Macam-macam Shalat I
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah Macam-macam Shalat I.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang dapat membangun sangat kami harapkan demi
menyempurnakan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat dengan baik bagi kami dan juga pembacanya.
Penulis
Daftar Isi
A. Shalat ‘Ied/ Shalat Hari Raya (Idul Fitri dan Idul Adha)...............
B. Shalat Tarawih dan Shalah Witir...................................................
C. Shalat Tahajud dan Shalat Dhuha..................................................
D. Shalat Sunnah Rawatib Qabliyah dan Shalat Sunnah Rawatib
Ba’diyah
.......................................................................................................
E. Shalat Gerhana Matahari dan Shalat Gerhana Bulan ....................
A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran..............................................................................................
Daftar Pustaka..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana shalat ‘ied/ shalat hari raya (idul fitri dan idul adha)?
2. Bagaimana shalat tarawih dan shalah witir?
3. Bagaimana shalat tahajud dan shalat dhuha?
4. Bagaimana shalat sunnah rawatib qabliyah dan shalat sunnah rawatib
ba’diyah?
5. Bagaimana shalat gerhana matahari dan shalat gerhana bulan?
C. Tujuan Makalah
1. Menjelaskan shalat ‘ied/ shalat hari raya (idul fitri dan idul adha).
2. Menjelaskan shalat tarawih dan shalah witir.
3. Menjelaskan shalat tahajud dan shalat dhuha.
4. Menjelaskan shalat sunnah rawatib qabliyah dan shalat sunnah rawatib
ba’diyah.
5. Menjelaskan shalat gerhana matahari dan shalat gerhana bulan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Shalat ‘Ied/ Shalat Hari Raya (Idul Fitri dan Idul Adha)
a. Pengertian Shalat ‘Ied
Mengenai dasar hukum shalat ‘Ied (Idul Fitri maupun Idul Adha),
sudah jelas disebutkan dalam Al-Qur'an dan Al Hadist.
,^ يصلي بنا الفطر والشمس على قيد رمحين,كان انّب ّي صلي هللا عليه وسلّم
واألضحى على قيد رمح (رواه ابن هجر
“Nabi pernah mengerjakan sholat Idul Fitri bersama kami dan pada
saat itu matahari setinggi dua tombak. Sedangkan pada shalat Idul Adha,
matahari baru setinggi satu tombak.” (HR. Ibnu Hajar).
ّ
فمن فعل فقد أصاب سنتنا (رواه, ث ّم نرجع فننحر,ان أوّل ما نبدأ من يومنا^ هذا ان نصلي
البخاري
e. Khutbah ‘Ied
ضانَ إي َمانًا َواحْ تِ َسابًا^ ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه
َ َم ْن قَا َم َر َم
ضانَ ِم ْن َغي ِْر أَ ْن َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يُ َر ِّغبُ فِي قِيَ ِام َر َم َ ِ َكانَ َرسُو ُ^ل هَّللا:ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ قَا َل
َ يَأْ ُم َرهُ ْم فِي ِه بِ َع ِزي َم ٍة فَيَقُو ُل َم ْن قَا َم َر َم
ضانَ إِي َمانًا َواحْ تِ َسابًا^ ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه
b. Shalat Witir
Witir secara bahasa berarti ganjil. Hal ini sebagaimana dapat kita
lihat dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Sedangkan yang dimaksud witir pada shalat witir adalah shalat yang
dikerjakan antara shalat Isya’ dan terbitnya fajar (masuknya waktu
Shubuh), dan shalat ini adalah penutup shalat malam. Disebut witir karena
dikerjakan dengan rakaat yang ganjil, yaitu mulai dari 1 rakaat, 3 rakaat, 5
rakaat, 7 rakaat, 9 rakaat, dan yang paling banyak adalah 11 rakaat.
Kita tahu bahwa shalat witir memiliki jumlah raka’at yang ganjil,
mulai dari yang terkecil adalah 1 raka’at dan yang paling banyak adalah
11 raka’at. Untuk pelaksanaan shalat witir dengan jumlah raka’at lebih
dari 1 raka’at adalah :
ص ُل بَ ْينَ ال َّش ْف ِع ِ ُصلِّى فِى ْالحُجْ َر ِة َوأَنَا فِى ْالبَ ْي
ِ ت فَيَ ْف َ ي-صلى هللا عليه وسلم- ِ َكانَ َرسُو ُل هَّللا
َُو ْال ِو ْت ِر بِتَ ْسلِ ٍ^يم يُ ْس ِم ُعنَاه
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat di dalam
kamar ketika saya berada di rumah dan beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam memisah antara raka’at yang genap dengan yang witir
(ganjil) dengan salam yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
perdengarkan kepada kami.” (HR. Ahmad)
صلِّى أَرْ بَ ًع فَاَل تَسْأَلْ ع َْن ُح ْسنِ ِه َّن َو طُوْ لِـ ِه َّن ً َعلَى إِحْ دَى َع ْش َرةَ َر ْك َع
َ ُت ي
َ ُصلِّى أَرْ بَ ًع فَاَل تَسْأَلْ ع َْن ُح ْسنِ ِه َّن َو طُوْ لِـ ِه َّن ثُـ َّم ي
ً َُصلِّى ثَال
ث َ ثُـ َّم ي
َ ُأ
صلِّ ْي ُسنَّةَ التَّهَجُّ ِد َر ْك َعتَ ْي ِن هَّلِل ِ تَ َعالَى
"Aku niat sholat tahajud dua rakaat sunnah karena Allah
Ta’ala."
