Anda di halaman 1dari 46

ILMU FIQIH DALAM MEMAHAMI SHOLAT JAMA’ DAN

QASHAR, SHALAT JUM’AT SERTA PENYELENGARAN


JENAZAH

MAKALAH

Dosen : Umi Hani, S.Ag., M.Pd

Oleh :
SARTINAH
NPM.2002020024

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN


MUHAMMAD ARSYAD ALBANJARI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM BIMBINGAN KONSELING
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga saya dapat merampungkan
penyusunan makalah dengan judul ILMU FIQIH DALAM
MEMAHAMI SHOLAT JAMA’ DAN QASHAR, SHALAT
JUM’AT SERTA PENYELENGARAN JENAZAH " tepat pada
waktunya
Penyusunan makalah semaksimal mungkin saya upayakan dan didukung
bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Akhirnya saya sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan saya dapat menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan ,dengan segala kerendahan
hati, saya juga menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya
menjadi lebih baik. Untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih dan
semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Banjarmasin, Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Shalat Jama‟ dan Qashar ............................................................. 3
2.2 Konsep Shalat Jum‟at...................................................................................... 13
2.3 Konsep Penyelenggaran Jenazah .................................................................... 26

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 40
3.2 Saran................................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 42

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagaimana diketahui bahwa hukum merupakan salah satu aspek
terpenting dalam Islam disamping beberapa aspek terpenting lainnya. Dengan
adanya hukum, manusia bersama komunitasnya dapat menjalankan beragam
aktivitasnya dengan tenang dan tanpa ada perasaan was-was. Dan dengan hukum
pula manusia dapat mengetahui manakah pekerjaan-pekerjaan yang diperbolehkan
dan apa sajakah pekerjaan-pekerjaan yang tidak diperbolehkan untuk dilakukan.
Fiqih sebagai sebuah produk hukum tentu perlu mendapat penjelasan tentang apa
dan bagaimana Fiqih bisa menjadi sebuah ketetapan hukum ?
Pada sholat Menjama‟ dan mengqashar shalat
termasuk rukhshah (kelonggaran/keringanan) yang diberikan Allah SWT kepada
hambanya karena adanya kondisi yang menyulitkan bila shalat dilakukan dalam
keadaan biasa. Rukhsah ini merupakan shodaqoh dari Allah SWT yang dianjurkan
untuk diterima dengan penuh ketawadhu‟an.
Namun jika ada musafir yang tidak mengqashar shalatnya maka
shalatnnya tetap sah, hanya saja kurang sesuai dengan sunnah karena Nabi saw
senantiasa menjama‟ dan mengqashar shalatnya saat melakukan safar. Dan yang
seharusnya selaku umat muslim harus menerima
shodaqoh/keringanan (rukhsah) yang diberikan oleh Allah kepada hambanya.
Allah telah menganugerahkan bermacam-macam keistimewaan dan
keutamaan kepada umat ini. Diantara keistimewaan itu adalah hari Jum‟at, setelah
kaum Yahudi dan Nasrani dipalingkan darinya. Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata:
“Hari ini dinamakan Jum‟at, karena artinya merupakan turunan dari kata al-jam‟u
yang berarti perkumpulan, karena umat Islam berkumpul pada hari itu setiap
pekan di balai-balai pertemuan yang luas. Allah SWT memerintahkan hamba-
hamba-Nya yang mukmin berkumpul untuk melaksanakan ibadah kepada-Nya.
Allah berfirman

1
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual
beli[1475]. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.(al-
Jumuah: 9)
Maksudnya: apabila imam telah naik mimbar dan muazzin telah azan di
hari Jum'at, Maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin
itu dan meninggalakan semua pekerjaannya.
Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami
kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-
baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam
sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu,
menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah meninggal dunia
mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka
hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk
menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan
menguburkan orang yang telah meninggal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa konsep dari Shalat Jama‟ dan Qashar ?
2. Apa Konsep daro Shalat Jum‟at ?
3. Bagaimana Konsep dari Penyelenggaraan Jenazah ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dari Shalat Jama‟ dan Qashar
2. Untuk mengetahui Konsep daro Shalat Jum‟at
3. Untuk mengetahui Konsep dari Penyelenggaraan Jenazah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP SHALAT JAMAK DAN QASHAR


2.1.1 Pengertian Shalat Jamak
Shalat Jamak adalah shalat yang dikumpulkan . Artinya dua shalat fardhu
di kerjakan dalam satu waktu. Misalnya shalat dzhuhur dengan ashar dikerjakan di
waktu dzhuhur maupun sebaliknya secara bersamaan .Shalat jama’ dan Qashar
merupakan keringanan yang diberikan Alloh, sebagaimana dijelaskan di dalam hadist :
Dari Ibnu ‟Abbas, beliau mengatakan,

َ‫ف َوال‬ ِ ‫ َب ْيهَ الظُّه ِْس َوا ْل َعصْ ِس َوا ْل َم ْغ ِس‬-‫صلى َّللا عليً وصلم‬- ‫َّللا‬
ٍ ْ‫ب َوا ْل ِع َشا ِء ِبا ْل َم ِديىَ ِت ِفى َغي ِْس َخى‬ ِ ‫َج َم َع َزصُى ُل ه‬
‫َمطَ ٍس‬
”Rasulullah shallallahu ‟alaihi wa sallam pernah menjama‟ shalat Zhuhur dan
Ashar serta Maghrib dan Isya di Madinah bukan karena keadaan takut dan bukan
pula karena hujan.”
Dalam riwayat Waki‟, ia berkata, ”Aku bertanya pada Ibnu ‟Abbas
mengapa Nabi shallallahu ‟alaihi wa sallam melakukan seperti itu (menjama‟
shalat)?” Ibnu ‟Abbas menjawab, ”Beliau melakukan seperti itu agar tidak
memberatkan umatnya.”: 1
Shalat Jama‟ adalah melaksanakan dua shalat wajib dalam satu waktu,
yakni melakukan shalat Dzuhur dan shalat Ashar di waktu Dzuhur dan itu
dinamakan Jama‟ Taqdim atau melakukannya di waktu Ashar dan dinamakan
Jama‟ Takhir .
Dan melaksanakan shalat Magrib dan shalat Isya‟ bersamaan di waktu
Magrib atau melaksanakannya di waktu Isya‟. Jadi shalat yang boleh dijama‟
adalah semua shalat Fardhu kecuali shalat Shubuh.
Shalat shubuh harus dilakukan pada waktunya, tidak boleh dijama‟ dengan
shalat Isya‟ atau shalat Dhuhur. Sedangkan shalat Qashar maksudnya meringkas

1
Ahmad Hatta, MA. Tafsir Qur‟an perkata, 2009. Magfirah Pustaka.

3
shalat yang empat rakaat menjadi dua rakaat.Sep erti shalat Dhuhur, Ashar dan
Isya‟. Sedangkan shalat Magrib dan shalat Shubuh tidak bisa di qashar
2.1.2 Syarat Shalat Jamak
Menjamak adalah hukumnya mubah ,artinya boleh seseorang menjamak dengan
memenuhi beberapa syarat-syarat berikut :2
1. Musafir atau dalam perjalanan dengan perjalanan kurang lebih 81 km
(menurut sebagian besar ulama )
2. Bukan dalam perjalanan maksiat
3. Dalam keadaan ketakutan ,seperti sakit ,hujan lebat ,angin topan ,atau
bencana alam lainnya .
2.1.3 Macam-macam Jamak
A. Jamak Taqdim
Jamak Taqdim adalah mengumpulkan dua waktu shalat di waktu shalat yang
3
pertama.
Contoh: Menjamak Shalat Zhuhur dan „Ashar di waktu Shalat Zhuhur
Syarat Jamak Taqdim
1. Dimulai dari shalat yang pertama
2. Niat jamak pada shalat pertama
3. Berturut-turut antara shalat yang pertama dan kedua
4. Masih dalam perjalanan
Niat shalat jamak taqdim Dzuhur - Ashar:
‫أصلي فسض الظهس جمع تقديم بالعصس فسضا هلل تعالي‬
Ushalli fardaz-Dzuhri jam'a taqdimin bil Ashri fardan lillahi Ta'ala
Artinya: Saya niat shalat Dzuhur jamak dengan Ashar karena Allah
Niat shalat jamak taqdim Maghrim - Isya:

‫أصلي فسض المغسب جمع تقديم بالعشاء فسضا هلل تعالي‬

2
Kamal, Abu malik bin As-Sayyid Salim. 2006. Shahih Fikih Sunnah. Jakarta
: Pustaka Azam
3
Ar-Rahbawi , Abdul qodir. 2008. Salat Empat Madzhab. Bogor : PT Pustaka
Litera AntarNusa

