Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HADITS AHKAM
TENTANG TAKBIRATUL IHRAM

DISUSUN OLEH : (KELOMPOK 3)


BASTIAN RAHMAN (11920112367)
SANDI AFRIADI (11920111462)

DOSEN PEMBIMBING : AHMAD MAS’ARI, S.H.I., M. Ag.

PRODI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIA’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi dalam mata kuliah Hadits Ahkam .
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun, terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi atas perhatian nya kami ucapkan terimakasih.

Sencalang, 30 September 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. PengertianTakbiratul Ihram...............................................................................................2
B. Hadist tentang ukuran ketinggian mengangkat tangan ketika takbiratul ihram................4
C. Hadist tentang tangan atau membaca takbir dulu..............................................................7
D. Hadist tentang kondisi dianjurkan mengangkat tangan.....................................................8
E. Hukum-hukum dalam Takbiratul Ihram............................................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................................12
B. Saran..................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sering kali kita sebagai orang islam tidak mengetahui kewajiban kita sebagai mahluk
yang paling sempurna yaitu sholat, atau terkadang tau tentang kewajiban tapi tidak mengerti
terhadap apa yang dilakukaan.  Selain itu juga bagi kaum fanatis yang tidak menghargai
tentang arti khilafiyah, dan menganggap yang berbeda itu yang salah. Oleh karena itu mari
kita kaji bersama tentang arti shalat, dan cara mengerjakannya serta beberapa unsur
didalamnya.  
Dalam pembahasan kali ini juga di paparkan sholat dan macamnya. Shalat merupakan
salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah mukallaf dan harus
dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam perjalanan. Shalat merupakan rukun Islam
kedua setelah syahadat.
Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17
rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim
mukallaf baik sedang sehat maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat – shalat sunah.
Untuk membatasi bahasan penulisan dalam permasalahan ini, maka penulis hanya membahas
tentang Takbiratul Ihram dalam sholat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Takbirul Ihram ?
2. Adakah Hadist tentang ukuran ketinggian mengangkat tangan ketika takbiratul ihram ?
3. Adakah Hadist tentang tangan atau membaca takbir dulu ?
4. Adakah Hadist tentang kondisi dianjurkan mengangkat tangan ?
5. Bagaimana Hukum-hukum dalam Takbiratul Ihram

C. Manfaat
1. Mengetahui tentang apa itu Takbiratul Ihram
2. Mengetahui tentang Hadist tentang ukuran ketinggian mengangkat tangan ketika
takbiratul ihram
3. Mengetahui tentang Hadist tentang tangan atau membaca takbir dulu
4. Mengetahui tentang Hadist tentang kondisi dianjurkan mengangkat tangan.
5. Mengetaui bagaimana hukum-hukum dalam Takbiratul Ihram

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Takbiratul Ihram
Takbiratul ihram  adalah Ucapan (‫ ُر‬8 َ‫ )هَّللا ُ َأ ْكب‬ketika seseorang memulai shalat, bukan
seperti yang difahami sebagian orang bahwasanya takbiratul ihram adalah gerakan
mengangkat tangan ketika memulai shalat.
Dalil akan wajibnya takbiratul ihram adalah sabda Rasulullah -shallallaahu alaihi wa
sallam- kepada seorang Sahabat yang belum faham tata cara shalat, setelah beliau
mengatakannya kepadanya:
َ ُ‫ص ِّل فَِإنَّكَ لَ ْم ت‬
‫ص ِّل‬ َ َ‫اِ ْر ِج ْع ف‬
“Ulangilah shalatmu, karena engkau belum shalat”
Setelah ia tidak mampu shalat lagi dengan benar, maka Nabi Shallallaahu alaihi wa sallam
pun mengajarinya tata cara shalat yang benar seraya berkata :
ْ ‫ ثُ َّم ا‬،‫ض ْو َء‬
‫ستَ ْقبِ ِل ا ْلقِ ْبلةَ فَ َكبِّ ْر‬ ْ ‫صالَ ِة فََأ‬
ُ ‫سبِ ِغ ا ْل ُو‬ َّ ‫ِإ َذا قُ ْمتَ ِإلَى ال‬
“Jika engkau hendak shalat, maka sempurnakanlah wudu, lalu menghadaplah ke arah kiblat
dan bertakbirlah….”
“Ihram” secara bahasa artinya “pengharaman”. Disebut dengan Takbiratul ihram karena
dengan melakukannya, seseorang diharamkan melakukan hal-hal yang sebelumnya
dibolehkan, karena jika dilakukan maka dapat merusak shalat. 
Hikmah dimulainya shalat dengan Takbiratul Ihram adalah mengingatkan bagi orang
yang sedang shalat akan tingginya kedudukan orang yang sedang mendirikan ibadah shalat
ini. Berhadapan dengan dzat yang Maha Sempurna, menandakan bahwa segala sesuatu
rendah dihadapanNya. Hingga membuat hati dan anggota tubuh tunduk, menghilangkan
gangguan hati dan memenuhinya dengan cahaya. 
Hadits yang membicarakan tentang takbiratul ihram adalah hadits dari Abu Sa’id Al-
Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُّ ‫صالَ ِة ال‬
ْ َّ‫ط ُهو ُر َوت َْح ِري ُم َها التَّ ْكبِي ُر َوت َْحلِيلُ َها الت‬
‫سلِي ُم‬ ُ ‫ِم ْفت‬
َّ ‫َاح ال‬
“Pembuka shalat adalah bersuci, yang mengharamkan dari perkara di luar shalat adalah
ucapan takbir dan yang menghalalkan kembali adalah ucapan salam.” (HR. Tirmidzi, no.
238 dan Ibnu Majah, no. 276. Abu ‘Isa mengatakan bahwa hadits ini hasan. Syaikh Al-
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Lafazh takbiratul ihram adalah “Allahu Akbar”, dan dinukil lafazh ini dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.