Adapun pendapat yang lain bahwa shalat dhuha ialah shalat sunah
yang dikerjakan pada waktu matahari sedang naik. Sekurang-kurangya
shalat ini dua raka’at, boleh empat raka’at, enam, delapan atau dua belas
raka’at.
.ُصلِّيهَا َ ُ َويَ َد ُعهَا َحتَّى نَق،ُصلِّى الضُّ َحى َحتَّى نَقُو ُل اَل يَ َد ُعهَا
َ ول اَل ي َ َكانَ صلى هللا عليه وسلم ي
(رواه الترمذي
“Nabi Saw keluar menuju tempat ahli quba, dikala itu mereka
sedang mengerjakan shalat dhuha. Beliau lalu bersabda: “inilah
shalat orang-orang yang kembali kepada Allah, yakni di waktu
anak-anak unta telah bangkit karena kepanasan waktu dhuha.” (H.R
Ahmad dan Muslim)
3. Bilangan Raka’at Shalat Dhuha
a) Dua raka’at
صيَ ِام ثَالَثَ ِة اَي َِّام ِم ْن َ ْاَو:ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل
ِ ِصانِي^ خَ لِ ْيلِي صلى هللا عليه وسلم^ ب ِ ع َْن اَبِي هُ َر ْي َرةَ َر
(رواه متفق عليه.َُك ِّل َشه ٍْر َو َر ْك َعتَى^ الضُّ َحى َواَ ْن اُوْ تِ َر قَ ْب َل اَ ْن اَرْ قُد
b) Empat raka’at
c) Delapan raka’at
Salat sunnah rawatib adalah salat yang dikerjakan menyertai salat fardhu,
baik dikerjakan sebelum maupun sesudahnya. Salat Sunnah Rawatib ini dibagi
menjadi dua, yaitu salat Sunnah Rawatib Qabliyah dan Salat Sunnah Rawatib
Ba’diyah. Salat Sunnah Rawatib Qabliyah adalah shalat sunnah rawatib yang
dikerjakan sebelum shalat wajib. Sedangkan Salat Sunnah Rawatib
Ba’diyah adalah shalat sunnah rawatib yang dikerjakan setelah shalat fardhu.
Adapun hukum melaksanakannya ada yang sunnah muakkad, ada pula yang
sunnah gairu muakkad. Salat sunnah rawatib yang sunnah muakkad ada 10,
masing-masing adalah sebagai berikut :
a. 2 rakaat sebelum dzuhur.
b. 2 rakaat sesudah dzuhur.
c. 2 rakaat sesudah magrib.
d. 2 rakaat sesudah isya.
e. 2 rakaat sebelum subuh.
E. Shalat Gerhana Matahari dan Shalat Gerhana Bulan Shalat Sunnah Rawatib
Qabliyah dan Shalat Sunnah Rawatib Ba’diyah Shalat Tahajud dan Shalat Dhuha
Salat ini dilakukan apabila terjadi gerhana, baik gerhana bulan maupun
gerhana matahari. Salat gehana bulan dinamakan salat khusuf, sedangkan salat
gerhana matahari dinamakan salat kusuf. Hukumnya adalah sunnah muakkad ada
yang mengatakan “sunnah istimewa” dan boleh dilaksanakan
seara munfarid, namun yang lebih utama dengan berjamaah. Apabila
dilaksanakan dengan berjamaah, maka disunnahkan berkhotbah sesudah salat.
Tata cara dalam melaksanakan salat gerhana adalah sebagai berikut :
a. Sekurang-kurangnya dua rakaat
b. Niat, dilanjutkan dengan takbiratul ihram (setiap rakaat
terdiri dari dua ruku’)
c. Membaca Fatihah, rukuk pertama, berdiri kembali, dan
membaca Fatihah
d. Dilanjutkan rukuk kedua, i’tidal, lalu sujud dua kali. Ini
terhitung satu rakaat.
e. Lalu dilanjutkan rakaat kedua sama seperti rakaat pertama
f. Dilanjutkan dengan duduk serta membaca tasyahud dan
diakhiri dengan salam
Sesudah salat gerhana disunnahkan berkhotbah memberi nasihat kepada
umum tentang apa-apa yang menjadi kepentingan pada waktu itu, menyuruh
mereka tobat (menyesal) dari segala pekerjaan yang salah, serta menyuruh kepada
amal kebaikan, seperti bersedekah, bedoa (meminta apa yang diingini), dan
meminta ampun dari segala dosa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran