Anda di halaman 1dari 29

BAHAN AJAR 1

Program Studi : Kimia


Nama Mata Kuliah/Kode : Kinetika Kimia dan Katalisis / 302H3112
Jumlah SKS : 2 (dua)
Pengajar : 1. Dr. Muhammad Zakir, M.Si
2. Dr. Paulina Taba, M.Phill
3. Ir. Abd. Hayat Kasim, MT
Sasaran Belajar : Kemampuan menjelaskan: (i) defenisi laju dan persamaan
laju serta aplikasinya dalam desain, konstruksi persamaan
laju, dan interpretasi data eksperimen kinetik; (ii) konsep
teoretik fundamental dari kinetika yang mencakup teori
tumbukan dan teori keadaan transisisi; dan (iii) konsep
kinetik dasar dari reaksi kompleks, katalisis homogen dan
heterogen, serta adsorpsi
Mata Kuliah Prasyarat : Kesetimbangan dan Dinamika Kimia
Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah Kinetika Kimia dan Katalisis merupakan bagian
dari mata kuliah kimia fisika yang membahas tentang
kinetika yang melingkupi suatu reaksi kimia. Secara umum,
pembelajaran Kinetika Kimia dan Katalisis memiliki
kompetensi: (i) membekali mahasiswa tentang konsep dan
prinsif dasar kinetika kimia (sebagai bagian dari cabang
ilmu Kimia Fisika) termasuk di dalamnya interpretasi
mekanisme reaksi kimia dan katalis; (ii) memiliki
kemampuan untuk mempresentasikan dan memberikan
argumentasi secara jelas dan benar dalam bidang kimia
(untuk mendukung pemahaman terhadap cabang ilmu kimia
lainnya). Matakuliah ini bersifat dinamik dan interdisipliner.
Bersifat dinamik berarti bahwa konsep, metode dan teknik
yang digunakan dalam mengolah dan mendapatkan data
selalu berkembang dari waktu ke waktu mengikuti
perkembangan IPTEK. Bersifat interdisipliner dalam arti
kemajuan ruang lingkup kinetika suatu reaksi kimia
berkembang bersinergi dengan perkembangan ilmu-ilmu
lain, baik dalam lingkup Kimia, maupun bidang lain seperti
Fisika, Matematika dan Komputer.

1
I. PENDAHULUAN
1.1. Cakupan ruang lingkup
Mata kuliah ini membahas konsep sains dasar kinetika kimia, konsep teori tumbukan dan
teori keadaan transisi, reaksi kompleks, reaksi homogen katalisis dan non katalisis, serta
kinetika katalisis reaksi heterogen (adsorpsi).
1.2. Sasaran Pembelajaran (GBRP)
Mahasiswa mampu: (i) menjelaskan konsep sains dasar dalam kinetika, peranan kinetika dan
ruang lingkup kinetika kimia, klasifikasi reaksi dan beberapa istilah baku dalam kinetika; (ii)
menjelaskan cara-cara penyusunan persamaan laju reaksi; (iii) menerapkan cara-cara
pengukuran parameter laju reaksi dan memformulasikan data-data percobaan ke dalam
persamaan laju reaksi dan energi aktifasi
1.3. Perilaku awal mahasiswa
Mahasiswa harus mampu menuliskan reaksi kimia dan mengetahui arah reaksi, memahami
konsep kalkulus sederhana dalam integral dan diferensial yang sudah diperkenalkan pada
tahun pertama perkuliahan.
1.4. Manfaat mata kuliah
Mata kuliah ini bermanfaat dalam: (i) memberikan pengetahuan tentang konsep dasar
kinetika reaksi kimia; (ii) memberikan pengetahuan mengenai hubungan fundamental antara
kinetika kimia dengan cabang-cabang ilmu kimia lainnya; (iii) membekali mahasiswa
dengan pengetahuan tentang variabel yang mempengaruhi kinetika reaksi kimia; (iv) melatih
mahasiswa dalam menurunkan persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk
menyelesaikan permasalahan kinetika kimia; (v) memberikan pengetahuan mengenai
metode pengumpulan dan analisis data kinetika kimia; (vi) mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan tentang konsep dasar kinetika dan penerapannya pada reaksi sederhana maupun
pada beberapa reaksi kompleks, (vii) melatih kemampuan untuk mepresentasikan dan
memberikan argumentasi secara jelas dan benar dalam bidang kinetika kimia
1.5. Urutan pembahasan
a. Menjelaskan konsep sains dasar kinetika kimia dan katalisis;
b. Mendesain persamaan laju reaksi;
c. Menginterpretasi data percobaan ke dalam bahasa kinetika.
1.6. Petunjuk belajar
(1) Setiap bacaan sebagaimana disebut kontrak perkuliahan harus sudah dibaca sebelum
mengikuti kuliah; (2) Mahasiswa diwajibkan mencari isu-isu di jurnal atau internet berkaitan
dengan topik/materi yang diberikan; (3) Mahasiswa diwajibkan menyerahkan jawaban dan
penyelesaian tugas individu yang diberikan paling lambat 1 (satu) minggu setelah tugas

2
diberikan; (4) Ujian dan evaluasi akan ditentukan oleh dosen yang bersangkutan.
menggunakan soal bentuk pilihan ganda dan/atau essai.

II. PENYAJIAN
1. LANDASAN FUNDAMENTAL KINETIKA KIMIA DAN KATALISIS

Konsep Sains Dasar Kinetika Kimia


Review integral dan diferensial
Ada hal yang menjadi kendala dalam belajar kimia fisika, khususnya mahasiswa kimia,
sesuai dengan pengamatna penulis selama ini, adalah bahwa penguasaan matematika yang
kurang. Boleh jadi karena konsep-konsep matematika sudah jarang dipakai oleh si mahasiswa
sehingga kadang dilupakan. Buku-buku yang mengulas penggunaan matematika dengan ilmu
kimia juga jarang kita temukan. Bahan ajar ini ditulis untuk melihat pemanfaatan konsep-konsep
dasar ilmu matematika dalam ilmu kimia dengan harapan pemahaman holistik terhadap ilmu
kimia akan menjadi lebih baik terutama sub bidang kimia fisika yang hubungan kekerabatannya
lebih dekat ke matematika. Mahasiswa tidak sekedar menghafal rumus-rumus kimia fisika,
misalnya konstruksi persamaan laju reaksi baik dalam bentuk diferensial maupun integral.

