Anda di halaman 1dari 22

AKHLAK DALAM PANDANGAN ISLAM

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah


Pendidikan Agama

DOSEN
H. Usep Sopiyudin, M.Ag

Disusun:

Imam Nawawi 194260031


Wili Hardiansyah 194060030

Tingkat I Semester I, Kelompok 7

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK INFORMATIKA


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN
KOMPUTER JAWA BARAT
2019
Kata Pengantar

Puji dan syukur Tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas
Rahmat-Nya yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul “Akhlak dalam Pandangan Islam” yang merupakan salah satu tugas
Mata Kuliah Pendidikan Agama.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan masih terdapat beberapa
kekurangan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya pengetahuan dan wawasan yang
penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang, karena manusia
yang mau maju adalah orang yang mau menerima kritikan dan belajar dari suatu
kesalahan.
Akhir kata dengan penuh harapan penulis berharap semoga makalah yang
berjudul “Akhlak dalam Pandangan Islam” mendapat ridho dari Allah SWT, dan
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amiin....

Bandung, Oktober 2019

Tim Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii

BAB I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II Tinjaun Teori 3


2.1 Pengertian Akhlak 3
2.2 Fungsi dan Peranan Akhlak 4
2.3 Pembagian Akhlak 7
2.4 Metode Peningkatan Akhlak 14

BAB III Penutup 18


3.1 Kesimpulan 18
3.2 Saran 18

Daftar Pustaka 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah akhlak adalah merupakan suatu masalah yang sangat mendasar
bagi setiap pribadi muslim dalam kehidupan sehari-hari yang mampu mewarnai
segala sikap dan perilakunya baik ketika berhubungan dengan manusia maupun
ketika berhubungan dengan alam sekitar, terlebih lagi dalam berhubungan dengan
Allah SWT. menuju keselamatan dunia dan akhirat.
Manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki sifat dan tingkah laku yang
kadang kala dapat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi. Maka sangat dibutuhkan
adanya kepribadian, sehingga ia akan selalu berada dalam rel kebenaran walaupun
dalam situasi dan kondisi yang bagaimana pun juga, baik yang datang dari dirinya
maupun dari luar. Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat
yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan
bangsa, sebab jatuh bangunnya, jaya hancurnya, sejahtera rusaknya satu bangsa dan
masyarakat adalah bergantung kepada bagaimana akhlaknya, akan tetapi apabila
akhlaknya buruk (tidak berakhlak) rusaklah lahir dan batinnya.
Pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian muslim berfungsi
sebagai pengisi nilai-nilai keislaman. Dengan adanya cermin dari nilai yang
dimaksud dalam sikap dan perilaku seseorang maka tampillah kepribadiannya
sebagai muslim. Materi akhlak merupakan bagian dari nilai-nilai yang harus
dipelajari dan dilaksanakan, hingga terbentuk kecendrungan sikap yang menjadi
ciri kepribadian Muslim.
Berangkat dari pemahaman bahwa Islam merupakan sumber utama dalam
membentuk pribadi muslim yang baik, membentuk manusia yang percaya dan
takwa kepada Allah Swt., menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam
kehidupan sehari-sehari, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan
bermasyarakat, dan memperkuat kepribadian.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah pada Makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Akhlak?
2. Apa saja Fungsi dan Peranan Akhlak?
3. Sebutkan dan Jelaskan Pembagian Akhlak!
4. Bagaimana Metode Peningkatan Akhlak?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun Tujuan Penulisan pada Makalah ini yaitu:
1. Untuk Mengetahui dan Memahami Pengertian Akhlak
2. Untuk Mengetahui dan Memahami Fungsi dan Peranan Akhlak
3. Untuk Mengetahui dan Memahami Pembagian Akhlak
4. Untuk Mengetahui dan Memahami Metode Peningkatan Akhlak

