Disusun Oleh:
2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberi nikmat, rahmat serta
hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Shalat Jama’ Dan Qosor dengan tepat waktu. Makalah ini merupakan salah satu
tugas mata kuliah di progam studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas
Tarbiyah Universitas Ma’arif Lampung pada semester Dua. Kami ucapkan
terimakasih kepada Ibu Lutfi Fadilah, M.Pd selaku dosen pembimbing Mata
kuliah Fiqih Ibadah dan kepada segenap pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada
banyak kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum. Wr.Wb.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A..Kesimpulan................................................................................................10
B..Saran..........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................12
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu kegiatan yang tidak dapat dielakkan dalam
kehidupan manusia, apa lagi pada jaman modern ini adalah perjalanan.
Perjalanan selalu membutuhkan tenaga dan menyita waktu kita, entah
itu banyak atau sedikit. Demi sebuah perjalanan, banyak hal dan
kadang kewajiban yang dengan terpaksa meski kita tinggalkan atau
pun kita tunda. Namun ada kewajiban-kewajiban yang tidak boleh kita
tinggalkan meski dengan alasan perjalanan. Salah satunya adalah
kewajiban terhadap sang khalik, yaitu Shalat 5 waktu. Dalam Islam
sudah ditentukan aturan-aturan yang sangat mempermudah bagi para
musafir. Shalat yang dilaksanakan dalam perjalanan biasa disebut
sholatus safar.
Islam adalah agama Allah SWT yang banyak memberikan
kemudahan kepada para pemeluknya didalam melakukan berbagai
ibadah dan amal sholihnya, sebagaimana firman Allah SWT :
Artinya : “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al Baqarah : 185)
Islam juga dibangun dengan lima pilar. Salah satu pilarnya
adalah shalat. Karenanya shalat merupakan tiang agama. Ketika
seorang meninggalkan shalat ia disebut penghancur agama tetapi
sebaliknya ketika ia melaksanakan shalat dengan sebaik-baiknya maka
ia disebut sebagai penegak agama. Karenanya, seorang muslim tidak
boleh meninggalkan shalat walau bagaimanapun juga tak terkecuali
dalam bepergian.
Dari sekian banyak pemahaman tentang jama dan qashar,
maka dianggap perlu untuk melihat kompleksitas tersebut sebagai
sesuatu yang unik dan penting untuk dikaji lebih lanjut. Maka dari itu,
iv
pembahasan mengenai jama dan qashar sangatlah penting untuk kita
sebagai umatmuslim melaksanakan ibadah tersebut
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Shalat Jama’ dan Shalat Qashar?
2. Apa Dasar Hukum Shalat Jam’ Dan Qashar?
3. Apa saja Macam Macam Sholat Jama’ Dan Qashar?
4. Apa Rukun Dan Syarat Jama’ Dan Qashar?
5. Bagaimana Tata Cara Sholat Jama’ Qoshor?
v
BAB II
PEMBAHASAN
vi
berbeda pendapat tentang apakah qashar shalat itu merupakan
rukhsah (keringanan) atau ‘azimah (ketetapan mutlak). 6 Selain itu,
ulama’ berbeda pendapat dalam beberapa hal yaitu: Mengqashar
shalat dan hukumnya, Jarak tempuh perjalanan yang
membolehkan qashar, Jenis perjalanan yang membolehkan qashar,
Tempat dibolehkannya qashar, Batas perjalanan dan kebolehan
qashar.
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa qashar itu wajib ‘ain
atas tiap-tiap musafir. Maka fardhunya hanya 2 rakaat saja,
sehingga apabila ia berniat 4 rakaat dan tidak duduk sesudah 2
rakaat pertama, batallah shalatnya, karena ia meninggalkan fardhu
duduk terakhir. Dan apabila ia duduk sesudah dua rakaat pertama,
shalat fardlunya dan dua rakaat yang akhir dihitung sunat. Dan itu
juga madzhab Hadawiyyah. Berkata al-Khaththaby dalam:
ma’alimu Sunan:
“Madzhab kebanyakan mala salaf dan fuqoha beberapa
kota, qashar shalat dalam perjalanan adalah wajib. Dan itu
pendapat ‘Ali, ‘Umar, Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas, dan pendapat
‘Umar bin Abd. ‘Aziz, Qataadan, dan al-Hasan”
Tiga Imam (Malik, Syafi’i, dan Ahmad Ibnu Hanbal)
berpendapat bahwa qashar bukan wajib ‘ain, melainkan hanya
rukhsah (dispensasi), maka si mukallaf dapat memilih tentang
menggugurkan fardhu itu antara ‘azimah menyempurnakan 4
rakaat dan rukhshah qashar. Tetapi mereka berbeda pendapat
mengenai hukum rukhshah ini:
Ulama Malikiyah berpendapat bahwa qashar sunat
muakkad yang kalau ditinggalkan dengan sengaja wajib i’adah
dalam waktunya, dan ketinggalan karena lupa wajib sujud sahwi.
Berkata ulama Hanabilah, bahwa qashar itu lebih utama dan
tidak makruh dengan ‘azimah. Dan itulah yang masyhur dari
6
Tim kajian Ahla Shuffah, Kamus Fiqh, (Kediri: Lirboyo Press, 2014), hal. 164.
vii
mazhab Syafi’i apabila perjalanan itu 3 hari. Jika perjalanan
kurang dari 3 hari, maka menyempurnakan adalah lebih utama .
kata mereka: itu untuk keluar dari ikhtilaf Abu Hanifah dan orang-
orang yang sependapat dengannya.7
Kaitannya dengan hal di atas dalam hal perjalanan dan
kebolehan mengqashar Imam Syafi’i dan Imam Malik berpendapat
bahwa jika seseorang berniat hendak bermukim lebih dari empat
hari maka haurus mencukupkan shalat dan kalau kurang dari 4
harimaka boleh mengqashar shalat.[10] Kata Imam Abu Hanifah,
tidak boleh qashar kalau Safar itu kurang dari 3 marhalah, yakni
perjalanan 24 farsakh.8
B. Dasar Hukum Shalat Jama’ dan Qashar
Ada beberapa dasar hukum yang terdapat dalam al-Qur’an
dan Hadis, yaitu:
َو ِإَذ ا َضَر ۡب ُتۡم ِفي ٱَأۡلۡر ِض َفَلۡي َس َع َلۡي ُك ۡم ُجَناٌح َأن َتۡق ُصُروْا ِم َن ٱلَّص َلٰو ِة ِإۡن ِخ ۡف ُتۡم َأن
١٠١ َيۡف ِتَنُك ُم ٱَّلِذ يَن َكَفُر ٓو ْۚا ِإَّن ٱۡل َٰك ِفِريَن َك اُنوْا َلُك ۡم َع ُد ّٗو ا ُّم ِبيٗن ا
7
Syaikh al-Alamah Muhammad bin ‘Abdurrahman da-Dimasyiqi, Fikih Empat
Madzhab, (Bandung: Hasyimi, 2015) hal. 85.
8
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Juz.I ( Terj. MA Abdurahman & A.Haris Abdullah ),
(Semarang: CV as Syifa’, , 1990), hal. 350.
9
Syaikh Muhammad Syaltout, Muqaranatul Madzahib Fii Fiqhi,alih bahasa: Ismuha,
Perbandingan Madzhab dalam Masalah Fiqh, (Jakarta: Bintang Buan, 1973), hal. 63-64.
viii
Berdasarkan ayat dan hadis di atas, shalat dua rakaat dalam
perjalanan menurut Abu Hanifah, bukanlah rukhsah (pelaksanaan
kewajiban yang mendapat keringanan karena ada kesulitan), melainkan
‘azimah (pelaksanaan kewajiban yang sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan, tidak mendapat keringanan). Dengan demikian, shalat
dalam perjalanan cukup dilakukan dua rakaat saja.
C. Macam Macam Sholat Jama’ dan Qashar
Jama’ terbagi menjadi dua:
a. Jama’ Taqdim
Ialah penggabungan shalat yang dilaksanakan pada waktu
shalat yang pertama, misalnya shalat Dzuhur dengan shalat Ashar
dikerjakan pada saat waktu shalat Dzuhur. Syarat-syarat
jama’Taqdim:
a) Jarak perjalanan minimal 2 marhalah
b) perjalanan yang diperbolehkan (bukan perjalanan haram)
c) Urut (memulai dengan shalat yang pertama), yakni memulai
shalat Dzuhur atau shalat Maghrib terlebih dahulu kemudian
diikuti shalat Ashar atau shalat Isya’
d) Niat jama’ sebelum selesai salam shalat yang pertama
e) Waktu shalat yang pertama masih cukup untuk melaksanakan
dua shalat yang di- jama’
f) Melakukan shalat yang pertama dan shalat yang kedua secara
berkesinambungan menurut pandangan umum atau tidak
melebihi kadar shalat dua rakaat dengan cepat
g) Ada dugaan sahnya shalat yang pertama
h) Masih dalam perjalanan (uzur) hingga takbiratul ihram shalat
yang kedua sempurna
i) Meyakini telah diperbolehkan jama’, sekiranya telah
terpenuhi seluruh syarat-syaratnya.
ix
b. Jama’ Ta’khir
Shalat jamak yang dilaksanakan pada waktu shalat yang
terakhir, misalnya shalat Dzuhur dengan shalat Ashar dilaksanakan
pada saat waktu shalat Ashar. Syarat-syaratnya, yaitu:
a) Niat jama’ta’khir di waktu shalat yang pertama sekiranya masih
tersisa kadar waktu untuk melakukan satu rakaat shalat
b) Masih dalam perjalanan (uzur) hingga shalat yang kedua selesai.
D. Rukun dan Syarat Jama’ dan Qashar
a. Perjalanan Jauh bukan untuk Kemaksiatan
Bepergian itu disyaratkan bukan karena maksiat. Jadi
meliputi pergi yang wajib seperti pergi untuk melaksanakan ibadah
haji dan membayar hutang dan semacamnya, demikian pergi yang
mubah seperti pergi untuk berdagang dan berpesiar, juga meliputi
pergi yang makruh seperti orang yang pergi sendirian dan terpisah
dari kawannya.10
b. Jarak perjalanan mencapai 16 farsakh
Al-Bukhari menambahkan komentar pada riwayatnya:
“Ibnu ‘Umar dan Ibnu ‘Abbas r.a. meong-qashar shalat dan tidak
berpuasa dalam sepanjang perjalanan empat bard, yaitu 19 fasakh,
setara dengan 81 kilometer. Yang dilakukan keduanya berdasarkan
petunjuk Nabi (tauqifi) atau sepengetahuan Nabi Saw., (Al-
Bukhari, Taqshir al-Shalah, Bab I “HiKam Taqshir al-Shalah”).
Para ulama juga berbeda pendapat berapa lama perjalanan
yang membolehkan musafir melaksanakan sholat jama’ dan qashar.
Imam Malik, As-Syafi’i dan Ahmad berpendapat bahwa maksimal
3 hari bagi muhajirin yang akan mukim (tinggal) di tempat
tersebut. Sementara ada juga yang berpendapat maksimal 4 hari, 10
hari (Muttafaq ‘alayh, dari Anas bin Malik), 12 hari (H.R. Ahmad,
dari ‘imran), 15 hari (pendapat Abu Hanifah), 17 hari, dan 19 hari
(Muttafaq ‘alayh, dari Ibn ‘Abbas).
10
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah Juz I, (Beirut: Darul Kutub al’ arobi, tt), hal 287.
x
c. Shalat yang diqashar adalah empat rakaat
d. Berniat meng-qashar shalat ketika takbiratul ihram11
e. Tidak bermakmum pada orang yang mukmin (penduduk setempat)
Sedangkan hal-hal yang menghalangi qashar adalah (1)
berniat untuk tinggal di suatu tempat selama 4 hari, tanpa termasuk 2
hari datang dan pergi. (2) ketika telah kembali ke tempat asalnya. (3)
niat kembali, sebelum menempuh jarak perjalanan yang diperbolehkan
untuk qashar, dan ini telah diketahui di awal pembahasan syarat-syarat
qashar.
11
Sulaiman Rasjid, Fiqh Sunnah, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), cet. 47, hlm
118
xi
3. Niat sholat jama dan qoshor jama' takhir.
a. Niat sholat jama' qoshor Dzuhur dan ashar
Untuk sholat dzuhur
اصلي فرض الظهر مجموعا باالعصر جعع تأخر قصرا هللا تعالى
b. Niat sholat jama' dan qoshor magrib dan isya' jama' takhir.
Untuk sholat magrib
اصلي فرض المغرب باالعشاء جمع تاخر هللا تعالى
Jamak Ta`khir Syarat jamak takhir ada dua, yaitu: Niat melakukan
jamak takhir pada waktu salat pertama yang cukup untuk
melaksanakan shalat. Masih dalam udzur (safar, hujan, sakit) hingga
selesai shalat yang kedua
xii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat jama’ adalah mengumpulkan shalat Dzuhur dan shalat
Ashar atau shalat Maghrib dan shalat Isya’ di waktu shalat yang pertama
yang disebut jama’ taqdim atau di waktu shalat kedua yang disebut jama’
ta’khir. Sedangkan shalat Qashar adalah melaksanakan shalat Dzuhur,
Ashar atau Isya’ dengan dua rakaat oleh seorang musafir
Ada beberapa dasar hukum yang terdapat dalam al-Qur’an dan
Hadis, yaitu:
Artinya:“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka
tidaklah mengapa kamu men-qashar sembahyang(mu), jika kamu takut
diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah
musuh yang nyata bagimu”. (Q.S. An-Nisa’ [4]: 101)
Dan sabda Rasulullah Saw:Telah bercerita Ya’la bin Umaiyah,
“Saya telah berkata kepada Umar, Allah berfirman jika kamu takut,
sedangkan sekarang telah aman (tidak takut lagi). Umar menjawab, “Saya
heran juga sebagaimana engkau, maka saya tanyakan kepada Rasulullah
Saw., dan beliau menjawab: “Shalat qasar itu sedekah yang diberikan
Allah kepada kamu, maka terimalah olehmu sedekah-Nya (pemberian-
Nya) itu”. (HR. Muslim)
Syarat sahnya adalah perjalanan Jauh bukan untuk Kemaksiatan,
Jarak perjalanan mencapai 16 farsakh, Shalat yang diqashar adalah empat
rakaat, Berniat meng-qashar shalat ketika takbiratul ihram, dan Tidak
bermakmum pada orang yang mukmin (penduduk setempat).
Sedangkan, hal-hal yang memperbolehkan shalat jama’: bermukim
di Arafah dan Muzdalifah, Safar (Bepergian), Hujan, Sakit, Takut, dan
Keperluan (kepentingan) Mendesak
xiii
B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami meminta
kritik yang membangun dari para pembaca
xiv
DAFTAR PUSTAKA
az-Zuhaili, Wahbah. 2010.Fiqih Islam Kwa Adilatuhu Jil. II. Jakarta: Gema Insani
xv
.
xvi