Mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan Tipe-instrumen
2. Menjelaskan Karakteristik statik dan
dinamik dari instrument
3. Menghitung dan menganalisis galat
(error) pengukuran, akurasi, presisi and
galat batas (limiting error).
Chap 2. : Tipe Instrumen
kesalahan Absolut , e =
dimana – nilai yang diharapkan
– nilai yang diukur
% kesalahan =
Accuracy (Akurasi)
Akurasi relatif,
𝑋𝑛 − 𝑋 𝑛
Presisi, P = 1−
| |
𝑋𝑛
dimana - nilai pengukuran ke n
𝑌 𝑛 − 𝑋 𝑛 = 0.9875
iii. Akurasi relatif, 𝐴=1−
| |𝑌𝑛
Solusi
Contoh 1.4
Solusi
Contoh 1.4
===>> 2 s.f
===>> 3 s.f
Solution (Contoh 1.4)
===>> 2 s.f
===>> 3 s.f
Presisi =
Contoh 1.5
V1 = 6.31 V
+ V2 = 8.736 V
maka VT = 15.046 V
15.05 V
Angka Signifikan (cont)
Contoh 1.6
===> 3 s.f
===> 3 s.f
= 0.09339
= 0.0934 watt = 93,4 mW ===> 3 s.f
Angka Signifikan (cont)
3) Penghilangan angka tidak signifikan
Defleksi (mm) 0 20 40 60
Instrumen ini digunakan pada suhu 30°C memiliki karakteristik defleksi/beban menjadi sbb :
Beban (kg) 0 1 2 3
Defleksi (mm) 5 27 49 71
Hitunglah berapa nilai zero drift and sensitivity drift per °C perubahan suhu ambien ?.
Solusi :
Pd suhu 20°C karakteristik defleksi thd beban berupa garis lurus Sensitifitas = 20 mm/kg
Pd suhu 30°C karakteristik defleksi thd beban masih berupa garis lurus Sensitifitas=22 mm/kg
Bias (Zero drift) = 5 mm (no-load deflection)
Sensitivity Drift = 2 mm/kg
Zero drift/°C = 5/10 = 0,5 mm/°C
Sensitivity drift/°C = 2/10 = 0,2 (mm/kg)/°C
Pengaruh gangguan a)zero drift b)sensitivity drift c)zero drift + sensitivity drift
Karakteristik Performansi
Hysteris – variabel yang diukur (measurand) oleh instrumen pada arah membesar
(naik/maju) dan mengecil (turun/mundur) menghasilkan nilai pembacaan pada
instrument tidak saling berimpit (coincident)
Efek hysterisis isi terjadi pada instrumen yang menggunakan pegas (spring) mekanik
sebagai transducernya seperti pada alat ukur torsi, atau lilitan kabel elektrik yang
melingkari inti besi seperti misalnya alat ukur pergeseran posisi (displacement) yang
menggunakan transducer LVDT
Nilai Hysterisis dinyatakan dengan prosentase terhadap skala penuh mesurand
variable atau skala penuh pembacaan instrument
Karakteristik Performansi
Dead space – didefinisikan sebagai kisaran (range) dari perbedaan variabel yang
diukur (measurand/input) yang tidak menghasilkan nilai pembacaan pada instrumen
(output)
Instrumen Orde Nol (Zero Order Instrument) : Jika a1 .... an bernilai nol
(ao 0 )
Maka persamaan (1) menjadi
aoqo = boqi atau qo = bo/ao .qi atau qo = k .qi
dimana K adalah konstanta (gradient) atau sering disebut dengan sensitifitas
Bentuk hubungan antara measurand dengan nilai pembacaan instrumen dinyatakan
dalam bentuk kurva sbb :
Contoh instrument Orde Nol adalah transducer potensiometer yang digunakan untuk
mendeteksi displacement yang berubah terhadap nilai resistansi dimana nilai
pembacaan instrument adalah nilai tegangan dari resistansi tersebut
Karakteristik Dinamik Instrumen
Instrumen Orde Satu (First Order Instrument) : Jika a2 ... an bernilai nol
(ao dan a1 0 )
Maka persamaan (1) menjadi :
Jika ekspresi d/dt dinyatakan dalam operator s (Laplace Operator) maka pers. diatas
berbentuk :
a1 s Qo(s) + ao Qo(s) = bo Qi(s) -- Qo(s) =
dinyatakan dalam bentuk yang disederhanakan menjadi :
Karakteristik Dinamik Instrumen
Instrumen Orde Dua (Second Order Instrument) : Jika a3 ... an bernilai nol
(ao , a1 dan a2 0 )
Maka persamaan (1) menjadi :
Jika ekspresi d/dt dinyatakan dalam operator s (Laplace Operator) maka pers. diatas
berbentuk :
a2 s2 Qo(s) + a1 s Qo(s) + ao Qo(s) = bo Qi(s)
disederhanakan menjadi :
Chap 3 : Kesalahan Kesalahan Pada
Pengukuran
Mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan jenis kesalahan dan
penyebabnya
2. Menghitung nilai mean, median,
deviation, standadr deviation
3. Menganalisis galat (error) akibat
kesalahan sistematik maupun kesalahan
random (acak)
Chap 3 : Kesalahan Kesalahan Pada
Pengukuran
Jenis Kesalahan
1) Gross error/human error
2) Systematic Error
Instrumental error
Environmental error
Observational error
3) Random Error
Penyebab Kesalahan Pengukuran
1) Gross Error
Kesalahan manusia (human mistakes) dalam pembacaan/
penggunaan instrumen
Pengaturan tidak benar (incorrect adjustment) dari
instrumen dan kesalahan komputasi (computational
mistakes)
Gross error tidak dapat diperlakukan secara matematis,
tidak dapat di eliminasi tapi dapat diminimalkan
Misalnya kehatian-hatian (proper care) dalam pembacaan
dan perekaman parameter pengukuran
Penyebab Kesalahan Pengukuran
2) Systematic Error
Proses Pengukuran yang menimbulkan gangguan
(disturbance)
Ketidaksempurnaan dari instrumen seperti misalnya part
yang cacat atau aus (wear), penuaan atau pengaruh dari
lingkungan
Dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu kesalahan statik dan
kesalahan dinamik.
Statik – diakibatkan oleh keterbatasan alat ukur atau
Environmental error
Observational error
Penyebab Kesalahan Pengukuran
Instrumental error
- melekat (inherent) dalam struktur instrumen, misalnya
pada struktur mekanik : gesekan dari bearing, pergerakan
tension/stretching dari pegas
- kesalahan dapat dicegah dengan cara :
(a) pemilihan instrumen yang cocok (suitable) untuk
aplikasi pengukuran yang tertentu
(b) menerapkan faktor koreksi (correction factor)
(c) Mengkalibrasi instrumen terhadap standar
Penyebab Kesalahan Pengukuran
Environmental error
- Diakibatkan kondisi luar yang mempengaruhi pengukuran seperti
misalnya perubahan suhu, kelembaban, tekanan dlsb.
Observational error
- disebabkan oleh pengamat (observer)
- Yang paling umum : parallax error and estimation error
(ketika membaca skala)
Penyebab Kesalahan Pengukuran
3) Random error
- penyebab tidak diketahui (muncul ketika semua
systematic error sudah diperhitungkan)
- akumulasi dari pengaruh2 kecil yang membesar
- Dapat dicegah dengan
(a) meningkatkan jumlah pembacaan
(b) menggunakan statistik untuk mendapatkan
aproksimasi terbaik dari nilai benar (true value)
Systematic error : Gangguan karena
Proses Pengukuran
Proses pengukuran selalu memunculkan gangguan
(disturbance)
Mengukur Air panas dengan mencelupkan Thermometer.
