Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH HADITS ARBAIN NAWAWI

Mata Kuliah: HADITS

Disusun oleh :
Nailal Hanik Almusthofiyah

Dosen Pembimbing:
WIDODO S.Pd. I

SEKOLAH TINGGI ISLAM KENDAL


2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirromanirrohim

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah melimpahkan hidayah serta
karuniaNya kepada kita, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar
tanpa halangan yang berarti.

Sholawat serta salam tetap kita haturkan kepada junjungan kita Nabi
Agung Muhammad SAW. yang insyaAllah akan memberikan syafaatnya besok di
yaumil akhir aamiin ya Rabbalaamiin

Sehubung dengan keterbatasan kemampuan dan ilmu yang dimiliki, maka


bila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan dan kekeliruan mohon kritik
serta saran yang dapat membawa kepada kebaikan. Pada kesempatan ini pula kita
ucapkan terima kasih kepada Bapak Widodo selaku dosen pengampu mata kuliah
HADIST yang telah membimbing kita hingga terselesaikannya makalah yang
sederhana ini. Mudah-mudahan atas bantuan serta bimbingan semua pihak, Allah
SWT. akan membalasnya dengan pahala yang setimpal aamiin aamiin
yarabbalalamiin.

Kita berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita khususnya
dan pembaca pada umumnya.

Sukorejo,12 November 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG ......................................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................... 1
C. TUJUAN PENULISAN ....................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2

A. BIOGRAFI HADITS ARBAIN NAWAWI ........................................ 2


B. NILAI – NILAI YANG TERKANDUNG DALAM HADITS ARBAIN
NAWAWI ............................................................................................ 3

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 34

1. KESIMPULAN .................................................................................... 34
2. SARAN DAN KRITIK ........................................................................ 34

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 35

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hadist Arbain Nawawi adalah kumpulan hadits Nabi saw yang dikumpulkan
oleh Imam Nawawi ra. dan merupakan kitab yang tidak asing bagi kita umat
Islam, bukan hanya di Indonesia namun diseluruh dunia. Umat Islam
mengenalnya dan akrab dengannya, karena banyak dibahas para ulama dan
menjadi rujukan dalam menyebarkan ajaran Islam kepada kaum muslimin
berkaitan dengan kehidupan beragama, beribadah, muamalah, dan syariah.

Adapun manfaat mempelajari hadist sangatlah banyak, baik itu hadits yang
shohih ataupun hadits dho‟if. Karena dengan membaca hadits dho‟if kita bisa
membandingkan atau menelaah lebih dalam mengenai hadits-hadits shohih yang
lain. Dengan mempelajari hadits arba‟in ini dapat mengetahui ilmu-ilmu yang
belum ada didalam al-qur‟an seperti adab-adab atau tata cara sholat dll.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana biografi dari hadits Arbain Nawawi ?
2. Bagaimana penjabaran sanad, matan, dan rawi dari hadits Arbain
Nawawi?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah Untuk mengetahui biografi dari
hadits arbain nawawi serta penjabaran penjabaran seperti sanad, matan dan
rawi dari hadits hadits yang ada dalam kitab arbain nawawi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI HADITS ARBAIN NAWAWI


Arbain Nawawi atau Al-Arba'in An-Nawawiyah (Arab:‫ )األزبعون النوويت‬merupakan
kitab yang memuat empat puluh dua hadits pilihan yang disusun oleh Imam
Nawawi. Arba'in berarti empat puluh namun sebenarnya terdapat empat puluh dua
hadits yang termuat dalam kitab ini. Kitab ini bersama dengan kitab Riyadhus
Shalihin dianggap sebagai karya Imam Nawawi yang paling terkenal dan diterima
umat muslim di seluruh dunia. Kitab ini menjadi favorit di kalangan santri untuk
memulai menghafal hadits-hadits Nabi sebelum beralih ke kitab-kitab yang lebih
besarSudah menjadi kebiasaan bagi para ulama untuk membuat kitab kumpulan
atau rangkuman tentang suatu masalah agama. Sehingga sesungguhnya Imam
Nawawi bukanlah yang pertama dan juga bukan satu-satunya yang membuat kitab
Arbain. Namun kitab Arbain miliknyalah yang terkenal luas dan harum hingga
saat ini, meninggalkan kitab-kitab arbain lainnya yang disusun oleh ulama
lainnya. Di antarakitab-kitab arbain itu adalah milik para imam seperti Al-
Ajurri, Al-Baihaqi, Ash-Shabuni, Al-Hakim, Ad-Daruquthni, Ath-Thabari, As-
Suyuthi, Ibnu Hajar Al-Asqalani dan selain mereka yang berjumlah hingga
puluhan kitab Arbain. Sehingga untuk membedakan dengan kitab Arbain yang
lain, disebutlah namanya Al-Arba'in An-Nawawiyah (Kitab Arbain milik Imam
An-Nawawi).
Dasar kitab ini adalah kitab "Al-hadits Al-Kulliyah" yang ditekan Imam Al-
Hafizh Abu Amr bin Ash-Shalah, yakni kumpulan 26 hadits yang padat dan
ringkas. Kemudian Imam Nawawi menggenapkannya menjadi 42 hadits dan
menamakannya dengan Al-Arba'in.
.Kedudukannya penting, yang memuat beberapa alasan dalam hadits arbain
nawawi ini yaitu:

 Mencakup sebagian besar urusan dan kebutuhan umat Islam di dunia dan di
akhirat baik dari aqidah, hukum, syariah, muamalah dan akhlaq.
 Merupakan kumpulan hadits-hadits nabi pilihan, dan merupakan jawami'ul
kalim yang memiliki keutamaan dalam pembahasan yang singkat dan padat.
 Hadits-haditsnya merupakan satu kesatuan yang menjadi cakupan ajaran
Islam, baik setengahnya, atau sepertiganya atau seperempatnya.
 Banyak digunakan oleh para ulama untuk mengajarkan kepada umat Islam
bahkan menjadi sandaran utama dalam memberikan pemahaman ajaran Islam

2
sehingga sebagian ulama konsen dengan hadits-hadits ini lalu mensyarahnya
dengan lebih rinci.

B.NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM HADITS ARBAIN


NAWAWI

1.Hadits Arba’inNawawi ke-1( Niat dan Ikhlas )

ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ْ َي هللاِ ط‬ُٛ‫ْش َسع‬ َ َ‫ هللاُ َػ ْٕٗ ُ ل‬َٟ ‫ػ‬
ُ ‫ َع ِّؼ‬: ‫جي‬ ِ ‫ح َس‬ ِ ‫ض ُػ َّ َش ْد ِٓ ث ٌْ َخطَّج‬ ٍ ‫ َف ْف‬ْٟ ِ‫َْٓ أَد‬١ِِِٕ ‫ ِْش ث ٌْ ُّ ْؤ‬١ِِ َ‫ػ َْٓ أ‬
ِ‫ هللا‬ٌَِٝ‫ؾْ َشصُُٗ إ‬ِٙ َ‫ْ ٌِ ِٗ ف‬ُٛ‫ َسع‬َٚ ِ‫ هللا‬ٌَِٝ‫ش ِ٘ؾْ َشصُُٗ إ‬ ْ َٔ‫ فَ َّ ْٓ َوج‬. َٜٛ َٔ ‫ا َِج‬ ٍ ‫إَِّٔ َّج ٌِ ُى ًِّ ث ِْ ِش‬َٚ ‫س‬ ِ ‫َّج‬١ٌِّٕ‫ إَِّٔ َّج ثْألَ ْػ َّج ُي دِج‬: ‫ْ ُي‬ُٛ‫َم‬٠
َ ٘ ‫ َِج‬ٌَِٝ‫ؾْ َشص ُُٗ إ‬ِٙ َ‫ج ف‬َٙ ‫ ْٕ ِى ُق‬٠َ ‫ْ ث ِْ َشأَ ٍر‬َٚ‫ج أ‬َٙ ُ ‫ذ‬١ْ ‫ظ‬
.ِٗ ١ْ ٌَِ‫َجؽ َش إ‬ ِ ُ ٠ ‫ج‬١َ ْٔ ‫ش ِ٘ؾْ َشصُُٗ ٌِ ُذ‬ ْ َٔ‫ َِ ْٓ َوج‬َٚ ،ِٗ ٌِ ُْٛ‫ َسع‬َٚ
ٓ١‫ ثٌقغ‬ٛ‫ثد‬ٚ ٞ‫شر دٓ دشدصدز ثٌذخجس‬١‫ُ دٓ ثٌّغ‬١٘‫ً دٓ إدشث‬١‫ ػذذ هللا ِقّذ دٓ إعّجػ‬ٛ‫ٓ أد‬١‫ثٖ إِجِج ثٌّقذع‬ٚ‫[س‬
]‫ٓ ّ٘ج أطـ ثٌىضخ ثٌّظٕفز‬٠‫ّج ثٌٍز‬ٙ١‫ق‬١‫ طق‬ٟ‫ ف‬ٞ‫س‬ٛ‫غجد‬١ٌٕ‫ ث‬ٞ‫ش‬١‫ِغٍُ دٕ جٌقؾجػ دٓ ِغٍُ ثٌمش‬
Arti Hadits:

