FIQIH KASMIDIN,Lc,M.Ag
Disusun oleh :
KELOMPOK VII
MIFTAHUL HASANAH
DESNALIS SYAFITRI
TP. 2020/2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb ….
Bismillahhirrahmanirrahim ….
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun.
Tak lupa pula kami haturkan shalwat serta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Penulisan makalah yang berjudul “Shalat dan Penentuan Waktu” bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah FIQIH, selain itu kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembacanya.
Kami mengucapkan terimah kasih sebesar-besarnya kepada Bapak
KASMIDIN,Lc,M.Ag selaku Dosen mata kuliah FIQIH. Tugas yang telah di berikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnan makalah ini.
PENULIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
1
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
B.RUMUSAN MASALAH
C.TUJUAN PEMBAHASAN
BAB II
PEMBAHASAN
A.ISI PEMBAHASAN
A. SHALAT
B. PENENTUAN WAKTU.
PENUTUP
A.KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. SHALAT
"Siapa yang shalat Shubuh berjamaah, kemudian dia duduk berzikir kepada Allah
hingga matahari terbit, kemudian dia shalat dua rakaat, maka baginya pahala haji dan umrha,
sempurna, sempurna." (HR. Tirmizi, no. 586, dari hadits Anas bin Malik radhiallahu anhu)
Syekh Ibnu Baz rahimahullah ditanya tentang hal tersebut, maka beliau berkata,
'Hadits ini memiliki jalur periwayatan yang lumayan baik, maka dapat dikatakan sebagai
hadits hasan lighairihi. Maka shalat tersebut disunnahkan setelah matahari terbit dan
meninggi seukuran tombak, yakni kira-kira setelah sepertiga atau seperempat jam dari waktu
terbitnya." (Fatawa Syekh Ibnu Baz, 25/171)). Sujud pertama karena telah hilang rasa
takutnya sebab gelapnya malam, Sujud kedua karena syukur telah datangnya waktu siang.
2
2) SHALAT DZUHUR
Manusiua pertama yang mengerjakan Sholat Dzuhur empat raka’at Nabi Ibrahim
'Alaihi Sallam. Empat kali sujud dilakukan oleh Nabi Ibrahim dikarenakan, sujud pertama
menyatakan syukur kehadirat Allah, karena ia dan puteranya Ismail mampu menyelesaikan
tugas berat dari Allah. sujud ke dua, syukur atas kehadirat Allah karena beliau tidak
terperdaya oleh bujukan syetan. Sujud ke tiga, syukur kehadirat Allah karena Ismail adalah
putera yang sabar dan ia selamat tanpa luka apapun. Sujud ke empat, kurban itu kemudian
diganti dengan seekor domba gemuk.
Sujud pertama meyatakan syukur kehadirat Allah atas karunia beliau sudah terlepas
dari kegelapan pikiran sehingga beliau mendapat musibah ditelan ikan besar. Sujud ke dua
menyatakan syukur kehadirat Allah sudah terlepas dari bahaya maut terkubur dalam perut
ikan.Sujud ke tiga menyatakan syukur kehadirat Allah atas karunia-Nya sudah keluar dari
dalam laut yang dalam dan gelap. Sujud ke empat menyatakan syukur kehadirat Allah atas
karunia yang mengerakkan seekor kambing betina memberi minum air susunya tiap hari
sehingga kekuatan tubuhnya pulih kembali.
3
menyelamatkan dirinya dari penghianatan muridnya yang akan menangkapnya untuk
diserahkan kepada raja Herodes dan akan dijatuhkan hukuman mati di palang kayu salib. Di
saat itu adalah waktu maghrib, beliau sujud tiga kali dan kemudian diangkat ke langit oleh
Malaikat Jibril.
Dari petunjuk al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Saw., dapat dipahami bahwa
ketentuan waktu-waktu shalat berkaitan dengan posisi matahari pada bola langit. Maka dalam
perspektif sains (astronomi) untuk penentuan awal waktu shalat terdapat beberapa hal penting
untuk dipahami lebih awal, diantaranya adalah ; posisi matahari, terutama tinggi matahari(h),
jarak zenith (bu’du as-sumti), Zm = 900-h. Fenomena awal fajar (morning twislight),
matahari terbit (sunrise), matahari melintasi meridian (culmination), matahari terbenam
(sunset) dan akhir senja (evening twilight) berkaitan dengan jarak zenith matahari.
4
astronomi), cahaya ini mulai muncul diufuk timur menjelang terbit matahari pada saat
matahari berada pada posisi sekitar 180 di bawah ufuk atau jarak zenith matahari 1080.
Pendapat lain mengatakan bahwa terbitnya fajar sidik dimulai pada saat posisi matahari 20
derajat di bawah ufuk atau jarak zenith matahari 110 derajat, bahkan ada pendapat 15
derajat.1
5
dengan ; pertama menentukan tinggi matahari pada waktu ashar (ho) dan kedua menentukan
sudut waktu matahari. (to).
6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Sebagai kesimpulan dari dua sub permasalahan tulisan ini adalah sebagai berikut : Menurut
syara’ Waktu Shalat Dhuhur, adalah apabila posisi matahri tergelincir, sedang waktu shalat
Ashar, apabila bayang-bayang suatu benda sama panjang dengan bendanya. Sementara
Waktu shalat Magrib, adalah ketika matahari telah terbenam sampai megah merah belum
hilang atau selama megah merah masih ada. adapun waktu shalat Isya, yakni mulai ketika
hilang megah merah sampai terbit fajar, pada riwayat lain hingga tengah malam atau
seperdua malam, dan untuk waktu shalat Subuh, adalah apabila terbit fajar.
2. Selanjutnya, menurut sains (astronomi), penetapan hisab awal waktu shalat sangat
dipengaruhi oleh beberapa hal penting dalam tata ordinat di antaranya adalah deklinasi
matahari dan perata waktu. ; Awal waktu Zuhur; dirumuskan sejak seluruh bundaran
matahari meninggalkan meridian, biasanya diambil sekitar 2 derajat setelah lewat tengah hari,
Saat berkulminasi atas pusat bundaran matahari berada di meridian. Awal waktu shalat
Ashar; dalam ilmu falak dinyatakan sebagai keadaan tinggi matahari sama dengan jarak
zenith titik pusat matahari pada waktu berkulminasi ditambah bilangan satu. Sedang waktu
shalat Magrib; berarti saat terbenam matahari (ghurub), yaitu seluruh piringan matahari tidak
kelihatan oleh pengamat. Piringan matahari berdiameter 32’ menit busur, setengahnya berarti
16 menit busur, Selanjutnya, awal waktu shalat Isya; ditandai dengan memudarnya cahaya
merah (asy-syafaq al-ahmar) di bagian langit sebelah barat yakni sebagai tanda masuknya
gelap malam, tinggi matahari pada saat itu adalah 180 di bawah ufuk (horizon), sebelah barat
dan jarak zenith matahari adalah 1080 ( 900 + 180), atau h = -180 . Adapun Awal waktu
Shalat Subuh; dipahami sejak terbit fajar sampai waktu akan terbit matahari
DAFTAR PUSTAKA
Lihat Syaikh Mamduh Farhan al-Buhairi, dkk. Koreksi Awal Waktu Subuh, Cet. I; Malang :
Pustaka Qiblati, 2010,), h. 210-211.
Lihat Ali Parman,Ilmu Falak, (Ujung Pandang : Yayasan al-Ahkam, 2001), h.. 26.
Ilmu_Falak-_Makalah_Penentuan_Waktu_Sholat.docx