4
Ushalli fardal Maghribi jam'a taqdimin bil Isya'i fardan lillahi Ta'ala
Artinya: Saya niat shalat Maghrib jamak dengan Isya karena Allah
B . Jamak Ta’khir
Jamak Ta‟khir adalah mengumpulkan dua waktu shalat di waktu shalat yang
kedua atau terakhir.Contoh: Jamak Shalat Maghrib dengan Shalat Isya‟ di waktu
Shalat Isya‟
Syarat –syarat Jamak Takhir
1. Niat menjamak sewaktu tiba waktu shalat yang pertama
2. Kedua shalat dikerjakan masih didalam perjalanan
Niat Shalat Jamak Takhir Dzuhur - Ashar
ً‫اصهً فشض انظهش أستع سكعاخ يجًىعا تانعصش جًع ذأخُشهللا ذعان‬
Ushalli fardhu dzuhri arba‟a rakaatin majmu‟an bil ashri jamak takhirin lillahi
ta‟ala
Artinya :
Saya niat shalat fardlu dijama‟ bersama ashar dengan jama, ta‟khir karena Allah
Ta‟ala.
Niat Shalat Jamak Takhir Maghrib - Isya’
ً‫أصهً فشض انًغشب ثالز سكعاخ يجًىعا تانعشاء جًع ذأخُشهللا ذعان‬
Ushalli fardhul maghribi tsalatsa rakaatin majmu‟an bil i‟sya i jamak takhirin
lillahi ta‟ala
Artinya :
Saya niat shalat fardlu maghrib tiga rekaat dijama‟ bersama isya‟ dengan jama‟
ta‟khir karena Allah Ta‟ala.
2.1.4. Pengertian Shalat Qashar
Salat Qasar adalah melakukan salat dengan meringkas/mengurangi jumlah
rakaat salat yang bersangkutan. Salat Qasar merupakan keringanan yang diberikan
kepada mereka yang sedang melakukan perjalanan (safar). Adapun salat yang
dapat diqasar adalah salat zuhur, asar dan isya, di mana rakaat yang aslinya
berjumlah 4 dikurangi/diringkas menjadi 2 raka'at saja.dan tidak boleh mengqasar

5
salat subuh dengan zuhur dan harus berpasangan zuhur dengan ashar magrib
dengan isya . Sebagaimana yang dijelaskan ada firman Allah swt :4
‫ص ُسوا ِمهَ الص َهَل ِة إِ ْن ِخ ْفتُ ْم أَ ْن يَفْتِىَ ُك ُم اله ِريهَ َكفَسُوا ۚ إِ هن‬
ُ ْ‫ْش َعلَ ْي ُك ْم ُجىَا ٌح أَ ْن تَق‬ ِ ْ‫ض َس ْبتُ ْم فِي ْاْلَز‬
َ ‫ض َفلَي‬ َ ‫َوإِ َذا‬

‫ا ْل َكا ِف ِسيهَ َكاوُىا لَ ُك ْم َع ُد ًّّوا ُم ِبيىًّا‬

Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-
qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir.
Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. ( QS.An-
nisa 101)

2.1.5 Hukum Shalat Qashar


Hukum melaksanakan shalat qashar :5
1. jaiz (boleh) ,apabila perjalanan telah mencapai jarak yang diperbolehkan
melakukan qashar
2. wajib ,apabila waktu shalat tidak cukup digunakan untuk melakukan shalat
kecuali dengan cara qashar
2.1.6 Syarat Qashar
1. Jarak perjalanan mencapai 48 mil atau sekitar 78 km.
2. Niat safar. Maksudnya, harus ada niat yang jelas kemana arah perjalanan
yang dituju.
3. Perjalanan yang dibolehkan. Bukan perjalanan dosa (maksiat). Orang yang
bepergian dengan niat hendak mencuri, atau berzina, tidak boleh
mengqashar shalat.
Niat Sholat Dzuhur Qashar
‫ض الظُّه ِْس َز ْك َعتَ ْي ِه قَصْ سًّا ِهللِ تَ َعالَى‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّى فَس‬
Usholli fardhodh dhuhri rok'atainii qoshron lillaahi ta'aala
Artinya:
"Saya niat sholat fardu dhuhur dua raka'at qashar karena Allah Ta'ala"
Niat Sholat Ashar Qashar
‫ض ا ْل َعصْ ِس َز ْك َعتَ ْي ِه قَصْ سًّا ِهللِ تَ َعالَى‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّى فَس‬

4
Ahmad Yaman, Panduan Lengkap Sholat Menurut Empat Madzhab, Jakarta:
Pustaka Al-Kaustar. 2005. Hlm 283
5
Az-Zuhaili, Wahban. fiqih islam wa adillatuhu, depok: Gema Insani. 2010

6
Usholli fardhol 'ashri rok'atainii qoshron lillaahi ta'aala
Artinya:
"Saya niat sholat fardu dhuhur dua raka'at qashar karena Allah Ta'ala"
Niat Sholat Isya Qashar
ِ ِ ‫ض ا ْل ِع َشا ِء َز ْك َعتَ ْي ِه قَصْ سًّا‬
‫هلل تَ َعالَى‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّى فَس‬
Usholli fardhol 'isyaa-i rok'atainii qoshron lillaahi ta'aala
Artinya:
"Saya niat sholat fardu dhuhur dua raka'at qashar karena Allah Ta'ala"
2.1.7 Shalat Jamak Qashar
Shalat jamak qashar adalah shalat fardhu yang di jamak sekaligus di qashar .
Artinya , dua rakaat shalat fardhu yang di qashar dikerjakan dalam satu waktu
sekaligus. Orang yang diperbolehkan mengqashar shalat adalah orang-orang yang
sedang dalam perjalanan jauh .Sedangkan halangan-halangan lain seperti sakit
,hujan lebat ketika berjamaah di masjid diperbolehkan mengerjakan shalat jamak
qashar
Niat Shalat Jamak Dan Qashar
- Niat shalat qashar dan jamak taqdim:
‫أصلي فسض الظهس جمع تقديم بالعصس قصسا زكعتيه هلل تعالي‬

- Niat shalat qashar dan jamak ta'khir:


‫تعالي‬ ‫هلل‬ ‫زكعتيه‬ ‫قصسا‬ ‫بالعصس‬ ‫تأخيس‬ ‫جمع‬ ‫الظهس‬ ‫فسض‬ ‫أصلي‬
Catatan:
- Ganti kata Dzuhur dan Ashar dengan Maghrib dan Isya sesuai keperluan.
- Kalau berjamaah, anda harus menambah kata "makmuman" atau "imaman"
sesuai posisi anda.
2.1.8 Hal – Hal Yang Diperbolehkan Jama’ Dan Qoshor
a. Safar (Bepergian)
Bagi orang yang sedang atau akan bepergian, baik masih di rumah (tempat
tinggal) atau dalam perjalanan, dan atau sudah sampai di tujuan, dibolehkan
menjama‟ shalat, baik dilakukan secara jama‟ taqdim maupun jama‟ ta‟khir sama
saja, dan selama berada ditempat yang dituju tetap boleh menjama‟ shalat dengan

7
syarat tidak berniat untuk menetap di tempat itu. Seperti yang dilakukan oleh
Rasul SAW.
ِ ‫ص ََلةِ الظُّه ِْس َوا ْل َعصْ ِس إِ َذا َكانَ َعلَى ظَه ِْس َصي ٍْس َويَ ْج َم ُع بَ ْيهَ ا ْل َم ْغ ِس‬
‫ب‬ ِ ‫َكانَ َزصُى ُل ه‬
َ َ‫َّللا يَجْ َم ُع بَيْه‬
‫َوا ْل ِع َشا ِء‬
”Rasulullah menjamak antara shalat Dhuhur dan Ashar bilamana beliau
berada di tengah perjalanan dan menjamak antara Maghrib dan Isya‟.(HR.
Bukhari)
b. Hujan
Jika seseorang berada di suatu masjid atau mushalla, tiba-tiba turun hujan
sangat lebat, maka dibolehkan menjama‟ shalat maghrib dengan „isya‟, dzuhur
dan „ashar,
“Nabi saw pernah menjama‟ antara sholat maghrib dan isya pada suatu
malam yang diguyur hujan lebat.” (HR. Bukhari)
c. Sakit
Sakit merupakan cobaan dan ujian bagi manusia, dan apabila seseorang
sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian sakit ini, dan tetap menjalankan
perintah Allah dan Rasul-Nya, khususnya perintah shalat, maka akan mengurangi
dosa-dosanya, sekalipun shalat itu dikerjakan dengan cara dijama‟
d. Takut
Takut dalam masalah ini bukan takut seperti yang biasa dialami oleh setiap
orang, akan tetapi yang dimaksud takut disini yaitu takut secara bathin.
‫صَلَ ِة إِ ْن ِخ ْفتُ ْم أَ ْن يَ ْفتِىَ ُك ْم‬ ‫صسُوا ِم ْه ال ه‬ُ ‫ْش َعلَيْ ُك ْم ُجىَا ٌح أَ ْن تَ ْق‬ َ ‫ب لَي‬ ُ ‫ع َْه يَ ْعلَى ب ِْه أ ُ َميهتَ قَا َل قُ ْل‬
ِ ‫ت ِل ُع َم َس ب ِْه ا ْل َخطها‬
‫َ فَقَا َل‬ َ ‫صلهى َّللاُ َعلَيْ ًِ َو َصله َم ع َْه َذ ِل‬
َ ‫َّللا‬
ِ ‫ُىل‬ َ ‫ت َزص‬ ُ ‫ْت ِمىًْ ُ فَ َضأ َ ْل‬ ُ ‫اله ِريهَ َكفَسُوا فَقَ ْد أَ ِمهَ الىهاسُ فَقَا َل َع ِجب‬
َ ‫ْت ِم هما َع ِجب‬
َ ‫ق َّللاُ بِهَا َعلَ ْي ُك ْم فَا ْقبَلُىا‬
‫ زواي مضلم‬.ًَُ‫ص َدقَت‬ َ َ‫ص َدقَتٌ ت‬
َ ‫ص هد‬ َ
“Diriwayatkan dari Ya‟la Ibn Umayyah, ia berkata: Saya bertanya
kepada „Umar Ibnul Khaththab tentang (firman Allah): "Laisa „alaikum junaahun
an taqshuru minashalah in khiftum an yaftinakumu-lladzina kafaru". Padahal
sesungguhnya orang-orang dalam keadaan aman. Kemudian Umar berkata: Saya
juga heran sebagaimana anda heran terhadap hal itu. Kemudian saya
menanyakan hal itu kepada Rasulullah saw. Beliau bersabda: Itu adalah

