Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Aswaja An-Nahdliyah
Dosen Pengampu: Dr.H.,Ngarifin Shidiq.,Ah.,M.Pd.I.
Disusun oleh :
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak
Dr.H.,Ngarifin Shidiq.,Ah.,M.Pd.I. pada mata kuliah Aswaja An-Nahdliyah. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Aswaja dan sholat
tarawih bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu amaliah di bulan ramadhan adalah ibadah sunnah yang sering kita
kerjakan yaitu salat tarawih. Hukum salat tarawih adalah sunnat muakad bagi laki-laki
dan perempuan, dikerjakan sendiri tetapi yang lebih utama dikerjakan secara
berjama'ah. Dewasa ini banyak yang terjadi khilafiyah (perbedaan) dalam pelaksanaan
salat yang berkembang dalam masyarakat.
Shalat tarawih sangat dianjurkan bagi umat islam karena memiiki banyak keutamaan.
Selain itu shalat tarawih merupakan ibadah yang pagar utama pada malam hari di
bulan Ramadhan. Apalagi hanya 1 tahun sekali kita sebagai umat islam dapat
melaksanakannya.
Dalam makalah ini penulis akan mencoba mengulas mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan shalat tarawih. Pertama, akan membahas mengenai sejarah dianjurkannya
shalat tarawih. Selanjutnya mengenai hukum dan jumlah rakaat dalam shalat tarawih.
Dari pembahasan ini diharapkan akan lebih paham mengenai shalat tarawih dan
keutamaan shalat ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan shalat tarawih?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian shalat tarawih.
Tarawih.
1
PEMBAHASAN
Adapun pemberian nama terhadap shalat yang ditambahkan atas shalat yang berlaku
dengan nama "tarawih" karena para sahabat beristirahat setelahnya doa salam dan baca niat
untuk setiap doa rakaatnya.
من ذنبه
"Barang siapa yang mengerjakan qiyam Ramadhan atas dasar keimanan dan mengharapkan
keridhaan Allah, maka dosanya yang telah lalu diampuni (oleh Allah)."
Para perawi yang meriwayatkan hadits di atas, selain Tirmidzi, juga meriwayatkan
bahwa Aisyah berkata, "Nabi SAW. mengerjakan shalat di masjid, lalu banyak kaum
muslimin yang bermakmum di belakang beliau. Kemudian beliau mengerjakan shalat malam
berikutnya, jumlah kaum Muslimah yang bermakmum di belakangnya semakin banyak.
Ketika kaum Muslim berkumpul pada malam ketiga, Nabi SAW. tidak keluar untuk
mengimami mereka. Di pagi harinya, beliau merindukan:
2
إال أتى خشيت أن تفرض عليكمعليكم,إليكم
kkak lauka aat ki ml a .nataAkl kak akmg aktakm tka akm ha s ukA"mengimami kalian
karena aku khawatir itu akan diwajibkan atas kalian".
1. Madzhab Hanafi
Sebagaimana dikatakan Imam Hanafi dalam kitab Fathul Qadir bahwa Disunnahkan
kaum muslimin berkumpul pada bulan Ramadhan sesudah Isya', lalu mereka shalat bersama
imamnya lima Tarawih (istirahat), setiap istirahat dua salam, atau dua istirahat mereka duduk
sepanjang istirahat, kemudian mereka witir (ganjil).Walhasil, bahwa bilangan rakaatnya 20
rakaat selain witir jumlah 5 istirahat dan setiap istirahat doa salam dan setiap salam doa
rakaat = 2 x 2 x 5 =20 rakaat.
2. Madzhab Maliki
Dalam kitab Al-Mudawwanah Al Kubro, kata Imam Malik, Amir Mukminin mengutus
utusannya dan dia ingin mengurangi Qiyam Ramadhan yang dilakukan umat di Madinah.
Lalu Ibnu Qasim (perawi madzhab Malik) berkata "Tarawih itu 39 rakaat termasuk witir, 36
rakaat tarawih dan 3 rakaat witir" lalu Imam Malik berkata "Maka saya melarangnya
mengurangi dari sedikitpun". Aku berkata padanya, "inilah yang kudapati orang-orang
melakukannya", yaitu masalah lama yang masih saya lakukan umat.
Dari kitab Al-muwaththa', dari Muhammad bin Yusuf dari al-Saib bin Yazid bahwa Imam
Malik berkata, "Umar bin Khattab sayamerintahkan Ubay bin Ka'ab dan Tamim al-Dari
untuk shalat bersama umat 11 rakaat". Dia berkata "bacaan surahnya panjang-panjang"
sehingga ki terpaksa berpegangan tongkat karena lama-nya berdiri dan kita baru selesai.
menjelang fajar menyingsing. Melalui Yazid bin Ruman dia berkata, "Orang-orang
melakukan shalat pada masa Umar bin al-Khattab di bulan Ramadhan 23 rakaat". Imam
Malik meriwayatkan juga melalui Yazid bin Khasifah dari al-Saib bin Yazid ialah 20 rakaat.
3
Ini dilaksanakan tanpa wiitr. Juga diriwayatkan dari Imam Malik 46 rakaat 3 witir. Inilah
yang masyhur dari Imam Malik.
