Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KONSEP AKHLAK DAN AKTUALISASINYA DALAM KEHIDUPAN

KELOMPOK 11
1. Afifah Nur Yulieta : 1907036004
2. Mardiana : 1907036016
3. Linda Ayu : 1907036019
4. Windy Putri Kumala : 1907036044
5. Hendrica Mini Vera : 1907036046
Pembina Mata Kuliah
Irma Suryani, S.Ag, M.Ag

UNIVERSITAS MULAWARMAN TAHUN AJARAN


2019/2020
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 2
BAB I............................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
1. Latar Belakang ............................................................................................................ 4
2. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 4
3. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 4
BAB II.............................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 4
1. AHLAK DALAM ISLAM ............................................................................................. 5
2. URGENSI MORALITAS ISLAM (MAKARIMUL AHLAK) ................................................. 7
3. EKSISTENSI AHLAK DALAM ISLAM ............................................................................. 8
4. CARA CARA DALAM MEMBENTUK AKHLAK YANG BAIK ............................................ 9
5. AKHLAK TERHADAP ALLAH....................................................................................... 10
6. AKHLAK TERHADAP SESAMA MANUSIA .................................................................. 11
7. AKHLAK TERHADAP LINGKUNGAN ........................................................................... 17
BAB III........................................................................................................................... 20
PENUTUP ...................................................................................................................... 20
1. Kesimpulan ............................................................................................................... 20
2. Saran ........................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 21

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Akhlaq dan Aktualisasinya Dalam Kehidupan”.
Penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tuga mata kuliah Pendidikan Agama Islam di
Universitas Mulawarman.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

4
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen
kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.

Samarinda, 26 Agustus 2019

Penulis

5
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Islam menempatkan akhlak pada tempat yang sangat strategis, hal ini terwujud dalam bebrapa hal
diantaranya; Rassulullah SAW diutus kepada umatnya untuk membawa risalah yang telah
diwahyukan Allah SWT melalui Malaikat Jibril AS, diantaranya yaitu untuk menyempurnakan
Akhlak. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam salah satu hadisnya; “Sesungguhnya Aku diutus
untuk menyempurnakan keluluran Akhlak.(HR.Malik). mendefinisikan agama sebagai akhlak yang
baik. Dalam sabda Rasulullah SAW, ketika beliau ditanya tentang makna agama, Beliu
menjawab; “bahwa agama adalah akhlak yang baik”. Rasulullah SAW juga bersabda “Timbangan
yang berat pada hari perhitungannanti adalah Takwa kepad Allah dan Akhlak yang mulia”.

Cara-cara untuk membentuk akhlak yang baik:

1. Mengetahui macam-macam akhlak yang baik dan akhlak yang buruk


2. Mengetahui dan menyadari akan pentingnya berakhlak
3. Merealisasikan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari
4. Memelihara Ma’ani-ma’ani akidah dalah diri

Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebehagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan syariah
agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya
berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas
belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu
bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.

Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang
menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang
didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban
yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap
pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.

6
2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:

1. Akhlak dalam Islam

2. Urgensi Moralitas Islam (Makarimul Akhlak)

3. Eksistensi akhlak dalam Islam

4. Cara-cara dalam membentuk akhlak mulia

5. Akhlak terhadap Allah

6. Akhlak terhadap sesama manusia

7. Akhlak terhadap lingkungan

3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui aktualisasinya dari macam-macam akhlak dalam kehidupan

2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan Agama Islam

BAB II
PEMBAHASAN

1. AHLAK DALAM ISLAM

Disebutkan bahwa akhlak adalah buah dari keimanan dan keistiqomahan seseorang dalam
menjalankan ibadah baca istiqomah dalam islamdan cara agar tetap istiqomah dijalan Allah).
Akhlak yang kita ketahui tersebut memiliki pengertian baik secara bahasa maupun secara istilah.
Selain itu ada beberapa ulama yang juga menjabarkan pengertian akhlak sebagaimana ibnu
Miskawaih menyebutkan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa atau sifat seseorang yang medorong
melakukan sesuatu tanpa perlu mempertimbangkannya terlebih dahulu.

 Secara bahasa

Kata akhlak secara bahasa verasal dari bahasa Arab “Al Khulk” yang diartikan sebagai perangai,
tabiat. Budi pekerti, dan sifat seseorang. Jadi akhlak seseorang diartikan sebagai budi pekerti yang

7
dimiliki oleh seseorang terkait dengan sifat-sifat yang ada pada dirinya. (baca istri-istri nabi
muhammad dan sifatnya)

 Secara istilah

Kata akhlak menurut istilah khususnya dalam islam diartikan sebagai sifat atau perangai seseorang
yang telah melekat dan biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut. Seseorang yang
mmeiliki sifat baik biasanya akan memiliki perangai atau akhlak yang baik juga dan sebaliknya
seseorang yang memiliki perangai yang tidak baik cenderung memiliki akhlak yang tercela. Kata
akhlak disebutkan dalam firman Allah pada ayat berikut ini :

‫ص ٍة ِذ ْك َرى الد َِّار‬ ْ َ‫صةٍِذ ْك َرىِالدَّارِِإإِنَّا أ َ ْخل‬


َ ‫صنَاهُ ْم بِخَا ِل‬ ْ َ‫نَّاِأ َ ْخل‬
َ ‫صنَاهُ ْمِب َخِال‬

Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak
yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.(QS Shad : 46)

Golongan Akhlak

Akhlak sendiri dibedakan menjadi dua golongan yakni akhlak terpuji atau akhlakul karimah dan
akhlak tercela atau akhlakuk mazmumah.

 Akhlak Terpuji

Diantara beberapa akhlak terpuji yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim adalah kesopanan,
sabar, jujur, derwaman, rendah hati, tutur kata yang lembut dan santun, gigih, rela berkorban, adil,
bijaksana,tawakal dan lain sebagainya. Seseorang yang mmeiliki akhlak terpuji biasanya akan
selalu menjaga sikap dan tutur katanya kepada orang lain dan merasa bahwa dirinya diawasi oleh
Allah SWT. (baca cara meningkatkan akhlak terpuji)

 Akhlak tercela

Akhlak tercela adalah akhlak yang harus dijauhi oleh muslim karena dapat mendatangkan
mudharat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Contoh akhlak tercela diantaranya

8
adalah dusta (baca bahaya berbohong dan hukumnya dalam islam), iri, dengki, ujub,
fitnah, sombong, bakhil, tamak, takabur, hasad, aniaya, ghibah, riya dan sebagainya. Akhlak yang
tercela sangat dibenci oleh Allah SWt dan tidak jarang orang yang memilikinya juga tidak disukai
oleh masyarakat. (baca juga penyakit hati menurut islam).

Keutamaan Akhlak Dalam Islam

Telah disebutkan sebelumnya pengertian tentang akhlak dan sebagai umat muslim kita tahu
bahwa akhlak memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama islam. Beberapa keutamaan mmeiliki
akhlak yang terpuji antara lain

 Berat timbangannya diakhirat

Seseorang yang memiliki akhlak terpuji disebutkan dalam hadits bahwa ia akan memiliki
timbangan yang berat kelak dihari akhir atau kiamat dimana semua amal manusia akan ditimbang,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut

Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari kiamat yang lebih berat daripada akhlak
yang mulia, dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa mencapai derajat orang yang
berpuasa dan shalat. [HR Tirmidzi

 Dicintai Rasul SAW

Rasul SAW diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia didunia. Dan tentu
saja Rasul SAW sendiri mencintai manusia yang mmeiliki akhlak yang baik. Dari Jabir RA; Rasulullah
SAW bersabda:

Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling dekat tempatnya dariku di hari
kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya, dan yang paling aku benci dari kalian dan yan paling
jauh tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang banyak bicara, angkuh dalam berbicara, dan
sombong. [Sunan Tirmidzi: Sahih]

 Memiliki kedudukan yang tinggi

Dalam suatu hadits disebutkan bahwa seseorang yang memiliki akhlak dan budi pekerti yang mulia
memiliki kedudukan yang tinggi diakhirat kelak. Rasul SAW bersabda

9
“Tidak ada kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada harta (kekayaan) yang
lebih bermanfaat dari kesempurnaan akal. Tidak ada kesendirian yang lebih terisolir dari ujub
(rasa angkuh) dan tidak ada tolong-menolong yang lebih kokoh dari musyawarah. Tidak ada
kesempurnaan akal melebihi perencanaan (yang baik dan matang) dan tidak ada kedudukan yang
lebih tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak ada wara’ yang lebih baik dari menjaga diri (memelihara
harga dan kehormatan diri), dan tidak ada ibadah yang lebih mengesankan dari tafakur (berpikir),
serta tidak ada iman yang lebih sempurna dari sifat malu dan sabar. (HR. Ibnu Majah dan
Ath-Thabrani)

 Dijamin rumah disurga

Memiliki akhlak yang mulia sangat penting bagi seorang muslim dan keutamaan memiliki akhlak
mulia sangatlah besar. Dalamsebuah hadits disebutkan bahwa Rasul menjamin seseorang sebuah
rumah disurga apabila ia memiliki akhlak yang mulia. Dari Abu Umamah ra; Rasulullah
SAW bersabda:

Saya menjamin sebuah rumah tepi surga bagi orang meninggalkan debat sekalipun ia benar, dan
sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang tidak berbohong sekalipun hanya bergurau, dan
rumah di atas surga bagi orang yang mulia akhlaknya. [HR Abu Daud ]