INTEGRAL
Integral merupakan anti diferensial (anti turunan) atau sebagai invers dari diferensial. Pada
operasi pendiferensialan, jika y = f(x) + k dengan k konstanta, maka turunan pertama y terhadap
x adalah y = f (x). Untuk mengembalikan y keasalnya y atau f(x) maka pengintegralan
ditulis sebagai berikut:

f ' ( x)dx f ( x) k
Ada 2 (dua) jenis integral:
1. Integral tak tentu
Integral ini adalah proses untuk menentukan bentuk umum anti turunan dari suatu fungsi yang
diberikan. Dapat pula dikatakan bahwa hasil pengintegralan f (x) masih mengandung konstanta
k sembarang (kadang juga digunakan simbol C (English : constant).

f ' ( x)dx f ( x) k
atau

f ' ( x)dx f ( x) C

3
2. Integral tentu
Integral tentu adalah jika hasil pengintegralan f (x) sudah memiliki konstanta tertentu atau
operasi integral dibatasi pada interval tertentu dari a hingga misalnya, dinyatakan dengan:
b b

a
f ' ( x)dx f ( x) f (b) f (a)
a

Aplikasi dalam ilmu kimia


Penentuan persamaan laju reaksi terintegrasi.
Misalnya untuk kasus reaksi orde nol:
A P maka persamaan laju dalam bentuk diferensial adalah
dA
kA0 k (1)
dt
dimana A adalah konsentrasi reaktan pada saat t dan k adalah tetapan laju reaksi.
Untuk menentukan persamaan/hukum laju terintegrasi (integrated rate laws) dapat
dilakukan dengan melakukan operasi pengintegralan terhadap ke dua sisi dari persamaan (1),
baik dengan operasi integral tak tentu mapun integral tentu.
Dengan integral tak tentu:
dA
dt k
dA kdt
A kt C
Untuk menentukan nilai C dapat dilakukan dengan menentukan nilai A pada saat t = 0,
yaitu A0, yang tidak lain adalah konsentrasi reaktan mula-mula. Nilai ini bisa diketahui pada
setiap eksperimen.
Jadi pada saat t = 0 A = A0
- A0 = k (0) + C C = - A0
Sehingga:
- A = kt + (-A0)
Jika masing-masing sisi dikali dengan 1 akan menjadi:
A = A0 kt (2)

4
Persamaan (2) disebut sebagai persamaan laju terintegrasi (integrated rate laws) yang
diperoleh melalui proses pengintegralan persamaan (1).
Dengan proses integral tentu:
Persamaan laju dalam bentuk diferensial dapat dikonstruksi sebagai sebagai berikut:
A
dA
dt k
A0
A t
(3)
dA kdt
A0 t0

Batas integral yang diambil adalah dari A0 hingga A, karena konsentrasi reaktan diukur
pada konsentrasi mula-mula (A0) pada saat t0 dan konsentrasi A pada saat t. t adalah waktu akhir
eksperimen/percobaan.
Penyelesaian integral di atas adalah sebagai berikut:
A ( A0 ) k (t t 0 )
(4)
A A0 k (t t 0 )
Jika persamaan terakhir dikali dengan 1 maka
A - A0 = - k (t t0) (5)
Nilai (t t0) adalah waktu yang dibutuhkan oleh reaktan untuk berubah dari A0 menjadi A. Nilai
ini kadang ditulis saja sebagai t dengan defenisi seperti yang dituliskan sebelumnya (t0 = 0).
Sehingga persamaan (5) menjadi:
A - A0 = - k (t t0)
A - A0 = - k t
A = A0 - k t
DIFERENSIAL
Diferensial merupakan anti integral atau sebagai invers dari integral. Pada operasi
pendiferensialan, jika y = f(x) + k dengan k konstanta, maka turunan pertama y terhadap x adalah
y = f (x). Untuk fungsi dengan dua peubah, Z = f (x,y), cara penurunannya agak berbeda. Kita
mengenal istilah diferensial parsial dan diferensial total, karena fungsi Z harus diturunkan
masing-masing terhadap x dan y.
Z = f (x,y)

Z Z
dZ
x y y x

5
Keterangan:
dZ = diferensial total terhadap Z
Z = diferensial parsial terhadap Z

Aplikasi dalam Ilmu Kimia


Menurut hukum Boyle, hukum Avogadro dan hukum Charles-Gay Lussac bahwa volum
suatu gas ideal merupakan fungsi dari jumlah mol n, tekanan P dan temperatur T. Secara
matematika bisa dituliskan sebagai berikut:
V = f (n, P, T)
Persamaan ini dapat diferensiasi(diturunkan) dengan metode diferensial parsial:
V V V
dV dn dP dT (a0)
n P ,T P n,T T n, P
d dibaca de biasa sedangan dibaca dho, d adalah diferensial total dan adalah diferensial
parsial. Falsafah mudahnya adalah jika V diturunkan terhadap n maka paramater yang lain,
dalam hal ini P dan T, dijaga tetap. Demikian juga jika V diturunkan terhadap paramater P, maka
n dan T dijaga konstan, dan seterusnya.
Menurut hukum Avogadro, volume gas , pada tekanan (P) dan temperatur (T) tetap,
berbanding lurus dengan jumlah mol (n) gas:
V = k1 n (P, T tetap) (a)
Persamaan a hanya berlaku jika P dan T tetap.
atau k1 = V/n (b)
Turunan parsial V terhadap n, pada P dan T tetap, ditulis sebagai berikut:
V
k1 (c)
n P ,T
Mudahnya adalah persamaan a diturunkan terhadap n sehingga diperoleh persamaan c
Persamaan c bisa juga ditulis menjadi
V
V /n (d)
n P ,T
Dengan mensubstitusi nilai k1 dari persamaan b.