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Akhlak


Secara bahasa kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang sudah di-
Indonesiakan. Ia merupakan akhlaaq jama‟ dari khuluqun yang berarti “perangai,
tabiat, adat, dan sebagainya. Kata akhlak ini mempunyai akar kata yang sama
dengan kata khaliq yang bermakna pencipta dan kata makhluq yang artinya ciptaan,
yang diciptakan, dari kata khalaqa, menciptakan. Dengan demikian, kata khulq dan
akhlak yang mengacu pada makna “penciptaan” segala yang ada selain Tuhan yang
termasuk di dalamnya kejadian manusia.
Sedangkan pengertian akhlak menurut istilah adalah kehendak jiwa manusia
yang menimbulkan suatu perbuatan dengan mudah karena kebiasaan tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Dengan demikian, kata akhlak berarti sikap yang timbul dari dalam diri
manusia, yang terjadi tanpa pemikiran terlebih dahulu sehingga terjadi secara
spontan dan tidak dibuat-buat.
Menurut pendapat Imam-al-Ghazali selaku pakar di bidang akhlak yang
dikutip oleh Yunahar Ilyas “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Jika sifat itu melahirkan perbuatan yang
baik menurut akal dan syariat, maka disebut akhlak yang baik, dan bila lahir darinya
perbuatan yang buruk, maka disebut akhlak yang buruk”.
Sedangkan Aminuddin mengutip pendapat Ibnu Maskawah (w. 421 H/ 1030
M) yang memaparkan defenisi kata akhlak ialah kondisi jiwa yang senantiasa
mempengaruhi untuk bertingkahlaku tanpa pemikiran dan pertimbangan.
Pendapat lain dari Dzakiah Drazat mengartikan akhlak sedikit lebih luas yaitu
“Kelakukan yang timbul dari hasil perpaduan antara nurani, pikiran, dan kebiasaan

3
yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam
kenyataan hidup keseharian”.
Sedangkan Asnil Aida Ritonga berpendapat bahwa “Akhlak adalah suatu
keadaan yang melekat pada jiwa yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan yang
mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan dan penelitian.
Mahmud Syaltut juga mempertegas pengertian kata akhlak lebih spesifik lagi
yaitu: Akhlak itu adalah karakter, moral, kesusilaan dan budi baik yang ada dalam
jiwa dan memberikan pengaruh langsung kepada perbuatan. Diperbuatnya mana
yang diperbuat dan ditinggalkannya mana yang patut ditinggal. Jadi akidah dengan
seluruh cabangnya tanpa akhlak adalah seumpama sebatang pohon yang tidak dapat
dijadikan tempat berlindung kepanasan, untuk berteduh kehujanan dan tidak ada
pula buahnya yang dapat dipetik.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat dimengerti bahwa akhlak
adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang terlatih, sehingga dalam
jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-
perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angankan
terlebih dahulu. Dapat dipahami juga bahwa akhlak itu harus tertanam kuat/tetap
dalam jiwa dan melahirkan perbuatan yang selain benar secara akal, juga harus
benar secara syariat Islam yaitu al-Quran dan al-Hadits.

2.2 Fungsi dan Peranan Akhlak


2.2.1 Fungsi Akhlak dalam Islam
1. Membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah Swt. seperti yang telah
ditegaskan oleh Allah bahwa manusia diciptakan di dunia hanyalah untuk
menyembah kepada-Nya dan menjalankan peraturan-peraturan-Nya.

2. Membentuk manusia yang suka tolong menolong.


Manusia dalam hidupnya tidak sendirian, akan tetapi hidup bersama-
sama(bermasyarakat), dalam kehidupan itu manusia supaya suka tolong
menolongkepada sesamanya.

4
3. Membentuk manusia yang jujur, adil dan berani.
Akhlak Islam menganjurkan kepada setiap manusia yang merasa dirinya
Islamuntuk berbuat kejujuran dan memiliki keberanian serta
melaksanakan keadilan dalam anti di segala bidang. Jadi dalam
melaksanakan tiga sikap tersebut, tidak boleh dipandang bulu dengan
semboyan berani karena benar.

4. Membentuk manusia yang saling hormat-menghormati


Akhlak Islam menganjurkan kepada setiap manusia dalam pergaulan
sehari-hari saling hormat-menghormati. Sehingga tidak akan terjadi
olok-olokan dan mencela antara satudengan yang lain. Dengan demikian
adanya pendidikan aqidah akhlak yang baik akan terbentuklah manusia
yang memiliki hormat kepada sesamanya, karena pendidikan aqidah
akhlak mendidik dan mengarahkan kepada keabadian dan kebenaran.

5. Membentuk manusia yang tabah dan percaya pada diri sendiri


Manusia dalam hidupnya pasti mempunyai tujuan dan cita-cita
untukmencapainyabanyak rintangan dan halangan yang menjadi ujian
bagi dirinya. Untuk itu akhlak Islam mengajarkan kepada manusia
supaya dalam menempuh jalan hidupnya memiliki bekal ketaqwaan,
kesabaran dan kepercayaan pada din sendiri dan menjauhkan diri sendiri
dan menjauhkan diri pada rasa putus asa.

6. Membentuk manusia yang sopan santun


Pendidikan Akhlak memberikan didikan kepada manusia untuk Selalu
membiasakan menjalankan perbuatan-perbuatan yang balk, bertingkah
laku yang sopan, berkata yang baik, dan lemah lembut terhadap siapa
saja.

5
2.2.2 Peran Akhlak dalam Kehidupan Masyarakat Islam
1. Dengan akhlak kehidupan masyarakat menjadi makmur.
Suatu masyarakat yang penduduknya berakhlak mereka akan berbuat
sebaik-baiknya untuk diri dan masyarakatnya. Mereka akan bekerja dan
berusaha untuk sebesar-besar kemakmuran masyarakat secara nyata.
Orang yang berakhlak belum merasa senang dan gembira jika
masyarakat belum mencapai kemakmuran.

2. Dengan akhlak menjadikan tindak kejahatan tidak akan terjadi didalam


masyarakat.
Tidak pernah kita jumpai dalam sejarah manapun hingga sekarang bahwa
orang-orang yang berbuat jahat itu memiliki akhlak. Karena tidak ada
satu pun ajaran akhlak yang mentolerir perbuatan jahat sekecil apapun.
Jika sampai ada ajaran akhlak yang mengajarkan kita berbuat jahat maka
yang demikian itu adalah ajaran sesat dan menyesatkan yang harus
diberantas sampai tuntas. Ajaran Islam telah secara lengkap dan
sempurna mengajarkan akhlak kepada kaum muslim. Maka setiap
muslim yang taat kepada Allah pasti ia memiliki akhlak yang luhur.
Maka ironis sekali jika masyarakat kita yang mayoritas muslim tetapi
moralnya rusak dan hancur. Itu artinya agama Islam belum menjiwai
masyarakat kita atau masyarakat kita belum menjadi muslim yang taat.

3. Dengan Akhlak akan menjadikan manusia menajadi manusia yang luhur


dan terhormat, baik didunia maupun diakhirat.
Dikarenakan orang yang berakhlak senantiasa menghormati orang lain
betapa pun rendahnya kedudukan orang tersebut, mereka senantiasa
menjadi contoh yang baik dalam setiap menjalankan aktifitas
kehidupannya. Maka pantaslah jika mereka senantiasa dihormati dan
diteladani orang lain karena tidak adal dalam diri mereka sifat-sifat yang

6
tercela. Sehingga masyarakat yang berakhlak akan memperoleh dua
jaminan lahir dan batin, dunia dan akhirat.