Demikian penjelasan mengenai akhlak yang bisa diketahui. Semoga bermanfaat. (baca
juga hubungan akhlak dengan iman dan hubungan akhlak dengan tasawuf dalam islam)

2. URGENSI MORALITAS ISLAM (MAKARIMUL AHLAK)

Islam pluralis menunjukkan paham keberagaman yang didasarkan pada pandangan bahwa
agama-agama lain yang ada di dunia ini sebagai yang mengandung kebenaran dan memberikan
manfaat serta keselamatan bagi para penganutnya. Di tengah-tengah kemajemukan agama yang
ada di Indonesia tepatnya di Yogyakarta, pentingnya moralitas itu sangatlah di butuhkan untuk
menjaga berprilaku. Di butuhkannya suatu paradigma atau pemahaman tentang menanggapi
kemajemukan agama itu sendiri, contoh nya saja dakwah. Dakwah disini tidak berarti berusaha
menghilangkan perbedaan pemahaman keagamaan, tetapi lebih pada upaya penyadaran untuk
ikhlas menerima kemajemukan. Dakwah juga mempunyai tujuan mengubah tingkah laku manusia
dari tingkah laku negatif ke tingkah laku positif.

10
Ajaran moral ini sangat lah penting dan juga berguna, agar tidak adanya kesalahpahaman atau pun
pedoman untuk berprilaku diantara agama yang lain nya. Dalam tatanan konseptual kita semua
mengetahui bahwa agama memiliki nilai-nilai universal yang dapat mengikat dan merekatkan
berbagai komunitas sosial walaupun berbeda dalam hal suku bangsa, letak geografis, tradisi dan
perbedaan kelas sosial. Hanya saja dalam implementasi, nilai-nilai agama yang merekatkan
berbagai komunitas sosial tersebut sering mendapat benturan, terutama karena adanya
perbedaan kepentingan yang bersifat sosial ekonomi maupun politik antar kelompok sosial satu
dengan yang lain. Dengan pandangan ini, yang ingin saya sampaikan adalah bahwa kerukunan
umat beragama memiliki hubungan yang sangat erat dengan faktor ekonomi dan politik,
disamping faktor-faktor lain seperti penegakan hukum, pelaksanaan prinsip-prinsip keadilan dalam
masyarakat dan peletakan sesuatu pada proporsinya. Agar kerukunan di kemajemukan agama
dapat terjalin haruslah mempunyai stratgi, diantaranya yaitu membimbing umat beragama agar
makin meningkat keimanan dan ketakwaan mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam suasana
rukun baik intern maupun antar umat beragama, melayani dan menyediakan kemudahan
beribadah bagi para penganut agama, tidak mencampuri urusan akidah dan ibadah sesuatu agama
lain, melindungi agama dari penyalah gunaan dan penodaan, mendorong dan mengarahkan
seluruh umat beragama untuk hidup rukun dalam bingkai Pancasila dan konstitusi dalam tertib
hukum bersama, mendorong, memfasilitasi dan mengembangkan terciptanya dialog dan
kerjasama antara pimpinan majelis-majelis dan organisasi-organisasi keagamaan dalam rangka
untuk membangun toleransi dan kerukunan antar umat beragama, dan mengembangkan
wawasan multikultural bagi segenap lapisan dan unsur masyarakat melalui jalur pendidikan,
penyuluhan dan riset aksi.

3. EKSISTENSI AHLAK DALAM ISLAM

Islam menempatkan akhlak pada tempat yang sangat strategis, hal ini terwujud dalam beberapa
hal diantaranya;

Rasulullah Saw. diutus kepada umatnya dengan membawa risalah yang telah diwahyukan Allah
swt. melalui Jibril, diantaranya yaitu untuk menyempurnakan akhlaq. Sebagai mana sabda
Rasulullah Saw. dalam salah satu haditsnya;

“Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan keluhuran akhlak." (HR. Malik).

11
Mendefenisikan agama sebagai akhlaq yang baik. Dalam sabda Rasulullah saw. ketika beliau
ditanya tentang makna agama, beliau menjawab;

“bahwa agama adalah akhlak yang baik“.

Timbangan yang paling berat pada hari Kiamat adalah akhlak mulia. Rasulullah Saw.
besabda;“Timbangan yang berat pada hari perhitungan nanti adalah takwa kepada Allah dan
akhlak mulia“.

Orang-orang mukmin yang bagus keimanannya dan lebih baik diantara mereka adalah yang paling
mulia akhlaknya. Dan masih banyak lagi dalil yang menunjukkan bahwa Islam menempatkan
akhlaq di posisi yang sangat tinggi.

