NO KOMPONEN DESKRIPSI
1 Identifikasi Masalah ( berbasisi masalah 1. Siswa mampu menganalisis definisi akhlak dalam Islam
yang ditemukan dilapangan ) dan pembagian akhlak
2. Siswa mampu menganalisis ilmu akhlak dan bentuk-
bentukperbuatan manusia
3. Siswa mampu menganalisis faedah (manfaat)
mempelajariilmu akhlak dalam kehidupan sehari- hari
2 Penyebab Masalah (dianalisis apa yang 1. Definisi Akhlak
menjadi akar masalah yang menjadi 2. Pembagian Akhlak
pilihan masalah)
3. Dalil-dalil Akhlak menurut Islam
1. Deskripsi Singkat
Materi ajar ini disusun atas dasar dari hasil analisis materi ajar yang
sebelumnya sudah dibaca dan dipelajari oleh penulis dan penulis menemukan
masalah – masalah sebagai berikut :
a. Materi yang sering mengalami miskonsepsi terutama pada siswa yaitu
Akhlak Islam.
2. Terdapat materi yang sulit dipahami tentang Akhlak Islam
3. Relevansi
c. Mempraktikkan contoh Hakikat Akhlak Islam dan posisi Akhlak dalam ajaran Islam.
d. Adapun materi yang dibahas atau terdapat didalam modul ini digambarkan
melalui peta konsep dibawah ini
DEFENISI
AKHLAK
SECARA
UMUM ISTILAH
Ikutilah petunjuk – petunjuk dibawah ini agar bisa memperoleh dan bisa
memiliki kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran kegiatan belajar
pada materi ajar PAI BP ini..Petunjuk – petunjuk belajar tersebut antara lain :
a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini sampai anda paham betul
tentang apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari materi pada kegiatan
belajar ini.
b. Bacalah sekilas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan
catatlah kata – kata sulit yang anda temukan didalam modul. Pelajarilah
kata-kata tersebut dan mencari pengertiannya pada kamus anda.
c. Jika belum menguasai materi sesuai yang diharapkan, bacalah kembali
modul untuk meningkatkan pemahaman anda.
d. Selesaikan permasalahan pada forum diskusi serta analisislah berbagai
kasus yang ada pada modul dengan materi ada didalamnya
KEGIATAN INTI
1. Capaian Pembelajaran
3. Uraian Materi
Secara etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab, jama’ dari
bentuk mufradnya khuluqun ( ) خلقyang berarti: budi pekerti, perangai, tingkah
laku,karakter atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian
dengan perkataan”Khalkun”( ) خلقyang berarti kejadian, serta erat hubungannya
dengan “Khaliq” ( ) خالقyang berarti pencipta dan “Makhluk” ( ) مخلوقyang berarti diciptakan.
Tahukah kamu apa itu Akhlak ?
Apa Yg Km Lakuka Agar Kamu Dikatakan Ber Akhlak?
1. Definisi Akhlak
a. Definisi Akhlak Secara Umum
Pendidikan akhlak adalah bagian integral dari pendidikan agama. Akhlakmemiliki peran yang amat penting dalam
kehidupan umat manusia. Akhlak menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai
dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran akhlak bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-
nilai akhlak dalam kehidupansetiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik
pendidikan di lingkungan keluarga, madrasah maupun masyarakat.Pendidikan akhlak dimaksudkan untuk peningkatan
potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari
pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai
keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan.
AYO MENGAMATI
A B
1. Apa yang kamu lihat pada gambar tersebut A dan B
2. Bagaimana cara agar manusia bisa memperoleh akhlak yang baik sesuai ajaran Islam?
Menurut ajaran Islam, penerapan akhlak yang baik berlaku terhadap siapa pun. Dalam situasi perang, misalnya,
pasukan Muslim dilarang untuk bertindak semena-mena kepada tawanan, apalagi penduduk sipil yang tak
bersenjata. Sikap yang adil justru akan menguntungkan posisi umat agama ini, minimal dalam pandangan sejarah.
Sebuah kisah yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW membuktikan hal itu. Pada tahun keenam hijriah,
Rasulullah SAW bermaksud memperluas pengaruh Islam ke berbagai wilayah di luar Madinah dan Makkah. Untuk
itu, beliau memerintahkan sejumlah sahabatnya untuk menulis surat yang ditujukan kepada raja-raja, baik Arab
maupun non-Arab. Isinya adalah imbauan agar mereka memeluk Islam.