2
Takbiratul ihram ini dilakukan dengan mengangkat kedua telapak tangan dalam
keadaan tangan terbuka (bukan digenggam). Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata,
َّ ‫سلَّ َم ِإ َذا د ََخ َل فِي ال‬
‫صالَ ِة َرفَ َع يَ َد ْي ِه َم ًّدا‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫َكانَ َر‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamketika masuk dalam shalat, beliau mengangkat
kedua tangannya dalam keadaan terbuka.” (HR. Ahmad, no. 9325; Abu Daud, no. 753;
Tirmidzi, no. 240; An-Nasa’i, no. 883. Syaikh Ahmad Syakir dan Syaikh Al-Albani
menyatakan bahwa hadits ini shahih).
Disamping itu, terdapat pula hadist mengenai takbiratul Ihram dari Aisyah :
‫د‬88‫ والقراءةَ بـ«الحم‬،‫ستَ ْفتِ ُح الصالةَ بالتكبير‬
ْ َ‫ ي‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ «كان رسول هللا‬:‫ قالت‬-‫رضي هللا عنها‬- ‫عن عائشة‬
‫ ُج ْد‬8‫س‬
ْ َ‫وع لم ي‬8‫الرك‬ َ ‫ع‬8َ‫ان إذا رف‬88‫ وك‬،‫ص ِّو ْبهُ ولكن بَ ْين ذلك‬
ُّ ‫ه ِمن‬8‫رأس‬ َ ُ‫ص رأسه ولم ي‬
ْ ‫هلل رب العالمين» وكان إذا ركع لم يُش ِْخ‬
،‫ ِّل َرك َعتَين الت َِّحيَّة‬8‫ول في ك‬8‫ان يق‬8‫ وك‬،‫دا‬8‫ي قاع‬ َ ‫تَ ِو‬8‫س‬
ْ َ‫تى ي‬8‫ ُج ْد ح‬8‫س‬
ْ َ‫ ْجدَة لم ي‬8‫الس‬
َّ ‫ه من‬8‫ وكان إذا رفع رأس‬،‫ي قاِئما‬ َ ‫ستَ ِو‬ْ َ‫حتى ي‬
َ ‫ ِر‬8َ‫ ويَ ْن َهى أن ي ْفت‬،‫ان‬
‫ ِه‬8‫ ُل ِذ َرا َع ْي‬8‫ش ال َّر ُج‬ ِ ‫ط‬َ ‫ ْي‬8‫الش‬
َّ ‫ ِة‬8َ‫ان َي ْن َهى عن ُع ْقب‬88‫ وك‬،‫نى‬88‫هُ اليُ ْم‬8َ‫ب ِر ْجل‬ ِ ‫سرى ويَ ْن‬
ُ 8‫ص‬ ْ ُ‫ش ِر ْجلَهُ الي‬ُ ‫وكان َي ْف ِر‬
  .»‫لِيم‬88888888888888‫الة بالتَّس‬88888888888888‫ان يَ ْختِ ُم الص‬88888888888888‫ وك‬، ‫بُ ِع‬88888888888888‫الس‬
َّ ‫افتِراش‬
َ
].‫ [رواه مسلم‬- ].‫[صحيح‬
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā, ia berkata, "Rasulullah ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memulai
salat dengan takbiratul ihram dan memulai bacaan dengan "Alḥamdulillāhi Rabbil 'ālamīn".
Ketika rukuk beliau tidak terlalu mengangkat kepala dan juga tidak terlalu menundukkannya,
tetapi pertengahan antara keduanya. Ketika beliau bangkit dari rukuk, beliau tidak langsung
sujud sampai benar-benar berdiri tegak. Ketika mengangkat kepala dari sujud, beliau tidak
langsung sujud lagi sampai duduk dengan sempurna. Di setiap dua rakaat beliau membaca
tahiyyat sambil duduk iftirasy (menghamparkan punggung kaki kiri dan menegakkan telapak
kaki kanan). Beliau melarang duduk model setan. Beliau juga melarang seseorang
meletakkan kedua lengan di tanah seperti binatang buas. Dan beliau menutup salat dengan
salam."  (HR. Muslim)

3
B. Hadist tentang ukuran ketinggian mengangkat tangan ketika takbiratul ihram
Hadis yang menerangkan mengangkat tangan dalam sholat secara umum terbagi
menjadi dua, yaitu Hadis yang menerangkan mengangkat tangan sejajar dengan telinga dan
Hadis yang menerangkan mengangkat tangan sejajar dengan pundak. Banyak hadis shohih
yang menerangkan dua cara tersebut, sebagian ulama’ mengambil salah satu cara dari hadis
dan ada pula yang mengkompromikan kedua jenis hadis agar tidak ada hadis yang
ditinggalkan.
1. Hadis yang menerangkan mengangkat tangan sejajar dengan telinga, diantaraya adalah :
a. Hadist Riwayat Muslim
‫ َوِإ َذا‬،‫ ِه‬8 ‫ا ُأ ُذنَ ْي‬88‫ي بِ ِه َم‬
َ ‫سلَّ َم َكانَ ِإ َذا َكبَّ َر َرفَ َع يَ َد ْي ِه َحتَّى يُ َحا ِذ‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫سو َل هللا‬ ُ ‫ َأنَّ َر‬: ‫ث‬ ِ ‫عَنْ َمالِ ِك ْب ِن ا ْل ُح َو ْي ِر‬
َ‫ َل َذلِك‬8‫ َل ِم ْث‬8‫ ِم َع هللاُ لِ َمنْ َحمِ َدهُ فَ َع‬8‫س‬ َ :‫ا َل‬88َ‫وع فَق‬8 ِ 8‫الر ُك‬ُّ َ‫هُ ِمن‬8‫س‬ َ ‫ َع َرْأ‬8َ‫ َوِإ َذا َرف‬،‫ ِه‬8‫ي بِ ِه َما ُأ ُذنَ ْي‬
َ ‫َر َك َع َرفَ َع يَ َد ْي ِه َحتَّى يُ َحا ِذ‬
Artinya : Dari Malik bin al-huwairist bahwasnya Rosulullah SAW. Ketika bertakbir
(mengawali sholat) mengangkat kedua tanganya sejajar dengan kedua telinganya,
ketika ruku’ mengangkat kedua tanganya sejajar dengan kedua telingny, dan ketika
bangun dari ruku’ beliau mengucapka “ SamiAllahu liman hamidah.” juga melakukan
hal seperti itu. (HR. Muslim)
b. Hadist Riwayat Muslim
‫فَ َه َّما ٌم‬8‫ص‬ َ ‫ – َو‬،‫اَل ِة َكبَّ َر‬8‫الص‬ َّ ‫ َل ِفي‬8‫ ِه ِحينَ د ََخ‬8‫ َع يَ َد ْي‬8َ‫سلَّ َم َرف‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ َأنَّهُ ” َرَأى النَّبِ َّي‬:‫عَنْ َواِئ ِل ْب ِن ُح ْج ٍر‬
‫ ثُ َّم‬،‫ب‬ ِ ‫ ِه ِمنَ الثَّ ْو‬8‫ َر َج َي َد ْي‬8‫ َع َأ ْخ‬8‫ فَلَ َّما َأ َرا َد َأنْ َي ْر َك‬،‫س َرى‬ َ ‫ ثُ َّم َو‬،‫ِحيَا َل ُأ ُذنَ ْي ِه – ثُ َّم ا ْلت ََحفَ ِبثَ ْوبِ ِه‬
ْ ُ‫ض َع يَ َدهُ ا ْليُ ْمنَى َعلَى ا ْلي‬
‫ َج َد بَيْنَ َكفَّ ْيه‬88888‫س‬
َ ‫ َج َد‬88888‫س‬ َ :‫ا َل‬88888َ‫ فَلَ َّما ق‬،‫ َع‬88888‫ ثُ َّم َكبَّ َر فَ َر َك‬،‫ا‬88888‫َرفَ َع ُه َم‬
َ ،‫ ِه فَلَ َّما‬88888‫ َع يَ َد ْي‬88888َ‫ ِم َع هللاُ لِ َمنْ َحمِ َدهُ َرف‬88888‫س‬
Artinya : Dari wail bin hujr, bahwa ia melihat Nabi SAW. Mengangkat kedua
tangnaya ketika masuk sholat dengan bertakbir – hamam menjelaskan Rosulullah
mengangkat sampai sejajar kedua telingnya, kemudian beliau merapatkan pakaian
beliau, kemudian menaruh tangan kanan beliau diatas tangan kiri (didalam baju beliau
yg dirapatkan ). Ketika beliau ingin ruku’ dikeluarkan kedua tanganya dari pakaian
tersebut kemudia mengankat kedua tangan beliau kemudian bertakbir kemudian
ruku’, ketika beliau mengucapkan ” sami’allahu liman hamidah” beliau mengakat
kerua tangan beliau. Ketika beliau sujud sujud diantara kedua telapak tangan.
c. Hadist Riwayat Abu Dawud
‫و ُل‬8‫س‬ ُ ‫ا َم َر‬88َ‫ فَق‬:‫ا َل‬88َ‫ ق‬،‫صلِّي‬ َ ُ‫سلَّ َم َكيْفَ ي‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫سو ِل هَّللا‬ ُ ‫صاَل ِة َر‬ َ ‫ َأَل ْنظُ َرنَّ ِإلَى‬: ُ‫ قُ ْلت‬:‫ َقا َل‬،‫عَنْ َواِئ ِل ْب ِن ُح ْج ٍر‬
ِ ‫ َذ‬8‫ ثُ َّم َأ َخ‬،‫ ِه‬8‫ا ُأ ُذنَ ْي‬88َ‫ستَ ْقبَ َل ا ْلقِ ْبلَةَ فَ َكبَّ َر فَ َرفَ َع يَ َد ْي ِه َحتَّى َحا َذت‬