2.3 Pembagian Akhlak


Ada dua jenis akhlak dalam Islam yaitu al- akhlak al- karimah atau sering
disebut akhlak mahmudah (akhlak terpuji) yaitu akhlak yang baik dan yang benar
menurut ajaran Islam dan yang kedua adalah al- akhlak mazmumah (akhlak tercela)
yaitu akhlak yang tidak baik dan yang tidak benar menurut ajaran agama Islam.
2.3.1 Akhlak Mahmudah
Akhlak Mahmudah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang terpuji
contoh malu berbuat jahat adalah salah satu dari akhlak yang baik Imam al-
ghazali menjelaskan adanya empat pokok keutamaan akhlak yang baik yaitu:
7. Mencari hikmah (Hikmah adalah keutamaan yang lebih baik)
8. Bersikap berani
9. Bersuci diri
10. Berlaku adil

Akhlak terpuji adalah segala macam sikap dan tingkah laku yang baik
(terpuji). Akhlak ini dilahirkan oleh sifat-sifat mahmudah yang terpendam
dalam jiwa manusia. Sedangkan berakhlak terpuji artinya menghilangkan
semua adat kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam agama Islam
serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan
adat kebiasaan baik, melakukannya dan mencintainya

Zaharuddin dan Hasanuddin Sinaga dalam bukunya yang berjudul


pengantar studi akhlak menjelaskan bahwa akhlak terpuji atau akhlak
Mahmudah dibagi menjadi dua bagian yaitu taat lahir dan batin.
Taat Lahir berarti melakukan seluruh amal ibadah yang diwajibkan
Allah termasuk berbuat baik kepada sesama manusia dan lingkungan dan
dikerjakan oleh anggota lahir meliputi:
1. Taubat

7
Taubat adalah suatu sikap yang menyesali perbuatan buruk yang pernah
dilakukannya dan berusaha menjauhinya serta melakukan perbuatan baik.
Sifat ini dikategorikan sebagai taat lahir dilihat dari sikap dan tingkah laku
seseorang, namun penyesalannya merupakan taat batin. Bertaubat
merupakan tahapan pertama dalam perjalanan menuju Allah. Taubat
adalah kata yang mudah diucapkan, karena mudah dan terbiasa, inti
makna yang dikandungnya menjadi tidak nampak, padahal kandungan
maknanya tidak akan dapat direalisasikan hanya dengan perkataan lisan
dan kebiasaan menyebutkannya.

2. Amar ma'ruf nahi munkar


Amar Ma’ruf Nahi Munkar, yaitu perbuatan yang dilakukan kepada
manusia untuk menjalankan kebaikan dan meninggalkan kemaksiatan dan
kemungkaran sebagai implementasi perintah Allah SWT.

3. Syukur
Syukur, yaitu berterimakasih kepada Allah tanpa batas dengan sungguh-
sungguh atas segala nikmat dan karunianya dengan ikhlas serta mentaati
apa yang diperintahkan-Nya. Ada juga yang menjelaskan bahwa syukur
merupakan suatu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-
baiknya nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya, baik
yang bersifat fisik maupun non fisik, lalu disertai dengan peningkatan
pendekatan diri kepada Allah SWT. Seseorang yang selalu bersyukur,
pasti Allah akan menambah kenikmatan-Nya. Sifat syukur merupakan
salah satu akhlak mulia yang sangat penting yang harus ditanamkan sejak
dini.

8
Sedangkan taat batin adalah segala sifat baik yang terpuji yang
dilahirkan oleh anggota batin atau hati yang meliputi perbuatan:
1. Tawakal
Tawakkal, yaitu menyerahkan segala persoalan kepada Allah setelah
berusaha. Apabila kita telah berusaha sekuat tenaga dan masih saja
mengalami kegagalan maka hendaklah bersabar dan berdoa kepada Allah
agar Dia membuka jalan keluarnya.

2. Sabar
Sabar, yaitu suatu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada kesulitan
yang dihadapinya. Tetapi tidak berarti bahwa sabar itu langsung menyerah
tanpa upaya untuk melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi oleh
manusia. Maka sabar yang dimaksud adalah sikap yang diawali dengan
ikhtiar, lalu diakhiri dengan ridha dan ikhlas bila seseorang dilanda suatu
cobaan dari Tuhan. Sabar merupakan kunci segala macam persoalan.