Sebagaimana qudwah kita, Nabi Muhammad Saw. memiliki akhlak yang baik dan sifat-sifat mulia.
Dengan sifat-sifat tersebut, beliau mampu membawa risalah yang Allah Swt. amanatkan
kepadanya dengan membuahkan hasil yang memuaskan, diantaranya dengan melahirkan
generasi-generasi yang tangguh dan memiliki iman serta ketakwaan kepada Allah Swt. Sehingga,
tak jarang beliau mendapat acungan jempol dari musuh-musuhnya dikarenakan akhlaknya yang
mulia. Dan setelah kita mengetahui akan pentingnya akhlak mulia dalam Islam, timbul pula satu
pertanyaan, adakah kita mampu membentuk akhlak yang mulia dalam kepribadian kita sehari-hari ?
dan mampukah kita merubah tabiat buruk seseorang dan membimbingnya untuk berakhlak baik ?

4. CARA CARA DALAM MEMBENTUK AKHLAK YANG BAIK

Akhlak yang baik secara umum dapat dibentuk didalam diri kita, karena Allah Swt. memerintahkan
kita untuk berakhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang buruk. Dan jikalau hal ini tidak mungkin
ditetapkan kepada manusia pasti Allah tidak akan mentaklifkan kepada manusia karena Islam tidak
memerintahkan hal-hal yang mustahil kepada umatnya. Dan hal ini berdasakan kemampuan yang
dimiliki setiap individu dan juga ilmu pengetahuan yang dikuasainya.

Umumnya manusia itu telah dianugerahi oleh sebagian akhlak, dan akhlak-akhlak ini bisa terlihat
dalam kehidupan sehari-hari.

12
Sabda Rasulullah Saw. kepada Abdul Qais;

Sesungguhnya pada engkau ada dua sifat yang Allah Swt. dan Rasul-Nya menyukai keduanya yaitu
kelembutan dan kesabaran“;

kemudian ia bertanya kepada Rasulullah;

“saya akan berakhlak dengan keduanya, apakah Allah Swt. telah menciptakan keduanya
kepadaku ?”. Rasulullah Saw. bersabda “bahkan kedua-duanya diciptakan kepada engkau”, maka
ia menjawab; “alhamdulillah Allah Swt. telah menciptakan kedua sifat kepadaku yang mana Allah
dan Rasul-Nya menyukai keduanya“.

5. AKHLAK TERHADAP ALLAH

Akhlak menurut bahasa yaitu berasal dari bahasa arab (‫ )اخالق‬jamak dari kata ‫ خلق‬yang berarti
tingkah laku, perangai atau tabiat.

Sedangkan menurut istilah; akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan
mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi. Dengan demikian akhlak pada hakikatnya
adalah sikap yang melekat pada diri mausia, sehingga manusia dapat melakuakannnya tanpa
berfikir (spontan).

Di samping itu akhlak juga dikenal dengan istilah moral dan etika. Moral berasal dari bahasa Latin
mores yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang diterima
umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam menentukan
baik dan buruknya.

Menurut Kahar Masyhur akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik.

Sehingga akhlak kepada Allah dapat diartikan Segala sikap atau perbuatan manusia yang dilakukan
tanpa dengan berfikir lagi (spontan) yang memang seharusnya ada pada diri manusia (sebagai
hamba) kepada Allah SWT. (sebagai Kholiq).

6. AKHLAK TERHADAP SESAMA MANUSIA

13
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial. Yang mana dalam menjalankan kehidupannya ia
tidak bisa terlepas dari bantuan orang lain. Manusia yang satu dengan manusia yang lain
seharusnya bisa saling berkontribusi agar terciptanya suatu kehidupan yang rukun dan harmonis.

Salah satu hal yang menjadi peran penting dalam pelaksanaan hubungan sosial antar sesama
adalah dengan adanya akhlak. Seperti yang diketahui bahwa akhlak yang tidak lain adalah budi
pekerti merupakan sebuah aspek dalam jiwa seseorang yang memicu untuk melakukan suatu
perbuatan tanpa perencanaan. Akhlak merupakan hal yang peranannya sangat penting karena
akhlak merupakan pembeda antara manusia dengan hewan atau makhluk lainnya. Oleh karena itu,
dalam kehidupan akhlak mempunyai andil yang besar.

Dalam kehidupannya, antar manusia pasti akan saling berkesinambungan dan berhubungan.
Karena pada kenyataannya manusia dikelilingi oleh manusia lain. Seorang manusia harus berbuat
baik kepada yang lain, agar manusia yang lain pun dapat memberikan timbal balik yang baik juga.
Agar timbal balik yang kita terima itu baik, tentunya kita harus mempunyai dan menjaga akhlak
mulia kepada sesama manusia. Lalu bagaimanakah bentuk akhlak yang baik kepada sesama itu?
Beberapa bentuk akhlak yang baik kepada sesama itu di antaranya:

- Ber-husnuzhon

Diterangkan dalam Q.S Al Hujurat: 12 yang terjemahannya berbunyi, “Wahai orang-orang yang
beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan
janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang
menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging
saudaranya sendiri yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah,
sungguh,Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang.”