ْ‫ َمالَهُ بِيَ ِمينِ ِه فَلَ َّما َأ َرا َد َأن‬8‫ش‬ ْ ‫سلَّ َم «فَا‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫هَّللا‬
‫يَ ْر َك َع َرفَ َع ُه َما ِم ْث َل َذلِك‬
Artinya : Dari wail bin hujr berkata, sungguh saya melihat sholatnya Rosulullah SAW
bagaimana beliau sholat. Wail berkata : Rosulullah berdiri kemudian menghadap
4
kiblat dan bertakbir sambil mengangkat kedua tanganyasampai sejajar dengan kedua
telinganya. Kemudian beliau memegang tangan kirinya dengan tangan kanannya.
Ketka ingin ruku’ beliau mengangkat kedua tanganya seperti saat takbir awal.
(HR. Abu Dawud)
d. Hadist Riwayat An-Nasaai
‫ َوِإ َذا َرفَ َع‬،‫ َوِإ َذا َر َك َع‬،‫سلَّ َم يَ ْرفَ ُع يَ َد ْي ِه ِإ َذا َكبَّ َر‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫«رَأيْتُ َر‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ َ :‫ث قَا َل‬
ِ ‫عَنْ َمالِ ِك ْب ِن ا ْل ُح َو ْي ِر‬
‫ رواه النسائي‬.‫وع َحتَّى َبلَ َغتَا فُ ُرو َع ُأ ُذنَ ْي ِه‬ ِ ‫الر ُك‬ ُّ َ‫سهُ ِمن‬ َ ‫َرْأ‬
Artinya : Dari malik bin Al-huwairis berkata, aku melihat Rosulullah SAW.
Mengangkat kedua tangannya ketika takbir (awal sholat), ketika ruku’ dan ketika
bangun dari Sholat . mangangkat kedua tanganya sampai bagian atas kedua telinga
beliau. (HR. An-Nasaai).
e. Hadist Riwayat Hakim dan Baihaqi
ْ ‫سلَّ َم َكبَّ َر فَ َحا َذى بِِإ ْب َها َم ْي ِه ُأ ُذنَ ْي ِه ثُ َّم َر َك َع َحتَّى ا‬
ِ ‫ستَقَ َّر ُك ُّل َم ْف‬
‫ص ٍل‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ « َرَأيْتُ َر‬:‫ قَا َل‬،‫س‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ ٍ َ‫عَنْ َأن‬
‫يح َعلَى‬ ٌ ‫ص ِح‬ َ ‫سنَا ٌد‬ ْ ‫ َه َذا ِإ‬: ‫ وقال الحاكم‬.‫ رواه الحاكم والبيهقي‬. »‫سبَقَتْ ُر ْكبَتَاهُ يَ َد ْي ِه‬ َ ‫ َوا ْن َحطَّ بِالتَّ ْكبِي ِر َحتَّى‬،ُ‫ِم ْنه‬
‫ش ْي َخ ْي ِن‬
َّ ‫ش َْر ِط ال‬.
Artinya : dari Anas ia berkata : aku melihat Rosulullah SAW. Bertakbir (memulai
sholat) maka kedua ibu jari beliau sejajar dengan kedua telingnya, kemudian beliau
ruku’ sehingga sendi-sendinya tidak bergerak (thuma’ninah) dan turun kebawah
dengan takbir sehingga kedua lutunya mendahului kedua tangannya. (HR: Al-hakim
dan Al-Baihaqi. Berkata Al-hakim, sanad hadis ini shohih sesuai syarat Imam Al-
Bukhori dan Muslim)
Kelima hadis yang menyatakan Rosulullah SAW. mangangkat tanganya
sejajar dengan telinga beliau ini derajatnnya Shohih semua.
2. Hadis yang menerangkan mengangkat tangan sejajar dengan kedua pundak, diantaraya
adalah :
a. Hadist Riwayat Bukhori dan Muslim
َّ ‫سلَّ َم ِإ َذا قَا َم فِي ال‬
‫صالَ ِة َرفَ َع يَ َد ْي ِه‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ ” َرَأيْتُ َر‬:‫ قَا َل‬،‫ض َي هَّللا ُ َع ْن ُه َما‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ ِ ‫عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن ُع َم َر َر‬
‫س ِم َع‬ َ :‫ َويَقُو ُل‬،‫وع‬ ِ ‫الر ُك‬
ُّ َ‫سهُ ِمن‬ َ ‫ َويَ ْف َع ُل َذلِ َك ِإ َذا َرفَ َع َرْأ‬،‫وع‬ ُّ ِ‫ َو َكانَ يَ ْف َع ُل َذلِ َك ِحينَ يُ َكبِّ ُر ل‬،‫َحتَّى يَ ُكونَا َح ْذ َو َم ْن ِكبَ ْي ِه‬
ِ ‫لر ُك‬
ُّ ‫ َوالَ يَ ْف َع ُل َذلِكَ فِي ال‬،ُ‫هَّللا ُ لِ َمنْ َح ِم َده‬
‫س ُجو ِد ” رواه البخاري ومسلم‬
Dari Abdullah bin Umar RA. Berkata : aku melihat Rosulullah SAW. Ketika berdiri