3. Qanaah
Qana’ah, yaitu menerima dengan rela apa yang ada atau merasa cukup
dengan apa yang dimiliki. Qana’ah dalam pengertian yang luas
sebenarnya mengandung lima perkara, yaitu:
a. Menerima dengan rela apa yang ada.
b. Memohon kepada Allah tambahan yang pantas, disertai dengan usaha
dan ikhtiar.
c. Menerima dengan sabar ketentuan Allah.
d. Bertawakkal kepada Allah.
e. Tidak tertarik oleh tipu daya dunia

4. Tawadhu’
Tawadhu’, yaitu sikap merendahkan diri terhadap ketentuan Allah SWT.
Bagi manusia tidak ada alasan lagi untuk tidak bertawadhu’, mengingat

9
kejadian manusia yang diciptakan dari bahan (unsur) yang paling rendah
yaitu tanah. Sikap tawadhu’ juga hendaknya ditujukan kepada sesame
manusia, yaitu dengan memelihara hubungan dan pergaulan dengan
sesama manusia tanpa merendahkan orang lain dan juga memberikan hak
kepada setiap orang.

2.3.2 Akhlak Mazmumah


Akhlak mazmumah atau akhlak tercela adalah segala tingkah laku
manusia yang dapat membawa kepada kebinasaan bertentangan dengan
fitrahnya yang menuju kebaikan hal yang membuat manusia untuk berbuat
tercela (maksiat) adalah dunia dan isinya manusia setan (iblis) dan nafsu.
Dalam buku yang sama zaharuddin dan Hasanuddin Sinaga juga
membagi akhlak mazmumah menjadi dua bagian yaitu:
1. Maksiat Lahir
Maksiat berasal dari bahasa Arab, yaitu ma’siyah yang artinya
pelanggaran oleh orang yang berakal baligh (mukallaf), karena melakukan
perbuatan yang dilarang dan meninggalkan pekerjaan yang diwajibkan
oleh syari’at Islam, dan pelanggaran tersebut dilakukan dengan
meninggalkan alat-alat lahiriyah.
a. Maksiat lisan
Seperti berkata-kata yang tidak bermanfaat, berlebih-lebihan dalam
percakapan, berbicara hal yang batil, berkata kotor, mencacimaki atau
mengucapkan kata laknat, baik kepada manusia maupun binatang,
menghina, menertawakan, merendahkan orang lain, berdusta, dan
lain-lain.
b. Maksiat telinga
Seperti mendengarkan pembicaraan orang lain, mendengarkan orang
yang sedang mengumpat, mendengarkan orang yang sedang adu
domba, mendengarkan nyanyian-nyanyian atau bunyi-bunyian yang
dapat melalaikan ibadah kepada Allah.

10
c. Maksiat mata
Seperti melihat aurat wanita yang hikan mahramnya, melihat aurat
laki-laki yang bukan mahramnya, melihat orang lain dengan gaya
menghina, melihat kemungkatan tanpa beramar ma’ruf nahi munkar.

d. Maksiat tangan
Seperti mencuri, merampok, mencopet, merampas, mengurangi
timbangan dan lain-lain.

2. Maksiat batin
Maksiat batin berasal dari dalam hati manusia atau digerakkan oleh
tabiat hati. Sedangkan hati memiliki sifat yang tidak tetap, berbolak balik,
berubah-ubah, sesuai dengan keadaan atau sesuatu yang
mempengaruhinya. Hati terkadang baik, simpati dan kasih sayang, tetapi
di sisi lainnya hati terkadang jahat, pemdendam, dan sebagainya.
Maksiat batin ini lebih berbahaya dibandingkan dengan maksiat
lahir, karena tidak terlihat dan lebih sukar untuk dihilangkan.

a. Marah (Ghadab)
Marah yaitu kondisi emosi seseorang yang tidak dapat ditahan
oleh kesadarannya sehingga menonjolkan sikap dan periaku yang
tidak menyenangkan orang lain.

b. Dengki (Hasad)
Iri hati atau dengki, yaitu sikap kejiwaan seseorang yang selalu
menginginkan agar kenikmatan dan kebahagiaan orang lain bisa
hilang. Sifat ini sangat merugikan manusia dalam beragama dan
bermasyarakat sebab dapat menjerumus pada sifat rakus, egois,
serakah atau tamak, suka mengancam, pendendam, dan sebagainya.
Sesuai