6
Menurut hukum Boyle,
PV = k2 (n, T tetap) (e)
Atau V = k2/P (f)
Jika persamaan diatas diturunkan terhadap P diperoleh hasil:
V k PV V
22 2 (g)
P n,T P P P

Persamaan g adalah turunan parsial V terhadap P karena parameter-parameter n dan T dijaga


konstan.
Menurut hukum Charles Gay Lussac,
V = k3 T ( n, P tetap) (h)
Atau
k3 = V/T (i)
Turunan V terhadap T dari persamaan h ditulis sebagai berikut:
V
k3 (j)
T n, P
Jika nilai k3 pada persamaan j disubstitusi dengan nilai k3 dari persamaan (i), maka persmaan j
menjadi:
V V
(k)
T n, P T
Dengan memasukkan persamaan d, g dan k ke dalam persamaan a0 akan diperoleh

V V V
dV dn dP dT (l)
n P T
Jika ruas kiri dan ruas kanan persamaan (l) dibagi dengan V akan menjadi
dV 1 1 1
dn dP dT (m)
V n P T

Jika persamaan m diintegrasi dengan metode integral tak tentu akan diperoleh:

ln V = ln n ln P + ln T + ln R (n)

7
dengan ln R adalah tetapan integrasi. R kemudian dikenal sebagai tetapan gas dengan nilai
tertentu berdasarkan satuan energi yang digunakan.
nTR
ln V ln (o)
P
Dengan mengambil antilog dari persamaan o akan diperoleh:
nTR
V atau PV = n.R.T (p)
P
Persamaan p adalah persamaan keadaan gas ideal yang diturunkan dari hukum Avogadro, hukum
Boyle dan hukum Charles Gay Lussac.

Pengertian Kinetika
Kinetika kimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang proses yang
berhubungan dengan kecepatan atau laju suatu reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi. Dalam praktek suatu raksi kimia dapat berlangsung dengan laju atau kecepatan yang
berbeda-beda. Reaksi yang berlangsung sangat cepat misalnya adalah reaksi terbentuknya
endapan klorida dari larutan perak nitrat dengan larutan natrium klorida. Contoh lain misalnya
adalah reaksi antara larutan natrium tiosulfat dengan asam klorida encer yang akan membentuk
endapan belerang beberapa saat kemudian. Namun dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai
reaksi yang berlangsung lambat seperti misalnya peristiwa perkaratan atau korosi. Reaksi yang
menyangkut proses geologi juga berlangsung sangat lambat misalnya peristiwa pelapukan kimia
pada batu karang yang disebabkan oleh pengaruh air dan gas-gas yang terdapat di atmosfir.
Dalam industri suatu proses atau reaksi perlu dikondisikan sedemikian rupa sehingga
produknya dapat diperoleh dalam waktu yang sesingkat mungkin. Oleh karena itu dengan
mempelajari kinetika kimia maka seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi laju suatu reaksi
dapat dikendalikan sehingga lebih hemat dan efisien. Berkaitan dengan hal itu dalam materi
kinetika kimia ini akan dipelajari tentang laju atau kecepatan suatu reaksi, mekanisme reaksi,
orde reaksi dan faktor-faktor penentu laju suatu reaksi kimia.
Pengertian Laju Reaksi
Laju reaksi adalah perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi per satuan waktu. Karena
reaksi berlangsung ke arah pembentukan hasil, maka laju reaksi adalah pengurangan jumlah

8
perekasi per satuan waktu, atau penambahan jumlah hasil reaksi per satuan waktu. Untuk reaksi
sederhana berikut :
A+BC
laju reaksi dinyatakan sebagai berkurangnya konsentrasi molar zat A, sehingga satuan laju reaksi
yang umum adalah mol.L-1.detik-1 (Molar/detik). Laju reaksi dapat juga diterangkan melalui
pengurangan zat B atau bertambahnya zat C. Hal lain yang patut diperhatikan adalah tanda
negatif diberikan untuk laju pengurangan pereaksi dan positif untuk laju pembentukan hasil
reaksi, sehingga pernyataan laju reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:
Laju reaksi = - Laju pengurangan zat A
= - Laju pengurangan zat B
= + Laju pembentukan zat C
Secara matematik, untuk pereaksi A, jika konsentrasi mula-mula adalah a, dan pada
waktu t konsentrasi hasil reaksi adalah x, maka konsentrasi A yang tersisa adalah a x, maka
laju reaksinya dinyatakan dalam persamaan berikut :
Laju = - d (a - x)
dt
Untuk reaksi yang persamaan stokiometrinya bukan 1:1 perlu diperhatikan benar definisi tentang
laju reaksi. Misalnya reaksi berikut dalam suasana asam.

5 Br - + BrO3-+ 6 H+ 3 Br2 + 3 H2O

Dari persamaan reaksi dapat dilihat bahwa berkurangnya konsentrasi ion H+ enam kali lebih
cepat dari konsentrasi ion bromat, dan perubahan konsentrasi ion bromida lima kali lebih cepat
dari perubahan konsentrasi ion bromat. Dengan demikian, maka laju reaksi adalah 1/n kali
perubahan konsentrasi persatuan waktu untuk zat dengan n mol dalam persamaan reaksi. Oleh
karena itu maka:
1 d [ Br ] d [ BrO 3] 1 d [ H ] 1 d [ Br 2] 1 d [ Br ]

5 dt dt 6 dt 3 dt 3 dt
Contoh Soal:
1. Reaksi pembakaran metana CH4 : CH4(g) + 2 O2(g) CO2 (g) + 2 H2O(g). jika metana terbakar
dengan laju 0,15 mol L-1 s-1, hitung laju pembentukan CO2 dan H2O

9
Pembahasan :
Laju pembentukan CO2 =
2. Perhatikan reaksi :
4 NH3(g) + 3 O2(g) 2 N2(g) + 6 H2O(g)

Pada suatu saat terbentuk N2 dengan laju 0,60 mol L-1 s-1, hitung laju :
(a) Pembentukan H2O; (b) Pengurangan NH3; (c) Penggunaan O2
Pembahasan:
0,6 mol N2 6 mol H2O
Laju pembentukan H2O = --------- -----x --------------- = 1,8 mol H2O L-1s-1.
L.s 2 mol N2
0,6 mol N2 4 mol NH3
Laju pembentukan NH3 = --------- -----x --------------- = 1,2 mol NH3 L-1s-1.
L.s 2 mol N2
0,6 mol N2 3 mol O2
Laju penggunaan O2 = --------- -----x --------------- = 0,9 mol O2 L-1s-1.
L.s 2 mol N2
Hukum Laju Reaksi
Laju untuk beberapa reaksi dapat dirumuskan secara matematik. Rumusan laju reaksi
dikenal sebagai hokum laju atau persamaan laju. Untuk reaksi sederhana berikut,
a + bB cC + dD
Di mana besaran a, b, meruapakan koefisien reaksi maka laju reaksi, v, dinyatakan dalam
persamaan matematik sebagai berikut :
v = k [A]m[B]n
[A] dan [B] masing-masing adalah konsentrasi molar pereaksi A dan B, sedangkan pangkat m
dan n adalah bilangan bulat kecil, yang menunjukkan orde reaksi, meskipun dalam beberapa
kasus dapat berupa pecahan. Jika nilai m = 1, berarti reaksi merupakan orde satu terhadap A.
demikian juga halnya jika n = 2, artinya reaksi orde dua terhadap B, dan seterusnya. Jumla
pangkat m+n meruapakn orde reaksi total. Tak ada hubungan antara m dan n dengan koefisien a
dan b, namun secara kebetulan dalam beberapa kasus keduanya identik (m = a atau n = b). Faktor
k dikenal sebagai teatapan laju, koefisien laju, atau laju reaksi jenis. Faktor tersebut merupakan
sifat khas dari suatu reaksi dan hanya tergantung pada suhu.

10
Contoh Soal:
Jika data-data hasil ekperimen suatu reaksi sesuai persamaan :
+ bB cC
Percobaan [Ao], M [Bo], M v, M. Menit-1
I 0,250 0,125 8,0 x 10-3
II 0,500 0,250 3,2 x 10-2
III 0,250 0,250 1,6 x 10-2

Berdasarkan data-data tersebut, tentukanlah persamaan laju, orde reaksi, dan tetapan laju
reaksinya.
Pembahasan:
(a) Persamaan laju reaksinya adalah v = k [A]a [B]b
(b) Jika data-data dimasukkan ke dalam persamaan laju, maka:
I : 8,0 x 10-3 = k (0,250)a (0,125)b
II : 3,2 x 10-2 = k (0,500)a (0,250)b
III : 1,6 x 10-2 = k (0,250)a (0,250)b
Untuk mendapatkan nilai b, persamaan I dibagi dengan persamaan III:
8,0 x10 3 k[0,250]a [0,125]b
2
a b
0,5 (0,5) b b 1
1,6 x10 k[0,250] [0,250]
Untuk mendapatkan nilai a, persamaan II dibagi dengan persamaan III:
3,2 x10 2 k[0,50]a [0,250]b
2
a b
2 (2) a a 1
1,6 x10 k[0,250] [0,250]
(c) Tetapan laju, k dapat ditentukan berdasarkan salah satu persamaan:

1,6 x10 2 k[0,25]1[0,25]1 kx1,6 x10 2 0,06250 k 0,256


Orde Reaksi
Orde reaksi atau tingkat reaksi, sebagai orde kinetic berbeda dengan orde molekuler.
Orde molekuler menyangkut banyaknya molekul zat yang bereaksi sesuai persamaan reaksinya
(jumlah koefisien reaksi), orde ini sebenarnya diperoleh dari hasil eksperimen akan tetapi
nilainya persis sama dengan koefisien reaksi, sedangkan orde Kinetic diperoleh melalui
eksperimen yang nilainya tidak sama dengan koefisien reaksi.

11
Reaksi Orde Nol
Kadang-kadang laju suatu reaksi sama sekali tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi.
Laju reaksi seperti ini dapat ditentukan oleh parameter lain, misalnya peranan intensitas cahaya
dalam proses reaksi fotokimia, atau tersedianya enzim dalam reaksi-reaksi biokimia yang
dikatalis oleh enzim, dan sebagainya. Pada reaksi seperti itu, laju reaksi akan tetap. Marilah kita
memperhatikan contoh persamaan reaksi hipotetik berikut:
A P (hasil reaksi)
dA
Laju reaksi, k[ A]0 k
dt

Dalam persamaan ini tampak bahwa reaksi merupakan orde nol, karena pangkat-pangkat m, n
sama dengan nol, sehingga satuan k sama dengan satuan laju reaksinya. Hubungn antra k, dA,
dan dt setelah persamaan laju reaksi disederhanakan adalah:
-dA = k dt
A t
dA k dt
Ao t0

Untuk zat mula-mula adalah A0, dan zat sisa adalah A, hubungan tersebut menjadi,
-A = k.t + C, pada saat t = 0 A = Ao sehingga C = -Ao
-A = k.t - Ao
Ao - A = k.t atau [A] = [A]o - kt

Hubungan antra konsentrasi dengan waktu dari persamaan ini merupakan hubungan linier
dengan tg = -k. Konsentrasi A berkurang dari nilai maksimum, [Ao], pada saat t = 0 menjadi
[A] = 0 pada saat t = [Ao]/k. Tetapan lau reaksi, k, merupakan kemiringan kurva. Waktu yang
diperlukan untuk mengubah konsentrasi reaktan A, menjadi separuh konsentrasi mula-mula,
Ao, disebut waktu paruh (t)

12
Nilai [A] pada t = 0 --> [A]o

[A] Persamaan garis: [A] = [A]o - kt


tg k

[A]o adalah konsentrasi maksimum zat A sebelum reaksi berlangsung (t = 0). Pada saat reaksi
berlangsung setengah reaksi (t = t), maka persamaan ini dapat dituliskan dalam bentuk lain
yaitu:
Ao = Ao kt
t = Ao/2k atau k = Ao/2 t
dimensi k = mol L-1 / waktu

Reaksi Orde Satu


Reaksi peruraian hidrogen peroksida dalam larutan air, sesuai persamaan reaksi berikut:
H2O2 (aq) H2O + 1/2 O2 (g)

Reaksi tersebut merupakan reaksi orde satu terhadap H2O2, artinya bahwa [H2O2] pada
persamaan laju reaksinya berpangkat satu. Selama reaksi berlangsung, oksigen akan dilepaskan
dari campuran sampai reaksi sempurna. Reaksi ini berlangsung sangat lambat, dan umumnya
digunakan katalis untuk mempercepat reaksi. Persamaan laju reaksinya adalah laju reaksi = k
[H2O2]. Identik dengan kasus di atas, reaksi hipotetik berikut:
A P (hasil reaksi)

dA
Laju reaksi, k[ A]1
dt
dA
k .dt
[ A]

Jika persamaan ini diintegralkan maka ;

13
A t
dA
Ao A k t0 dt

-ln A = kt + C, pada saat t = 0 A = Ao, sehingga C = - ln Ao


-ln A = kt ln Ao
ln Ao ln A = kt
ln Ao/A = kt
log Ao/A = kt /2,303
log Ao log A = kt /2,303

log A = log Ao kt /2,303

Uraian persamaan di atas jika digambarkan dalam bentuk grafik akan memberikan suatu
persamaan garis lurus engan kemiringan grafik atau tg = - k/2,303. Untuk waktu paruh t,
maka A = A0. Dengan demikian laju reaksi orde satu menjadi:

A0 kt
log 1/ 2
Ao 2,303
2
kt
log 2 1 / 2 , atau
2,303
0,693
t1 / 2 , atau
k
0,693
k
t1 / 2

dimensi k = 1/waktu = bilangan /menit atau detik


Reaksi Orde Dua
Jika kita memperhatikan reaksi hipotetik berikut ini, maka persamaan laju reaksinya
menunjukkan nilai pangkat m = 2 untuk pereaksi, A, yang berarti bahwa reaksi tersebut
merupakan reaksi orde dua terhadap pereaksinya.
2 A P (hasil reaksi)

14
dA
Laju reaksi, k[ A]2
dt
dA
k .dt
[ A]2

Jika persamaan ini diintegralkan, maka :

A t
dA
Ao A2 k t0 dt

1/A = kt + C, pada saat t = 0, C = 1/Ao

sehingga 1/A = kt + 1/Ao

Apabila persamaan laju reaksi orde dua tersebut digambarkan dalam bentuk grafik akan
memberikan suatu persamaan garis lurus dengan kemiringan kurva, tg = k. dan untuk waktu
paruh, t, maka A = A0. Dengan demikian persamaan lajunya diubah menjadi :
2/Ao = kt1/2 + 1/Ao
Atau
2/Ao 1/Ao = kt1/2
1/Ao = kt1/2 t1/2 = 1 / k. Ao
bilangan
k = 1/ t1/2 Ao dimensi k
[mol].L1 .waktu
Contoh Soal:
Apabila konsentrasi hidrogen peroksida adalah 0,78 M. dan laju reaksi sesuai persamaan reaksi
H2O2 (aq) H2O + O2(g) adalah 5,7 x 10-4 mol.L-1.det-1. Tentukanlah besar tetapan laju, k,
untuk reaksi orde satu tersebut.

Pembahasan:
Untuk reaksi orde satu, persamaan laju reaksinya adalah :
v = k [A]

15
v 5,7 x10 4 mol.L1 . det 1
k 7,3x10 4 det
[ H 2 O2 ] 0,78M

Contoh soal:
Suatu larutan hidrogen peroksida dalam air dengan konsentrasi awal 2,32 M dibiarkan
terdisosiasi sesuai persamaan reaksi : H2O2 (aq) H2O + O2(g). Jika untuk reaksi
dekomposisi tersebut memiliki nilai k sebesar 7,3 x 10-4 det-1, berapa banyak hidrogen peroksida,
dalam satuan molar, yang tersisa setelah reaksi berlangsung 20 menit ?

Pembahasan:
Diketahui : [A0] = 2,32 M; k = 7,3 x 10-4 det-1; t = 20 menit = 1200 detik
Berdasarkan dimensi k, maka soal tersebut mengikuti persamaan reaksi orde satu:

log A = log Ao kt/2,303

Sehingga:
7,3x10 4 det 1 x1200 det
log A log 2,32
2,303
log A 0,365 0,380 0,015
A 10 0,015 0,97 Molar

Contoh soal:

Pada reaksi dekomposisi hipotetik, A 2 B + C, tentukanlah waktu paruh reaksi tersebut jika
konsentrasi awal A adalah 1,00 M, dan tetapan laju k = 0,12 mol-1.L.menit-1.

Pembahasan:
Berdasarkan dimensi k, maka reaksi tersebut adalah orde dua dengan waktu paruh:
1 1
t1 / 2 8,3 menit
k . A0 0,12mol .L.menit 1 x1mol.L1
1

16
Defenisi dan Peranan Kinetika

Laidler

Kinetika kimia studi kuantitatif tentang laju reaksi kimia dan faktor2 yang mempengaruhinya

Moore and Pearson

Kinetika adalah bagian dari ilmu tentang gerak (motion). Di dalam fisika ilmu ttg gerak (motion) di sebut
dengan dynamics dan dibagi lagi menjadi kinematika, yang membahas tentang perpindahan massa, dan
kinetika yang berhubungan dengan efek-efek gaya terhadap perpindahan (motion). Di dalam kimia tidak
ada pembagian/pembedaan (distinction) demikian yang dibuat.

Kinetika menguraikan perihal laju reaksi dan segala faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, dan
penjelasan laju yang berkenaan dengan mekanisme reaksi.

Laju (rate = besarnya perubahan yang terjadi persatuan waktu)

Kamus Kimia Fisika DEPDIKNAS

Rate of reaction = laju reaksi = banyaknya pereaksi yang mengalami perubahan per satuan waktu atau
banyaknya hasil reaksi yang terbentuk per satuan waktu, dalam satuan massa per satuan waktu, misalnya
molar per detik.

Apa bedanya: rate, speed , velocity ?

Ruang lingkup kinetika kimia

Ada dua jenis masalah dalam investigasi kinetik

(a) penentuan hubungan antara laju dengan beberapa faktor: konsentrasi, temperatur
dan tekanan
(b) interpretasi hukum empirik terkait dengan mekanisme reaksi simulasi dengan
software komputer etc.

3. Klasifikasi Reaksi

Berdasarkan fasa dimana reaksi berlangsung

- Reaksi fasa gas


- Reaksi fasa cair
- Reaksi fasa padat

17
Berdasarkan proses terjadinya

(a) Reaksi elementer (unimolekuler, bimolekuler)

AP

A+BP

(b) Reaksi berurutan

AIP

Istilah dan hal-hal yang penting dalam belajar kinetika kimia

- konsep dasar kalkulus; diferensial, integral etc.