didalam sholat mengangkat kedua tanganya sampai sejajar kedua pundaknya. Dan
beliau melakukan hal itu ketika takbir untuk ruku’ dan ketika bangun dari ruku’, dan
beliau mengucapkan sami’allahu liman hamidah, dan tidak mengangkat kedua
tanganya ketika akan sujud. (HR: Bukhori dan muslim).
5
b. Hadis riwayat Imam Muslim
،‫ي َم ْن ِكبَ ْي ِه‬ َّ ‫سلَّ َم «ِإ َذا ا ْفتَت ََح ال‬
َ ‫صاَل ةَ َرفَ َع يَ َد ْي ِه َحتَّى يُ َحا ِذ‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ‫سو َل هللا‬ ُ ‫ َرَأيْتُ َر‬:‫ قَا َل‬،‫ عَنْ َأبِي ِه‬،‫سالِ ٍم‬
َ ْ‫عَن‬
‫س ْج َدتَ ْي ِن» رواه ومسلم‬ َّ ‫ َواَل يَ ْرفَ ُع ُه َما بَيْنَ ال‬،‫وع‬ ِ ‫الر ُك‬ُّ َ‫ َوِإ َذا َرفَ َع ِمن‬،‫َوقَ ْب َل َأنْ يَ ْر َك َع‬
Dari salim, dari ayahnya (abdullah bin Umar) berkata: aku melihat Rosulullah SAW.
Ketika membuka/mengawali sholat beliau mengangkat kedua tanganya sampai sejajar
dengan kedua pundaknya, dan beliau melakukan hal itu sebelum ruku’dan ketika
bangun dari ruku’, beliau tidak melkukan hal itu diantara dua sujud. (HR Muslim).
c. Hadis riwayat Imam Abu dawud
‫صاَل ِة َرفَ َع يَ َد ْي ِه َحتَّى تَ ُكونَ َح ْذ َو‬ َّ ‫سلَّ َم ِإ َذا قَا َم ِإلَى ال‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ُ ‫ ” َكانَ َر‬:‫ قَا َل‬،‫عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن ُع َم َر‬
َ :‫ ثُ َّم قَا َل‬،‫ص ْلبَهُ َرفَ َع ُه َما َحتَّى تَ ُكونَ َح ْذ َو َم ْن ِكبَ ْي ِه‬
ُ ‫س ِم َع هَّللا‬ ُ ‫ ثُ َّم ِإ َذا َأ َرا َد َأنْ يَ ْرفَ َع‬،‫ ثُ َّم َكبَّ َر َو ُه َما َك َذلِ َك فَيَ ْر َك ُع‬،‫َم ْن ِكبَ ْي ِه‬
‫صاَل تُهُ ” رواه‬ ِ َ‫وع َحتَّى تَ ْنق‬
َ ‫ض َي‬ ُّ ‫س ُجو ِد َويَ ْرفَ ُع ُه َما فِي ُك ِّل تَ ْكبِي َر ٍة يُ َكبِّ ُرهَا قَ ْب َل‬
ِ ‫الر ُك‬ ُّ ‫لِ َمنْ َح ِم َدهُ َواَل يَ ْرفَ ُع يَ َد ْي ِه فِي ال‬
‫أبو داود‬.
Artinya : dari Abdullah bin Umar ia berkata, ketika Rosulullah SAW berdiri untuk
sholat beliau mengngkat kedua tangannya sampai sejajar dengan kedua pundaknya,
kemudian beliau bertakbir dengan mengangkat tangan seperti itu juga untuk ruku’,
ketika ingin mengangkat tulang rusuknya beliau juga mengngkat kedua tanganya
hingga sejajar kedua pundaknya dan mengucapkan : sami’allahu liman hamidah.
Beliau tidak mengangkat tanganya ketika sujud dan beliauselalu mengngkat kedua
tanganya disetiap takbir sebelum ruku’ sampai selesai sholatnya. (HR. Abu Dawud)
Tiga hadis yang menyatakan Rosulullah SAW. mangangkat tanganya sejajar dengan
pundak beliau ini derajatnnya Shohih semua.
Dalam memahami hadis-hadis diatas Ulama’ berbeda pendapat, yaitu sebagai berikut :
 Menurut madzhab Maliki mengangkat kedua tangan sampai kedua pundak.
 Menurut madzhab Syafi’i mengangkat kedua tangan sampai pundak, yang berarti
pergelangan tangan sejajar dengan pundak, jari-jari sejajar dengan telinga bagian atas dan
Ibu jari sejajar dengan telinga bagian bawah. Sebagaimana penjelasan Imam Nawawi
dalam kitab majmu’ dan Ibnu hajar dalam Tuhfatul Muhtaj.
 Menurut madzhab hambali boleh memilih kedua cara tersebut
 Menurut madzhab hanafi bagi laki-laki mengangkat tangan dengan jari-jari sejajar dengan
telinga seperti madzhab syafi’i, dan bagi perempuan mengangkat tangan sejajar dengan
pundak karena lebih menutup aurat bagi wanita.

6
C. Hadist tentang tangan dulu atau mengucapkan takbir dulu
Menurut Malikiyyah dan Syafi’iyyah, takbir berbarengan dengan mengangkat tangan.
Sedangkan  Hanafiyyah dan salah satu pendapat Syafi’iyyah, mengangkat tangan itu sebelum
takbir. Sebagian ulama Hanafiyah juga berpendapat mengangkat tangan itu setelah takbir.
Yang benar, perkara ini masih bisa ditolerir, artinya boleh mengangkat tangan dahulu
sebelum takbir, boleh setelah takbir dan dibolehkan juga berbarengan dengan takbir. Karena
semua ini pernah dipraktekkan oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam (Ashlu Sifati Shalatin
Nabi, 193-199).
1. Dalil sebelum takbir
a. Hadits dari Ibnu Umar radhiallahu’anhu:

‫سلَّ َم إذا قام إلى الصالة؛ رفع يديه حتى تكونا حذو منكبيه ثم كبَّر‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫كان رسول هللا‬

Artinya :“Pernah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika shalat beliau


mengangkat kedua tangannya sampai keduanya setinggi pundak, lalu bertakbir”
(HR. Muslim 390)
b. Hadits dari Abu Humaid As Sa’idi radhiallahu’anhu:

‫ ثم يكبر‬،‫سلَّ َم إذا قام إلى الصالة؛ يرفع يديه حتى يحاذي بهما منكبيه‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫كان رسول هللا‬

Artinya : “Pernah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika shalat beliau


mengangkat kedua tangannya sampai keduanya setinggi pundak, lalu bertakbir”
(HR. Abu Daud 729 dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)
2. Dalil bersamaan dengan takbir
a. Hadits dari Ibnu Umar Radhiallahu’anhu:

‫ فرفع يديه حين يكبر‬،‫سلَّ َم افتتح التكبير في الصالة‬


َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫رأيت النبي‬

‫ وإذا كبَّر للركوع؛ فعل مثله‬،‫حتى يجعلهما حذو منكبيه‬

Artinya : “Aku melihat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memulai shalatnya dengan


takbir. Lalu beliau mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir hingga keduanya
setinggi pundak. Jika beliau hendak ruku, beliau juga melakukan demikian”
(HR. Bukhari 738)

7
b. Hadits Malik Ibnul Huwairits radhiallahu’anhu:

‫ وإذا رفع رأسه من الركوع‬، ‫ وإذا أراد أن يركع‬، ‫ يرفع يديه حين يكبر حيال أذنيه‬، ‫أن رسول هللا كان إذا صلى‬

Artinya :“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika shalat beliau


mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir hingga sampai setinggi kedua
telinganya. Beliau lakukan itu juga ketika hendak ruku’ atau hendak mengangkat
kepada dari ruku’” (HR. An Nasa-i 879, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan
Nasa-i)
3. Dalil setelah takbir
Hadits dari Abu Qilabah,

‫ وإذا رفع رأسه من‬. ‫ وإذا أراد أن يركع رفع يديه‬. ‫ ثم رفع يديه‬. ‫ إذا صلى كبر‬، ‫أنه رأى مالك بن الحويرث‬
‫ وحدث ؛ أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم كان يفعل هكذا‬. ‫الركوع رفع يديه‬

Artinya : “Ia melihat Malik bin Al Huwairits radhiallahu’anhu jika shalat ia bertakbir,


lalu mengangkat kedua tangannya. Jika ia ingin ruku, ia juga mengangkat kedua
tangannya. Jika ia mengangkat kepala dari ruku, juga mengangkat kedua tangannya. Dan
ia pernah mengatak an bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga melakukan
seperti itu” (HR. Muslim 391)

D. Hadist tentang kondisi dianjurkan mengangkat tangan


Di antara dalil yang menunjukkan mengangkat tangan ketika takbiratul ihram, turun
ruku’ dan bangkit dari ruku’ adalah hadits dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma,
ia berkata,
‫ َوِإ َذا َرفَ َع‬، ‫وع‬
ِ ‫لر ُك‬ َّ ‫سو َل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – َكانَ يَ ْرفَ ُع يَ َد ْي ِه َح ْذ َو َم ْن ِكبَ ْي ِه ِإ َذا ا ْفتَت ََح ال‬
ُّ ِ‫ َوِإ َذا َكبَّ َر ل‬، َ‫صالَة‬ ُ ‫َأنَّ َر‬
‫س ُجو‬ ُّ ‫ َو َكانَ الَ يَ ْف َع ُل َذلِكَ فِى ال‬. » ‫ َربَّنَا َولَكَ ا ْل َح ْم ُد‬، ُ‫س ِم َع هَّللا ُ لِ َمنْ َح ِم َده‬ َ « ‫ضا َوقَا َل‬ ً ‫وع َرفَ َع ُه َما َك َذلِ َك َأ ْي‬
ِ ‫الر ُك‬
ُّ َ‫سهُ ِمن‬َ ‫َرْأ‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengangkat kedua tangannya sejajar
pundaknya ketika memulai (membuka shalat), ketika bertakbir untuk ruku’, ketika
mengangkat kepalanya bangkit dari ruku’ juga mengangkat tangan, dan saat itu beliau
mengucapkan ‘sami’allohu liman hamidah, robbanaa wa lakal hamdu’. Beliau tidak
mengangkat tangannya ketika turun sujud.” (HR. Bukhari, no. 735 dan Muslim, no. 390).