8
pemberian Allah yang diberikan kepada kamu sekalian, maka terimalah
pemberian-Nya.”(HR. Muslim)
e. Keperluan (kepentingan) Mendesak
Dalam banyak kejadian di masyarakat, kadang kalanya karena sibuk
dengan beberapa keperluan, kepentingan, mereka melupakan shalat yang telah
menjadi kewajiban bagi setiap muslim beriman. Maka boleh menjama‟ shalat bagi
orang yang tidak dalam safar, jika ada kepentingan yang mendesak, asal hal itu
tidak dijadikan kebiasaan dalam hidupnya.6
2.1.10 Tata Cara Melakukan Shalat Jama’ Dan Qashar
Dalam menggabungkan dua shalat dianjurkan cukup dengan satu adzan
dan dua kali iqomat untuk tiap-tiap sholatnya.
Jamak itu ada 2 cara yakni:
Jamak Taqdim yaitu menjamak shalat diwaktu sholat yangpertama. Contohnya
menjamak sholat zuhur dan asar diwaktu zuhur dan menjamak sholat maghrib dan
isya‟ diwaktu maghrib. Dalam hal ini jumhur berpendapat bahwa disyaratkannya
untuk beriringan antar dua sholat tadi tanpa ada pemisah. Syeikh islam Ibnu
Taimiyah tidak sependapat dengan pendapat ini, dia berkata, “Tidak disyariatkan
yang demikian.Dan ini adalah satu Riwayat dari imam Ahmad dan satu pendapat
di kalangan madzhab syafi‟i. dan inilah pendapat yang paling mengarah. Tata
caranya yaitu:
1. Sholat diwaktu yang pertama.(dhuhur sebelum asar atau maghrib sebelum
isya‟)
2. Berniat jama‟ taqdim pada sholat pertama agar berbeda dari sholat-solat
biasa.
3. Berturut-turut dalam mengerjakan diantara keduanya sehingga antara
keduanya tidak berselang lama, yakni lebih kurang selama dua rakaat
ringan tetapi diantara kedua sholat itu diperbolehkan bersuci, adzan dan
iqomah. Ketentuan ini berlaku bagi jamak taqdim, sedangkan untuk jamak
ta‟khir tidak berlaku

6
Arfan, Abbas.Fiqh Ibadah. Malang : UIN Maliki Press 2011

9
4. Kedua sholat dilakukan secara tertib, yakni dimulai dengan sholat pertama
terlebih dahulu (zuhur ato maghrib) yakni:
Contoh:
1. Berniat salat duhur dengan jamak takdim. Bila dilafalkan yaitu:
” Saya niat salat salat duhur empat rakaat digabungkan dengan salat asar
dengan jamak takdim karena Allah Ta‟ala”
2. Takbiratul ihram
3. Salat duhur empat rakaat seperti biasa.
4. Salam
5. Berdiri lagi dan berniat salat yang kedua (asar), jika dilafalkan sebagai
berikut;
“ Saya niat salat asar empat rakaat digabungkan dengan salat duhur dengan
jamak takdim karena Allah ta‟ala.”
6. Takbiratul Ihram
7. Salat asar empat rakaat seperti biasa.
8. Salam
Jamak Ta‟khir yaitu menjamak shalat di waktu shalat yang kedua. Contohnya:
menjamak sholat zuhur dan asar diwaktu asar dan menjamak sholat maghrib dan
isya‟ diwaktu isya‟. [25]Apabila kedua shalat yang dijamak dilakukan di waktu
shalat yang kedua (jamak ta‟khir) , maka tidak di syari‟at kan beriringan antara
dua sholat yang digabung itu, bahkan diperbolehkan untukmemisah keduanya.
Misalkan shalat dhuhur di awal waktu ashar dan shalat ashar di akhirkan sampai
habis waktunya.Ini pendapat Jumhur selain madzhab Hanbali. Tata caranya yaitu :
1. Sholat dilakukan diwaktu yang kedua (asar atau isya‟)
2. Berniat sejak waktu yang pertama bahwa ia akan melakukan sholat
pertama itu diwaktu yang kedua, supaya ada maksud yang keras untuk
mengerjakan shalat yang pertama dan tidak ditinggalkan begitu saja[26].
3. Sholat yang dilakukan terlebih dahulu adalah sholat asar atau isya‟ terlebih
dahulu, baru kemudian sholat dhuhur atau maghrib dan bias juga
dilakukan sholat dhuhur atau maghrib terlebih dahulu, baru kemudian
sholat asar atau isya‟.

10
Contoh:
1. Berniat menjamak salat magrib dengan jamak ta‟khir. Bila dilafalkan yaitu:
“ Saya niat salat magrib tiga rakaat digabungkan dengan salat „isya dengan
jamak ta‟khir karena Allah Ta‟ala”
2. Takbiratul ihram
3. Salat magrib tiga rakaat seperti biasa.
4. Salam.
5. Berdiri lagi dan berniat salat yang kedua („isya), jika dilafalkan sebagai
berikut;
“ Saya berniat salat „isya empat rakaat digabungkan dengan salat magrib
dengan jamak ta‟khir karena Allah Ta‟ala.”
6. Takbiratul Ihram
7. Salat „isya empat rakaat seperti biasa

8. Salama

Adapun tata cara sholat qoshor itu tidak ada bedanya dengan sholat dua
reka‟at yang lainnya, karena qoshor hanya meringkas sholat yang empat reka‟at
menjadi dua reka‟at

Pada prinsipnya, pelaksanaan sholak qoshor sama dengan sholat biasa


hanya saja berbeda pada niat reka‟atnya dijadikan dua reka‟at dan tidak ada
tasyahud awal. Jadi setelah dua reka‟at kemudian melakukan tasyahud akhir dan
salam.

Contoh niat dhuhur yang di qoshor

“ aku tunaikan sholat fardlu dhuhur, diqoshor karena allah ata‟ala “

2.1. 11Jarak Safar Yang Diperbolehkan Di Jama’ Dan Di Qoshor


Adapun jarak perjalanan (safar) yang dibolehkan untuk menjama‟ dan
mengqashar ternyata ulama berbeda pendapat. Ada ulama yang berpendapat jarak
minimal 1 farsakh atau tiga mil, ada yang minimal 3farsakh, ada yang
berpendapat safar minimal harus sehari-semalam, bahkan ada yang berpendapat
tidak ada jarak dan waktu yang pasti karena sangat tergantung pada kondisi fisik,
psikis serta keadaan sosiologis dan lingkungan masyarakat. Jika memang
perjalanan tersebut berat dan menyulitkan maka ada keringanan dan

11
kelonggran (rukhsah)berupa shalat jama‟ dan qashar. Sebab maksud
7
pemberian rukhsahadalah untuk mehilangkan beban dan kesulitan.
Ada riwayat yang mengatakan dari shahabat Anas bin Malik, bahwa
Rasulullah Saw mengqashar shalat dalam perjalanan yang berukuran 3 mil atau 1
farsakh.
‫َّللا ص اِ َذا َخ َس َج‬ِ ‫ َكانَ َزصُىْ ُل‬:‫ال‬ َ َ‫صَلَ ِة فَق‬ ُ ‫ َصأ َ ْل‬:‫ال‬
‫ت اَوَضًّا ع َْه قَصْ ِس ال ه‬ َ َ‫ع َْه ُش ْع َبتَ ع َْه َيحْ َيى ب ِْه َي ِز ْي ِد اْل َهىَا ِئ ّي ق‬
‫صلهى َ ْك َعتَيْ ِه‬
َ ‫َم ِض ْي َسةَ ثََلَثَ ِت اَ ْميَا ٍل اَوْ ثََلَثَ ِت فَ َسا ِص َخ‬
“Dari Syu‟bah dari Yahya bin Yazid Al-Hanaiy, ia berkata : Aku pernah
bertanya kepada Anas tentang mengqashar shalat, lalu ia menjawab, “Adalah
Rasulullah SAW apabila bepergian sejauh tiga mil atau tiga farsakh, maka beliau
shalat dua reka‟at”. (Syu‟bah ragu, tiga mil atau tiga farsakh” (HR. Muslim,
Ahmad, Abu Dawud dan Baihaqi)
‫صَلَة‬ ِّ َ‫صلهى َّللاُ َعلَيْ ًِ َو َصله َم إِ َذا َصافَ َس فَ َسا َص ًّخا يُق‬
‫ص ُس ال ه‬ َ ِ‫َكانَ َزصُىْ ُل َّللا‬
“Adapun Rasulullah SAW bila bepergian sejauh satu farsakh, maka beliau
mengqashar Shalat”(HR. Sa’id bin Manshur. Dan disebutkan oleh Hafidz
dalam at-Talkhish, ia mendiamkan adanya hadits ini, sebagai tanda
mengakuinya)
2.1.12 Lama Perjalanan Yang Diperbolehkan Di Jama’ Dan Di Qoshor
Para ulama juga berbeda pendapat berapa lama perjalanan yang
membolehkan musafir melaksanakan sholat jama‟ dan qashar.
Imam Malik, As-Syafi‟i dan Ahmad berpendapat bahwa maksimal 3 hari
bagi muhajirin yang akan mukim (tinggal) di tempat tersebut. Sementara ada juga
yang berpendapat maksimal 4 hari, 10 hari (Muttafaq „alayh, dari Anas bin
Maliik), 12 hari (H.R. Ahmad, dari „imran), 15 hari (pendapat Abu Hanifah), 17
hari, dan 19 hari (muttafaq „alayh, dari Ibn „Abbas).
Jika diperlihatkan secara seksama pada hadis-hadis dari para sahabat di
atas, umumnya mereka menceritakan sholat safar sesuai dengan keadaan dan
perspektif mereka masing-masing. Inilah yang kemudian dipahami oleh para
Imam Madzhab sehingga mereka berbeda pendapat dalam batasan jarak dan