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa sejatinya manusia yang beriman harus menjauhi banyak
prasangka, karena sebagian dari prasangka itu adalah dosa, terlebih jika prasangkanya itu adalah
dalam suatu prasangka yang buruk. Oleh karena itu, manusia atau orang beriman dianjurkan
untuk berhusnuzhon kepada sesama. Husnuzhon yang dalam artiannya adalah berbaik sangka
adalah salah satu bentuk dari akhlak mulia yang harus ditanamkan dalam jiwa seseorang. Sebagai
manusia sudah seharusnya menanamkan sikap berbaik sangka kepada orang lain. Maksudnya

14
adalah, hilangkanlah segala pikiran buruk yang isinya memikirkan bahwa orang lain akan berlaku
jahat padahal kenyataannya tidak selalu begitu.

Berhusnuzhon pun berarti bahwa pandangan terhadap orang lain itu diusahakan harus selalu baik.
Walaupun mungkin pada kenyataannya orang lain berbuat buruk, tapi prasangka haruslah selalu
baik. Prasangka yang baik akan menimbulkan kesan yang baik sehingga terciptalah rasa saling
hormat-menghormati untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan harmonis. Dan
prasangka yang baik pun akan menimbulkan perasaan nyaman serta ketenangan karena pikiran
tidak dipenuhi oleh hawa-hawa buruk

- Tasamu

Tasamu yang dalam artian tenggang rasa, pun merupakan salah satu bentuk akhlak mulia yang
harus senantiasa dijaga dan diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Tasamu juga berarti
toleransi yang mana adanya penanaman sikap menghargai orang lain baik pendapatnya,
pemikirannya, pendiriannya atau pun hal yang lain.

Dasar dari toleransi adalah rasa kasih sayang, di mana dari kasih sayang itu muncullah suatu ikatan
yang tak lain adalah ikatan persaudaraan atau ukhuwah. Dalam salah satu hadis mengatakan
bahwa,”Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi itu bagaikan satu tubuh.
Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka anggota (tubuh) yang lain merasakan
demam. (HR. Bukhari)

Bagi orang mukmin, sikap tenggang rasa atas dasar saling mengasihi itu perlu karena sejatinya
semua orang mukmin adalah saudara. Lalu bagaimana dengan orang yang bukan mukmin atau
orang Islam?

Tetap saja, toleransi atau sikap tasamu harus dilakukan meskipun pada orang yang berbeda
keyakinan (agama). Artinya, seseorang tidak bisa memaksakan orang lain untuk sama seperti
dirinya, jadi meskipun berbeda keyakinan tetap harus ada toleransi untuk tidak mendeskriminasi.

Akan tetapi toleransi itu ditujukan hanya untuk sikap kemanusiaan dalam rasa saling menghargai
antar manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbeda dengan hal akidah atau keimanan.
Karena pada hakikatnya toleransi itu ada untuk mencapai kedamaian, bukan kata modern untuk
memaksakan iman, bukan juga alasan untuk tawar menawar akidah.

15
- Tawadhu

Tawadhu yang tidak lain adalah rendah hati kepada sesama manusia adalah salah satu bentuk
akhlak terpuji di mana seseorang merendahkan hatinya di hadapan orang lain dan berinteraksi
dengan rasa kasih sayang juga kelembutan tanpa membedakan satu dengan yang lainnya.

Sifat tawadhu menghasilkan atau menimbulkan rasa persamaan yang mana nantinya menuju pada
keadilan juga rasa saling menghargai. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw bersabda;
“Sesungghnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendahkan diri sehingga
salah seorang dari kalian tidak saling membanggakan dan tidak saling mendzalimi yang lain. (HR.
Muslim)

Oleh karena itu, sesama manusia harus bertawadhu agar tiap pribadi tidak saling membanggakan
atau sombong. Karena sombong merupakan perbuatan tercela, dan pada hakikatnya manusia
memang tidak diperbolehkan untuk sombong, sebab, sesungguhnya mau sebaik dan sehebat
apapun seseorang, tetap saja ia tidak akan mampu menembus langit yang menjulang.

- Ta’awun

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjalin kehidupan yang rukun atas dasar rasa
persaudaraan, terlebih bagi sesama muslim ataupun yang bukan muslim. Salah satunya adalah
dengan berta’awun. Ta’awun adalah berbuat baik di mana adanya tindakan saling
tolong-menolong antar seseorang kepada orang lain dengan ikhlas tanpa pamrih.

Dengan ta’awun itu bisa meningkatkan nilai sosial seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Di mana orang yang
melakukan kebaikan itu akan diberikan balasannya, walau sekecil apapun bentuk kebaikan
tersebut.

Ta’awun mengajarkan manusia untuk saling tolong-menolong dan menguatkan rasa peduli serta
tanggung jawab. Tidak ada batasan untuk seseorang melakukan kebaikan dan saling menolong
asalkan dalam konteks kebaikan. Berbeda halnya dengan tolong-menolong dalam keburukan.
Sejatinya menolong itu adalah perbuatan baik, maka konteks aplikasinya pun harus direalisasikan
dalam hal kebaikan pula.

16
Sebagaimana dijelaskan dalam penggalan ayat di Q.S Al Maidah: 2, yang terjemahannya berbunyi,
“…, Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat keburukan dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh,
Allah sangat berat siksa-Nya.”

Hal itu memberikan penjelasan bahwa sebagai manusia terlebih umat Muslim, tolong-menolong
itu harus dilakukan. Sebab tolong-menolong bisa menjauhkan manusia dari permusuhan yang
dapat memecah belah dan merusak kerukunan dalam bermasyarakat. Asalkan yang terpenting
adalah jangan melakukan tolong-menolong dalam berbuat dosa.

Keempat hal di atas merupakan beberapa bentuk dari akhlak mulia. Meskipun akhlak itu timbul
dengan tanpa perencanaan dan ada dengan sendirinya, tapi setidaknya akhlak itu bisa dibiasakan
dan bisa dibentuk. Akhlak kepada sesama manusia menjadi pembuka jalan bermasyarakat.
Seseorang yang memiliki akhlak baik, itu akan mudah beradaptasi dengan lingkungan apapun dan
mudah berteman dengan siapapun.

Adapun beberapa manfaat dari berakhlak baik kepada sesama manusia, beberapa di antaranya:

- Timbulnya rasa persaudaraan

Persaudaraan timbul ketika antara satu orang dengan orang lain muncul rasa nyaman. Rasa
nyaman tersebut dibuat ketika seseorang memiliki budi pekerti yang baik. Orang yang
berbudipekerti yang baik akan senantiasa berlaku ramah dan lemah lembut kepada siapapun,
hingga akhirnya dapat memicu rasa kasih dalam balutan ukhuwah.

- Mencegah permusuhan

Permusuhan timbul ketika adanya kontra. Permusuhan bisa diawali oleh rasa kekecewaan, sakit
hati hingga dendam. Faktanya, sampai saat ini masih banyak permusuhan yang terjadi. Baik
permusuhan yang masih bersifat sederhana, hingga permusuhan yang sudah kompleks hingga

17
memicu peperangan. Padahal dalam sebuah hadis dikatakan bahwa, “Orang yang paling dimurkai
oleh Allah adalah orang yang selalu menabuh gendering permusuhan.” (HR. Bukhari)

Sangat jelas sekali bahwa permusuhan itu dimurkai oleh Allah. Lalu bagaimana mencegah
permusuhan tersebut? Salah satu cara untuk mencegah permusuhan adalah dengan memiliki
akhlak yang baik dan selalu berbuat baik kepada orang lain. Jauhi sifat-sifat yang bisa menyakiti
orang lain bahkan memicu orang lain menjadi dendam. Biasanya, timbal balik dari orang lain
merupakan cerminan apa yang dilakukan diri kepada orang lain. Sederhananya adalah jika
seseorang berlaku baik, maka orang lain akan berlaku baik juga pada orang tersebut.

- Membersihkan hati dari sifat egois, iri, dan penyakit hati lainnya

Bukan hanya fisik atau tubuh yang selalu atau bisa dilanda penyakit. Namun, hati yang tidak lain
adalah nurani, juga bisa diserang oleh berbagai macam penyakit hati. Penyakit hati yang paling
umum adalah egois, iri, dan angkuh.

Beberapa penyakit hati tersebut muncul karena kurangnya pembinaan pada hati. Salah satu
pencegah atau pembersih dari penyakit hati itu adalah dengan menerapkan beberapa bentuk dari
akhlak mulia.

Sebagai contoh, seseorang harus mempunyai sikap atau sifat tawadhu. Alasannya karena tawadhu
itu bisa memunculkan rasa persamaan. Walaupun dirinya lebih baik dari orang lain, ia tidak akan
menjadi angkuh atau sombong, karena ia yakin bahwa di mata Sang Khalik semua manusia itu
sama, dan kebaikan-kebaikan yang ia punya itu hanyalah titipan semata.