3. Madzhab as-Syafi'i
Imam Syafi'i menjelaskan dalam kitabnya Al-Umm, "bahwa shalat malam bulan Ramadhan
itu, sendirian itu lebih aku sukai, dan aku melihat umat di madinah melaksanakan 39 rakaat,
tetapi saya lebih suka 20 rakaat, karena itu diriwayatkan dari Umar bin al-Khattab. Demikian
pula umat melakukannya di makkah dan mereka witir 3 rakaat. Lalu beliau menjelaskan
dalam Syarah al-Manhaj yang menjadipegangan pengikut Syafi'iyah di Al-Azhar al-Syarif,
Kairo Mesir bahwa shalat Tarawih dilakukan 20 rakaat dengan 10 salam dan witir 3 rakaat di
setiap malam Ramadhan.
4. Madzhab Hanbali
Imam Hanbali menjelaskan dalam Al-Mughni suatu masalah, ia berkata, "shalat malam
Ramadhan itu 20 rakaat, yakni shalat Tarawih", sampai mengatakan, "yang terpilih bagi Abu
Abdillah (Ahmad Muhammad bin Hanbal) mengenai Tarawih adalah 20 rakaat". Menurut
Imam Hanbali bahwa Khalifah Umar ra, setelah kaum muslimin kumpulkan (berjamaah)
bersama Ubay bin Ka'ab, dia shalat bersama mereka 20 rakaat. Dan al-Hasan bercerita bahwa
Umar mengumpulkan kaum muslimin melalui Ubay bin Ka'ab, lalu di sebuah shalat bersama
mereka 20 rakaat dan tidak memanjangkan shalat bersama mereka kecuali pada bagian
sisanya. Maka 10 hari terakhir Ubay tertinggal lalu shalat dirumahnya maka mereka berkata,
"Ubay lari", diriwayatkan oleh Abu Dawud dan as-Saib bin Yazid.
4
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengertian Shalat Tarawih Shalat Tarawih adalah shalat yang dilakukan pada
malam bulan Ramadhan setelah shalat Isya`.Mengerjakan shalat malam pada bulan
Ramadhan atau shalat tarawih itu hukumnya sunnah bagi laki-laki dan perempuan.
Sebagaimana yang telah jelas dalam hadits yang diriwayatkan oleh Jama'ah, yang
artinya, ‘‘Dari Abu Hurairah ra katanya, ‘‘Rasulullah SAW mengusulkan untuk
mengerjakan shalat pada malam hari bulan ramadhan, tetapi tidak mengakuinya.
Beliau sesekali, ‘‘Barang siapa yang bangun pada malam bulan Ramadhan karena
iman dan mengharapkan keridhaan Allah SWT, maka diampunilah dosa-dosanya
yang sudah lalu.
Adapun pemberian nama terhadap shalat yang ditambahkan atas shalat yang
berlaku dengan nama ‘‘tarawih‘‘ karena para sahabat beristirahat setelahnya doa
salam dan baca niat untuk setiap doa rakaatnya.
Landasan Disyariatkannya Shalat Tarawih Shalat tarawih dikerjakan dua
rakaat-dua rakaat setelah shalat isya sebelum mengerjakan shalat witir, tapi cara ini
menyalahi cara yang lebih utama. Para perawi meriwayatkan bahwa Abu Hurairah
berkata, ‘‘Rasulullah SAW. Saran kaum Muslim mengerjakan shalat tarawih tanpa
mengharuskannya‘‘.
Beliau pernah berkata : ‘‘ من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبهBarang siapa yang
mengerjakan qiyam Ramadhan atas dasar keimanan dan mengharapkan keridhaan
Allah, maka dosanya yang telah lalu diampuni (oleh Allah).
‘‘ Para perawi yang meriwayatkan hadits di atas, selain Tirmidzi, juga meriwayatkan
bahwa Aisyah berkata, ‘‘Nabi SAW.
mengerjakan shalat di masjid, lalu banyak kaum muslimin yang bermakmum di
belakang beliau. Kemudian beliau mengerjakan shalat malam berikutnya, jumlah
kaum Muslimah yang bermakmum di belakangnya semakin banyak.
Saya tidak keluar untuk mengimami kalian karena aku khawatir itu akan diwajibkan
atas kalian‘‘.Dari dua hadits yang disebutkan terakhir, dapat disimpulkan
bahwasannya hukum shalat Tarawih adalah sunnah sebagaimana tutur Rasulullah
yang tidak menginginkan para sahabatnya menganggap shalat Tarawih itu wajib.
5
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat membantu kita dalam proses pembelajaran. Sebagai
penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh dari
kesempurnaan. Tentunya penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
pada sumber yang akan dipertanggungjawabkan nantinya, oleh karena itu kritik dan
saran dari dosen dan teman-teman semua sangat bermanfaat untuk penulis tentang
pembahasan makalah diatas, terima kasih.
6
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Slamet. Djaliel, Maman Abd. 1998. Fiqih Ibadah. Bandung: CV Pustaka Setia.
Al-Jaziri, Abdulrahman. 1994. Fiqih Empat Madzhab Jilid 1. Semarang: CV. As Syifa’.
Ma’shum, Ali. Tt. Hujjah Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah. Jawa Tengah: Ibnu Mayshud.
Sabiq, Sayyid. 2013. Fiqih Sunnah: 1, terj. Ahmad Shiddiq Thabrani, et. al. Jakarta: Pena
Pundi Aksara.