7
Muhammad Baghir al-Habsy, Fikih Praktis :Menurut Al Qur‟an, As-Sunnah Dan
Pedapat Para Ulama‟. Bandung: Mizan Media utama. 2002. Hlm 208

12
waktu kebolehan shalat jama‟ dan qashar. Dari pendapat yang ada, yang lebih
kuat adalah pendapat yang menyatakan bahwa selama berstatus sebagai musafir
biasa (bukan musafir perang) dan tidak tinggal lebih dari 19 hari di satu tempat
tersebut, maka masih diberikan keringanan untuk menjama‟-qashar shalatnya.
tetapi Kalau musafir perang, maka boleh menjama‟-qashar shalatnya selama
masih dalam suasana perang. Sedangkan bagi musafir dengan tujuan maksiat,
maka senagian besar ulama berpendapat tidak ada keringanan qashar kepadanya.

2.2 KONSEP SHALAT JUM’AT

2.2.1 Pengertian Sholat Jum’at


Shalat Jumat (Arab: ‫ص الة‬ ‫ال جم عة‬, Salāt al-Jum`ah) adalah aktivitas
ibadah shalat wajib yang dilaksanakan secara berjama'ah bagi lelaki muslim setiap
hari Jumat yang menggantikan salat zuhur. Salat Jumat hanya dipraktikkan oleh
penganut Sunni dan tidak dipraktikkan oleh penganut Syi'ah. Namun klaim ini
dibantah banyak penganut Syi'ah. Bahkan di Iran sendiri, yang mayoritas
penduduknya menganut Syiah, shalat Jumat memiliki peranan penting dengan
menjadikannya semacam "panggung" politik. Khususnya untuk
mengecam Amerika Serikat dan pemerintahan Zionis Israel
Shalat Jum‟at adalah shalat wajib dua raka‟at yang dilaksanakan dengan
berjama‟ah diwaktu Zuhur dengan didahului oleh dua khutbah.8
Sabda Rasulallah ‫هللا ص لى‬ ‫ و س لم ع ل يه‬: “sesungguhnya hari Jum‟at
penghulu semua hari dan paling agung disisi Allah, ia lebih agung di sisi Allah
dari hari Raya Idul Adha dan Idul Fitri. Dalam hari Jum‟at trdapat lima
keutamaan : pada hari itu Allah menciptakan Adam, padahari itu Allah
menurunkan adam ke bumi, pada hari itu allah mewafatkan adam, pada hari itu
ada satu saat yang tidaklah seorang hamba meminta kepada Allah sesuatu
melainkan dia pasti memberikannya selama tidak meminta suatu yang haram, dan
pada hari itu akan terjadi kiamat. Tidaklah malaikat yang dekat (kepada Allah),

8
Umay M. dja‟far Shiddieq, Syari‟ah Ibadah, (Jakarta Pusat: alGhuraba), Hal. 75.

13
langit, bumi, angin, gunung, dan lautan, melainkan mereka semua merindukan
hari Jum‟at.” (HR. Ibnu Majah).
2.2.2 Hukum Shalat Jum’at
Hukum shalat jum‟at Fardhu „Ain, artinya kewajiban individu mukallaf
(muslim, baligh, berakal) kecuali 6 golongan:
a. Hamba sahaya (budak belian)
b. Perempuan
c. Anak kecil (yang belum baligh)
d. Orang sakit yang tidak dapat menghadiri Jumat
e. Musafir, yakni orang yang sedang dalam perjalanan jauh
f. Orang yang udzur jum‟at, seperi ada bencana alam atau bahaya.
Pengecualian ini ditetapkan oleh sabda Nabi SAW:
َ ‫ َو‬,ٌ‫ َواِ ْي َشأَج‬,ٌ‫ َي ًْهُىك‬:ً‫سهِ ٍى فٍِ َج ًَا َع ٍح إِ اَّل أَ ْس َت َعح‬
,ٌٍّ ِ‫صث‬ ْ ‫ة َعهًَ ُك ِّم ُي‬
ٌ ‫اج‬ ٌّ ‫ا ْن ُج ًُ َعحُ َح‬
ِ ‫ق َو‬
)‫(صحُح عهٍ ششطٍ انثخا سٌ ويسهى‬.‫َط‬
ٌ ‫َو َي ِش‬
“Jum'at itu hak yang wajib bagi setiap Muslim dengan berjama'ah
kecuali empat orang, yaitu: budak, wanita, anak kecil, dan orang yang
sakit."
Adapun bagi musafir, dan ada yang udzur, karena perbuatan Rasulullah
SAW, apabila mengadakan perjalanan jauh, dan sampai hari jum‟at beliau
dan para sahabatnya tidak menunaikan shalat jum‟at, melainkan hanya
shalat Zuhur, demikian pula ketika kejadian badai hari jum‟at dikota
madinah, Beliau menganjurkan para sahabatnya shalat masing-masimg di
rumah mereka.9
2.2.3 Kewajiban Mengerjakan Shalat Jum’at
Para ulama sependapat bahwa hukum shalat jum‟at adalah fardhu „Ain dan jumlah
rakaatnya dua. Hal ini berdasarkan firman Allah ta‟ala:
‫هللا َو َر ُس ْوانثَ ُْ ِع َرا ِن ُك ْى َخ ُْ ُشنا ُك ْى‬ ْ ‫انج ًُ َعحُ َفا‬
ِ ‫س َع ْىااِن ًَ ِر ْك ِش‬ ُ ‫هص َال ِج ِيٍْ ََ ْى ِو‬ َ ‫ََا اٌََّ َها انّ ِزٍََْ ا َيُُ ْىااِ َرا َُ ْى ِد‬
‫ٌ ِن ا‬
ٌ‫اٌْ ُك ُْرُ ْى ذَ ْع َه ًُ ْى‬
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan
shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan

9
Ibid, Hal. 76.

14
tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui. (QS. Al-Jumu‟ah: 9)
Kandungan Hukum:
Merujuk ayat di atas, para ulama menyimpulkan bahwa kandungan hukum
berikut:
a. Jum‟at Wajib „Aini bagi yang memenuhi syarat-syarat yang telah
ditetapkan. Orang yang meniggalkannya tanpa udzur adalah dosa
besar.
b. Bila sudah dikumandangkan adzan jum‟at, wajib segera untuk
mendengar khutbah dan menunaikan shalat jum‟at.
c. Sesudah adzan jum‟at berkumandang haram hukumnya bagi yang
wajib jum‟at melakukan kegiatan yang bersifat duniawi seperti jual
beli atau pekerjaan lainnya. 10
Kewajiban shalat jum‟at ditetapkan oleh Al-Qur‟an dan dikuatkan oleh
hadis Nabi SAW, salah satunya dengan ancaman bagi orang yang meninggalkan
jum‟at tanpa udzur.

a. Nabi SAW, bercita-cita menyuruh orang mencari kayu bakar dan yang
lainnya mengumandangkan adzan, lalu Beliau akan membakar rumah
orang yang tidak pergi jum‟at.
b. Nabi SAW, bersabda dari mimbarnya, “Hendaklah kaum-kaum itu
berhenti meninggalkan jum‟at atau Allah kunci hati-hati mereka dan
mereka dijadikan orang-orang yang lalai.”
c. Barang siapa meninggalkan tiga jum‟at karena menyepelekannya
maka Allah akan menutup hatinya.11
A. Orang-Orang yang Berkewajiban Menunaikan Shalat Jum’at
Diantara oramg-orang yang berkewajiban menunaikan Sholat jum‟at
adalah sebagai berikut :
a. Islam
b. Laki-laki
10
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena), Hal. 459.
11
Ibid, 460.

15
c. Merdeka (Bukan Hamba Sahya)
d. Baligh (Cukup Umur)
e. Aqil (Berakal)
f. Sehat (Tidak Sakit)
g. Muqim (Penduduk Tetap) bukan seorang musafir
‫ق واجة عهٍ ك ّم يسهى اَّل أستعح عثذ يًهىك أوايشأج أو صث ٍّ أويشَط‬
ّ ‫انجًعح ح‬
Shalat jum‟at adalah hak yang wajib atas setiap muslim kecuali empat
golongan: budak belian, wanita, anak-anak, orang sakit. (HR.Abu
Dawud).12
B. Syarat Sah Shalat Jum’at
Adapun syarat-syarat sahnya jum‟at menurut madzhab syafi‟i antara
lain:
1. Dua raka‟at shalat jm‟at dan dua khutbahnya harus masih masuk waktu
shlat juhur.
2. Dilaksanakan disuatu perkampungan atau perkotaan (maksudnya apabila
yang shalat jum‟at itu semuanya musafir maka shalat jum‟atnya tidak
sah).
3. Minimal mendapati satu raka‟at (dengan berjama‟ah) dari dua raka‟at
shalat jum‟at, maka jika seorang makmum shalat jum‟at tidak mendapati
satu raka‟at shalat jum‟at bersama imam, maka ia tetap niat shalat jumat
tetapi perakteknya shalat juhur empat raka‟at
4. Jumlah makmum yang shalat jum‟at minimal 40 orang dari penduduk
setempat atau penduduk asli (mustauthin) yang telah wajib jum‟at.
5. Shalat jum‟atnya tidak berbarengan atau didahului oleh shalat jum‟at
dimasjid lain yang masih satu perkampungan. Artinya tidak boleh ada
dua jum‟at atau lebih dalam satu kapung atau satu tempat yang sama.
6. Harus didahului dua khutbah.13

12
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah, (Jakarta:
Amzah, 2011), Hal. 309.
13
Abbas Arfan, Fiqih Ibadah Peraktis, (malang: Uin-Maliki Press), Hal. 113.

16
C. Waktu Shalat Jum’at
Golongan mayoritas dari kalangan sahabat dan tabi‟in sepakat bahwa
waktu shalat jum‟at itu adalah waktu shalat zuhur, berdasarkan hadis riwayat
Ahmad, Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Baihaqi dari Anas r.a.,
)‫س (سواِ تخاسي‬ ‫صهًِّ ا ْن ُج ًُ َعحَ ِحٍَُْ ذَ ُض ْو ُل ان ا‬
ِ ًْ ‫ش‬ َ ٌَ ‫سها َى‬
َ ‫صهاً هللاُ َعهَ ُْ ِّ َو‬
َ ٍُّ ‫َكاٌَ انُا ِث‬
Rasulullah SAW melaksanakan shalat Jum‟at ketika matahari
tergelincir. (H.R. Bukhari).
ْ َ‫س ثُ اى ََ ْش ِج ُع فََُ ْرثَ ُع ا ْنفَ ٍْ َء ا‬
ٌ ِ ًْ ‫ش‬ ِ َ‫سها َى ا ْن ُج ًُ ِعحَ اِ َرا َصان‬
‫د ان ا‬ َ ‫صهاً هللاُ َعهَ ُْ ِّ َو‬ ُ ‫صهًِّ َي َع َس‬
َ ِ‫س ْى ِل هللا‬ َ َُ ‫ُكُاا‬
ٌ‫ِظ ام انحُطا‬
Kami shalat dengan Rasulullah SAW ketika matahari tergelincir,
kemudian kami pulang dengan mengikuti bayang-bayang tembok. (H.R.
Muslim).
Bukhari mengatakan, “waktu shalat jum‟at ialah apabila matahari
telah tergelincir.” Pendapat ini juga diriwayatkan dari Umar, Ali, Nu‟man bin
Basyri, dan dari Umar bin Huraits. Syafi‟I mengatakan, “Nabi SAW., Abu
Bakar, Umar, Utsman, dan imam-imam lainnya mengerjakan shalat jum‟at
setelah tergelincirnya matahari.”14
D. Tempat Penyelenggaraan Shalat Jum’at
Ditulis oleh pengarang buku ar-Raudhah Naddiyyah bahwa shalat
jum‟at itu sah dilakukan, baik dikota maupun di desa, didalam masjid,
didalam bangunan, maupun dilapangan yang terdapat disekelilingnya,
sebagaimana juga sah dilakukan ditempat-tempat lainnya. Umar r.a. pernah
mengirim surat kepada penduduk Bahrain yang isinya, “Lakukanlah shalat
jum‟at dimana saja kalian berada.”(riwayat Ibnu Abu Syaibah dan
menurut Ahmad sanadnya baik).
Hadis ini menunjukkan bolehnya mengerjakan shalat di perkotaan
maupun di pedesaan atau ditempat manapun yang sekiranya sah dan bisa
dilaksanakannya shalat.adapun hadis lain yang menguatkan bahwa
dibolehkannya shalat jum‟at sealin dimasjid.

14
Ibid, Fiqih Sunnah, Hal. 462.

17
Diriwayatkan dari Umar r.a. bahwa ia pernah melihat penduduk mesir
dan daerah-daerah sekitar mata air yang terletak diantara Makkah dan
Madinah mengerjakan shalat ditempat mereka masing-masing dan mereka
tidak ditegurnya.(Riwayat Abdur Razaq dengan Sanad yang Shahih).15
E. Hal-Hal yang Menjadi Keharusan dalam Khutbah Jum’at
Beberapa hal yang menjadi keharusan sebagai syarat sah khutbah
jum‟at, antara lain sebaai berikut:
1. Khutbah harus dilakukan sebelum shalat.
2. Khatib harus suci dari hadas, najis, dan menutup aurat.
3. Khutbah disampaikan diwaktu jum‟at dihadapan jama‟ah yang
menjadikan terlaksananya shalt jum‟at, dan harus dengan suara lantang
demi tercapainya faedah khutbah.
4. Antara khutbah dan shalat jum‟at tidak terpisah dengan jarak yang kira-
kira dapat digunakan untuk makan karena hal itu dianggap sebagai
pemisah yang memotong shalat. (Maksudnya antara khutbah dengan
shalat jum‟at jarak waktunya tidak terpotong terlalu lama sehingga
setelah khutbah harus langsung dilaksanakan shalat jum‟at).
5. Khutbah harus disampaikan dengan bahasa Arab kecuali jika memang
tidak mampu. Ini adalah pendapat mayoritas ulama yang berlawanan
dengan pendapat kalangan ulama madzab Hanafi yang memperbolehkan
khutbah dengan bahasa Arab. Namun mereka (ulama madzahb Hanafi)
tidak mempunyai dalil atas apa yang mereka katakana maupun dasar
yang dapat diikuti.
6. Dilakukan dengan berdiri bagi yang mampu. Ini adalah pendapat
mayoritas ahli Fiqh, merujuk hadis narasi Ibnu Umar bahwasanya Nabi
SAW., berkhutbah pada hari jum‟at kemudian duduk kemudian berdiri,
lalu berkhutbah sebagaimana yang kalian lakukan hari ini.(Mutttafaq
„alaih). Juga merujuk pada hadis narasi Jabir bin Samura, ia berkata:
Nabi SAW., menyampaikan dua khutbah dimana beliau duduk diantara

15
Ibid, Fiqih Sunnah, Hal. 464.

18
keduanya, membaca al-Qur‟an, dan mengingatkan manusia.
16
(HR.Muslim).
F. Rukun-Rukun Khutbah
Beberapa hal yang menjadi keharusan sebagai syarat sah khutbah
jum‟at, antara lain sebaai berikut:
1. Khutbah harus dilakukan sebelum shalat.
2. Khatib harus suci dari hadas, najis, dan menutup aurat.
3. Khutbah disampaikan diwaktu jum‟at dihadapan jama‟ah yang
menjadikan terlaksananya shalt jum‟at, dan harus dengan suara
lantang demi tercapainya faedah khutbah.
4. Antara khutbah dan shalat jum‟at tidak terpisah dengan jarak yang
kira-kira dapat digunakan untuk makan karena hal itu dianggap
sebagai pemisah yang memotong shalat. (Maksudnya antara khutbah
dengan shalat jum‟at jarak waktunya tidak terpotong terlalu lama
sehingga setelah khutbah harus langsung dilaksanakan shalat jum‟at).
5. Khutbah harus disampaikan dengan bahasa Arab kecuali jika memang
tidak mampu. Ini adalah pendapat mayoritas ulama yang berlawanan
dengan pendapat kalangan ulama madzab Hanafi yang
memperbolehkan khutbah dengan bahasa Arab. Namun mereka
(ulama madzahb Hanafi) tidak mempunyai dalil atas apa yang mereka
katakana maupun dasar yang dapat diikuti.
6. Dilakukan dengan berdiri bagi yang mampu. Ini adalah pendapat
mayoritas ahli Fiqh, merujuk hadis narasi Ibnu Umar bahwasanya
Nabi SAW., berkhutbah pada hari jum‟at kemudian duduk kemudian
berdiri, lalu berkhutbah sebagaimana yang kalian lakukan hari
ini.(Mutttafaq „alaih). Juga merujuk pada hadis narasi Jabir bin
Samura, ia berkata: Nabi SAW., menyampaikan dua khutbah dimana
beliau duduk diantara keduanya, membaca al-Qur‟an, dan
mengingatkan manusia. (HR.Muslim).17

16
Ibid, Fiqih Ibadah, Hal. 311.
17
Ibid, Fiqih Ibadah Praktis, Hal. 114.

19
G. Hikmah Shalat Jum’at
1. Simbol persatuan sesama Umat Islam dengan berkumpul bersama,
beribadah bersama dengan barisan shaf yang rapat dan rapi
2. Untuk menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antar sesama manusia.
Semua sama antara yang miskin, kaya, tua, muda, pintar, bodoh, dan lain
sebagainya
3. Menurut hadits, doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT akan
dikabulkan
4. Sebagai syiar Islam.18
H. Metode Pembelajaran Tentang Sholat Jum’at
1. Metode Ceramah
Merupakan metode pembelajaran yang berlangsung sejak lama
hampir bisa dikatakan sudah membudaya, metode ini berpegang teguh
pada norma adat dan kebiasaan secara turun-temurun dalam pendidikan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Purwoto (1997: 72) yang menyatakan
bahwa, “Metode ceramah merupakan metode yang paling banyak
dipakai”. Kebanyakan guru menganggap sebagai metode pembelajaran
yang paling mudah dilaksanakan, kemudian jika bahan pelajaran sudah
dikuasai dan sudah ditentukan urutan penyampaiannya, guru tinggal
memaparkannya di kelas. Para murid tinggal duduk memperhatikan guru
berbicara, mencoba menangkap apa isinya, dan membuat penggalan-
penggalan catatan. “Metode ceramah atau kuliah mimbar adalah suatu
bentuk pengajaran dimana guru mengalihkan informasi kepada
sekelompok besar siswa dengan cara yang terutama bersifat verbal
(Lisan)” (TjiptoUtomo dan Ruijter, 1985: 184) dalam (Moedjiono dan
Moh. Dimyati, 1991: 29).
Metode ceramah adalah suatu cara mengajar atau penyajian materi
melalui penuturan dan penerapan lisan oleh guru kepada siswa. agar siswa
efektif dalam proses belajar mengajar yang menggunakan metode
ceramah, maka siswa perlu dilatih mengembangkan keterampilan berpikir

18
http://indo-moeslim.blogspot.com/2010/08/hadits-tentang-orang-yang-diwajibkan.html

20
untuk memahami suatu proses dengan cara mengajukan pertanyaan,
memberikan tanggapan dan mencatat penalarannya secara sistematis. 19
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal.
Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi
lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.
Dari definisi metode ceramah diatas, dapat kiranya kita
mendefinisikan metode ceramah sebagai sebuah bentuk interaksi belajar-
mengajar yang dilakukan melalui penjelasan dan penuturan secara lisan
oleh guru terhadap sekelompok peserta didik.
Berdasarkan definisi metode ceramah, dapat dimengerti jika guru
akan menjadi pusat/titik tumpuan keberhasilan metode ceramah. Lalu
lintas pembicaraan atau komunikasi hanya searah yakni dari guru ke para
siswa. Akibat dari adanya kenyataan ini, adalah:
1) Guru-guru haruslah memiliki keterampilan menjelaskan
(explaining skills), dan
2) Guru memiliki kemampuan memilih dan menggunakan alat bantu
instruksional yang tepat dan potensi untuk meningkatkan ceramah.
Kesimpulan dari kajian terhadap berbagai studi tentang metode ceramah,
yakni:
1) Metode ceramah sesuai digunakan bila:
a) Tujuan dasar pengajaran adalah menyampaikan informasi baru,
b) Isi pelajaran langka, misalnya penemuan baru,
c) Isi pelajaran harus diorganisasikan dan disajikan dalam sebuah
cara khusus untuk kelompok tertentu,
d) Membangkitkan minat terhadap mata pelajaran,
e) Isi pelajaran tidak diperlukan untuk diingat dalam waktu yang
lama,
f) Untuk mengantar penggunaan metode mengajar yang lain dan
pengarahan penyelesaian tugas-tugas belajar.

19
Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, Quantum
Teaching, (Jakarta: 2005), h. 121

21
2) Metode ceramah tidak sesuai digunakan bila:
a) Tujuan pengajaran bukan tujuan perolehan informasi,
b) Isi pelajaran perlu diingat dalam jangka waktu yang lama,
c) Isi pelajaran kompleks, rinci, atau abstrak.
Segi kebaikan metode ceramah:
1) Dalam waktu relatif singkat dapat disampaikan bahan sebanyak-
banyaknya.
2) Organisasi kelas lebih sederhana, tidak perlu mengadakan
pengelompokkan murid-murid seperti pada metode yang lain.
3) Guru dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, walaupun jumlah
murid cukup besar.
4) Apabila penceramah berhasil baik, dapat menimbulkan semangat,
kreasi yang konstruktif, yang merangsang murid-murid untuk
melaksanakan suatu tugas/pekerjaan.
Segi kekurangan (negatif):
1) Guru sukar untuk mengetahui pemahaman anak terhadap bahan-bahan
yang diberikan.
2) Kadang-kadang guru sangat mengejar disampaikannya bahan yang
sebanyak-banyaknya, sehingga hanya menjadi bersifat pemompaan.
3) Pendengar cenderung menjadi pasif dan ada kemungkinan malahan
kurang tepat dalam mengambil kesimpulan, sebab guru menyampaikan
bahan-bahan tersebut dengan lisan.
4) Apabila penceramah tidak memperhatikan segi-segi psychologies dan
didaktis dari anak didik, ceramah dapat bersifat melantur-lantur dan
membosankan. Sebaliknya guru dapat terlalu berlebih-lebihan
berusaha membangkitkan minat siswa.
2. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi,
benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang dipelajari.
Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang

22
sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan
lisan.
Metode Demonstrasi juga merupakan metode mengajar yang
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu
petunjuk untuk melakukan sesuatu.
Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi ialah metode
mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu
pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu
proses pembentukan tertentu pada siswa.
Metode demonstrasi-Animasi dapat memperjelas pengertian dan
konsep tindakan yang harus dilakukan. Metode tersebut dalam prakteknya
dapat di lakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode
Demonstransi-Animasi cukup baik apabila di gunakan dalam penyampaian
bahan pelajaran tata surya, proses teknis peralatan, alran listrik, atau fiqih,
misalnya bagaiamana cara berwudu, shalat, memandikan orang mati,
tawaf pada waktu haji,dan yang lainnya.
Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif sebab
membantu anak didik untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri
berdasarkan fakta yang benar. Metode ini dapat diterapakan dalam
pembelajaran Ilmu Alam, Teknik dan PAI, tetapi, tidak semua pelajaran
PAI bisa didemonstrasikan, misalnya masalah aqidah yang menjelaskan
iman kepada allah, malaikat, surga, neraka dan lai-lain.
Tujuan dan kegunaan metode demonstrasi, antara lain:
1) Untuk memudahkan penjelasan sebab penggunaan bahasa lebih
terbatas.
2) Untuk membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu
proses dengan penuh perhatian.
3) Untuk menghindari verbalisme.
4) Cocok digunakan apabila akan memberikan keterampilan tertentu.

23
Adapun aspek yang penting dalam menggunakan Metode Demonstrasi
adalah:
Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat
yang di Demonstrasikan tidak bisa di amati dengan seksama oleh siswa.
Misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas.
Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak di ikuti oleh
aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi
aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga. Tidak semua hal
dapat di Demonstrasikan di kelas karna sebab alat-alat yang terlalu besar
atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis. Sebagai
pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan di
demonstrasikan.
Dan adapun sebaiknya dalam Mendemonstrasikan pelajaran
tersebut guru harus terlebih dulu Mendemonstrasikan dengan sebaik-
baiknya, baru di ikuti oleh murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk.
Prosedur metode demonstrasi yang harus dilakukan dalam
pembelajaran adalah: Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan
dalam pembelajaran; Memberikan penjelasan tentang topik yang akan
didemonstrasikan; Pelaksanaan demonstrsi bersamaan dengan perhatian
dan peniruan dari siswa; Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan atau latihan)
terhadap hasil demonstrasi.
Kesimpulan: Kemampuan guru yang perlu diperhatikan dalam
menunjung keberhasilan demonstrasi di antaranya:
1) Mampu secara proses tentang topik yang dipraktekkan.
2) Mampu mengelola kelas, menguasai siswa secara menyeluruh.
3) Mampu menggunakan alat bantu yang digunakan.
4) Mampu melaksanakan penilaian proses
Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk
menunjang demonstrasi, diantaranya adalah:

24
1) Siswa memiliki motivasi, perhatian dan minat terhadap topik yang
didemonstrasikan.
2) Memahami tentang tujuan/maksud yang akan didemonstrasikan.
3) Mampu mengamati proses yang dilakukan oleh guru.
4) Mampu mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam
demonstrasi
3. Metode Praktik Langsung
Metode Praktik merupakan metode pembelajaran dimana peserta
didik/siswa melaksanakan kegiatan latihan atau praktik agar memiliki
ketegasan atau keterampilan yang tinggi. Metode pembelajaran praktik
dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pengaplikasian
pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Praktik merupakan
upaya untuk membeikan kesempatan peserta didik untuk mendapatkan
pengalaman langsung. Ide dasar belajar berdasarkan pengalaman
mendorong peseta didik untuk merefleksi atau melihat kembali
pengalaman-pengalaman yang mereka alami. Selama praktik diharapkan
peserta didik mampu melihat, mengamati, memahami, membandingkan
dan memcahkan suatu masalah saat kegiatan praktek dilaksanakan.
Manfaat penggunaan metode praktik langsung:
1) Anak akan lebih mengaplikasikan materi yang disampaikan oleh guru.
2) Anak mampu membuktikan dan mempercayai sebuah teori setelah ia
melakukan praktik.
3) Anak menjadi tidak bingung dengan teori yang disampaikan.
4) Anak langsung dihadapkan dengan permasalahan yang nyata.
5) Keterampilan anak meningkat
4. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang dapat
membantu kekurangan-kekrangan yang terdapat di metode ceramah. Ini
disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran sehjauh mana murid
dapat mengertikan dan mengungkapkan apa yang telah di ceramahkan.