Proses heat transfer antara air panas dengan material dari
Thermometer mengakibatkan suhu air panas disekitar
Thermometer menjadi turun
Mengukur kecepatan aliran fluida dengan orifice plate
(instrumen yang mengukur kec.aliran dengan melihat
perbedaan tekanan masuk dan keluar). Mencelupkan
instrumen ini kedalam aliran mengakibatkan terjadi
kehilangan tekanan (pressure loss) dalam aliran fluida
Mengukur besaran tegangan sebuah rangkaian dengan
menggunakan Voltmeter yang memiliki resistansi dalam
Systematic error : Gangguan karena
Proses Pengukuran
Pengukuran rangkaian elektrik
X0 = Ei.Km.Ks
Pengukuran 409 406 402 407 405 404 407 404 407 407 408
Deviasi dari nilai rata-rata 3 0 -4 +1 -1 -2 +1 -2 +1 +1 +2
(deviasi)2 9 0 16 1 1 4 1 4 1 1 4
Nilai Rata-rata = 406 Median = 407 Sebaran = 6
(deviasi)2=42 n = 11 V = 4,2 = 2,05
Pengukuran 409 406 402 407 405 404 407 404 407 407 408
406 410 405 406 408 406 409 406 405 409 406 407
x : nilai pengukuran
m : nilai rata-rata
Nilai F(z) pada tabel ini menunjukkan luas dari kurva sampai dengan nilai
z dan hanya untuk nilai z > 0
Untuk nilai z < 0 maka F(-z) = 1 – F(z)
Random Error : Analisis Grafis
Random Error : Analisis Grafis
Contoh : Hitunglah berapa banyak pengukuran yang mengalami random
error di luar batas deviasi sebesar + dan -, yang ditunjukkan dalam
gambar di bawah ini :
Untuk E = + , maka Z = +1
Menggunakan Tabel 3.1 Standar deviasi diperoleh
𝑥=𝑥 𝑚𝑒𝑎𝑛 ±𝛼
Sebagai contoh pengukuran panjang batang yang lalu, n=23, =1,88 dan
= 0,39 maka panjang batang dapat diekspresikan sebagai 406,5 + 0,4 (68
% confidence limit). Namun biasanya hasil pengukuran diekspresikan dalam
95 % confidence limit (batas + 2) Maka dalam kasus ini 2=3,76, 2=0,78
dan hasil pengukuran adalah 406,5 + 0,8 (95 % confidence limit)
Random Error : Analisis Grafis
Estimasi random Error Dalam Sebuah Pengukuran Tunggal
Pada beberapa situasi dimana pengukuran yang didalamnya mengandung
random error, seringkali tidak praktis untuk diulang. Jika dilakukan hanya
satu (1) kali pengukuran, diperlukan cara untuk mengestimasi error dalam
pengukuran tunggal ini
Pendekatan yang biasa dilakukan untuk persoalan diatas dengan
menghitung error pada 95% confidence limit, yaitu dengan menghitung
deviasi D sdmk sehingga 95 % luas dibawah kurva probabilitas terletak
dalam batas + D . Batas ini terkait dengan nilai deviasi = + 1,96
Namun pendekatan diatas hanya mengekpresikan deviasi maksimum dari
sekelompok pengukuran yang bukan merupakan nilai benarnya (true value),
sehingga perlu ditambahkan kesalahan standar nilai rata-rata (), sehingga
kesalahan maksimum yang mungkin terjadi pada pengukuran tunggal
adalah :
)
Random Error : Analisis Grafis
Estimasi random Error Dalam Sebuah Pengukuran Tunggal
Sebagai contoh : Pengukuran terhadap sebuah standar massa sebanyak 30
kali dengan instrumen pengukuran yang sama, menghasilkan nilai = 0,43
dan = 0,08. Jika instrumen ini digunakan untuk mengukur massa yang
tidak diketahui nilainya dan pembacaan menunjukkan nilai 105,6.
Bagaimana mengekpresikan nilai massa ini ?