- laju konsumsi, laju pembentukan

- The unique rate of reaction ( )


- The extent of reaction ( )
- rate of homogenous reaction

- rate of heterogenous reaction

- rate constant

- rate law

- reaction order

18
Desain Persamaan Laju Reaksi

Penentuan Hukum Laju

Penentuan hukum laju dapat disederhanakan dengan metode isolasi dimana konsentrasi dari seluruh
reaktan, kecuali satu pereaksi, dibuat berlebih. Misalnya untuk reaksi A + B P, konsentrasi B dibuat
berlebih maka konsentrasinya akan konstant (secara pendekatan) selama reaksi. Walaupun hukum laju
yang sebenarnya adalah (upsilon) = k [A][B], nilai [B] dapat diapproksimasi dengan [B]o dan ditulis:

(upsilon) = k [A] dimana k= k [B]o

Yang merupakan bentuk hukum laju reaksi orde satu. Karena laju yang sebenarnya telah dipaksa
menjadi bentuk orde satu (dengan menganggap bahwa konsentrasi B konstan), maka bentuk diatas disebut
hukum laju orde-semu (pseudofirst-order rate law). Ketergantungan laju terhadap konsentrasi masing2
reaktan dapat dipelajari dengan mengisolasi mereka satu persatu (membuat seluruh bahan yang lain
berlebih). Hukum laju keseluruhan selanjutnya dapat dibuat dengan data2 tersebut.

Dalam metode laju awal (initial rates method) yang sering digunakan bersamaan dengan metode isolasi,
laju diukur pada awal reaksi untuk beberapa konsentrasi awal reaktan yang berbeda. Untuk kasus diatas
dimana B terisolasi

Metode untuk menentukan konstanta laju dan orde reaksi

(a) Metode diferensial


Dalam metode ini, data tidak dikumpulkan dalam bentuk konsentrasi terhadap waktu,
tetapi dinyatakan sebagai laju perubahan konsentrasi waktu terhadap konsentrasi reaktan.
Perhatikanlah persamaan laju umum yang melibatkan dua reaktan.
R1 + R2 P
rate = -d[R1]/dt = -d[R2]/dt = +d[P]/dt = k [R1]l[R2]m
atau
log (-d[R1]/dt) = log k + l log [R1] + m log [R2]

Nilai l (atau m) dapat dievaluasi dari kemiringan plot antara log (-d[R1]/dt) dan log [R1] (atau log
[R2]) dengan menjaga [R2] (atau [R1]) tetap. Nilai k dapat dihitung dari intersep dan orde reaksi.

19
(b) Metode integral
Metode ini merupakan suatu metode trial and error (empirik), yakni perubahan
konsentrasi dengan waktu yang diukur, dan harga k dihitung dengan menggunakan persamaan
terintegrasi yang berbeda untuk orde reaksi yang berbeda. Orde reaksi akan diperoleh dari
persamaan yang memberikan harga k yang tetap. Ini dapat dikerjakan secara analitik atau grafik.
Contoh soal
Data berikut diperoleh dalam eksperimen reaksi atom bromin dengan Cl2O. Hitung orde reaksi
terhadap atom bromin dan Cl2O
Waktu ( s) 0 40 70 100
[Cl2O]x10-3 24.4 19.7 17.85 16.56
(mol/m3)
[Br]x10-3 12.2 7.5 5.65 4.36
(mol/m3)

Jawab

Cl2O + Br P

Rate = k [Cl2O]n1[Br]n2
-Kombinasi n1 dan n2 yang memberikan harga k yang konstan adalah orde reaksi terhadap
reaktan
- misalnya n1 = 0 , n2 = 0 gunakan persamaan laju terintegrasi orde nol untuk menghitung k;
n1 = 1 , n2 = 0 orde satu dst.

20
Kombinasi k
n1 = 0 , n2 = 0 0.118 x 10-3 0.062 x 10-3 0.050 x 10-3
n1 = 1 , n2 = 0 5.34 3.29 2.33
n1 = 0 , n2 = 1 12.06 x 101 9.44 x 101 8.61 x 101
n1 = 2 , n2 = 0 2.5x 105 2.33x 105 2.0x 105
n1 = 0 , n2 = 2 1.27x 105 1.47x 105 1.70x 105
n1 = 1 , n2 = 1 5.40x 105 5.30x 105 5.30x 105

(c) Metode waktu paruh


Metode ini memerlukan penentuan waktu paruh sebagai suatu fungsi konsentrasi. Jika
waktu paruh tidak tergantung konsentrasi, orde reaksi adalah satu. Jika tidak, kemiringan dari
plot antara log t1/2 terhadap log [C]o memebrikan orde reaksi seperti dalam persamaan.
2 n 1 1
t1 / 2 n 1
(n 1)[C ]o k
n 1
2 1
log t1 / 2 log (n 1) log[ C ]o
(n 1)k

(d) Metode relaksasi

Metode ini digunakan untuk mengkaji reaksi2 yang cepat. Dalam metode ini, campuran
reaktan diganggu sedikit2 dari posisi kesetimbangan dengan bantuan lompatan temperatur,
lompatan tekanan, atau metode pulsa elektrik. Sistem yang terganggu tersebut kembali ke
kesetimbangan yang baru atau ke kesetimbangan yang lama, dan umumnya mengikuti kinetika
orde satu. Persamaan yang menggambarkan perilkau tsb adalah
[Ci ] [Ci ]o e t /

Dimana delta [Ci] = delta [Ci]o adalah perpindahan konsentrasi dari posisi kesetimbangan pada
waktu t dan t = 0, tau adalah waktu relaksasi. Bentuk diferensial dapat diperoleh dengan
mendiferensiasi terhadap t, yakni:

d[Ci ] / dt [Ci ]o e t / (1 / )
d[Ci ] / dt (1 / )[Ci ]

21
(e) Metode Analisis Guggenheim
Dalam persamaan2 tertentu, perlu untuk membaca t = tak terhingga sebelum persamaan
tsb dapat dianalisis, sedangkan metode ini tidak melibatkan pembacaan tsb. Dasar untuk metode
ini adalah perlunya pembacaan pada selAng waktu yang sama> Matematik yang perlu adalah
sebagai berikut. Perhatikan suatu reaksi orde I dan persamaan
[C ]1 [C ]0 e kt
[C ] 2 [C ]0 e k (t t )
[C ]1 [C ] 2 [C ]0 e kt (1 e kt )
ln([ C ]1 [C ] 2 ) kt ln[ C ]0 (1 e kt )
Plot ln ([C]1-[C]2) terhadap t akan memberikan kemiringan k

Interpretasi Data Percobaan

Laju Reaksi

Kinetika kimia merupakan pengkajian laju dan mekanisme reaksi kimia. Yang lebih

mendasar daripada sekedar laju suatu reaksi adalah bagaimana perubahan kimia itu berlangsung.

