Disusun Oleh:
Syahriani 23862302724
Dosen Pengampu :
Kelompok VIII
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan 16
B. Saran ..........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian shalat tarawih dan witir?
2. Apa saja dalil dari shalat tarawih dan witir?
3. Apa hukum dari shala tarawih dan witir?
4. Bagaimana tata cara shalat tarawih dan witir?
5. Apakah hikmah dari shalat tarawih dan witir?
C. Tujuan penulisaan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian shalat tarawih dan witir
2. Untuk mengetahui dalil dari shalat tarawih dan witir
1
3. Untuk mengetahui hukum dari shalat tarawih dan witir
4. Untuk mengetahui tata cara shalat tarawih dan witir
5. Untuk mngetahui hikmah dari shalat tarawih dan witir
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut riwayat ahli hadis, selama hidupnya Rasulullah Saw tiga kali
shalat tarawih di Masjid bersama-sama dengan orang banyak, yaitu pada
malam tanggal 23, 25, dan 27 Ramadan. Sesudah itu beliau tidak shalat
tarawih berjamah lagi karena beliau takut shalat itu dijadikan wajib atas
mereka dikemudian hari. Jumlah rakaat yang beliau kerjakan bersama-sama
dengan orang itu ialah 8 rakaat.
1
https://repository.uin-suska.ac.id
2
H. Sulaiman rasjid. 2021. Fiqh islam. Bandung : Sinar baru algensindo. Halaman 150-151.
3
2. Pengertian shalat witir
Salat witir secara bahasa berarti ganjil. Sedangkan secara istilah shalat
witir berarti salat sunah yang dikerjakan pada waktu malam hari setelah
waktu isya dan sebelum waktu shalat subuh dengan rakaat ganjil. Shalat ini
dilakukan setelah shalat lainnya, seperti tarawih dan tahajjud. Shalat ini
dimaksudkan sebagai pemungkas waktu malam untuk "mengganjili" shalat-
shalat yang genap, karena itu dianjurkan untuk menjadikannya akhir shalat
malam.
Shalat witir artinya shalat ganjil (satu rakaat, tiga rakaat, lima rakaat
, tujuh rakaat, sembilan rakaat atau sebelas rakaat). Sekurang-kurangnya satu
rakaat dan sebanyak-banyaknya sebelas rakaat, boleh memberi salam setiap
dua rakaat, dan yang terakhir boleh dilakukan satu atau tiga rakaat.3
3
H. Sulaiman rasjid. 2021. Fiqh islam. Bandung : Sinar baru algensindo. Halaman 148.
4
H. Sulaiman rasjid. 2021. Fiqh islam. Bandung : sinar baru Algensindo. Halaman 149.
4
niscaya dosa-dosanya yang terdahulu diampuni.” (Riwayat Bukhari dan
Muslim).
َ ُسلَّ َمْي
َ صلىْبَينَْْاَنْيَف َر
ْغْمن َ علَيه
َ ْو َ ُْص َّلْهللاا ُّ شةَْ َكانَ ْالنَّب
َ ْى َ اْى
ِٔ عَْ ْعن
َ
ْص ََلةالعشَاءْالَىْالفَجر
َ
5
berjamaah. karena Rasulullah saw. sendiri melakukannya dengan berjamaah
pada bulan Ramadan malam kedua puluh tiga, dua puluh lima, dan dua puluh
tujuh. Setelah itu tidak diteruskan karena takut diwajibkan untuk kaum
muslimin. Shalat tarawih yang dilakukan oleh Rasulullah saw. di Masjid
sebanyak delapan rakaat, dan selebihnya dilakukan di rumah beliau sendiri5
5
Wahbah az-zuhaili. 2010. Fiqih islam wa adillatuhu. Jakarta : Darul fikir. Halaman 203.
6
Pendapat tentang sunnahnya shalat witir adalah pendapat yang
benar karena hadis-hadis yang digunakan dasar wajibnya shalat witir
oleh kalangan Hanafiyyah. Jika memang hadits-hadits itu shahih, maka
maksudnya hanyalah untuk menguatkan masyru'nya shalat witir bukan
menjadi dasar wajibnya shalat witir.
6
Wahbah az-zuhaili. 2010. Fiqih islam wa adillatuhu. Jakarta : Darul fikir. Halaman 169.
7
sudah kelewat. Namun jika mengqadhanya dihitung shalat sunnah
tambahan bukan tarawih, seperti shalat sunnah maghrib dan isya karena
shalat-shalat yang diqadha itu khusus pada shalat wajib, seperti witir,
shalat idul fitri, dan idul adha.
Jumlah rakaat shalat tarawih semuanya dua puluh rakaat dengan tiap
dua rakaat salam, dan diselingi duduk istirahat. Jadi, semuanya sepuluh
kali salam dan diakhiri dengan witir. Shalat witir tidak dilakukan secara
berjamaah kecuali pada bulan Ramadan. Dalil yang digunakan untuk
menentukan jumlah rakaat shalat tarawih adalah sunnah Umar ibnul
khathab sebagaimana yang terdapat dalam kitab Shahih Muslim. Umar
mengumpulkan para jamaah di Masjid dengan hitungan dua puluh
rakaat shalat tarawih, dan keputusan Umar itu disepakati oleh para
sahabat Nabi Saw.
