Anda di halaman 1dari 11

NAMA KELOMPOK :

1. Alfi Munfasirotul Aghna


2. Mailatus Safira Difani
3. Muhammad Abdul Manan
PRODI : PGPIAUD EKSTENSI
FAKULTAS : TARBIYAH
DOSEN : Bpk. Ahmad Nashiruddin, M.Pd
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan terhadap Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Bimbingan
Ibadah I, dengan judul “ ADZAN DAN IQOMAH”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang tulus memberikan saran dan kritik sehingga makalah
ini dapat terselesikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu , kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Margoyoso, 10 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 Pengertian Ekonomi Kapitalisme ...............................................................3
2.2 Perbedaan Sistem Kapitalisme Murni dan Modern....................................4
2.3 Dampak Positif dan Negatif Sistem Kapitalisme........................................8

BAB III PENUTUP.............................................................................................14


3.1 Kesimpulan...............................................................................................14
3.2 Saran..........................................................................................................14
3.3 Penutup ......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam Islam, shalat merupakan ibadah badaniyah yang penting dan telah
ditetapkan waktu pelaksanaannya. Allah berfirman, artinya : Maka apabila kamu
telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk
dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka
dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). (An Nisa`:103). Sesungguhnya
kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman … [An Nisa`
: 104].

Untuk mengetahui waktu shalat, Allah telah mensyariatkan adzan sebagai


tanda masuk waktu shalat, berikut tata cara adzan dan hukum Islam berkenaan
dengan adzan tersebut. Yang semuai ini, sangat penting untuk diketahui oleh kaum
muslimin. Adzan dan Iqamah merupakan di antara amalan yang utama di dalam
Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda :“Imam sebagai penjamin
dan muadzin (orang yang adzan) sebagai yang diberi amanah, maka Allah
memberi petunjuk kepada para imam dan memberi ampunan untuk para muadzin.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Adzan dan Iqomah?
2. Bagaimana lafadz Adzan dan Iqomah?
3. Apa syarat –syarat Adzan dan Iqomah?
4. Apa yang disunnahkan dalam Adzan dan Iqomah?
5. Bagaimana hukum Adzan dan Iqomah bagi perempuan?
C. Tujuan Penelitan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian Adzan dan Iqomah
2. Untuk mengetahui tentang lafadz Adzan dan Iqomah
3. Untuk mengetahui tentang syarat-syarat Adzan dan Iqomah
4. Untuk mengetahui tentang yang disunnahkan dalam Adzab dan
Iqomah
5. Untuk mengetahui tentang hukum Adzan dan Iqomah bagi perempuan

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Adzan dan Iqomah


A. Adzan
Secara etimologi azan berarti menginformasikan semata-mata atau
pemberitahuan. Sedangkan secara terminologi berarti menginformasikan
(memberitahukan) tentang waktu-waktu shalat dengan kata-kata
tertentu.Menurut Abdurrahman dan Bakhri azan yaitu ucapan yang telah
ditentukan untuk memberitahukan masuknya waktu shalat lima waktu
yang diwajibkan (shalat maktubah).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan adzan yaitu
memberitahukan telah datangnya waktu shalat dengan lafal yang telah
ditentukan oleh syara’.
Adzan selain untuk memberitahukan bahwa waktu shalat telah tiba, dan
menyerukan untuk melakukan shalat berjamaah, juga pada sisi lain untuk
mensyiarkan agama Islam di muka umum.
Dalam lafal adzan dan iqomah banyak berisi pengertian yang
mengandung maksud penting di antaranya dari sisi akidah, seperti adanya
Allah Yang Maha Besar bersifat Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya,
menjelaskan bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul Allah. Sesudah kita
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad utusan
Allah, kita lalu diajak pula meraih kemenangan baik di dunia maupun di
akhirat. Lafal adzan dan iqomah akhirnya ditutup dengan kalimat tauhid.
B. Iqomah
Iqamah secara bahasa berasal dari bahasa arab aqaama – yuqiimu –
iqaamatan yang berarti mendirikan. Adapun secara istilah berarti
pemberitahuan bahwa shalat akan segera dilaksanakan, dengan
menggunakan bacaan yang telah ditentukan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan iqamah adalah
memberitahukan kepada hadirin (jamaah) supaya bersiap-siap berdiri
melaksanakan shalat, dengan lafal yang telah ditentukan oleh syara‟’.