Tak peduli bagaimana ruwetnya persamaan secara keseluruhan, umunya reaksi berlangsung

dengan cara bertahap yang sederhana, dengan tiap tahap biasanya melibatkan hanya satu, dua,

atau tiga pertikel sebagai pereaksi.

Laju didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi per satuan waktu. Satuan yang umum

adalah mol dm-3-1. Umumnya laju reaksi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi dan dapat

dinyatakan sebagai berikut:

Laju f (C1, C2, . . . Ci) (2.1)

Atau

Laju = k f (C1, C2, . . . Ci) (2.2)

22
Dimana k adalah konstanta laju, juga disebut konstanta spesifik atau konstanta kecepatan, C1, C2,

. . . adalah konsentrasi dari reaktan-reaktan dan produk-produk.

Pengukuran Laju Reaksi

Fase Gas

Dari aspek kinetika, reaksi antara kernel U3O8 sebagai fasa padat dengan gas H2 dalam

media gas N2 adalah reaksi satu arah (irreversible) dan bersifat endotermik berorde satu. Reaksi

ini dilakukan pada suhu tinggi dengan kondisi vakum di dalam tungku reduksi. Sebelum reaksi,

gas oksigen atau udara dalam reduktor dikeluarkan dengan mengalirkan gas N2 pada tekanan

tertentu. Hal ini dikarenakan gas oksigen dapat bereaksi dengan gas H2 membentuk molekul H2O

sehingga kemampuan gas H2 untuk mereduksi kernel U3O8 menjadi kernel UO2 berkurang dan

proses reduksi tidak sempurna. Proses reduksi di atas terdiri dari dua tahapan. Pada tahap

pertama, terjadi reaksi antara molekul U3O8 dengan gas hidrogen menjadi molekul U4O9 di

permukaan padatan. Laju reaksinya sebanding dengan konsentrasi hidrogen dan oksigen di

permukaan kernel oksida uranium, diikuti perubahan struktur kristal U3O8 dan terbentuknya

struktur kristal U4O9. Pada tahap kedua, terjadi perubahan molekul U4O9 menjadi molekul UO2.

Pada tahap ini, reaksi terjadi pada bagian tengah partikel tetapi tidak terjadi perubahan besar

pada struktur kristal oksida uranium tersebut. Mekanisme reaksi antara kernel U3O8 dengan gas

H2 dalam media N2 adalah sebagai berikut.

4U3O8 + 5H2 3U4O9 + 5H2O (1)

3U4O9 + 3H2 12UO2 + 3H2O (2)

4U3O8 + 8H2 12UO2 + 8H2O (3)

atau

U3O8 + 2H2 3UO2 + 2H2O (4)

23
Agar reaksi dapat berlangsung, diperlukan energi aktivasi minimum untuk mendorong gas H2

masuk ke dalam padatan dan bereaksi dengan molekul U3O8. Laju reaksi antara kernel U3O8

dengan gas H2 ditentukan oleh kontrol reaksi kimia berorde satu, seperti ditunjukkan pada

persamaan berikut.

1
Laju reaksi = - = sCg

1 ()
- 4 2 = sCg

1 (4/3 3 )
- 4 2 = sCg

1 4 2 dr
- 4 2 = sCg



=
0


(r R0) = (t 0)


R0 (1 r/R0) =

Dengan pustaka diketahui:



= (1-Xb)1/3

Jadi diperoleh:

{1(1)1/3}
kt =

energi aktivasi dapat ditentukan dari hubungan antara suhu dengan konstanta laju reaksi
dengan menggunakan persamaan Arrhenius:
k = Ae-E/RT

dimana A dan R merupakan konstanta, dan E adalah energi. Dari subtitusi kt ke dalam
persamaan diatas,diperoleh:
{1(1)}1/3}
= Ae-E/RT

24
Dengan menggunakan persamaan diatas ke dalam bentuk logaritme natural diperoleh
persamaan garis lurus:
{1)1/3}
ln [ ] = ln A - Ae-E/RT

dimana Sest = luas permukaan butiran padatan (cm2)


Db = densitas kernel U3O8 (g/cm3)
Ro = jari-jari butiran kernel UO2 (cm)
b = koefisien reaksi pada kernel U3O8 untuk satu mol gas H2, b=0,5
t = waktu reduksi (jam atau detik)
Cg = konsentrasi gas H2 (mol/cm3)
Cb = (mol b/ cm3 padatan) x V(cm3 padatan)


Xb = =

T = T (oC) + 273K

R = tetapan gas ideal sebesar 1,985 kal/molK

ks = konstanta laju reaksi (det-1)

Fase Cair

Pada tahun 1889 Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan empirik yang


menggambarkan pengaruh suhu terhadap konstanta laju reaksi. Persamaan yang diusulkan
adalah:
K = Ae Ea / RT

K = konstanta laju reaksi


A = faktor frekuensi
Ea = energi aktivasi
Persamaan (1) dalam bentuk logaritma dapat ditulis:

ln k = ln A (Ea/RT)

Ea 1
ln k = - x + ln A
R T

25
Dari persamaan (2) di atas terlihat bahwa kurva ln K sebagai fungsi dari 1/T akan berupa garis
lurus dengan perpotongan (intersep) ln A dan gradien Ea/R.

Efek Temperatur pada Konstanta Laju

Umumnya konstanta laju meningkat dengan meningkatnya temperatur, dan harganya kira-kira
dua kali untuk tiap kenaikan 10oC. Hubungan kuantitatif pertama antara k dan temperatur adalah
karena persamaan Arrhenius.

k= A eksp (-Ea / RT)


atau

ln k = ln A -

di mana A dalah faktor pra eksponensial atau faktor frekuensi Ea adalah energi pengaktivasi,
yakni molekul-molekul harus mempunyai energi sebanyak ini sebelum membentuk
produk.persamaan di atas mensyaratkan bahwa satuan Ea harus merupakan (energi) (mol-1). Arti
fisik dari mol-1 adalah hanya merupakan batasan konsentrasi yang dugunakan dalam kinetika
kimia dinyatakan sebagai mol dm-3 atau mol m-3. Kedua faktor A dan Ea dikenal sebagai
parameter Arrhenius. Plot dari log k terhadap T-1 adalah linear untuk sejumlah besar reaksi dan
pada temperatur sedang. Hubungan antara konstantalaju pada dua temperatur adalah

1 1
ln 2 = [ ]
1 1 2

plot E (energi) terhadap perkembangan dari (koordinta reaksi) diperlihatkan dalam gambar di
bawah. Lengkungan dalam kurva tersebut memberikan energi aktivasi. Perbedaan antar energi

26
reaktan dan produk dikenal sebagai panas reaksi. Jadi energi aktivitasi untuk reaksi sebaliknya
akan menjadi

Ea (r) = Ea (f) H

Kecuali untuk n = 1, hubungan antara waktu paruh dan konstanta laju adalah

21
1 = (1)[]1 (a)
2 0

Atau

21 1
ln T12 = ln (1)[]01 - ln k (b)

Dengan mengombinasi persamaan (a) dan (b)

21 1
ln T12 = ln (1)[]01 - ln A +


= ln A +
21 1
Dimana A = (1)[]01

Hubungan di atas menunjukkan bahwa kenaikan temperatur mengurangi waktu paruh,


sebagaimana diharapkan. Plot selanjutnya dari ln t1/2 terhadap 1/T menunjukkan garis lurus , dan
kemiringan memberikan harga Ea.


Konstanta laju efektif k = 2 2 (1 ) pada tahap awal reaksi. Hitung energy pengaktivasi efektif.
3 5


Sekarang k = 2 2 (1 )
3 5

Dan karena persamaan Arhenius

k = A eksp (-Ea/RT)

Dengan mengombinasi kedua persamaan tersebut


2 ((2) /) 1 ((1) )/
k = A eksp (-Ea/RT) = 2 ( )
3 ((3) /) 5 ((5) /)

27
2 1 1/2 1 1
=2 eksp ( [(2) (3) + (1) (5) ]) /
3 5 1/2 2 2

Jadi energi pengaktivasi Ea adalah

1
Ea = (2) (3) + ((1) (5) )
2

Dan

2 1 1/2
A = 2
3 5 1/2

Harga k yang diamati untuk reaksi 2 HI H2 + I2 pada 356C dan 443C masing masing
adalah 3,03 x 10-5 mol-1 dm3 s-1 dan 2,53 x 10-3 mol-1 dm3 s-1. Hitung Eaf untuk ke depan dan Eaf
untuk reaksi sebaliknya jika H = 16,32 kJ mol-1.

Dengan menggunakan persamaan:

2,53 103 1 3 1 . 1 1
ln(3,02 105 1 3 1 ) = [ 716] 1
8,314 1 1 629

Ea.f =190,58 kJ mol-1

H = Ea.f x Ea.r

Ea.r = Ea.f -H = 190,58 -16,32 = 174,26 kJ.

III. PENUTUP
3.1. Rangkuman
- Pemahaman integral dan diferensial yang baik akan mempermudah mahasiswa dalam
memahami konsep dasar kinetika.
- Metode penentuan orde reaksi: metode diferensial, metode integral dan metode waktu
paruh, metode relaksasi, metode Analisis Guggenheim. Metode-metode tersebut adalah
metode experimental yang dilakukan di laboratorium.
- Umumnya konstanta laju meningkat dengan meningkatnya temperatur, dan harganya
kira-kira dua kali untuk tiap kenaikan 10oC. Hubungan kuantitatif pertama antara k dan
temperatur adalah karena persamaan Arrhenius.

28
3.2. Soal Tes Formatif
1. Turunkan persamaan laju reaksi dalam bentuk diferensial dan terintegrasi untuk reaksi-
reaksi berikut:
(a) orde nol: H K (d) orde dua: H + K Z
(b) orde satu: H K (e) orde dua: 2H + K Z
(c) orde dua: H K (f) orde dua: 3H + 2K Z
2. Seorang mahasiswa ingin menentukan persamaan laju untuk reaksi asam asetat dan etanol
dengan bantuan katalis asam. Tuliskan reaksi dan hasil reaksinya. Tuliskan tiga metode yang
bisa digunakan untuk tujuan tersebut. Berdasarkan metode itu, data-data apa saja yang perlu
diambil. Tuliskan prosedurnya secara global dan berikan analisis data dalam mengkonstruksi
persamaan laju untuk reaksi diatas.
3. Data berikut diperoleh melalui percobaan untuk dekomposisi fasa uap etilen oksida
pada suhu 414 C
C2H4O(g) CH4(g) + CO(g)

t/menit 0 9 13 18 50 100
ptotal/mmHg 116,5 129,4 134,7 141,3 172,1 201,2
Hitung orde dan konstanta laju untuk reaksi ini. Tuliskan persamaan laju reaksinya.
Untuk menentukan energy aktivasi reaksi itu, data-data apalagi yang dibutuhkan.
4. Pada temperatur 300 K, suatu reaksi telah berlangsung sebesar 20% dalam waktu
12,6 menit. Jika suhu dinaikkan menjadi 340 K dibutuhkan waktu selama 3.2 menit
untuk mengalami proses yang sama. Hitunglah energi aktivasi dari reaksi tersebut.
3.3. Daftar Pustaka
1. E. T. Denisov, G. I. Likhtenshtein, O.Sarkisov, Chemical Kinetics: Fundamentals and
New Developments, 2003, Elsevier Science & Technology Books
2. Chorkendorff, J.W. Niemantsverdriet, Concepts of Modern Catalysis and Kinetics,
2003 WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim
3. J. E. House, Principles of chemical kinetics, 2007, Elsevier Inc.
4. K. J. Laidler, Reaction Kinetics:Volume II-Reactions in Solution, 1963, Pergamon
Press.
5. L. Arnaut,S. Formosinho, H. Burrows, Chemical Kinetics; From Molecular Structure
to Chemical Reactivity, 2007 Elsevier B.V.
6. M. A. Vannice, Kinetics of Catalytic Reactions, 2005 Springer ScienceBusiness
Media, Inc.
7. M. R. Wright, An Introduction to Chemical Kinetics, 2004, John Wiley & Sons, Ltd.
ISBNs: 0-470-09058-8 (hbk) 0-470-09059-6 (pbk)

29

Anda mungkin juga menyukai