Oleh :
Ray Dharma Zal : 233140069
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Adzan dan
iqamah”
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada bapak
Taufiq,S.Pd.,M.Sy selaku dosen mata kuliah FIQH yang sudah memberikan
kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu penuliss mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan penulis buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dandipahami oleh semua
orang khususnya bagi para pembaca. Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya
jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB I.....................................................................................................................................
PENDAHULUAN.................................................................................................................
LATAR BELAKANG..........................................................................................................
BAB II...................................................................................................................................
PEMBAHASAN...................................................................................................................
PENDAHULUAN
Latar belakang permasalahan
adzan dan iqamah ini berdasarkan nash syariat, di antaranya kisah Abdullah bin
Zaid dan Umar bin Khaththab, sebagaimana tersebut dalam hadits Abdullah bin Zaid
yang telah kami jelaskan di depan, dan merupakan ijma’ untuk shalat lima waktu.
1. Rumusan masalah
PEMBAHASAN
Adzan adalah seruan untuk memanggil umat Islam melaksanaka salat. Dalam
Kamus Besar Bahsa Indonesia azan diartikan sebagai seruan untuk mengajak orang
melakukan salat. Dari pengertian ini bisa diketahui secara umum bahwasannya adzan
memang panggilan yang dikumandangkan untuk umat melaksanakan salat. Adzan
dikumandangkan sebagai pertanda waktu sholat sudah tiba dan iqamah sebagai tanda
bahwa sholat akan segera dimulai. Dengan begitu pentingnya adzan dan iqamah,
pengumandangnya pun tidak boleh dilakukan dengan sembarangan.
Hal ini berdasarkan dalil-dalil umum yang menganjurkan agar manusia dalam
keadaan suci ketika berdizikir (mengingat) kepada Allah.
Ini adalah perbuatan yang biasa dilakukan oleh sahabat Bilal ketika adzan.
الّٰل ُهَّم َر َّب ٰه ِذِه الَّدْع َوِة الَّتاَّمِة َو الَّص اَل ِة اْلَقاِئَم ِة آِت َس ِّيَدَنـاُمَح مَّـ ًدا اْلَوِس يَلَة َو اْلَفِض يَلَة َو الَّد َرَج َة الَّر ِفْيَع َة َو اْبَع ْث ُه
َم َقاًم ا الَم ْح ُم وًدا اَّلِذ ْي َو َع ْد َتُه ِإَّنَك اَل ُتْخ ِلُف اْلِم ْيَعاَد
Artinya: "Ya Allah Tuhan yang memiliki seruan yang sempurna dan shalat yang
tetap didirikan, kurniailah Nabi Muhammad wasilah (tempat yang luhur) dan kelebihan
serta kemuliaan dan derajat yang tinggi dan tempatkanlah dia pada kependudukan yang
terpuji yang telah Engkaujanjikan, sesungguhnya Engkau tiada menyalahi janji, wahai
dzat yang paling Penyayang."
Pertama. Ini yang paling benar dan telah ditetapkan ahli Iraq dan sejumlah ahli Khurasan
(dalam madzhab Syafi’i), bahwa memalingkan ke kanan dengan mengucapkan hayya ‘ala
ash shalat, hayya ‘ala ash shalat, kemudian berpaling ke kiri dan mengucapkan hayya ‘ala
al falah, hayya ‘ala al falah.
Kedua. Berpaling ke kanan dan mengucapkan hayya ‘ala ash shalat, kemudian kembali
menghadap kiblat, kemudian berpaling ke kanan lagi dan mengucapkan hayya ‘ala ash
shalat. Kemudian berpaling ke kiri dan mengucapkan hayya ‘ala al falah, lalu kembali
menghadap kiblat, kemudian berpaling ke kiri lagi dan mengucapkan hayya ‘ala al falah.
Ketiga. Pendapat Al Qafal, yaitu mengucapkan hayya ‘ala ash shalat satu kali berpaling
kekanan, dan satu kali berpaling ke kiri; kemudian mengucapkan hayya ‘ala al falah satu
kali berpaling ke kanan dan satu kali berpaling ke kiri.
Aku melihat Bilal beradzan dan memutar mulutnya ke sana dan ke sini serta kedua
jarinya di telinganya. [HR Ahmad dan At Tirmidzi, dan At Tirmidzi mengatakan, bahwa
hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani menshahihkannya di dalam Irwa’ Al Ghalil, no.
230, hlm. 1/248].
Setelah menyampaikan hadits ini, Imam At Tirmidzi berkata: “Inilah yang diamalkan para
ulama. Mereka mensunnahkan seorang muadzin memasukkan kedua jemarinya ke
kedua telinganya dalam adzan. Dan sebagian ulama menyatakan juga, di dalam iqamat
memasukkan kedua jemarinya ke kedua telinganya. Demikian ini pendapat Al ‘Auza’i”.
َفِإَّنُه َال َيْس َم ُع َم َدى َص ْو ِت اْلُم َؤ ِّذ ِن ِج ٌّن َو َال ِإْنٌس َو َال َش ْي ٌء ِإَّال َش ِهَد َلُه َيْو َم اْلِقَياَم ِة
Tidaklah mendengar suara muadzin bagi jin dan manusia serta (segala) sesuatu, kecuali
memberikan kesaksian untuknya pada hari Kiamat. [HR Al Bukhari].
Para ulama terbagi dalam dua pendapat berbeda berkaitan dengan hukum mendengar
dan menjawab adzan.
1. Hukumnya wajib.
Demikian ini pendapat madzhab Azh Zhahiriyah dan Ibnu Wahb. Dalil yang dibawakan
ialah hadits Abu Sa’id Al Khudri yang berbunyi :
َأَّن َر ُسوَل هللا صلى هللا عليه وسلم َقاَل ِإَذ ا َسِم ْع ُتْم الِّنَداَء َفُقوُلوا ِم ْثَل َم ا َيُقوُل اْلُم َؤ ِّذ ُن
2. Hukumnya sunnah.
Ini merupakan pendapat mayoritas ulama[19]. Mereka menyatakan, bahwa hadits Abu
Sa’id di atas dipalingkan dari wajib menjadi sunnah dengan hadits ‘Aisyah yang
berbunyi :
َأَّن َر ُسوَل هللا صلى هللا عليه وسلم َك اَن ِإَذ ا َسِمَع اْلُم َؤ ِّذ َن َيَتَشَّهُد َقاَل َو َأَنا َو َأَنا
PENUTUPAN
1. KESIMPULAN
Adzan dan iqamah adalah seruan untuk menandakan dan mengajak umat islam
untuk sholat, dan dalam melakukan adzan ada tata cara untuk menyerukannya, kita
yang mendengarkan adzan harus mejawab adzan itu dengan doa yang sudah di
terapkan, syarat syaratnya juga sudah ditetapkan sebagai penjelasan di atas. Kita dapat
mengetahui kalau adzan ini tidak boleh sembarangan dilakukan.
2. SARAN
Adapun makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
pengantar studi Fiqh Ibadah yang diberikan. Dengan adanya makalah ini, pembaca dan
penulis disarankan untuk menggali dan mendalami lagi tentang adzan dan iqamah itu
sendiri sehingga dapat mengetahui kebenaran adzan dan iqamah pada keseharian kita,
selain itu juga pembaca disarankan untuk berbagi pengetahuan dan menyebarkan
agama islam kepada masyarakat agar berguna dan orang-orang akan lebih mengetahui
cara adzan dan iqamah yang baik.
DAFTAR PUSAKA
https://almanhaj.or.id/3081-hukum-hukum-adzan-dan-iqamah.html