Dengan mengekspresikan nilai : ) = 0,92
maka nilai massa diekespresikan sebagai : 105,6 + 0,9
dimana
𝛼 = 𝜎
√𝑛
Random Error : Analisis Grafis
Distribusi dari Toleransi Proses Manufaktur
Seperti halnya random error yang terjadi pada proses pengukuran, pada
proses manufaktur pun terjadi variasi hasil produk yang bersifat random,
yang dikenal dengan toleransi (tolerance), yang memenuhi distribusi
gaussian. Analisis sebelumnya tentang pengukuran kesalahan yang random
dapat diaplikasikan untuk menganalisis distribusi variasi pada proses
manufaktur ini.
Sebagai contoh : Chip IC berisi 105 transistor. Transistor-transistor ini
memiliki penguatan arus rata-rata = 20 dengan nilai standar deviasi = 2.
Hitunglah :
1. Jumlah Transistor dengan penguatan arus diantara 19,8 dan 20,2
2. Jumlah Transistor dengan peguatan arus lebih besar dari 17
Random Error : Analisis Grafis
Distribusi dari Toleransi Proses Manufaktur
Solusi :
1. Jumlah Transistor dengan penguatan arus diantara 19,8 dan 20,2
P[x < 20,2] – P[x < 19,8] = P[z < 0,1] – P[z < -0,1]
[- sebelum dinormalisasi -] [- setelah distandarkan -]
dengan z = (x – xmean)/
dengan melihat tabel 3.1 (gaussian standar) diperoleh :
P[z < 0,1] = 0,5398, P[z < -0,1] = 1 - P[z < 0,1] = 0,4602
maka : P[z < 0,1] – P[z < -0,1] = 0,0796
Dgn dmk tdp 0,0796 x 105 =7960 Transistor dengan 19,8 < gain < 20,2
2. Jumlah Transistor dengan penguatan arus lebih besar dari 17
P[x > 17] = 1 - P[x < 17] = 1 - P[z < -1,5] = P[z < 1,5] = 0,9332
Dgn dmk tdp 0,9332 x 105 =93.320 Transistor dengan gain > 17
)
Kesalahan total merupakan kecenderungan kesalahan maksimum (likely maximum error) dari
kesalahan sistematik2dan kesalahan
2 random, yang diekspresikan sbb :
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟= √ 𝑥 + 𝑦
Standar ANSI dan ASME mengikuti ketentuan likely maximum error dengan pertimbangan
bahwa kesalahan sistematik dan kesalahan random tidak saling bergantungan (independent)
sehingga tidak ada kecenderungan maksimum/minimum kesalahan sistematik dan kesalahan
error terjadi pada satu saat bersamaan
Penggabungan (Aggregation)
Kesalahan Pengukuran
Penggabungan kesalahan dari Pengukuran Terpisah
Kesalahan (error) Pada Penjumlahan (Sum)
jika terdapat data pengukuran yang terpisah yaitu y + ay dan z + bz akan dijumlahkan
maka hasil penjumlahan dan kesalahan yang terjadi yang terjadi dapat dinyatakan
dalam berbagai cara :
Cara 1 : biasa
Smax = (y + ay )+ (z + bz ) dan Smin = (y - ay )+ (z - bz ) atau
S = (y + z) + (ay + bz)
cara 1 tidak nyaman untuk menyatakan error dalam bentuk pecahan/prosentase dari S
Cara 2 : kesalahan likely max. Error
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 (𝑒 )=√ ( 𝑎𝑦)2 +(𝑏𝑧 )2
S = (y + z) + e atau S = (y + z)(1 + f ) dimana f = e/(y + z)
cara kedua dapat digunakan jika pengukuran kedua data tsb. independent
Contoh : Sebuah rangkaian untuk mendapatkan nilai resistansi 550 dilakukan dengan
menserikan dua resistor bernilai 220 dan 330 dengan toleransi + 2%
Penggabungan (Aggregation)
Kesalahan Pengukuran
Penggabungan kesalahan dari Pengukuran Terpisah
Kesalahan (error) Pada Pengurangan (difference)
jika terdapat data pengukuran yang terpisah yaitu y + ay dan z + bz akan dikurangi
maka hasil pengurangan dan kesalahan nilai yang terjadi yang terjadi dapat dinyatakan
