampaikannya kepada yang lainnya, dan dia tetap akan diberi
pahala terhadap apa yang disampaikan walaupun terluput atasnya sebagian makna-makna
riwayat yang dia sampaikan, karena dia telah menjaganya dan menyampaikannya dengan
jujur.

“Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari
tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang
mendo’akannya.” (HR. Muslim)

C. Sumber Ilmu Pengetahuan dalam Islam


a sumber pengetahuan dalam Islam adalah Al-Quran dan hadis. Karena bagi kaum Muslim
Al-Quran dan hadis merupakan wahyu dari Allah (Al-Quran adalah wahyu yang tertulis,
sedangkan hadis adalah wahyu yang tidak tertulis). Berkaitan dengan hal ini Nabi Saw.
bersabda:
“Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang
kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR. Hakim dan Baihaqi)”

Al-Quran dan hadis merupakan pedoman sekaligus kerangka segala kegiatan intelektual.
Keduanya membimbing kegiatan manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Prinsip
menjadikan Al-Quran dan sunnah sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang
sebagai kebenaran keyakinan semata. Lebih jauh kebenaran itu juga sejalan dengan kebenaran
yang dapat diterima oleh akal yang sehat dan bukti sejarah.
D. Kewajiban Menuntut Ilmu
Keutamaan manusia dari makhluk Allah yang lainnya adalah terletak pada ilmu yang
dimilikinya. Allah bahkan menyuruh para malaikat agar sujud kepada Nabi Adam a.s. karena
kelebihan ilmu yang dimilikinya. kalau kita perhatikan secara seksama mengenai keutamaan
ilmu dalam kehidupan sehari-hari sudah barang tentu memiliki manfaat yang sangat banyak
sekali.
ilmu merupakan suatu kewajiban bagi setiap Muslim baik laki-laki maupun perempuan.
Berikut ini ada beberapa hadis yang berhubungan dengan menuntut ilmu seperti yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abdik Bar, dalam hal ini Rasulullah Saw. Bersabda:

“Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib
bagi setiap muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka kepada
para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut.”

Hadis di atas menunjukkan bahwa menuntut ilmu itu wajib dan para malaikat turut
bergembira. Untuk itu, Islam sangat memperhatikan pendidikan untuk mencari ilmu
pengetahuan karena dengan ilmu pengetahuan manusia bisa berkarya dan berprestasi serta
dengan ilmu, ibadah seseorang menjadi sempurna. Begitu pentingnya ilmu, Rasulullah Saw.
mewajibkan umatnya agar menuntut ilmu, baik laki-laki maupun perempuan.
Kewajiban menuntut ilmu atau belajar tidak hanya terbatas pada pendidikan formal seperti
sekolah-sekolah, madrasah-madrasah, dan lembaga-lembaga formalnya. Kewajiban menuntut
ilmu dalam ajaran agama Islam tidak mengenal batas waktu, akan tetapi sepanjang hidup
manusia, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

“Tuntutlah ilmu itu dari sejak buaian (sejak lahir) sampai ke liang lahad (mati).” (Al-Hadis)

E. Tatacara dan Adab Menuntut Ilmu dalam Hadis

Adapun tatacara memperoleh ilmu adalah sebagai berikut:


1. Ilmu hanya diperoleh dengan belajar.
2. Peserta didik boleh iri kepada kepada orang lain yang memiliki ilmu pengetahuan
yang luas.

Ilmu sebagai suatu pengetahuan, yang diperoleh melalui cara-cara tertentu. Karena menuntut
ilmu dinyatakan wajib, maka kaum muslimin menjalankannya sebagai suatu ibadah, seperti
kita menjalankan sholat, puasa. Maka orang pun mencari keutamaan ilmu.

F. Tujuan Pendidikan dalam Dimensi Hadis


Adapun tujuan pendidikan yang diharapkan dalam Islam secara umum adalah agar peserta
didik menjadi hamba Allah yang shaleh, menjadi pemimpin yang bertanggungjawab, menjadi
manusia sempurna (insan kamil), dan memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Dengan
demikian, tujuan tertinggi pendidikan dalam Islam adalah menjadi insan kamil.
Lebih lanjut, Arifin mengatakan bahwa dalam diri manusia terdapat beberapa komponen
psikologi dalam fitrah, yaitu:
1. Kemampuan dasar untuk beragama (al-din al-qayyimat)
2. Bakat (mawahib) dan tendensi atau kecenderungan (qabliyyat)
3. Naluri dan kewahyuan (revilasi)
4. Kemampuan dasar untuk beragama secara umum, tidak hanya terbatas pada Islam
5. Dalam fitrah terdapat komponen psikologos apapun, karena fitrah dapat diartikan
sebagai kondisi jiwa yang suci, bersih reseptif, terbuka pengaruh eksternal, termasuk
Pendidikan.

”MOTIVASI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DALAM PERSPEKTIF HADIS


NABI”

A. Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Menuntut ilmu merupakan perintah agama. Bahkan agama itu sendiri adalah ilmu
pengetahuan. Mustahil orang yang beragama tidak berpengetahuan, tapi orang yang
berpengetahuan masih mungkin tidak beragama, oleh karena itu tidak ada satu agama pun di
dunia ini yang tidak menganjurkan pemeluknya untuk berpengetahuan. Termasuk Islam
sangat menganjurkan bagi para pemeluknya untuk mencari dan menggali serta
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Demikian pula hadis-hadis Nabi SAW. sebagai sumber kedua Islam memberikan banyak
informasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Ada beberapa hadis yang dianggap
refresentasi dari banyak hadis tentang pengembangan ilmu pengetahuan. Akan lebih baik
rasanya apabila hadis-hadis ini diklasifikasi sebagai berikut:

a. Hadis yang menerangkan kedudukan hukum menuntut ilmu.


“Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah menceritakan
kepada kami Hafsh bin Sulaiman berkata, telah menceritakan kepada kami Katsir bin
Syinzhir dari Muhammad bin Sirin dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap
muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada pada ahlinya, seperti seorang
yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher babi.”

Para ulama memberikan pemahaman beragam terhadap perkataan “ilmu” dalam


hadis. Berikut pendapat beberapa ulama yang dinukil dari beberapa kitab:
1. Al-Baihaqi mengatakan ilmu yang dimaksud dalam hadis di atas adalah semua
ilmu yang dengan ilmu itu orang dewasa tidak bertindak dalam ketidaktahuan.
Atau ilmu yang wajib bagi setiap muslim yang dianggap cukup sesuai dengan
kewajibannya itu sendiri.
2. Ibn Mubarak mengatakan ilmu yang dimaksud dalam hadis adalah ilmu agama
yang wajib diketahui oleh seseorang, sehingga dia mengetahui apabila ilmu itu
ditanyakan kepadanya.
3. Al-Baidhawi mengatakan ilmu yang dimaksud dalam hadis adalah ilmu
ketuhanan dan kenabian serta peribadahan, semua itu bersifat fardu „ain.
4. Al-Tsauri mengatakan bahwa ilmu yang dimaksud dalam hadis adalah semua
ilmu yang menghilangkan kebodohan/ketidaktahuan seseorang.
b. Hadis yang menerangkan balasan bagi penuntut ilmu
Rasulullah juga menghubungkan antara jalan mencari ilmu dengan jalan menuju
surga. Dalam beberapa hadis nabi dijelaskan keterangan tentang itu, diantaranya
adalah hadis berikut:

“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At Tamimi dan Abu Bakr bin
Abu Syaibah dan Muhammad bin Al 'Ala Al Hamdani -dan lafadh ini milik Yahya-
dia berkata; telah mengabarkan kepada kami, dan berkata yang lainnya, telah
menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu
Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda:
'Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah
akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi
kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan
memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang
muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu
menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim.
Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan
jalan ke surga baginya. Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid
(rumah Allah) untuk membaca Al Qur'an, melainkan mereka akan diliputi
ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-
nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. Barang siapa yang
ketinggalan amalnya, maka nasabnya tidak juga meninggikannya.”

Apabila diklasifikasikan uraian kandungan hadis tersebut, maka akan memberikan


beberapa makna yaitu:
1. Ilmu merupakan jalan kesurga. Hal ini tercapai bila seorang penuntut ilmu ikhlas
dan mengharapkan keridhoan Allah dalam menuntut ilmu. Dengan ilmu tersebut
Allah menunjukkan jalan yang dekat dan mudah untuk menuju surga. Siapa yang
telah menuntut ilmu dengan lurus, maka ia akan sampai kepada Allah dan ke
surga. Itu semua disebabkan oleh ilmu yang bermanfaat dan amal salih.
2. Malaikat meletakkan sayap-sayapnya kepada penuntut ilmu. Ini karena
kemuliaan dan tingginya kedudukan ilmu dan penuntut ilmu sendiri.
c. Hadis keutamaan mengembangkan ilmu pengetahuan
Rasul juga menjadikan sama antara keluarnya seseorang menuntut ilmu dengan
keluarnya seseorang ke medan perang untuk berjihad di jalan Allah. Dalam sebuah
hadis dijelaskan sebagai berikut:

“Telah bercerita kepada kami Nahsr bin Ali dia berkata, telah bercerita kepada kami
Khalid bin Yazid Al Ataki dari Abu Ja'far Ar Razi dari Ar Rabi' bin Anas dari Anas
bin Malik dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa keluar dalam rangka menuntut ilmu maka dia berada di jalan Allah
sampai dia kembali.” Abu Isa berkata hadis ini hasan gharib, sebagian perawi telah
meriwayatkannya namun tidak merafa'kannya.”
Beberapa hadis tersebut, memberikan informasi kepada umat Islam, bahwa betapa
agama Islam sangat peduli terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Islam tidak
menginginkan umatnya dalam kebodohan, yang akhirnya tidak memiliki peradaban.

B. Urgensi Ilmu Pengetahuan


Ilmu merupakan alat penting untuk membangun sebuah peradaban. Tidak akan muncul
sebuah peradaban yang maju tanpa ilmu yang tinggi. Kebodohan tidak akan menjadikan
peradaban maju, malah sebaliknya kebodohan hanya akan menjadi lahan yang subur bagi
kelemahan dan kerusakan. Sehingga posisi ilmu dalam Islam merupakan nikmat yang tinggi
diberikan Allah kepada hambanya. Ilmu menghidupkan hati dari kejahilan, ilmu menjadi
lampu penerang dalam kegelapan. Dengan ilmu seseorang mampu mencapai derajat yang
tinggi dan mulia baik di dunia maupun di akhirat.
Itulah sebabnya mengapa ajaran Islam menempatkan penguasaan ilmu pengetahuan sebagai
instrumen untuk meraih keunggulan hidup (the supremacy of life). Ilmu pengetahuan sebagai
mediator untuk menuju keunggulan dua kehidupan sekaligus, yaitu kehidupan dunia dan
kehidupan akhirat (the life of here-after). Bagi Islam, semua usaha di dunia ini memiliki efek
kumulatif. Artinya apabila suatu usaha untuk menuntaskan kepentingan dunia juga memiliki
akses pada kehidupan sesudah mati.

C. Iman, Ilmu dan Amal


Iman merupakan pondasi dari keilmuan dan amal seseorang. Apabila keimanan kuat, maka
ilmu dan amal akan terjaga dan tertata. Tidak akan melenceng keilmuan apabila didasari
dengan keimanan yang kokoh. Ilmu pengetahuan yang Islami selalu berusaha untuk
memberikan manfaat kepada seluruh umat manusia. Ia tidak didukung oleh kepentingan
“menjaga rahasia” atau menyembunyikan satu penemuan – dengan alasan yang pragmatis –
dari orang lain.
Demikian pula ilmu tanpa pengamalan, dianggap sia-sia saja. Sebab tuntutan dari keilmuan
adalah pengamalan. Sangat tidak pantas seseorang berilmu tapi tidak mengamalkan ilmunya.

“ARTIKULASI KESETARAAN JENDER DALAM PENDIDIKAN”


(Persfektif Islam)

A. Pengertian gender
jender didefinisikan sebagai interpretasi mental dan kultural terhadap perbedaan kelamin,
yakni laki-laki dan perempuan. Jender juga biasa didefinisikan sebagai konsep pembagian
kerja yang dianggap tepat bagi laki- laki dan perempuan sesuai situasi, dan kondisi budaya.6
Shubungan dengan hal tersebut, jender bisa juga dirumuskan sebagai suatu konsep yang
mengacu pada peran-peran dan tanggung)awab laki-laki dan perempuan sebagai hasil
konstruksi sosial yang dapat diubah sesuai dengan perubahan zaman.

Jender adalah sifat dan peran laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh pandangan dan
budaya yang berkembang dalam masyarakat.8 Sebagai contoh; laki- laki umumnya
mempunyai sifat kuat, berani, agresif, pemimpin, pintar, maskulin. Sedangkan perempuan
umumnya mempunyai sifat yang lemah lembuat, cengeng, rajin, penurut, pemalu, feminin.
Sifat dan peran tersebut dapat dipertukarkan antara satu dengan lainnya, tergantung dari
situasi dan kondisi yang dialami oleh kedua jenis insan tersebut.