25
Metode penyampaian pesan pengajaran degan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dan siswa diberikan jawaban atau
20
sebaliknya siswa diberikan kesempatan bertanya. Dalam kegiatan
melalui tanya jawab, guru dapat memberikan kesempatan-kesempatan
tersebut ketika sedang memulai pelajaran, ditengah-tengah pelajaran dan
diakhir pelajaran.21
Suatu metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar sudah barang
tentu mempunyai keunggulan dan kekurangan, begitupun dengan metode
Tanya jawab. Berikut keunggulan dan kekurangan metode Tanya jawab:
Keunggulan metode Tanya
1) Kelas akan hidup karena anak didik aktif berfikir dan
menyampaikan pikiran melalui berbicara.
2) Baik sekali untuk melatih anak didik agar berani
mengemukakan pendapatnya.
3) Akan membawa kelas kedala suasana diskusi.
Kekurangan metode diskusi
1) Apabila terjadi perbedaan pendapat akan memkana waktu untuk
menyelesaikannya.
2) Kemungkinan akan terjadi penyimpangan perhatian pelajar terutama
apabila jawaban yang kebetulan menarik perhatian tetapi buka
sasaran atau materi yang dituju.
3) Dapat menghambat cara berfikir apabila guru kurang pandai dalam
penyajian materi.

2.3 KONSEP PENYELENGGARAAN JENAZAH


2.3.1 Pengertian Jenazah
Kata jenazah diambil dari bahasa Arab (‫ )جه ذح‬yang berarti tubuh mayat
dan kata ‫ جه ذ‬yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki
arti tubuh mayat yang tertutup

20
Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandun: Remaja Rosdakarya, 1986), 63.
21
Arman Arief,ibid,hlm.43.

26
Lebih jauh, kata Jenazah menurut Hasan Sadiliy memiliki makna
“seseorang yang telah meninggal dunia yang sudah terputus masa kehidupannya
dengan alam dunia ini”. Dalam kamus al-Munawwir, kata jenazah diartikan
sebagai “seseorang yang telah meninggal dunia dan diletakkan dalam usungan
(keranda). Kata ini bersinonim dengan al-mayit (arab) atau mayat (Indonesia) .
Karenanya, Ibn al-Faris memaknai kematian (al-mawt) sebagai peristiwa
berpisahnya Nyawa (ruh) dari badan (jasad).7 Sedangkan dalam kamus besar
bahasa Indonesia, kata jenazah diartikan sebagai badan atau tubuh orang yang
sudah mati.
2.3.2 Pengertian Penyelenggaraan Jenazah
Penyelenggaraan Jenazah adalah prosesi pengurusan jenazah yang
dilakukan mulai dari memandikan, mengkafani, menyolatkan hingga
menguburkan mayit berdasarkan tuntunan syariat
Hukum penyelengaraan jenazah
Hukum menyelenggarakan jenazah adalah Fardhu Kifayah, artinya
apabila disuatu daerah telah ada orang yang telah menguasainya maka gugurlah
kewajiban atas yang lain, namun bila disuatu daerah tidak ada yang menguasainya
maka wajib atas semua orang untuk melaksanakannya, bila tidak ada yang
melakukannya maka semua orang yang berada di daerah tersebut berdosa.
Islam telah mengingatkan kita semua bahwa setiap insan yang bernyawa
pasti mengalami kematian. Allah SWT telah berfirman :“Setiap yang bernyawa
akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan
sempurna balasanmu............(Q.S. Ali „Imran/3 : 185)
2.3.3 Memandikan Jenazah
Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani
dan dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang
yang mati syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur
ulama adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh
mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka
gugurlah kewajiban seluruh mukallaf. Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban
memandikan jenazah ini terdapat dalam sebuah hadist Rasulullah SAW, yakninya:

27
Artinya: “Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah bersabda tentang orang
yang jatuh dari kendaraannya lalu mati, “mandikanlah ia dengan air dan daun
bidara.” (H.R Bukhari dan Muslim)
Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah
yang perlu diperhatikan yaitu:22
1. Orang yang utama memandikan jenazah
a. Untuk mayat laki-laki
Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah
orang yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat,
muhrimnya dan istrinya.
b. Untuk mayat perempuan
Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya,
neneknya, keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.
c. Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan
Untuk mayat anak laki-laki boleh perempuan yang memandikannya dan
sebaliknya untuk mayat anak perempuan boleh laki-laki yang memandikannya.
d. Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya
hanya laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-
laki meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia
tidak mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup
ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yakninya:
‫ا‬
Artinya: “Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada
perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat perempuan-perempuan dan
tidak ada laki-laki selainnya maka kedua mayat itu ditayamumkan, lalu
dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat air.” (H.R Abu
Daud dan Baihaqi)

22
Abdul Karim. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah.Jakarta:
Amzah

28
2. Syarat bagi orang yang memandikan jenazah
a. Muslim, berakal, dan baligh
b. Berniat memandikan jenazah
c. Jujur dan sholeh
d. Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan
memandikannya sebagaimana yang diajarkan sunnah serta mampu
menutupi aib si mayat.
3. Mayat yang wajib untuk dimandikan
a. Mayat seorang muslim dan bukan kafir
b. Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah meninggal
tidak dimandikan
c. Ada sebahagian tubuh mayat yang dapat dimandikan
d. Bukan mayat yang mati syahid

4. Tata cara memandikan jenazah


Berikut beberapa cara memandiakan jenazah orang muslim, yaitu:
a. sebelum mayat dimandikan siapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang
dibutuhkan untuk keperluan mandinya, seperti:
1) Tempat memandikan pada ruangan yang tertutup.
2) Air secukupnya.
3) Sabun, air kapur barus dan wangi-wangian.
4) Sarung tangan untuk memandikan.
5) Potongan atau gulungan kain kecil-kecil.
6) Kain basahan, handuk, dll.
b. Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya tidak
kelihatan.
c. Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.
d. Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran.
e. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan
perutnya perlahan-lahan.
f. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala.

29
g. Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah,
gosok giginya dan bersihkan hidungnya, kemudiankan wudhukan.
h. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazah.
i. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur
dengan wangi-wangian.
j. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota
tubuhnya.
k. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya
itulah yang wajib. Disunnahkan mengulanginya beberapa kali dalam bilangan
ganjil.
l. Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya,
wajid dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan
tidak perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis itu saja.
m. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkan
menyulur kebelakang, setelah disirim dan dibersihkan lalu dikeringkan
dengan handuk dan dikepang.
n. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidak
membasahi kain kafannya.
o. Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak
mengandung alkohol.

2.3.4 Mengkafani Jenazah


Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan
sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum
mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah. Dalam
sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut:
Artinya: “Kami hijrah bersama Rasulullah SAW dengan mengharapkan
keridhaan Allah SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah,
karena diantara kami ada yang meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi
sedikit pun juga. Misalnya, Mash‟ab bin Umair dia tewas terbunuh diperang
Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika
kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka
tersembul kepalanya. Maka Nabi SAW menyuruh kami untuk menutupi kepalanya
dan menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.” (H.R Bukhari)

30
Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:23
1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan
menutupi seluruh tubuh mayat.
2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi
mayat perempuan 5 lapis.
4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah,
kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
Adapun tata cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mayat laki-laki
a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar
dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.
b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas
kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
c. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang
mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung
lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar
dengan cara yang lembut.
e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga
atau lima ikatan.
f. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka
tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup
dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan
kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang
ada.
2. Untuk mayat perempuan
Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang terdiri
dari:

23
M. Rizal Qasim. 2000. Pengamalan Fikih I. Jakarta: Tiga Serangkai

31
a. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
b. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
c. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
d. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
e. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.
Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:
a. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing
bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup
dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-
wangian atau dengan kapur barus.
b. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan
kapas.
c. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
d. Pakaikan sarung.
e. Pakaikan baju kurung.
f. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
g. Pakaikan kerudung.
h. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua
ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.
i. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.
2.3.5 Menshalatkan Jenazah
Menurut ijma ulama hukum penyelenggaraan shalat jenazah adalah fardhu
kifayah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi:
Artinya: “Shalatilah orang yang meninggal dunia diantara kamu”
Orang paling utana untuk melaksanakan shalat jenazah yaitu:
a. Orang yang diwasiatkan si mayat dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli
bid‟ah.
b. Ulama atau pemimpin terkemuka ditempat itu.
c. Orang tua si mayat dan seterusnya ke atas.
d. Anak-anak si mayat dan seterusnya ke bawah.
e. Keluarga terdekat.