dengan (sesuai dengan cara 2 pada penjumlahan yl. Dengan asumsi dua data tersebut
tidak saling berkorelasi atau independent) :
S = (y - z) + e atau S = (y - z)(1 + f ) dimana f = e/(y - z)
dengan e (sama dengan pada penjumlahan yang lalu)
2 2
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 (𝑒 )= √ ( 𝑎𝑦) +(𝑏𝑧 )
Contoh : Kecepatan alir fluida dilakukan dengan mengukur selisih tekanan pada dua sisi
dari orifice-plate. Jika tekanan masing-masing sisi adalah 10 Bar dan 9,5 Bar dengan
masing kesalahan pengukuran adalah + 0,1%. Nilai dan e dan f dapat dihitung sbb :
Sdiff = 0,5 + 2,8% (error menjadi relatif besar karena ada proses pengurangan)
Penggabungan (Aggregation)
Kesalahan Pengukuran
Penggabungan kesalahan dari Pengukuran Terpisah
Kesalahan (error) Pada Perkalian (product)
jika terdapat data pengukuran yaitu y + ay dan z + bz [ ay dan bz merupakan bilangan
pecahan atau prosentase dari y dan z, bukan nilai absolut] akan dikalikan maka hasil
perkalian dan kesalahan nilai yang terjadi dapat dinyatakan dengan :
Untuk ay << 1 dan bz << 1 maka aybz dan b2z2 dapat diabaikan, sehingga :
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 (𝑒 )=√ 𝑎 2+𝑏 2
Contoh : Berat jenis bahan yang dihitung dari massa dan volume beban yang masing2
memiliki kesalahan + 2% dan +3% adalah :
Penggabungan (Aggregation)
Kesalahan Pengukuran
Kesalahan Total dari Kombinasi Berbagai Pengukuran
Seringkali diperlukan sejumlah pengukuran pada variabel berbeda diperlukan untuk
menghasilkan sebuah nilai pengukuran melalui proses aritmatika. Sebagai contoh berat
jenis sebuah benda padat berbentuk kubus dapat dihitung dengan mengukur massa
dibagi dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi kubus. Kesalahan yang terlibat dalam
tahapan pengolahan aritmatikanya akan kumulatif. Pada contoh ini, kesalahan total
akibat 2 kali tahapan perkalian (untuk mendapatkan volume) dijumlahkan, kemudian
dilakukan perhitungan total kesalahan dengan pada saat proses pembagian antara
massa dan volume (untuk mendapatkan berat jenis) dengan menjumlah kesalahan
sebelumnya dengan kesalahan dari massa
Sebagai contoh diketahui panjang (a), lebar (b), tinggi (c) dan massa (m) kubus adalah
sbb :
Solusi unttuk menghitung Volume adalah sbb :
Chap 4 : Kalibrasi Sensor dan Instrumen
Mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan prinsip-prinsip kalibrasi
Chap 4 : Kalibrasi Sensor dan Instrumen
Prinsip Kalibrasi
Kalibrasi merupakan proses membandingkan output (pembacaan) dari
instrumen atau sensor terhadap output dari instrumen yang
akurasinya diketahui untuk pengukuran input variabel (measurand)
yang sama. Proses ini dilakukan pada kisaran input yang melingkup
semua kisaran pengukuran dari instrumen/sensor
Tujuan Kalibrasi adalah menjamin bahwa akurasi pengukuran dari
instrumen/sensor diketahui di seluruh kisaran pengukuran dengan
syarat bahwa instrumen/sensor yang dikalibrasi tersebut digunakan
pada kondisi lingkungan yang sama pada saat dikalibrasi
Instrumen yang digunakan sebagai alat pengkalibrasi harus memiliki
akurasi yang lebih tinggi yang memang melekat (inherent) dalam alat
pengkalibrasi tersebut. Alat pengkalibrasi biasa tidak cocok digunakan
sebagai alat ukur untuk pengukuran biasa/normal/sehari-hari yang
biasanya memerlukan persyaratan tambahan lainnya (rugged, anti
shock, Water-proof dlsb.)