B. Landasan Normatif
Di dalam ayat-ayat al-Qur’an maupun Sunnah Nabi yang merupakan sumber utama ajaran
Islam, terkandung nilai-nilai universal yang menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia dulu,
kini, dan akan datang. Nilai-nilai tersebut antara lain nilai kemanusiaan, keadilan, kesetaraan,
kemerdekaan, dan sebagainya. Berkaitan dengan nilai kesetaraan dan keadilan, Islam tidak
pernah mentolerir adanya perbedaan atau perlakuan diskriminasi di antara umat manusia. Hal
ini ditegaskan dalam firman-Nya dalam Q.S. al-Hujurat/49:13)
Alquran yang merupakan rujukan utama dan pertama ajaran Islam juga menjelaskan dalam
Q.S. Al-Nisa’/4:1 bahwa asal muasal manusia, baik laki-laki maupun perempuan tidaklah
berbeda, yakni dari nafs yang satu (min nafs wahidah).
Selain ayat tersebut juga dapat dilihat pada QS. al-Nisa’ (4): 11-12, 34 yang membahas
tentang kewarisan dan beberapa peraturan dalam kehidupan rumah tangga suami istri. Ayat
lain juga terdapat pada QS. al-Nahl (16): 97 membahas tentang amal saleh laki-laki dan
perempuan, QS. al-Baqarah (2): 282 tentang kesaksian, QS. al-Hajj (22): 30 tentang
kedudukan manusia (terhormat), dan QS. al-Hujurat (49): 13 tentang penciptaan manusia.

C. Petunjuk Nabi Saw. tentang Kesetaraan Jender


1. Penciptaan Perempuan dari Tulang Rusuk yang Bengkok
perempuan pertama yakni Hawa diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, tetapi
perempuan sesudah Hawa bukan lagi bahannya dari tulang rusuk yang bengkok,
melainkan sama bahannya penciptaan kaum laki-laki, dan berproses yang sama pula,
yang kemudian sama-sama lahir dari seorang ibu, dan mereka memiliki kedudukan
sama dengan kaum laki-laki.23 Hanya saja, dalam aspek-aspek tertentu memang ada
pembedaan, terutama dari sifat dan karakter.
2. Kekurangan Perempuan
Kekurangan "agama" terjadi pada diri perempuan karena memang hanya
perempunlah yang menjalani masa menstruasi, sementara laki-laki tidak menjalani
siklus menstruasi, karena itu ia tidak boleh meninggalkan ibadahibadah wajib tanpa
alasan lain yang dapat dibenarkan.
3. Perempuan bisa menjadi imam shalat
kaum perempuan bisa menjadi imam shalat asalkan di lingkungan keluarganya, di
rumah tangganya dan anak-anaknya yang menjadi makmumnya.
4. Kepemimpinan Kaum Perempuan
Berdasarkan berbagai pendapat ulama, ternyata perempuan dapat saja menjadi
pemimpin, termasuk menjadi kepala negara, dan kepala rumah tangga di lingkungan
keluarganya. Dengan demikian, potensi untuk menjadi pemimpin, sebenarnya
dipunyai juga oleh kaum perempuan. Bahkan, bila kaum perempuan mempunyai
kemampuan leadership dalam skala yang lebih besar dan mampu mengungguli kaum
laki-laki apa salahnya bila mereka (kaum perempuan) diangkat menjadi pemimpin.
5. Perempuan mitra laki-laki
kaum perempuan adalah mitra lakilaki dalam segala hal, dan kedua jenis kelamin ini
saling mendukung dalam memainkan perannya masing-masing.

D. Hubungan Kesetaraan Jender dan Pendidikan dalam Pandangan Islam


Dalam Islam, Allah mewajibkan hambanya untuk memperoleh pendidikan yang tinggi, tidak
ada perbedaan laki-laki dan perempuan dalam memperoleh pendidikan. Antara laki-laki dan
perempuan keduanya mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk menjadi hamba yang
ideal. Islam mengamanahkan manusia untuk memperhatikan konsep keseimbangan,
keserasian, keselarasan, keutuhan, baik sesama umat manusia maupun dengan lingkungan
alamnya.

Dalam sejarah awal Islam, peranan perempuan begitu menonjol ketiak Aisyah RA. dan
Hafsah RA. misalnya terlibat dalam proses pewahyuan yang menyipan lembaran-lembaran
mushaf al-Qur’an dan catatan hadis Nabi Saw. Kepercayaan yang diberikan terhadap
perempuan, tentu didasarkan atas kemanpuan perempuan yang sama dengan kaum laki-laki
dalam segala bidang termasuk dalam persoalan yang berkaitan dengan agama.

Anda mungkin juga menyukai