8
Abu hanifah pernah ditanya tentang keputusan Umar tentang jumlah
rakaat shalat tarawih dan ia menjawab, "Shalat tarawih itu termasuk
shalat sunnah mu'akkadah, jadi Umar tidak mengambil keputusan dari
dirinya sendiri, dan juga tidak membuat bid'ah. Apa yang dilakukan oleh
Umar itu ada landasan dan persetujuan dari Rasulullah Saw.. Akan tetapi
sebagian ahli hadis berkata, jumlah shalat tarawih yang jelas-jelas
dilakukan Rasulullah saw. adalah delapan rakaat.7
7
Wahbah az-zuhaili. 2010. Fiqih islam wa adillatuhu. Jakarta : Darul fikir. Halaman 204
8
Wahbah az-zuhaili. 2010. Fiqih islam wa adillatuhu. Jakarta : Darul fikir. Halaman 170.
9
Adapun menurut Syafi'iyyah, sunnah hukumnya bagi orang yang
melakukan shalat Witir tiga rakaat, setelah surah al-fatihah untuk
membaca surah al-a’la pada rakaat pertama, surah al-kafirun pada rakaat
kedua, dan pada rakaat ketiga membaca surah al-ikhlash dan surah al-
mu'awwidzatain (surah al-falaq dan surah an-nas). Sebaiknya bagi orang
yang melakukan shalat witir lebih dari tiga rakaat untuk membaca surah-
surah di atas juga, karena Sayyidah Aisyah meriwayatkan bahwa Nabi
saw. dalam shalat witir setelah surah al-fatihah membaca surah al-a’la
pada rakaat pertama, surah al-kafirun pada rakaat ke-dua, dan pada
rakaat ketiga membaca surah al-ikhlas dan mu'awwidzatain." (HR.
Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).9
9
Wahbah az-zuhaili. 2010. Fiqih Islam wa adillatuhu. Jakarta : Darul fikir. Halaman 173.
10
ُ َ ْوأ
ْعوذُْب ُم َعافَات َك َ سخَط َك
َ ْاكْمن
َ ض ُ َ اَللَّ ُه َّمْإنيْأ
َ عوذُبر
َ ْلَْأَحصيْثَنَا ًء
ْعلَي َك ُ َ ْوأ
ْ ْعوذُْب َكْمن َك َ عقُوبَتْ َك
ُ ْ من
ْعلَىْنَفس َك َ تْأَثنَي
َ ْت َ تْ َك َماْأَن
َ أَن
“Ya Allah dengan keridhaan-Mu aku berlindung kepada-Mu dari
murka-Mu, dengan kemaafan-Mu aku berlindung dari siksaan-
Mu. Dan aku tidak mampu menghitung puiian yang pantas
untuk-Mu, sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri."10
10
Wahbah az-zuhaili. 2010. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Jakarta : Darul Fikir. Halaman 175.
11
Seperti dikatakan sebelumnya, salah satu keutamaan shalat
tarawih adalah mendapatkan pengampunan atas dosanya yang telah
lalu.
Karena itu, akan lebih baik jika masa bulan ramadhan diisi
dengan kegiatan-kegiatan yang positif atau dengan ibadah–ibadah.
Salah satunya dengan melaksanakan shalat tarawih. Apalagi,
biasanya pada saat tarawih juga akan ada ceramah yang
disampaikan. Sehingga, bisa dibilang bahwa shalat tarawih adalah
salah satu sarana untuk mengedukasi umat dan mengenal nilai – nilai
islam lebih dalam lagi.
12
Shalat tarawih juga bisa menyehatkan jasmani dan rohani.
Kesehatan rohani adalah mempertebal keimanan dan beberapa
hikmah yang telah disebutkan di atas. Sedangkan dari kesehatan
jasmani, beberapa manfaatnya yaitu:
4) Menghilangkan stres
13
meredakan stres. Sehingga tubuh akan terasa lebih rileks
daripada sebelum melaksanakan shalat tarawih.11
11
https://mtsn9nganjuk.sch.id/read/35/literasi-11-hikmahkeutamaan-shalat-tarawih-dan-shalat-
witir
14
Orang yang melaksanakan shalat witir akan senantiasa
merasa kuat dalam menghadapi cobaan di dunia ini dan doanya akan
senantiasa didengar oleh Allah SWT. Allah SWT senantiasa
memberi petunjuk bagi umatnya yang menjalankan perintahnya
serta melakukan apa yang dia cintai. Pada saat shalat witir, ada doa
qunut yang bisa kita baca sebagai permohon petunjuk dan
keselamatan kepada Allah SWT.12
12
https://mtsn9nganjuk.sch.id/read/35/literasi-11-hikmahkeutamaan-shalat-tarawih-dan-shalat-
witir
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salat witir secara bahasa berarti ganjil. Sedangkan secara istilah shalat
witir berarti salat sunah yang dikerjakan pada waktu malam hari setelah
waktu isya dan sebelum waktu salat subuh, dengan rakaat ganjil. Mayoritas
ulama menyatakan bahwa shalat witir termasuk sunnah. Shalat ini selalu
dilakukan setelah shalat tarawih, walaupun sebenarnya bisa dilakukan di
luar bulan Ramadan. Bilangan shalat witir minimal sempurnanya adalah
tiga rakaat dan lebih sempurnanya adalah lima, tujuh, sembilan, dan sebelas
rakaat.
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA