Disusun Oleh
Kelompok 7:
Dosen Pengampu:
Drs. Ahmad Syarifuddin, M.Pd.I
COVER
DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Akhlak 3
B. Karakteristik Akhlak 4
C. Pembagian Akhlak 6
D. Sumber Akhlak dan Kedudukan Akhlak Dalam Islam 7
E. Akhlak Sebagai Modal Sosial Bagi Keberhasilan Hidup Seseorang 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan akhlak ?
2. Apa saja karakteristik akhlak ?
3. Apa saja pembagian akhlak ?
4. Apa saja sumber dan kedudukan akhlak dalam islam ?
5. Bagaimana akhlak sebagai modal sosial bagi keberhasilan hidup
seseorang ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan akhlak.
2. Untuk mengetahui apa saja karakteristik akhlak.
1
3. Untuk mengetahui apa saja pembagian akhlak.
4. Untuk mengetahui apa saja sumber dan kedudukan akhlak dalam
islam.
5. Untuk mengetahui bagaimana akhlak sebagai modal sosial bagi
keberhasilan hidup seseorang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Menurut (Sahilun A,1980), kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak
dari khuluqun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah
laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan
perkataan khalqun yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan
khaliq yang berarti pencipta; demikian pula dengan akh pencipta; demikian
pula dengan akhluqun yang berarti yang diciptakan. Kata akhlak menunjukkan
sejumlah sifat tabiat fitri atau asli pada manusia dan sejumlah sifat yang
diusahakan hingga seolah-olah fitrah akhlak ini memiliki dua bentuk, bentuk,
pertama pertama bersifat bersifat batiniyah batiniyah (kejiwaan) (kejiwaan)
dan yang kedua yang kedua bersifat bersifat zahiriah zahiriah yang terwujud
dalam perilaku. Menurut para ulama dan sarjana menuturkan bahwa akhlak
ditinjau dari aliran atau ajaran yang dianggap benar. Dalam aspek sosiologis
juga didefinisikan akhlak sesuai dengan disiplin ilmu sosiologi (ilmu
dalam bermasyarakat). bermasyarakat).
3
Hal yang menentukan apakah suatu perbuatan itu baik atau buruk adalah
norma-norma agama yang bersumber dari al-Haq yaitu Tuhan Yang Maha
Esa.
B. Karakteristik Ahlak
Pada dasarnya, konsep akhlak dalam Islam –yang menjadi rujukan akhlak
santri, kyai (guru) dan wali santri– memiliki cakupan yang sangat luas, karena
akhlak berarti agama itu sendiri. Di antara ciri-ciri khas atau karakteristik
akhlak Islam yang membedakan dengan moral dan etika adalah sbb.:
4
berbeda dengan moral dan etika yang hanya menekankan hubungan baik
dengan sesama manusia dan lingkungannya.
Dalam pandangan masyarakat Barat, mengkonsumsi minuman keras,
berjudi dan berzina tidaklah melanggar moral dan etika, sepanjang hal itu
dilakukan atas dasar suka sama suka, bukan paksaan (perkosaan).
Sebaliknya, dalam pandangan Islam, perbuatan tersebut selain melanggar
hukum (syari’ah), juga tidak sesuai bahkan bertentangan dengan al-
akhlak al-karimah.
5. Bersifat Tawazun (keseimbangan).
Islam menghendaki agar umatnya tidak melampaui batas dalam segala
hal. Keseimbangan merupakan sifat dasar ajaran Islam, baik keseimbangan
antara jasmani dan rohani; keseimbangan antara hubungan dengan Allah
(hablun min Allah) dan hubungan sesama manusia (hablun min al-nas);
maupun keseimbangan antara urusan dunia dengan akherat.
Keseimbangan mencakup hak dan kewajiban, tidak boleh memberikan
kepada individu hak–hak yang berlebihan yang mengakibatkan kebebasan
tanpa batas, juga tidak boleh memberikan kewajiban kepada individu yang
berlebihan sehingga sangat memberatkan. Keseimbangan dan keserasian,
merupakan sifat dasar akhlak dalam Islam.