8
Juga diterangkan dalam hadits Abu Humaid As-Sa’idi mengenai mengangkat tangan
saat bangkit dari tasyahud awwal, ia berkata,
َّ ‫صنَ َع فِى ال َّر ْك َع ِة الثَّانِيَ ِة ِم ْث َل َذلِكَ َحتَّى ِإ َذا قَا َم ِمنَ ال‬
َ ‫س ْج َدتَ ْي ِن َكبَّ َر َو َرفَ َع يَ َد ْي ِه َحتَّى يُ َحا ِذ‬
‫ى بِ ِه َما‬ َ ‫ض ثُ َّم‬
َ ‫ثُ َّم نَ َه‬
َ‫صالَة‬ َّ ‫صنَ َع ِحينَ ا ْفتَت ََح ال‬
َ ‫َم ْن ِكبَ ْي ِه َك َما‬
“Kemudian Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit, kemudian ia melakukan rakaat
kedua seperti rakaat pertama. Sampai beliau selesai melakukan dua rakaat, beliau bertakbir
dan mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan pundaknya sebagaimana yang beliau
lakukan saat takbiratul ihram (ketika memulai shalat).” (HR. Tirmidzi, no. 304 dan Abu
Daud, no. 963. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Hadits di atas menunjukkan bahwa mengangkat tangan itu sejajar dengan pundak.
Sedangkan dalil yang menunjukkan boleh mengangkat tangan hingga ujung telinga yaitu
hadits,
‫ى بِ ِه َما ُأ ُذنَ ْي ِه َوِإ َذا َر َك َع َرفَ َع‬
َ ‫ َكانَ ِإ َذا َكبَّ َر َرفَ َع يَ َد ْي ِه َحتَّى يُ َحا ِذ‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫سو َل هَّللا‬ ُ ‫ث َأنَّ َر‬ِ ‫عَنْ َمالِ ِك ْب ِن ا ْل ُح َو ْي ِر‬
. َ‫ فَ َع َل ِم ْث َل َذلِك‬.» ُ‫س ِم َع هَّللا ُ لِ َمنْ َح ِم َده‬ َ « ‫وع فَقَا َل‬ ِ ‫الر ُك‬ َ ‫ى بِ ِه َما ُأ ُذنَ ْي ِه َوِإ َذا َرفَ َع َرْأ‬
ُّ َ‫سهُ ِمن‬ َ ‫يَ َد ْي ِه َحتَّى يُ َحا ِذ‬
Dari Malik bin Al-Huwairits radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam ketika bertakbir, beliau mengangkat kedua tangannya sejajar kedua telinganya.
Jika ruku’, beliau mengangkat kedua tangannya juga sejajar kedua telinganya. Jika bangkit
dari ruku’, beliau mengucapkan ‘sami’allohu liman hamidah’, beliau melakukan semisal itu
pula.” (HR. Muslim, no. 391).

E. Hukum-hukum dalam Takbiratul Ihram


1. Hukum Takbiratul ihram 
Takbiratul ihram merupakan rukun dalam shalat, sebagaimana yang telah disepakati
oleh Jumhur ulama. 
Hal ini berlandaskan hadits yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ُّ ‫صاَل ِة ال‬
ْ َّ‫ َوت َْحلِيلُ َها الت‬،‫ َوت َْح ِري ُم َها التَّ ْكبِي ُر‬،‫ط ُهو ُر‬
‫سلِي ُم‬ ُ ‫ِم ْفت‬
َّ ‫َاح ال‬

Artinya : “Kunci shalat adalah bersuci. Pengharamnya adalah takbir dan penghalalnya
adalah salam.” Hadits tersebut menjelaskan bahwa yang mengharamkan dari segala hal
yang merusak shalat adalah takbir. Hal ini juga menunjukkan bahwa seseorang belum
dianggap masuk ke dalam shalat selama dia belum bertakbir (Takbiratul ihram). 

9
Dan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata pada orang yang buruk shalatnya:
َّ ‫ِإ َذا قُ ْمتَ ِإلَى ال‬
‫صاَل ِة فَ َكبِّ ْر‬
Artinya : “Jika engkau hendak shalat, maka bertakbirlah.” 
2. Syarat Sah Takbiratul Ihram
Diantara syarat sah dari Takbiratul ihram adalah mengucapkan (‫ )هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر‬beriringan
dengan niat. Hendaknya takbiratul ihram diucapkan dan dibarengkan dengan niat. Ulama
tidak berselisih dalam hal keutamaan mengiringi takbiratul ihram dengan niat. Akan
tetapi mereka berbeda pendapat dalam hal mendahulukan niat sebelum takbir.
a. Wajib mengiringi niat dengan takbiratul ihram.
Menurut Syafi’iyyah, Malikiyyah pada pendapatnya yang lain dan Ibnu Mundzir. Hal
ini berdasarkan firman Allah azza wa jalla:
ِ ِ‫َو َما ُأ ِم ُروا ِإاَّل لِيَ ْعبُدُوا هَّللا َ ُم ْخل‬
  َ‫صينَ لَهُ الدِّين‬
Artinya : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama”. 
Ayat ini menjelaskan keadaan mereka ketika beribadah. Keadaan tersebut
menggambarkan sifat pelaku dan waku pekerjaan yaitu ikhlas yang merupakan niat.
Rasulullah shallallahu ‘laihi wasallam bersabda:
ِ ‫ِإنَّ َما اَأْل ْع َما ُل ِبالنِّيَّا‬
‫ َوِإنَّ َما لِ ُك ِّل ا ْمرٍِئ َما نَ َوى‬،‫ت‬
Sesungguhnya setiap amal bergantung kepada niat. Dan setiap orang tergantung apa
yang diniatkannya. 
b. Boleh mendahulukan niat dari takbir
Menurut Hanafiyyah, Hanabilah dan salah satu pendapat Malikiyyah. Misalnya
jika seseorang ketika wudhu berniat mengerjakan shalat dzuhur, tidak disibukkan
dengan perbuatan apapun setelah nya seperti makan, minum, atau percakapan hingga
sampai pada saat shalat belum menghadirkan niat, maka boleh baginya mendirikan
shalat dengan niatnya tadi. Karena shalat merupakan ibadah, mendahulukan niat yang
dia kerjakan sama halnya mendahulukan niat saat ingin mengerjakan puasa. Dan
mendahulukan niat dari suatu perbuatan tidak berarti telah mengeluarkan dari
perbuatan tersebut. Inilah yang digambarkan oleh Hanafiyyah dalam hal mengiringi
takbiratul ihram dengan niat. 

10
c. Inilah pendapat yang terkuat.
Adapun mengakhirkan niat dari takbiratul ihram, maka takbirnya tidak sah dan
tidak sah pula shalatnya. Karena shalat merupakan ibadah yang tidak bisa terpisah-
pisah.  Seandainya dibolehkan mengakhirkan niat dari takbir, maka sebagian orang
menganggap bahwa amalan yang tidak masuk dalam niat , bukanlah ibadah dan
amalan yang masuk dalam niat merupakan ibadah. Inilah yang dikatakan oleh
Hanafiyyah dan Malkiyyah.
3. Mengucapkan takbiratul ihram dengan berdiri
Diwajibkan bagi orang yang shalat mengucapkan takbiratul ihram dalam keadaan
berdiri, para ulama telah sepakat dalam hal ini. Berdasarkan hadits Imran bin Hushain
radhiyallahu ‘anhu dan hadits Abu Humaid As-Sa’idiy radhiyallahu ‘anhu:
‫ هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر‬:‫ ثُ َّم قَا َل‬،‫ َو َرفَ َع يَ َد ْي ِه‬،‫صاَل ِة ا ْعتَ َد َل قَاِئ ًما‬
َّ ‫سلَّ َم ِإ َذا قَا َم ِإلَى ال‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬
ُ ‫َكانَ َر‬
Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam jika mendirikan shalat, maka beliau berdiri dengan
tegak, mengangkat kedua tangannya seraya mengucapkan: “Allahu Akbar.” Yaitu dengan
menegakkan tulang punggung. Tidak diperbolehkan mengucapkan takbiratul ihram dalam
keadaan duduk atau merunduk (membungkuk

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Takbiratul ihram  adalah Ucapan (‫ )هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر‬ketika seseorang memulai shalat, bukan seperti
yang difahami sebagian orang bahwasanya takbiratul ihram adalah gerakan mengangkat
tangan ketika memulai shalat.
2. Mengangkat tangan dalam sholat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sejajar dengan
pundah dan sejajar dengan daun telinga. Cara ini telah dicontohkan oleh Rasulullah dalam
beberapa hadist diantara nya Hadist riwayat Muslim, An Nasaai, Abu Dawud, Al Hakim,
Bukhari dan sebagainya tentang takbiratul Ihram.
3. Dalam mengucapkan Takbiratul Ihram terdapat tiga situasi yaitu sebelum takbir
(Berdasarkan hadits dari Ibnu Umar dan Abu Humaid As Sa’idi), bersamaan dengan
takbir (Berdasarkan hadist dari Ibnu Umar, Malik Ibnul Huwairits) dan setelah takbir
(Berdasarkan hadist dari Abu Qilabah)
4. Beberapa kondisi dianjurkan dalam mengangkat tangan adalah ketika takbiratul ihram,
turun ruku’ dan bangkit dari ruku’ (Berdasarkan hadits dari ‘Abdullah bin ‘Umar HR.
Bukhari, no. 735 dan Muslim, no. 390). Juga diterangkan dalam hadits Abu Humaid As-
Sa’idi mengenai mengangkat tangan saat bangkit dari tasyahud awwal (Berdasarkan HR.
Tirmidzi, no. 304 dan Abu Daud, no. 963)
5. Terdapat beberapa hukum mengenai takbiratul ihram diantaranya Hukum Takbiratul
ihram adalah wajib dan menjadi salah satu rukun sholat, Syarat Sah Takbiratul Ihram
(Wajib mengiringi niat dengan takbiratul ihram, boleh mendahulukan niat dari takbir) dan
Mengucapkan takbiratul ihram dengan berdiri

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca. Hal ini kami harapkan agar dapat menjadi bahan perbaikan dan
dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi dari sebelumnya

12
DAFTAR PUSTAKA
https://muslim.or.id/12299-tata-cara-takbiratul-ihram-dalam-shalat.html
https://inais.ac.id/hadis-mengangkat-tangan-ketika-sholat/
https://bekalislam.firanda.com/2882-takbiratul-ihraam.html
https://rumaysho.com/19615-manhajus-salikin-sifat-shalat-nabi-takbiratul-ihram-dan-
mengangkat-tangan.html

13

Anda mungkin juga menyukai