32
f. Kaum muslimim seluruhnya.
Rukun shalat jenazah ialah:
a. Berniat menshalatkan jenazah.
b. Takbir empat kali.
c. Berdiri bagi yang kuasa.
Adapun tata cara melakukan shalat jenazah adalah sebagai berikut:
1. Niat shalat jenazah
Niat shalat jenazah dilakukan dalam hati serta ikhlas karena Allah SWT.
Sebelum shalat jenazah dilakukan maka kepada imam dan seluruh makmum
hendaknya berwudhu dan menutup aurat. Untuk menyalatkan mayat laki-laki
imam berdiri sejajar dengan kepala si mayat, sedangkan untuk mayat perempuan,
imam berdiri di tengah-tengah sejajar pusat si mayat.
Lafal niat shalat jenazah:
a. Untuk mayat laki-laki

“Sengaja aku berniat shalat atas mayat laki-laki empat takbir fardhu kifayah
menjadi makmun/imam karena Allah ta‟ala”
b. Untuk mayat perempuan

‫ا‬
“Sengaja aku berniat shalat atas mayat perempuan empat takbir fardhu kifayah
menjadi makmun/imam karena Allah ta‟ala”

2. Takbir 4 kali
a. Takbir pertama dimulai dengan mengangkat tangan dan membaca Al-
Fatihah.
b. Takbir kedua dan membaca shalawat

33
Artinya: “Ya Allah berikanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan
keluarganya, sebagaimana engkau telah memberikan kesejahteraan kepada
Ibrahim dan keluarganya. Berkatilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana
engkau telah memberkati Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha
terpuji lagi bijaksana”

c. Takbir ketiga dan membaca do‟a untuk si mayat

Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia, maafkanlah dia dan
sentosakanlah dia, muliakan tempatnya, lapangkanlah kuburnya, sucikanlah dia
dengan air embun dan es, sucikanlah dia dari kesalahannya, sebagaimana
sucinya kain putih dari kotoran. Gantikanlah rumahnya dengan rumah yang lebih
baik daripada rumahnya, dan gantikan keluarganya dengan keluarga yang lebih
baik, masukkan ia kedalam syurga, dan jauhkan ia dari siksa kubur dan siksa
neraka.”

d. Takbir keempat lalu diam sejenak dan membaca do‟a

Artinya: “ Ya Allah janganlah Engkau tahan untuk kami pahalanya dan


janganlah engkau tinggalkan fitnah untuk kami setelah kepergiannya”

34
e. Salam ke kiri dan ke kanan
*catatan :
 Doa diatas adalah doa untuk jenazah laki laki satu, jika jenazahnya ada du
orang laki laki atau perempuan, maka HU diganti dengan HUMA.
 Sedangkan untuk perempuan satu orang, diganti dengan HA.
 Jika jenazahnya berjumlah banyak dan berkelamin pria maka diganti
HUM.
 Jika banyak mayit wanita maka diganti dengan HUNNA.
 Untuk campuran laki laki maupun perempuan yang digabung sehingga
jumlahnya banyak maka , bisa pakai HUM.
 Misal "Allahummaghfir lahum warhamhum, wa‟aafihi wa‟fu „anhum .... "

2.3.5 Menguburkan Jenazah


Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul
di atas pundak dari keempat sudut usungan.

Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus


tergesa-gesa. Bagi para pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di
belakangnya, di samping kanan atau kirinya. Semua cara ada tuntunannya dalam
sunnah Nabi.
Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab
Rasulullah shallallahu „alaihi wassalam telah melarangnya.

35
Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari
jangkauan binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.
Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq. Dalam
masalah ini Rasulullah shallallahu „alaihi wassalam bersabda:

“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi
selain kita (non muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh
Al-Albani dalam “Ahkamul Janaaiz” hal. 145)

Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus


di dasar kubur pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.
Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian
tengahnya (membentuk huruf U memanjang).

- Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta‟an.

36
- Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.

- Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke


liang lahat dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara
perlahan. Jika tidak memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.

- Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah


mengucapkan: “BISMILLAHI WA ‘ALA MILLATI RASULILLAHI (Dengan
menyebut Asma Allah dan berjalan di atas millah Rasulullah shallallahu „alaihi
wassalam).” ketika menurunkan jenazah ke lubang kubur. Demikianlah yang
dilakukan Rasulullah shallallahu „alaihi wassalam.

Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan


jasadnya (dalam posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya
selain tali kepala dan kedua kaki.
- Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya,
sebab tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap

37
wajahnya, kecuali bila si mayit meninggal dunia saat mengenakan kain ihram
sebagaimana yang telah dijelaskan.

- Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala
dan kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau
papan kayu/bambu dari atasnya (agak samping).

- Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi
sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.

- Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke


dalam liang kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang
dilakukan Rasulullah shallallahu „alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan
(diuruk) tanah ke atas jenazah tersebut.

38
- Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak
dilanggar kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah
bentuk makam Rasulullah shallallahu „alaihi wassalam (HR. Bukhari).

- Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan
diperciki air, berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu „alaihi wassalam
(dalam masalah ini terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat
“Irwa‟ul Ghalil” II/206). Lalu diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar
mudah dikenali.

- Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula menulisi


batu nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya serta
bersandar padanya. Karena Rasulullah shallallahu „alaihi wassalam telah melarang
dari hal tersebut. (HR. Muslim)

- Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit (dalam


menjawab pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena
ketika itu ruhnya dikembalikan dan ia ditanya di dalam kuburnya. Maka
disunnahkan agar setelah selesai menguburkannya orang-orang itu berhenti
sebentar untuk mendoakan kebaikan bagi si mayit (dan doa ini tidak dilakukan
secara berjamaah, tetapi sendiri-sendiri!). Sesungguhnya mayit bisa mendapatkan
manfaat dari doa mereka.

39
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Shalat Jama‟ adalah melaksanakan dua shalat wajib dalam satu waktu,
yakni melakukan shalat Dzuhur dan shalat Ashar di waktu Dzuhur dan itu
dinamakan Jama‟ Taqdim atau melakukannya di waktu Ashar dan dinamakan
Jama‟ Takhir . Salat Qasar adalah melakukan salat dengan meringkas/mengurangi
jumlah rakaat salat yang bersangkutan. Salat Qasar merupakan keringanan yang
diberikan kepada mereka yang sedang melakukan perjalanan (safar). Adapun salat
yang dapat diqasar adalah salat zuhur, asar dan isya, di mana rakaat yang aslinya
berjumlah 4 dikurangi/diringkas menjadi 2 raka'at saja
Menjamak adalah hukumnya mubah ,artinya boleh seseorang menjamak dengan
memenuhi beberapa syarat-syarat berikut :
1. Musafir atau dalam perjalanan dengan perjalanan kurang lebih 81 km
(menurut sebagian besar ulama )
2. Bukan dalam perjalanan maksiat
3. Dalam keadaan ketakutan ,seperti sakit ,hujan lebat ,angin topan ,atau
bencana alam lainnya .
Metode pembelajaran fiqih tentang sholat jum‟at adalah suatu cara
yang digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan materi tentang sholat
jum‟at kepada murid atau peserta didik dengan menggunakan berbagai cara
yang mudah dipahami oleh peserta didik sehingga tujuan dari sebuah
pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efesien.
Shalat Jum'at adalah ibadah shalat yang dikerjakan di hari jum'at dua
rakaat secara berjamaah dan dilaksanakan setelah khutbah. Shalah Jum'at
memiliki hukum wajib 'ain bagi setiap muslim laki-laki / pria dewasa beragama
islam, merdeka sudah mukallaf, sehat badan serta muqaim (bukan dalam
keadaan mussafir) dan menetap di dalam negeri atau tempat tertentu dan shalat
jum‟at juga memiliki syarat-syarat wajib dan syarat syah nya yang harus
dilaksanakan, supaya shalat jumat nya menjadi sempurna.

40
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia
sebagi makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati
kemuliannya itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan
jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya
adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh
mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka
gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalatkan
4. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah,
antara lain:
a. Memperoleh pahala yang besar.
b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
c. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan
belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati
dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga
apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-
baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.

3.2 Saran
Demikian makalah ini dibuat, diharapkan bagi para pembaca dapat memberikan
masukan dan kritikan dalam kesalahann yang terdapat pada penulisan maupun isi
materi.

41
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Arfan. Fiqih Ibadah Peraktis. Malang: Uin-Maliki Press. 2011.


Abd. Ghoni Asyukur. 1989. Shalat Dan Merawat Jenazah. Bandung: Sayyidah
Abdul Aziz Muhammad Azzam. FIQIH IBADAH. Abdul Aziz sayyed Hawwas.
Jakarta: amzah. 2009. Hlm 288
Abdul Karim. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah.Jakarta:
Amzah
Ahmad Hatta, MA. Tafsir Qur‟an perkata, 2009. Magfirah Pustaka.
Ahmad Yaman, Panduan Lengkap Sholat Menurut Empat Madzhab, Jakarta:
Pustaka Al-Kaustar. 2005. Hlm 283
Al qur‟an dan terjemah, Departemen Agama: Menara Kudus. 1997
Arfan, Abbas.Fiqh Ibadah. Malang : UIN Maliki Press 2011
Ar-Rahbawi , Abdul qodir. 2008. Salat Empat Madzhab. Bogor : PT Pustaka
Litera AntarNusa
Az-Zuhaili, Wahban. fiqih islam wa adillatuhu, depok: Gema Insani. 2010
Kamal, Abu malik bin As-Sayyid Salim. 2006. Shahih Fikih Sunnah. Jakarta
: Pustaka Azam
M. Rizal Qasim. 2000. Pengamalan Fikih I. Jakarta: Tiga Serangkai
Muhammad Azzam Abdul Aziz dan Sayyed Hawwas Abdul Wahhab. Fiqih
Ibadah. Jakarta: Amzah. 2009.
Muhammad Baghir al-Habsy, Fikih Praktis :Menurut Al Qur‟an, As-Sunnah Dan
Pedapat Para Ulama‟. Bandung: Mizan Media utama. 2002. Hlm 208
Rasjid, Sulaiman. 1983. Fiqh Islam. Jakarta: Attahiriyyah
Rusyd, Ibnu. 2006. Bidayatul Mujtahidin. Jakarta : Pustaka Azam
Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. Jakarta: Pena. 2006.
Sani,Ridwan Abdullah.Inovasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. 2013.
Shiddieq, Dja‟far. Syari‟ah Ibadah. Jakarta Pusat: alGhuraba. 2006.
Shiddiq,Abdul Rosyad.Fikih Ibadah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2006.
Usman,M. Basyiruddin.Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta : Ciputat
Pres. 2001.
Usman,Moh. Uzer.Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya. 1999.

42
43

Anda mungkin juga menyukai