Salah seorang pemimpin yang dikirimi surat tersebut ialah Tsumamah bin Utsal. Petinggi Bani Hanifah itu dikenal
luas memiliki karakter keras kepala. Apa pun yang menjadi perintahnya harus diikuti seluruh rakyatnya. Sikapnya
sejalan dengan kerja kerasnya dalam memakmurkan negeri.
Terbukti, kaum Hanifah cenderung hidup lebih makmur dibandingkan penduduk kota-kota tetangga. Bahkan,
denyut perekonomian di Hijaz bisa dikatakan bergantung pada distribusi komoditas dari sana.
Akhirnya, Tsumamah menerima surat kiriman Rasulullah SAW. Dengan cepat surat tersebut dirobeknya. Ia lalu
mengancam akan menyerbu Madinah dan membunuh beliau shalallahu ‘alaihi wasallam.
Suatu ketika, Tsumamah bermaksud melaksanakan umrah ke Makkah sesuai dengan adat jahiliyah. Tak disangka,
rombongannya dicegat sepasukan patroli kaum Muslimin di sekitar perbatasan Madinah. Begitu tahu ada gembong
Bani Hanifah di antara kafilah tersebut, Muslimin pun menangkapnya.
Sesampainya di Madinah, Tsumamah diikat pada tiang di depan masjid. Rasulullah SAW kemudian menemuinya.
Sebagai tawanan, nasib raja Kaum Hanifah itu sesungguhnya di ujung tanduk. Bisa saja Rasul SAW memerintahkan
orang-orang untuk membunuhnya.
Ternyata, beliau memperlakukannya dengan baik. Para sahabat diperintahkannya untuk tidak menyakiti Tsumamah.
“Sediakan makanan dan susu. Kirimkan kepada Tsumamah bin Utsal yang sedang ditahan di depan masjid!” kata
Rasulullah.
Karena keputusan Nabi SAW itu, Tsumamah mendapatkan berbagai fasilitas yang bagus untuk seorang berstatus
tawanan. Malahan, kaum Muslimin memberikan kepadanya kurma dan susu dengan kualitas bagus, seperti yang
biasa dimakannya di kota asalnya. Bedanya, kini ia mengonsumsi itu semua dengan tangan terikat. Seorang sahabat
Nabi SAW menyuapinya setiap tiba waktunya makan.
Selama beberapa hari, Tsumamah dikurung di depan masjid. Saat waktu luang, ia memperhatikan bagaimana
keadaan penduduk Madinah di bawah kepemimpinan Rasulullah SAW. Lima kali sehari, seruan datang dari masjid.
Lama kelamaan ia menyadari, itulah tanda Muhammad SAW dan para pengikutnya melaksanakan ibadah.
Dari arah masjid, suara beliau shalallahu ‘alaihi wasallam yang sedang menggelar majelis ilmu pun terdengar
olehnya. Secara tak langsung, penguasa yang berhati keras itu mulai memahami sedikit tentang Islam.
Suatu pagi, Rasulullah SAW menemui Tsumamah. “Apa kabar, hai Tsumamah?” sapa beliau dengan ramah.
“Jika engkau membunuhku, berarti engkau membunuh orang yang pasti akan dituntut bela kematiannya oleh
kaumnya. Jika engkau mengampuniku, engkau mengampuni orang yang tahu terima kasih. Jika engkau minta
tebusan, mintalah! Kuberi berapa pun yang engkau mau!” kata pemimpin Bani Hanifah itu lagi.
Mendengar perkataan Tsumamah, Nabi SAW hanya tersenyum dan berlalu meninggalkannya.
Keesokan harinya, Rasulullah SAW kembali mendatangi Tsumamah. “Apa kabar, wahai Tsumamah?” sapa
Rasulullah.
“Tidak ada kabar selain seperti yang sudah kusampaikan kemarin. Jika engkau membunuhku, berarti engkau
membunuh orang yang pasti akan dituntut bela kematiannya. Jika engkau mengampuniku, engkau mengampuni
orang yang tahu terimah kasih. Jika engkau minta tebusan, mintalah!”
Hari berikutnya, Nabi SAW kembali menemui Tsumamah dan berbicara kepadanya, “Apa kabar, wahai
Tsumamah?”
“Baik, ya Rasulullah!” jawab Tsumamah. Orang musyrik itu pun menyampaikan persis seperti dua hari lalu.
Kali ini, Nabi SAW tidak meninggalkannya begitu saja. Beliau menyuruh beberapa sahabatnya untuk membebaskan
Tsumamah. “Lepaskan tali yang mengikat tangan Tsumamah. Biarkan ia pergi ke manapun ia suka!”
Tsumamah terkejut dan terheran-heran. Mengapa dirinya dibebaskan begitu saja tanpa dimintai tebusan?
Rasul SAW kemudian memberinya seekor kuda yang kekar dan perbekalan secukupnya. Tsumamah dipersilakan
menggunakannya untuk kembali kepada kaumnya.
Setelah mengucapkan terima kasih, ia pun melenggang pergi ke luar Madinah. Namun, belum sampai di kampung
halamannya, Tsumamah kemudian berbalik arah. Ia bergegas kembali, menemui Rasul SAW.
Di depan masjid, ia berseru lantang, “Asyhaduan la ilaha illallah. Wa asyhadu anna Muhammad rasulullah!”
Saat Rasulullah mendatanginya, Tsumamah berkata, “Demi Allah, dulu tidak ada orang yang paling kubenci selain
engkau. Sekarang, tidak ada orang yang paling kucintai selain dirimu. Demi Allah, tak ada agama yang paling
kubenci selama ini selain agamamu. Namun kini, agamamu yang paling kucintai!”
Nabi SAW dan Muslimin menyambut gembira keislaman Tsumamah. Beberapa hari kemudian, raja Bani Hanifah
itu meneruskan perjalanan umrah yang sempat tertunda.
Di Makkah, betapa kagetnya penduduk Quraisy karena Tsumamah beribadah dengan tata cara Islam. Ia pun sempat
diancam oleh mereka.
Begitu kembali ke negerinya, Tsumamah memutuskan untuk memboikot distribusi pangan ke Makkah. Boikot
ekonomi yang dilancarkannya membawa akibat fatal bagi kaum Quraisy.
Mereka menderita kesusahan, bahkan bahaya kelaparan mengancam. Karena itu, petingginya segera menulis surat
kepada Rasulullah SAW, memohon agar Tsumamah menghentikan boikot tersebut.
Nabi SAW berhati lembut. Beliau mengirim surat kepada pemimpin Hanifah itu agar menyetop embargo. Peristiwa
ini menjadi salah satu faktor kemudahan Islam dalam membebaskan Kota Makkah pada tahun delapan hijriah.
AYO BERDISKUSI
Jadi, berdasarkan sudut pandang kebahasaan defenisi akhlak dalam pengertian sehari-hari disamakan
dengan ―budi pekerti‖, kesusilaan, sopan santun, tata karma dan karakter (versi bahasa Indonesia) sedang
dalam Bahasa Inggrisnya disamakan dengan istilah moral atau etic. Begitupun dalam bahasa Yunani
istilah ―akhlak‖ dipergunakan istilah ethos atau ethikos atau etika (tanpa memakai huruf H) yang
mengandung arti
―Etika adalah bahasa indonesia untuk menakai akal budi dan daya pikirnya dalam memecahkan masalah
bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik‖. Dan etika itu adalah sebuah ilmu bukan sebuah
ajaran.
Dalam sebuah kitab yang ditulis oleh Abd. Hamid Yunus dinyatakan:
األخالق هي صفات النسان الدابية
Memahami ungkapan tersebut bisa dimengerti sifat/potensi yang dibawa setiap manusia sejak
lahir: artinya, potensi tersebut sangat tergantung dari cara pembinaan, latihan/pembiasaan dan
pembentukannya. Apabila pengaruhnya positif, outputnya adalah akhlak mulia; sebaiknya apabila
pembinaaannya negatif, yang terbentuk adalah akhlak mazmumah (tercela) pengaruh lingkungan
keluarga, masyarakat dan situasi negara sangat mempengruhi akhlah seseorang sebagai individu dan
warga negara, karena secara potensial dan aktual Allah telah membentangkan jalan yang benar dan jalan
yang salah.
Firman Allah dalam QS. Al-Syam [91]: 8 Artinya: “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaannya”.
Berikut ini dikemukakan definisi akhlak menurut beberapa pakar sebagai berikut:
a. Ibn Miskawaih
b. Imam Al-Ghazali
راسخة عنها تصدر األفعال بسهولة ويسر من غري6 النفس6 ىف6اخ لق عبارةعن هيئة
c. Ahmad Amin
عرفب'عضهم اخللق ابنه عادة اإلرادة يعىن أن اإلرادة إذا اعتادت شيئا فعائدهتا هي' املسماة
ابخ لق
“Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan
(karakter). Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak”.
