TENTANG RIBA
Dosen Pengampu:
Husni Idrus, Lc.,M.Si
Oleh:
Mursyidul Mas’ud : 173042009
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya
membahas mengenai penjelasan ayat nasikh wal mansukh tentang riba . Atas
dukungan yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami
mengucapkan terima kasih.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Akhir kata saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah untuk selanjutnya.
Mursyidu Mas’ud
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Riba merupakan pendapatan yang di peroleh secara tidak adil. Riba telah
berkembang sejak zaman jahiliyah hingga sekarang ini. Sejak itu banyaknya
masalah-masalah ekonomi yang terjadi di masyarakat dan telah menjadi tradisi
bangsa arab terhadap jual beli maupun pinjam-meminjam barang dan jasa.
Sehingga sudah mendarah daging, bangsa arab memberikan pinjaman kepada
seseorang dan memungut biaya jauh di atas dari pinjaman awal yang di berikan
kepada peminjam akibatnya banyaknya orang lupa akan larangan riba.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Riba?
2. Bagaimana penjelasan ayat nasikh wal mansukh terkait Riba?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Riba
Artinya: “dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah
pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa
yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat
gandakan (pahalanya)”.
Mengenai riba ini tidak ada penghapusan ayat dalam al-Qur’an, karena
hukum riba itu sendiri bersifat mutlak. Hukum atas keharamnnya tidak dapat
dirubah dalam hal apapun. Mayoritas ulama bersepakat atas pengharaman segala
jenis riba, baik riba nasi’ah maupun riba fadhl. Imam Malik berpendapat dalam
kita al-Muwaththa’ bahwa itu adalah pendapat Ibnu Abbas pertama kali. Akan
tetapi, ia mengoreksi pendapatnya setelah mendapati berbagai riwayat hadits-
hadits shahih yang mengharamkan riba sebagaimana dibahas dalam kitab nasikh
wal Mansukh karya al-Hazimi.
PENUTUP
A. Kesimpulan