6. Sesuai dengan Fitrah.
Islam datang dengan membawa ajaran yang sesuai dengan fitrah
manusia, karena agama Islam datang dari Allah, sedangkan manusia
dengan segala macam fitrahnya juga diciptakan oleh Allah SWT. Oleh
karena itu, sangat mustahil jika ajaran-ajaran agama Islam bertentangan
dengan fitrah manusia.
Islam mengakui eksistensi manusia apa adanya dengan segala
dorongan kejiwaannya, kecenderungan fitrahnya; Islam menghaluskan
fitrah dan memelihara kemuliaan manusia dengan hukum–hukum dan
ketentuan-ketentuannya. Jika manusia melampui hukum–hukum dan
ketentuan-ketentuan Allah SWT, maka dapat dipastikan mereka akan
terjerumus ke dalam lembah yang hina.
5
7. Bersifat positif dan optimis.
Islam mengajarkan, bahwa kehidupan adalah sebuah anugerah Allah
yang harus diisi dengan amal shaleh. Oleh karena itu, manusia harus
mengaktualisasikan dan memanfaatkan segala macam potensi yang
dianugerahkan oleh Allah SWT untuk melakukan amal kebaikan yang
bermanfaat bagi dirinya, keluarganya dan masyarakat luas, dengan penuh
keyakinan dan optimisme, serta melawan pesimisme (keputusasaan),
kemalasan dan segala bentuk penyebab kelemahan.Rasulullah SAW
berpesan kepada umatnya agar bekerja keras untuk memakmurkan
kehidupan sampai detik terakhir usia dunia.
Rasulullah S.A.W bersabda : “Jika kiamat telah (hampir) terjadi
sedangkan di tangan salah seorang di antara kamu sekalian ada anak pohon
yang ingin ditanamnya, maka hendaklah dia menanamnya hingga kiamat
benar-benar terjadi”.
C. Pembagian Akhlak
Dalam kaitan pembagian akhlak ini, Ulil Amri Syafri mengutip pendapat
Nashiruddin Abdullah yang menyatakan bahwa: secara garis besar dikenal dua
jenis akhlak; yaitu akhlaq al karimah (akhlak terpuji), akhlak yang baik dan
benar menurut syariat Islam, dan akhlaq al mazmumah (akhlak tercela),
akhlak yang tidak baik dan tidak benar menurut syariat Islam.
Akhlak yang baik dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik pula, demikian
sebaliknya akhlak yang buruk terlahir dari sifat yang buruk. Sedangkan yang
dimaksud dengan akhlaq al mazmumah adalah perbuatan atau perkataan yang
mungkar, serta sikap dan perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat Allah,
baik itu perintah maupun larangan_Nya, dan tidak sesuai dengan akal dan
fitrah yang sehat.
Memahami jenis akhlak seperti yang disebutkan di atas, maka dapat
difahami, bahwa akhlak yang terpuji adalah merupakan sikap yang melekat
pada diri seseorang berupa ketaatan pada aturan dan ajaran syariat Islam yang
diwujudkan dalam tingkah laku untuk beramal baik dalam bentuk amalan
6
batin seperti zikir dan doa, maupun dalam bentuk amalan lahir seperti ibadah
dan berinteraksi dalam pergaulan hidup ditengah-tengah masyarakat.
Sedangkan akhlak yang tercela adalah merupakan sikap yang melekat pada
diri seseorang, berupa kebiasaan melanggar ketentuan syariat ajaran Islam
yang diujudkan dalam tingkah laku tercela, baik dalam bentuk perbuatan batin
seperti hasad, dengki, sombong, takabur, dan riya, maupun perbuatan lahir
seperti berzina, menzholimi orang lain, korupsi dan perbuatanperbuatan buruk
lainnya.
Sedangkan menurut Aminuddin akhlak terbagi pada dua macam yaitu
akhlak terpuji (akhlakul mahmudah) dan akhlak tercela (akhlakul
madzmumah).
1. Akhlak Terpuji
Akhlak terpuji adalah sikap sederhana yang lurus sikap sedang tidak
berlebih-lebihan, baik perilaku, rendah hati, berilmu, beramal, jujur, tepat
janji, istiqamah, berkemaan, berani, sabar, syukur, lemah lembut dan lain-
lain.
2. Akhlak Tercela
Akhlak tercela yaitu semua apa-apa yang telah jelas dilarang dan
dibenci oleh Allah swt yang merupakan segala perbuatan yang
bertentangan dengan akhlak terpuji.
Dari pemaparan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa akhlak
terbagi atas dua bagian yang mana akhlak terpuji yaitu semua perbuatan-
perbuatan baik yang diperintahkan dan disenangi Allah begitu sebaliknya
terhadap akhlak tercela yaitu perbuatanperbuatan yang dilarang dan dibenci
Allah Swt. Dengan demikian akhlak yang baik akan memberikan pengaruh
pada pelakunya begitu juga sebaliknya dengan akhlak tercela.
7
1. Rasulullah Saw., menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia
sebagai misi dalam sejarah penyampaian Islam di muka bumi ini.
Seperti yang yang terdapat dalam hadist yaitu : ِ َِْل ا َ ِرم َ َهكا َ ِّون تَ ُتXِ ْق ُخا َل
ًًََِّواَبُ ِعث إX` ًَِْ ِ ُلArtinya, ”Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia”.(HR. Bukhari).
2. Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam, sehingga
Rasulullah Saw pernah mendefenisikan agama itu dengan akhlak yang
baik (husn al-kluluq).
3. Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang
nanti pada hari kiamat. Seperti hadist Rasulullah Saw bersabda :14`َّى ِ ٍك
ب َ ا َ َش ْي ٌءأXف ْ ث ه
ِ ق ُل َ ا َ ْ ال َ ُوْ ؤ ِه ِيXَح َس ٍي َوإ ُ َ ِهة ِه ْي ُخل ِقي
َ ي ْوم ْ ِى ال ْي ِ ْهي َزا
ِذ ْي َء ْ ِح َش ال فا َ ْ ْيُبِف ُض ال هلالَ َلArtinya :”Tidak ada satu pun yang lebih
memberatkan timbangan (kebaikan) seorang hamba mu’min nanti pada
hari kiamat selain dari akhlaq yang baik…”(HR. Tirmidzi).
Dari ketiga uraian di atas, maka sudah jelas akhlak yang dimaksud yaitu
akhlak baik atau akhlak islami, yaitu bersumber dari wahyu Allah yang
terdapat dalam al-Quran dan merupakan sumber utama dalam ajaran agama
Islam. Sehingga dapat dipahami bahwa pendefenisian agama (Islam) dengan
akhlak yang baik itu sebanding dengan pendefenisian ibadah haji dengan
wuquf di A‟rafah.
Jadi dapat dipahami bahwa dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai
baik atau buruk, terpuji atau tercela, semata-mata karena syara‟ (al-Quran dan
Sunnah). Maka sudah jelas bagi kita bahwa ukuran yang pasti (tidak
spekulatif), objektif, konfrehensif dan universal untuk menentukan baik dan
buruk hanyalah al-Quran dan Sunnah, bukan yang lain-lain.
8
E. Akhlak Sebagai Modal Sosial Bagi Keberhasilan Hidup Seseorang
“Dan tujuan akhir dari akhlak, yaitu memutuskan diri kita dari cinta
kepada dunia, dan menancapkan dalam diri kita cinta kepada Allah SWT.
Maka, tidak ada lagi sesuatu yang dicintai yang dicintai selain berjumpa selain
berjumpa dengan dzat ilahi dengan dzat ilahi rabbi, dan tidak rabbi, dan tidak
menggunakan semua menggunakan semua hartanya kecuali karenanya…"
9
6. Bantu sesama
7. Bersihkan hati selalu
BAB III
PENUTUP
10
A. Kesimpulan
Menurut (Sahilun A,1980), kata “Akhlak” berasal dari bahasa Arab, jamak
dari khuluqun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah
laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan
perkataan khalqun yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan
khaliq yang berarti pencipta; demikian pula dengan akh pencipta; demikian
pula dengan akhluqun yang berarti yang diciptakan.
Dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk, terpuji
atau tercela, semata-mata karena syara‟ (al-Quran dan Sunnah). Maka sudah
jelas bagi kita bahwa ukuran yang pasti (tidak spekulatif), objektif,
konfrehensif dan universal untuk menentukan baik dan buruk hanyalah al-
Quran dan Sunnah, bukan yang lain-lain.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
11
Ulil Amri Syafri, (2014), Pendidikan Karakter Berbasis Al Quran,
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
12