11
c. Sombong (Takabbur)
Yaitu suatu sikap yang menyombongkan diri sehingga tidak mau
mengakui kekuasaan Allah di alam ini, termasuk mengingkari nikmat
Allah yang apa adanya. Takabbur juga berarti merasa atau mengakui
dirinya besar, tinggi atau mulia melebihi orang lain. Perbuatan
takabbur atau menjunjung diri akan membawa akibat yang sangat
merugikan, mengurangi kedudukan dan martabat di mata umat
manusia, serta menjadi penyebab mendapat murka Allah SWT.

d. Syirik
Syirik yaitu suatu sikap yang menyekutukan Allah dengan
makhluk-Nya, dengan cara menganggapnya bahwa ada suatu makhluk
yang menyamai kekuasaan-Nya, atau juga berarti kepercayaan
terhadap suatu benda yang mempunyai kekuatan tertentu. Syirik
termasuk perbuatan yang sangat berbahaya, karena dapat
menyebabkan pelakunya tidak diampuni dosadosanya.

e. Nifaq
Nifaq yaitu suatu sikap yang menampilkan dirinya bertentangan
dengan kemauan hatinya. Pelaku nifaq disebut munafik. Sebab sifat
nifaq inilah, si pelaku akan melakukan perbuatan tercela, diantaranya
yaitu berbohong, ingkar janji, khianat, dan lain-lain

Menurut Imam al-Ghazali, akhlak yang tercela ini dikenal dengan sifat-
sifat muhlikat, yakni segala tingkah laku manusia yang dapat membawanya
kepada kebinasaan dan kehancuran diri yang tentu saja bertentangan dengan
fitrahnya untuk selalu mengarah kepada kebaikan.

12
Al-Ghazali menerangkan akal yang mendorong manusia melakukan
perbuatan tercela (maksiat), diantaranya:
1. Dunia dan isinya
Dunia dan Isinya yaitu berbagai hal yang bersifat material (harta,
kedudukan) yang ingin dimiliki manusia sebagai kebutuhan dalam
melangsungkan hidupnya agar bahagia.
2. Manusia.
Selain mendatangkan kebaikan, manusia dapat mengakibatkan
keburukan, seperti istri, anak, karena kecintaan kepada mereka misalnya,
sampai bisa melalaikan manusia dari kewajibannya kepada Allah SWT
dan terhadap sesama.
3. Setan (iblis).
Setan adalah musuh manusia yang paling nyata, ia menggoda manusia
melalui batinnya untuk berbuat jahat dan menjauhi Tuhan.
4. Nafsu.
Nafsu adakalanya baik (muthmainnah), dan adakalanya buruk (amarah),
akan tetapi nafsu cenderung mengarah kepada keburukan

Obat (terapi) untuk mengatasi akhlak tercela ada dua cara, yaitu:
1) Perbaikan pergaulan, seperti pendirian pusat pendidikan anak nakal,
mencegah perzinahan, mabuk, dan peredaran obat-obatan terlarang.
2) Memberikan hukuman, dengan adanya hukuman akan muncul suatu
ketakutan pada diri seseorang karena perbuatannya akan dibalas
(dihukum). Hukuman ini pada akhirnya bertujuan untuk mencegah
melakukan yang berikutnya, serta berusaha keras memperbaiki akhlaknya

2.4 Metode Peningkatan Akhlak

13
Imam Al-Ghazali berpendapat, bahwa metode-metode yang bisa digunakan
untuk meningkatkan kualitas akhlak seseoarang antara lain adalah:
1. Metode Taat Syari’at
Metode ini berupa pembenahan diri, yakni membiasakan diri dalam
hidupsehari-hari untuk melakukan kebajikan dan hal-hal bermanfaat sesuai
dengan ketentuan syari’at, aturan-aturan negara, dan norma-norma kehidupan
bermasyarakat. Disamping itu berusaha untuk menjauhi hal-hal yang dilarang
syara’ dan aturan -aturan yang berlaku. Metode ini sederhana dan dapat
dilakukan oleh siapa saja dalam kehidupan sehari-hari. Hasilnya akan
berkembang sikap dan perilaku positif seperti ketaatan pada agama dan norma-
norma masyarakat, hidup tenang dan wajar, senang melakukan kebajikan,
pandai menyesuaikan diri dan bebas dari permusuhan.
Cara menerapkan metode tersebut adalah: (a) Membiasakan diri untuk
selalu melakukan kebaikan dan menjauhi yangdi larang syara’, (b) Menjauhi
permusuhan, (c) Membiasakan diri untuk menyesuaikan dengan lingkungan.

2. Metode Pengembangan Diri


Metode yang bercorakpsikoedukatifini didasari oleh kesadaran
ataskekuatan dan kelemahan diri yang kemudian melahirkan keinginan untuk
meningkatkan sifat-sifat baik dan sekaligus menghilangkan sifat-sifat buruk.
Dalam pelaksanaannya dilakukan pula proses pembiasaan (conditioning)
sepertipada “metode taat syari’at” ditambah dengan upaya meneladani
perbuatan dari pribadi-pribadi yang dikagumi. Membiasakan diri dengan cara
hidup seperti ini secara konsisten akan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan
dan sifat-sifat terpuji yang terungkap dalam kehidupan pribadi dan kehidupan
bermasyarakat. Metode ini sebenarnya mirip dengan metode pertama, hanya
saja dilakukan secara lebih sadar, lebih disiplin dan intensif serta lebih personal
sifatnya daripada metode pertama.
Cara menerapkan metode pengembangan diri ini adalah: (a) Berupaya
meneladani perbuatan-perbuatan terpuji, (b) Membiasakan konsisten untuk
melakukan kebiasaan terpuji, (c) Berusaha meningkatkan potensi diri.

14
3. Metode Kesufian
Metode ini bercorak spiritual-religius dan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pribadi mendekati citra Insan Ideal (insan kamil). Pelatihan disiplin
diriini menurut Al-Ghazāli dilakukan melalui dua jalan yakni al-mujāhadah dan
al-riyādāh. Al-Mujāhadah adalah usaha sungguh-sungguh untuk
menghilangkan segala hambatan pribadi (harta, kemegahan, taklid, maksiat).
Al-Riyād ̣āh adalah latihan mendekatkan diri pada Allah dengan selalu berusaha
meningkatkan kualitas ibadah. Kegiatan sufistik ini berlangsung dibawah
bimbingan seorang Guru yang benar–benar berkualitas dalam hal ilmu,
kemampuan dan wewenangnya sebagaiMursyid. Diantara ketiga metode
tersebut, metode kesufian dianggap tertinggi oleh Al-Ghazāli dalam proses
peningkatan derajat keruhanian, khususnya dalam meraih ahlak terpuji.
Cara menerapkan metode ini adalah: (a) Membiasakan bersifat zuhud, (b)
Melakukan riyāḍah/ mendekatkan diri pada Tuhan, (c) Meningkatkan kualitas
ibadah.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak


Faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak, merupakan faktor penting
yang berperan dalam menentukan baik dan buruknya tingkah laku seseorang.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak, meliputi:
1. Instink (naluri)
Instink (naluri) adalah pola perilaku yang tidak dipelajari, mekanisme yang
dianggap ada sejak lahir dan juga muncul pada setiap spesies.
Dari definisi di atas, dapat ditarik pengertian bahwa setiap kelakuan
manusia, lahir dari suatu kehendak yang digerakkan oleh naluri. Naluri
merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir, jadi merupakan suatu
pembawaan asli manusia. Naluri dapat mendatangkan manfaat dan
mendatangkan kerusakan, tergantung cara pengekpresiannya. Naluri makan
misalnya, jika diperturutkan begitu saja dengan memakan apa saja tanpa melihat
halal haramnya, juga cara mendapatkannya sesuai dengan keinginan hawa

15
nafsunya, maka pastilah akan merusak diri sendiri. Islam mengajarkan agar
naluri ini disalurkan dengan memakan dan meminum barang yang baik, halal,
suci dan tidak memperturutkan hawa nafsu.