- Memperoleh iman yang sempurna

18
Akhlak yang baik, bisa memunculkan rasa asih juga kasih. Baik untuk orang yang
mengaplikasikannya, atau pun orang yang menerima atas apa yang diaplikasikan orang tersebut.
Dari rasa asih itulah yang akan membuat seseorang merasakan imannya lebih sempurna.

Dalam hadis pun diterangkan bahwa, “Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sampai ia
mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.” (HR. Muslim)

Dalam hadis tersebut akan sangat terlihat jelas bahwa seorang mukmin itu akan merasakan iman
yang sempurna ketika dirinya sudah bisa mencintai saudaranya seperti dirinya sendiri. Hal itu
berkesinambungan dengan beberapa jenis pendekatan atas rasa persaudaraan, seperti empati,
simpati juga toleransi.

Oleh karena itu, sebagai manusia yang pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang dalam
kehidupannya tidak terlepas dari peran orang lain, maka manusia tersebut perlu mengaplikasikan
akhlak yang baik kepada sesama manusia yang lain. Bukan hanya untuk mendapat timbal balik
yang baik juga dari orang lain, tetapi agara hidup manusia itu tidak hanya sekadar hidup. Namun
manusia itu bisa memberikan makna pada kehidupannya.

Manusia akan lebih peduli kepada sesama dan lingkungan sekitarnya apabila ia mempunyai akhlak
yang baik. manusia itupun akan lebih berpikir atas apa yang dilakukannya, terlebih ketika dirinya
sedang melakukan interaksi dengan orang lain. Manusia berakhlak baik akan senantiasa
memikirkan kelakuan atau perkataannya kepada seseorang itu akan menyakiti atau tidak, diterima
atau tidak, sehingga pada akhirnya orang akan merasa nyaman dan dari hal itulah ia akan menjadi
lebih peka terhadap kehidupan.

7. AKHLAK TERHADAP LINGKUNGAN

19
Membangun kesempurnaan akhlak mulia adalah misi utama Rasul Muhammad SAW. Ini berarti
akhlak menjadi inti dan tujuan agama Islam dan keluhuran akhlak menjadi landasan penting bagi
kehidupan manusia. Pemaknaan akhlak sebagai misi profetik tidak terbatas pada nilai sopan
santun terhadap orang tua atau orang yang patut dihormati.

Spektrum pemaknaan akhlak sekaligus mencakup tataran praksis yang tidak hanya ditujukan
kepada Allah SWT (hablun minallah) dan kepada sesama manusia (hablun minannas), melainkan
juga akhlak terhadap alam dan seluruh isinya.

Dalam konteks kebencanaan dan lingkungan hidup, implementasi akhlak terhadap alam dan
seisinya termasuk binatang dan tumbuh-tumbuhan menjadi niscaya untuk ditingkatkan. Ini bukan
berarti akhlak kepada Allah dan sesama manusia menjadi tidak penting, tetapi justru kedua akhlak
tersebut harus termanifestasi ke dalam akhlak terhadap alam dan seluruh isinya.

Kemunculan ayat-ayat kauniyah (bencana di berbagai belahan bumi) jelas menuntut kesadaran
serta kepekaan hati kita akan pentingnya meninggikan akhlak pada dimensi yang ketiga, yaitu
tidak membuat kerusakan di muka bumi (QS al-'Araf: 56). Begitu seriusnya Alquran berbicara soal
larangan tadi sehingga ayat semacam ini diulang 40 kali.

Allah SWT telah menunjukkan banyak bukti bahwa apabila alam diperlakukan semena-mena,
dampaknya tidak hanya menimpa manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, tetapi juga bisa
berakibat fatal terhadap makhluk lain, seperti tanah, batu, sungai, gunung, dan benda-benda tak
bernyawa lainnya sehingga ekosistem terganggu. Jika alam terganggu, bencana telah menjadi
ancaman serius yang akan kita hadapi. Penerapan akhlak terhadap lingkungan merupakan peranti
utama dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana yang akan mengancam tidak hanya pada jiwa
tetapi juga harta, kehormatan, dan keturunan bahkan agama. Karena alasan itulah tindakan
mengantisipasi ancaman mutlak dilakukan oleh setiap individu ataupun kelompok di dalam
masyarakat demi tercapainya kemaslahatan bersama.

Izin Allah SWT kepada manusia dalam memanfaatkan alam adalah demi kebaikan dan kebahagiaan
umat manusia. Oleh karena itu, pemanfaatan alam harus berdasarkan akhlak yang ditetapkan
Allah dan Rasul-Nya. Dalam studi fikih lingkungan (fiqh al-bi'ah) yang dipelajari di pesantren
dikenal dua konsep utama terkait pelestarian dan pemanfaatan alam, yaitu ihya' al-mawat
(menghidupkan tanah yang mati) dan hadd al-kifayah (standar kebutuhan yang layak). Konsep
pertama menunjuk suatu pengertian bahwa jangan sampai ada sejengkal tanah yang dibiarkan

20
tetap tidak bermanfaat alias tidak ditanami tumbuhan yang dapat memberikan manfaat bagi
kehidupan.