1.2 Lafadz Adzan dan Iqomah


A. Lafadz Adzan
‫ هللَا ُ اَ ْكبَر‬،‫ هللَا ُ اَ ْكبَر‬،‫ هللَا ُ اَ ْكبَر‬،‫هللَا ُ اَ ْكبَر‬
ُ‫ش َه ُد اَنْ الَ اِلَهَ ِإالَّهللا‬ْ ‫ َأ‬، ُ‫ش َه ُد اَنْ الَ اِلَهَ ِإالَّهللا‬
ْ ‫َأ‬
ُ ‫ش َه ُد اَنَّ ُم َح َّمدًا َر‬
ِ‫س ْو ُل هللا‬ ْ َ‫ ا‬، ِ‫س ْو ُل هللا‬
ُ ‫ش َه ُد اَنَّ ُم َح َّمدًا َر‬
ْ َ‫ا‬
َّ ‫ َح َّي َعلَى ال‬، ‫صالَ ِة‬
‫صالَ ِة‬ َّ ‫َح َّي َعلَى ال‬
ِ َ‫ َح َّي َعلَى ا ْلفَال‬، ‫ح‬
‫ح‬ ِ َ‫َح َّي َعلَى ا ْلفَال‬
‫ هللَا ُ اَ ْكبَر‬،‫هللَا ُ اَ ْكبَر‬
‫الَ ِإلَهَ ِإالَّهللا‬
Keterangan:

a)      Dalam Adzan shalat subuh, diantara kalimat “ Hayya ‘alal-fala” dan


“Allaahu akbar,  Allahu akbar yakni antara kalimat ke-5 dan ke-6 ditambah
kalimat:

‫صالَةُ خَ ْي ٌر ِمنَ النَّوْ ِم‬


َّ ‫ اَل‬، ‫صالَةُ َخ ْي ٌر ِمنَ النَّوْ ِم‬
َّ ‫اَل‬

Arti tambahan Adzan subuh:” Shalat itu lebih baik dari pada tidur”. (Riwayat
Muslim dan Nasai)

b)      Waktu menyerukan kalimat “ Hayya ‘alash-shalaah,” disunahkan


berpaling ke kanan, dan kita menyerukan kalimat ”Hayya ‘alal-falah,
“ berpaling ke kiri.

c)      Hayya ‘alash-shalaah, artinya” Marilah Shalat,” dan Hayya ‘alal-


Falah, artinya “Marilah menuju kemenangan (keuntungan atau
kebahagiaan),”

B. Iqomah

Lafal iqamah itu sama dengan Adzan, bedanya kalau Adzan diucapkan
masing-masing dua kali, sedangkan iqoomah cukup diucapkan sekali saja.
Diantara kalimat ke-5 dan ke-6 ditambah kalimat:

ُ‫صالَة‬ ِ ‫ قَ ْد قَا َم‬، ُ‫صالَة‬


َّ ‫ت ال‬ ِ ‫قَ ْد قَا َم‬
َّ ‫ت ال‬

“shalat telah dimulai.”


Iqamah sunah diucapkan agak cepat dan dilakukan dengan suara agak rendah
dari pada Adzan.

‫ هللَا ُ اَ ْكبَر‬،‫هللَا ُ اَ ْكبَر‬


ُ‫َأ ْشهَ ُد اَ ْن الَ اِلَهَ ِإالَّهللا‬
ِ‫اَ ْشهَ ُد اَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللا‬
َّ ‫ي َعلَى ال‬
‫صالَ ِة‬ َّ ‫َح‬
ِ َ‫ي َعلَى ْالفَال‬
‫ح‬ َّ ‫َح‬
ُ‫صالَة‬ ِ ‫ قَ ْد قَا َم‬، ُ‫صالَة‬
َّ ‫ت ال‬ ِ ‫قَ ْد قَا َم‬
َّ ‫ت ال‬
‫ هللَا ُ اَ ْكبَر‬،‫هللَا ُ اَ ْكبَر‬
‫الَ ِإلَهَ ِإالَّهللا‬

                                                
1.3 Syarat-syarat Adzan dan Iqomah

Syarat-syarat adzan dan iqamah sebagai berikut:

1.     Masuk waktu shalat. Maka adzan tidak sah dan dispakati haram
dilakukan sebelum masuk waktu, sehingga apabila telah dilakukan sebelum
masukwaktu, maka wajib diulangi setelah masuk waktu, karena adzan
merupakan pemberitahuan tentang masuknya waktu, sedangkan adzan
sebelum masuk waktu merupakan penipuan.