Pada umumnya alat pengkalibrasi berupa instrumen bertipe null-type
dengan akurasi tinggi dimana kebutuhan operator manusia (manual)
tidak masalah dalam situasi ini
Chap 4 : Kalibrasi Sensor dan Instrumen
Prinsip Kalibrasi
Proses kalibrasi dilakukan secara berulang pada interval pengulangan
yang telah ditentukan sebelumnya, karena karakteristik instrumen
berubah sepanjang perioda, yang disebabkan karena pengaruh
keausan (wear) mekanik, kotoran/debu/asap (dirt/dust/fumes) kimia
(chemical), suhu dalam lingkungan pengoperasian
Kerentanan terhadap berbagai faktor yang dapat menyebabkan
perubahan karakteristik instrumen bervariasi sesuai dengan jenis
perangkat yang yang ada di dalamnya .
Memiliki pengetahuan yang mendalam tentang sifat fisik, mekanik,
fluida, panas dan fitur lain yang terlibat dalam sangat diperlukan agar
dapat mengukur pengaruh akurasi dan karakteristik lain dari instrumen
.
Chap 4 : Kalibrasi Sensor dan Instrumen
Pengendalian Terhadap Lingkungan Kalibrasi
Setiap instrumen yang digunakan sebagai standar dalam kalibrasi
harus diperlakukan hanya untuk tugas kalibrasi dan tidak boleh
digunakan untuk tujuan lain dan tidak boleh dianggap sebagai
instrumen cadangan yang dapat digunakan untuk proses pengukuran
biasa/normal.
Untuk memastikan bahwa kondisi ini terpenuhi, perlu dibentuk
organisasi yang khusus mengelola fungsi dan prosedur dalam kalibrasi
secara profesional dan dalam ruang terpisah agar lingkungan dapat
lebih mudah dikendalikan, melindungi penggunaan alat oleh orang-
orang yang tidak kompeten dan seseorang yang bertanggung jawab
untuk penugasan kalibrasi
Kadang-kadang terlalu sulit/tidak mungkin instrumen pada pabrik
dapat dibawa ke tempat pengkalibrasi dalam hal proses kalibrasi
dilakukan di lapangan(in situ) . Dalam situasi ini, perlu ada koreksi
terhadap alat pengkalibrasi mengingat kondisi lingkungan yang
berbeda dari yang ditentukan
Chap 4 : Kalibrasi Sensor dan Instrumen
Pengendalian Terhadap Lingkungan Kalibrasi
Setiap instrumen yang digunakan sebagai standar dalam kalibrasi
harus diperlakukan hanya untuk tugas kalibrasi dan tidak boleh
digunakan untuk tujuan lain dan tidak boleh dianggap sebagai
instrumen cadangan yang dapat digunakan untuk proses pengukuran
biasa/normal.
Untuk memastikan bahwa kondisi ini terpenuhi, perlu dibentuk
organisasi yang khusus mengelola fungsi dan prosedur dalam kalibrasi
secara profesional dan dalam ruang terpisah agar lingkungan dapat
lebih mudah dikendalikan, melindungi penggunaan alat oleh orang-
orang yang tidak kompeten dan seseorang yang bertanggung jawab
untuk penugasan kalibrasi
Kadang-kadang terlalu sulit/tidak mungkin instrumen pada pabrik
dapat dibawa ke tempat pengkalibrasi dalam hal proses kalibrasi
dilakukan di lapangan(in situ) . Dalam situasi ini, perlu ada koreksi
terhadap alat pengkalibrasi mengingat kondisi lingkungan yang
berbeda dari yang ditentukan
Chap 4 : Kalibrasi Sensor dan Instrumen
Pengendalian Terhadap Lingkungan Kalibrasi
Prosedur kalibrasi yang berhubungan dengan cara apapun untuk
pengukuran yang digunakan untuk fungsi kendali kualitas diatur oleh
standar internasional ISO 9000 (dikembangkan dari standar kualitas
kalibrasi dari Inggris BS 5750). Salah satu klausul dalam ISO 9000
mensyaratkan bahwa semua orang yang menggunakan peralatan
kalibrasi perlu dilatih secara memadai
Chap 4 : Kalibrasi Sensor dan Instrumen
Rantai Kalibrasi dan Ketelusuran (traceability)
Fasilitas kalibrasi yang disediakan oleh internal perusahaan
merupakan link pertama dalam rantai kalibrasi . Instrumen yang
digunakan untuk kalibrasi ini tingkat dikenal sebagai Instrumen
standar kerja (working standars).
Namun, dalam jangka panjang , karakteristik bahkan standar dari
Instrumen standar kerja akan mengalami penyimpangan (drift),
terutama karena efek penuaan pada komponen di dalamnya . Oleh
karena itu, Instrumen standar kerja perlu dikalibrasi terhadap
Instrumen pengkalibrasi dengan akurasi yang lebih tinggi yang disebut
dengan Instrumen standar referensi sekunder
Instrumen standar referensi sekunder memiliki performansi kestabilan
dan akurasi yang tinggi dengan persyaratan kondisi lingkungan (suhu,
tekanan, kelembaban, tekanan dlsb) yang ketat pada saat melakukan
kalibrasi terhadap instrumen (Working Standar Instrument). Instrumen
Standar referensi sekunder ini berharga sangat mahal.
Chap 4 : Kalibrasi Sensor dan Instrumen
Rantai Kalibrasi dan Ketelusuran (traceability)
Ketika instrumen standar kerja telah dikalibrasi oleh standar resmi
laboratorium (Instrumen standar referensi sekunder), sertifikat
kalibrasi akan dikeluarkan.
Sertifikat ini akan berisi setidaknya informasi berikut :
1) identifikasi peralatan yang dikalibrasi
2) Perolehan hasil kalibrasi (akurasi, resolusi dll.)
3) ketidakpastian pengukura
4) pembatasan penggunaanperalatan dikalibrasi
5) tanggal kalibrasi
6) otoritas di mana sertifikat dikeluarkan .
Pada umumnya setiap Negara memiliki Organisasi/Badan yang
menangani Kalibrasi secara umum, misalnya di Indonesia terdapat
Badan Standarisasi Nasional. Namun Pada Perangkat yang sifatnya
untuk transaksi (Custody-meter) ditangani oleh Direktorat Metrologi,
Kementerian Perdagangan, sebagai Contoh Direktorat Metrologi di
Bandung menangani khusus untuk Alat Ukur Gas (Gas-Meter)
Chap 4 : Kalibrasi Sensor dan Instrumen
Rantai Kalibrasi dan Ketelusuran (traceability)
Chap 4 : Kalibrasi Sensor dan Instrumen
Rekaman (record) Kalibrasi
Elemen penting dalam peawatan sistem pengukuran dan operasi dari
prosedur kalibrasi adalah penyediaan Dokumentasi yang penuh dari
peralatan yang akan dikalibrasi tersebut. Dokumen ini penting yang
karena menjadi bagian dari kualitas alat ukur tersebut
Dokumentasi ini harus menyediakan deskripsi cara pengukuran sampai
diletakkan di dalam sistem pengukurannya, penggunaan instrumen,
sistem kalibrasinya dan cara pengoperasiannya
Semua aspek prosedur kalibrasi akan diperhatikan yang menjadi
bagian dari audit periodik dari kendali kualitas peralatan tersebut
Chap 4 : Kalibrasi Sensor dan Instrumen
Rekaman (record) Kalibrasi