Menghidupkan tanah mati berarti mengupayakan supaya tanah tersebut kembali produktif.
Karena tanah yang gersang sangat rentan terhadap ancaman banjir dan longsor. Apabila di lahan
gersang ditanami pohon, tanah tersebut menjadi kuat dan mampu menyerap air saat hujan
sehingga tidak mudah banjir dan longsor. Konsep yang kedua adalah hadd al-kifayah, yaitu
menyangkut pengaturan pola konsumsi manusia terhadap sumber daya alam berdasarkan standar
kebutuhan yang layak (Ali Yafi, 2006). Harus ada keadilan distributif terhadap akses pemanfaatan
sumber daya alam sehingga tidak boleh ada monopoli.

Di sinilah arti pentingnya peran negara agar pemanfaatan sumber daya alam dapat diatur
menurut standar kebutuhan yang layak dan tidak boleh melenceng dari garis konstitusi. Kontrol
negara diperlukan agar pemanfaatan sumber daya alam tidak merusak alam dan menimbulkan
kesengsaraan hidup manusia. Perspektif hadd al-kifayah mengingatkan kita akan peningkatan
pertumbuhan ekonomi tetapi harus tetap berpegang teguh pada akhlak terhadap lingkungan.
Pengelolaan alam yang tidak berakhlak menyebabkan eksploitasi secara besar-besaran yang
ujung-ujungnya menimbulkan dampak negatif bagi bencana ekologis. Dan tak jarang disusul oleh
bencana sosial, yaitu derita hidup berkepanjangan berupa kemiskinan struktural seperti dalam
kasus bencana kegagalan teknologi dan mereka yang tiba-tiba jatuh miskin bahkan harus
meregang nyawa sia-sia karena terempas bencana alam seperti banjir bandang dan longsor akibat
penggundulan hutan dan illegal logging. Islam sangat memperhatikan masalah kelestarian
lingkungan, bahkan sebegitu pentingnya sehingga menjadi tugas utama kekhalifahan. Oleh karena
itu, sangat logis jika Rasul SAW memberikan batasan yang tegas pada tiga hal pokok yang harus
dilindungi dan diatur secara adil oleh negara dan tidak boleh dimonopoli oleh individu maupun
institusi di luar negara, yaitu padang rumput, air, dan api (HR Ahmad dan Abu Daud).

Dalam konteks negara tropis, kebutuhan publik terhadap padang rumput dapat dipadankan
dengan kawasan hutan yang banyak menyimpan aneka keragaman hayati. Api dapat dipadankan
dengan sumber energi dan air mencakup pentingnya proteksi sumber daya air. Statusnya menjadi
common property yang menjadi hak setiap warga negara dan harus dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk kesejahteraan seluruh rakyat.

21
Kiranya kedua konsep dalam studi fikih lingkungan tersebut masih layak untuk dijadikan sumber
rujukan dan bahkan harus dikembangkan seiring dengan perkembangan peradaban dan dinamika
sosial beserta kompleksitas masalah yang dihadapi saat ini. Kontekstualisasi kedua konsep ini
mutlak diperlukan agar fungsi dan tanggung jawab kekhalifahan manusia untuk memakmurkan
bumi demi kepentingan generasi berikutnya ini benar-benar dapat dilaksanakan. Wallahu a'lam bi
ash-shawab.

22
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala
pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam
hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk. Akhlak merupakan hal yang paling
penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling baik
budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W. Akhlak baik terhadap Allah Swt.,terhadap Rasulullah
Saw,Pribadi, Sesama Manusia dan Lingkungan hidup perlu diaktualisasikan dalam kehidupan
sehari-hari.

2. Saran
Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun dapat
menerapkan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W, setidaknya kita termasuk kedalam golongan
kaumnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

http://blog.unnes.ac.id/sitikhotimah/2015/11/19/makalah-akhlak-dan-aktualisasinya-
dalam-kehidupan/

https://dalamislam.com/akhlaq/akhlak-dalam-islam

https://www.kompasiana.com/rozakpedia/54f903dfa33311fc608b4729/urgensi-pend
idikan-islam-dalam-spiritualitas-religius

http://al-bhustomy.blogspot.com/2009/02/eksistensi-akhlak-dalam-islam.html

http://hisbulah.blogspot.com/2011/03/akhlak-seorang-muslim-kepada-allah-swt.html

http://coretanilmuvee.blogspot.com/2016/11/akhlak-mulia-kepada-sesama-manusia.
html

https://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/16/09/06/od2m4h9-akhlak-ter
hadap-lingkungan

24

Anda mungkin juga menyukai