2.      Dengan menggunakan bahasa Arab. Maka tidak sah adzan dengan selain
bahasa arab.

3.      Adzan dn Iqamah harus dapat didengar oleh sebagian jama’ah dan


didengar oleh diri sendiri apabila sendirian.

4.      Lafal-lafal adzan dan iqamah harus dibaca secara berurutan dan


beruntun, dalam rangka mengikuti sunnah, sebagaimana diriwayatkan oleh
muslim dan lainnya dank arena pembacaan lafal-lafal adzan dengan tidak
beruntun itu merusak fungsinya sebagai pemberitahuan tentang masuk waktu.
5.      Dilakukan oleh satu orang. Apabila seseorang melakukan sebagian
adzan dan diteruskan sebagiannya oleh orang lain, maka adzannya tidak sah.

6.      Dilakukan oleh seorang muslim, berakal (mumayyiz) dan laki-laki.

1.4 Sunnah-sunnah dalam Adzan dan Iqomah

Dalam adzan dan Iqomah disunahkan hal-hal berikut:

1.      Hendaknya adzan dilakukan oleh orang yang bagus dan keras suaranya
serta ditempat yang tinggi, berdasarkan hadits Abdullah bin zaid
diatas: Ajarkanlah kepada Bilal, karena ia lebih lantang suaranya dari pada
kamu. Disamping itu adzan dengan suara yang keras akan lebih luas
jangkauannya, meluluhkan hati orang yang mendengar, dan lebih menarik
untuk disambut. Adapun kerasnya suara dapat memperluas jangkauan dan
memperjelas pemberitahuannya, serta lebih besar pahalanya. Dilakukannya 
adzan ditempat yang tinggi juga dapat memperluas jangkauannya.

2.      Adzan dilakukan sambil berdiri diatas tembok atau menara agar


didengar banyak orang. Dijeladkan dalam hadis Abu Qatadah bahwa
Rasulullah saw. berkata kepada Bilal: “ Berdirilah lalu adzanlah! Seluruh
muadzin Rasulullah saw. melakukan adzan sambil berdiri. Apabila
muadzinnya berhalangan, seperti sakit, maka ia boleh adzan sambil duduk.
Demikian juga halnya dengan iqamah.

3.      Mu’adzin hendaknya orang yang merdeka, baligh, dapat dipercaya,


shaleh, dan mengetahui waktu-waktu shalat, berdasarkan hadits Ibnu Abbas, “
Hendaklah melakukan adzan orang yang paling baik diantara kamu, dan
hendaklah menjadi imam orang yang membaca diantara kamu.”

4.      Muadzin dalam keadaan punya wudhu dan suci,berdasarkan  hadis:


“Tidak melakukan adzan kecuali orang yang punya Wudhu”. Dijelaskan
dalam hadis Ibnu Abbas bahwa adzan itu bersambung dengan shalat, maka
janganlah adzan salah seorang diantara kamu kecuali dalam keadaan suci.
5.      Musdzin hendakny orang yang dapat melihat, karena orang yang buta
itu tidak dapat mengetahui masuknya waktu atau sering salah, namun
adzannya sah, karena Ibnu Ummi Maktum melakukan adzan untuk Nabi saw.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Amr, ia berkata bahwa Ibnu Ummi
adalah seorang buta yang tidak adzan hingga dikatakan kepadanya bahwa
waktu shubuh telah datang.

6.      Meletakan kedua jari (telunjuk) dilubang telingga, karena hal ini dapat
mengeraskan suara. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ahmad dan
Tirmidzi. “Dari Abi Juhaifah. Ia berkata: saya lihat Bilal ber-adzan dan saya
ikuti mulutnya ke sana dan kesini, sedang dua jarinya di dua (lobang)
telinganya.

7.      Hendaknya adzan dilakukan dengan pelan-pelan, yaitu dengan cara


diam sebentar setiap antara dua kalimat, dan dalam iqamah hendaknya
dilakukan dengan cepat, yaitu dengan menyatukan setiap dua kalimat.
Rasulullah saw. berkata kepada Bilal: “Apabila kamu adzan, maka pelan-
pelanlah, dan apabila kamu iqamah cepat-cepatlah.”

8.      Adzan dan iqamah hendaknya dilakukan sambil menghadap qiblat,


karena para muadzin Rasulullah saw melakukannya sambil menghadap qiblat.
Disamping itu karena dalam adzan dan iqamah terkandung munajat kepada
Allah, sehingga sebaiknya dilakukan sambil menghadap qiblat.

9.      Adzan hendaknya dilakukan dengan ikhlas, dalam arti tidak


mengharapkan upah dari adzan dan iqamah. Hal ini disepakati sebagai
kesunahan.

10.  Menurut jumhur selainHanafiyah disunahkan agar jama’ah mempunyai


dua orang muadzin, tidak lebih, karena Rasulullah saw. mempunyai dua orang
muadzin, yaitu Bilal dan Ibnu Ummi Maktum. Bagi satu masjid boleh hanya
mempunyai satu orang muadzin. Namun atas dasar hadits diatas sebaiknya
mempunyai dua orang muadzin. Seandainya butuh jumlah muadzin yang
lebih banyak, maka boleh sampai empat orang. Karena utsman r.a.
mempunyai empat orang muadzin. Apabila suatu masjid mempunyai banyak
muadzin, maka sebaiknya adzannya dilakukan secara bergiliran, sebagaimana
yang dilakukan oleh Bilal dan Ibnu Ummi Maktum. Sehubungan dengan
berbilangnya muadzin boleh jadi tekhniknya masing-masing muadzin
melakukan adzan dimenara secara terpisah, menghadap kearah yang
berlainan, atau adzan secara bersama-sama serentak di tempat yang sama.

11.  Adzan dilakukan pada awal waktu untuk memberitahukan kepada


manusia, sehingga mereka dapat bersiap siaga untuk melakukan shalat.

12.  Boleh menyuruh orang lain untuk mengajak para penguasa agar


melakukan shalat.

13.  Disunahkan agar manusia tidak berdiri sebelum muadzin selesai


adzannya, melainkan mereka harus sabar sedikit hingga adzan selesai atau
mendekati selesai, karena bergerak ketika mendengarkan adzan menyerupai
syetan. 

14.  Membaca salawat atas Nabi Saw. sesudah selesai adzan, kemudian


berdoa dengan doa ini:

َ‫ت ُم َح َّمدًا ْال َو ِسيلَة‬


ِ ‫صالَ ِة ْالقَاِئ َم ِة آ‬
َّ ‫اللَّهُ َّم َربَّ هَ ِذ ِه ال َّد ْع َو ِة التَّا َّم ِة َوال‬

 ُ‫ضيلَةَ َوا ْب َع ْثهُ َمقَا ًما َمحْ ُمودًا الَّ ِذى َو َع ْدتَه‬
ِ َ‫َو ْالف‬

Artinya: Ya Allah, Tuhan yang mempunyai seruan yang sempurna ini dan
shalat yang sedang didirikan ini, berilah Nabi Muhammad saw. derajat yang
tinggi dan pangkat yang mulia, dan berilah dia kedudukan yang terpuji yang
telah Engkau janjikan kepadanya. (riwayat Bukhari dan lain-lainnya)

15.  Disunatkan membaca doa diantara adzan dan iqamah. Sabda Rasulullah saw.
“Dari Anas bin Malik. Ia berkata, “Rasulullah telah berkata, ‘Doa
(permintaan) diantara adzan dan iqamah tidak ditolak.”(Riwayat Ahmad, Abu
Dawud, dan Tirmidzi). Pendengar adzan hendaklah turut pula menyebut
dengan perlahan-lahan seperti kalimat adzan yang diucapkan oleh muadzin
kecuali sewaktu muadzin menyebut kalimat:
َّ ‫َح َّي َعلَى‬
‫الص`````````````````````````````````````````````الَ ِة‬

ِ َ‫ي َعلَى ْالفَال‬


‫ح‬ َّ ‫َح‬

Yang mendengar hendaklah membaca:

ِ‫الَ َحوْ َل َواَل قُوَّة اِاَّل بِا هللا‬

     

Begitu juga yang mendengar iqamah, hendaklah turut membaca apa-apa yang
dibaca oleh muadzin, kecuali sewaktu ia membaca:

ُ‫صالَة‬ ِ ‫قَ ْد قَا َم‬


َّ ‫ت ال‬

Yang mendengar hendaklah memmbaca:

‫اَقَا َمهَاهللاُ َو اَدَا َمهَا‬

Sabda Rasulullah Saw.” Apabila kamu mendengar adzan, hendaklah kamu


berkataseperti yang dikatakan oleh muadzin.” (riwayat Bukhari dan Muslim).
Pada riwayat Muslim dikatakan, kecuali sewaktu mendengar Hayya ‘alas-
shalah. Hayya ‘alal-falah, maka yang mendengar hendaklah berkata la haula
walaquwwata illa billah.” (riwayat Abu Dawud).

1.5 Hukum Adzan dan Iqomah Bagi Perempuan

Anda mungkin juga menyukai