2. Keturunan
Turunan adalah kakuatan yang menjadikan anak menurut gambaran orang
tua. Ada yang mengatakan turunan adalah persamaan antara cabang dan pokok.
Ada pula yang mengatakan bahwa turunan adalah yang terbelakang mempunyai
persediaan persamaan dengan yang terdahulu.
Sifat-sifat yang diturunkan oleh orang tua kepada anaknya, pada garis
besarnya ada dua macam:
1) Sifat Jasmaniah.
Yakni kekuatan dan kelemahan otot dan urat syaraf orang tua dapat
diwariskan kepada anak-anaknya. Orang tua yang kekar ototnya,
kemungkinan mewariskan kekekaran itu pada anak cucunya, misalnya
orang-orang negro. Dan orang tua yang lemah fisiknya, kemungkinan
mewariskan pula kelemahan itu pada anak cucunya.
2) Sifat Rohaniah
Yakni lemah atau kuatnya suatu naluri dapat diturunkan pula oleh orang tua
yang kelak mempengaruhi tingkah laku anak cucunya.

3. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang melingkungi atau mengelilingi
individu sepanjang hidupnya. Karena luasnya pengertian “segala sesuatu” itu
maka dapat disebut; baik lingkungan fisik seperti rumahnya, orang tuanya,
sekolahnya, teman-temannya, dan sebagainya. Atau lingkungan psikologis
seperti aspirasinya, citacitanya, masalah-masalah yang dihadapinya dan lain
sebagainya.

4. Kebiasaan

16
Salah satu faktor penting dalam akhlak manusia adalahkebiasaan.
Kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga mudah
dikerjakan. Banyak sebab yang membentuk adat kebiasaan, diantaranya:
mungkin sebab kebiasaan yang sudah ada sejak nenek moyangnya, sehingga dia
menerima sebagai sesuatu yang sudah ada kemudian melanjutkannya, mungkin
juga karena lingkungan tempat dia bergaul yang membawa dan memberi
pengaruh yang kuat dalam kehidupan sehari-hari dan lain sebagainya.

5. Kehendak
Kehendak merupakan faktor yang menggerakkan manusia untuk berbuat
dengan sungguh-sungguh. Seseorang dapat bekerja sampai larut malam, dan
pergi menuntut ilmu di negeri seberang berkat kekuatan kehendak.
Kehendak ini mendapatkan perhatian khusus dalam lapangan etik, karena
itulah yang menentukan baik buruknya suatu perbuatan. Dari kehendak inilah
menjelma niat yang baik dan yang buruk, sehingga perbuatan atau tingkah laku
manusia menjadi baik dan buruk karena kehendaknya.

6. Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor penting yang memberikan pengaruh dalam
pembentukan akhlak. Pendidikan turut mematangkan kepribadian manusia
sehingga tingkah lakunya sesuai dengan pendidikan yang telah diterimanya.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang terlatih,
sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-
angankan terlebih dahulu. Dapat dipahami juga bahwa akhlak itu harus tertanam
kuat/tetap dalam jiwa dan melahirkan perbuatan yang selain benar secara akal, juga
harus benar secara syariat Islam yaitu al-Quran dan al-Hadits.
Akhlak dibagi menjadi dua, yaitu: Al- Akhlakul Mahmudah (Akhlah
Terpuji) dan Al- Akhlakul Mazmumah (Akhlak Tercela).

3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini
dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Al Jumhuri, Muhammad Asroruddin. 2019. Belajar Aqidah Akhlak. Yogyakarta:


CV Budi Utama

Hamzah Ya’qub. 1988. Etika Islam. Pembinaan Akhlaqul karimah (Suatu


Pengantar). Bandung: CV. Diponegoro

Aminuddin, dkk. 2006. Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan


Agama Islam. Jakarta: Graha Ilmu

19

Anda mungkin juga menyukai