Menurut Ahmad Amin, kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah
bimbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya.
Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari dua kekuatan
itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan yang besar inilah yang bernama akhlak.
Akhlak darmawan umpamanya, semula timbul dari keinginan berderma atau tidak. Dari
kebimbangan ini tentu pada akhirnya timbul, umpamanya, ketentuan memberi derma. Ketentuan ini
adalah kehendak, dan kendak ini bila dibiasakan akan menjadi akhlak, yaitu akhlak dermawan.
Betapapun semua definisi akhlak diatas berbeda kata-katanya, tetapi sebenarnya tidak berjauhan
maksudnya, bahkan artinya berdekatan satu dengan yang lain. Sehingga Prof. K.H. Farid Ma‘ruf
membuat kesimpulan tentang definisi akhlak ini sebagai berikut: ―Kehendak jiwa manusia yang
menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran
terlebih dahulu‖.
Dalam pengertian yang hampir sama dengan kesimpulan di atas, M. Abdullah Darroz,
mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
“Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan
kehendak yang berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang
benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pilihan yang jahat (dalam hal akhlak
yang jahat)”.
Menurut Ahmad Amin, kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah
bimbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya.
Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari dua kekuatan
itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan yang besar inilah yang bernama akhlak.
Akhlak darmawan umpamanya, semula timbul dari keinginan berderma atau tidak. Dari
kebimbangan ini tentu pada akhirnya timbul, umpamanya, ketentuan memberi derma. Ketentuan ini
adalah kehendak, dan kendak ini bila dibiasakan akan menjadi akhlak, yaitu akhlak dermawan.
Betapapun semua definisi akhlak diatas berbeda kata-katanya, tetapi sebenarnya tidak berjauhan
maksudnya, bahkan artinya berdekatan satu dengan yang lain. Sehingga Prof. K.H. Farid Ma‘ruf
membuat kesimpulan tentang definisi akhlak ini sebagai berikut: ―Kehendak jiwa manusia yang
menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran
terlebih dahulu‖.
Dalam pengertian yang hampir sama dengan kesimpulan di atas, M. Abdullah Darroz,
mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
“Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan
kehendak yang berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang
benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pilihan yang jahat (dalam hal akhlak
yang jahat)”.
Selanjutnya menurut Abdullah Darroz, berpendapat bahwa; perbuatan- perbuatan manusia dapat
dianggap sebagai menifestasi dari akhlaknya, apabila memenuhi dua syarat, yaitu:
Pembagian akhlak yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah menurut sudut pandang Islam,
baik dari segi sifat maupun dari segi objeknya. Dari segi sifatnya, akhlak dikelompokkan menjadi dua,
yaitu pertama, akhlak yang baik, atau disebut juga akhlak mahmudah (terpuji) atau akhlak al-karimah;
dan kedua, akhlak yang buruk atau akhlak madzmumah.
a. Akhlak Mahmudah (Terpuji)
Akhlak mahmudah (Karimah) adalah tingkah laku terpuji yangmerupakan tanda keimanan seseorang
3. Ilmu Akhlak
Ilmu akhlak ialah ilmu untuk menetapkan segala perbuatan manusia. Baik atau buruknya, benar
atau salahnya, sah atau batal, semua itu ditetapkan dengan mempergunakan ilmu akhlak sebagai
petunjuknya. Ahmad Amin lebih mempertegas lagi dalam kitabnya Al-Akhlak dengan menyatakan:
اية6 بعضهم بعضا ويشر احلغ6 ولاشر ويبني معاملة الناس6علم يوضح معىن اخلري
Artinya: “Ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, dan menerangkan apa yang
harus diperbuat oleh sebagian manusia terhdapap sesamanya dan menjelaskan
tujuan yang hendak dicapai oleh manusia dan perbuatan mereka dan
menunjukkan yang lurus yang harus diperbuat”.
Jadi, menurut definisi tersebut ilmu akhlak itu mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Menjelaskan pengertian baik dan buruk,
Model ini seperti halnya degup jantung, denyut urat nadi dan sebagainya.
Perbuatan-perbuatan reflex actions dan automatic actions adalah
perbuatan diluar kemampuan seseorang, sehingga tidak termasuk
perbatan akhlak.
Mengapa ketika melihat orang lain yang lagi mengalami kesulitan kita harus
membantunya?
2. AKHLAK adalah ?
Kadan Pernah
Kesimpulan
Quantum Media.