Dari Amirul Mu‟minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia
berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :
Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap
orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya
karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya
kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia
yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya
(akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.

(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma‟il bin Ibrahim bin
Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj
bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang
merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang) .

Penjelasan hadits :

Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal
ibadah tidak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah
ta‟ala).Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di
hati.Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta‟ala dituntut pada
semua amal shalih dan ibadah.Seorang mu‟min akan diberi ganjaran pahala
berdasarkan kadar niatnya.

Semua perbuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena
mencari keridhoan Allah maka dia akan bernilai ibadah.
Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat.
Hadits di atas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia
merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal
Jamaah adalah membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan
dengan perbuatan

3
2.Hadits Arba’in Nawawi ke-2( Iman, Islam dan Ikhsan )

‫َٕ َّج‬١ْ ‫ْ ط َٔقْ ُٓ َد‬ٍُٛ‫ْ ِي ِػ ْٕ َذ ُؽ‬ُٛ‫هللا َسع‬ ِ ٍَّٝ‫ط‬ َ ُ‫ ِٗ هللا‬١ْ ٍَ ‫ َعٍَُّ َػ‬َٚ ‫ثس‬ َ ‫ْ ٍَ َر‬َٛ٠ ‫ؽ ٍَ َغ إِ ْر‬ َ ‫ َٕج‬١ْ ٍَ ‫ ُذ َسؽًُ َػ‬٠ْ ‫جع َش ِذ‬ ِ ١َ ‫ح َد‬ ِ ‫ج‬١َ ‫ ُذ ثٌ ِّغ‬٠ْ ‫َش ِذ‬
‫ث ِد‬َٛ ‫ْش َع‬ ِ ‫ثٌ َّشؼ‬, َ‫ ل‬ٜ‫ُ َش‬٠ ِٗ ١ْ ٍَ‫لَ ثٌ َّغفَ ِش أَعَ ُش َػ‬َٚ ُُٗ‫ْشف‬ ِ ‫َؼ‬٠ ‫أَ َفذ َِِّٕج‬, َّٝ‫ظ َفض‬ َ ٍَ‫ َؽ‬ٌَِٝ‫ إ‬ِّٟ ‫ ثٌَّٕ ِذ‬ٍَّٝ‫ط‬ َ ُ ‫ ِٗ هللا‬١ْ ٍَ‫ َعٍَُّ َػ‬َٚ , ‫فأ َ ْعَٕ َذ‬
ِٗ ْ١َ‫ ُس ْوذَض‬ٌَِٝ‫ْ ِٗ إ‬١َ‫ ُس ْوذَض‬, ‫ػ َغ‬ َ َٚ َٚ ِٗ ١ْ َّ‫ َوف‬ٍَٝ‫ ِٗ َػ‬٠ْ ‫فَ ِخ َز‬, َٚ ‫ لَج َي‬: ‫َج‬٠ ‫ ُِ َق َّّ ُذ‬ْٟ ِٔ ْ‫ث ِإل ْعالَ َِ َػ ِٓ أَ ْخ ِذش‬, ‫ْ ُي فَمَج َي‬ُٛ‫هللا َسع‬ ِ ٍَّٝ‫ط‬ َ ُ ‫هللا‬
ِٗ ١ْ ٍَ‫ َعٍَُّ َػ‬َٚ : َُ َ‫َ َذ أَ ْْ ثَ ِإل ْعال‬ٙ‫ هللا ُ إِلَّ ٌََٗ لَإِ أَ ْْ صَ ْش‬َٚ َّْ َ‫ْ ُي ُِ َق َّّذًث أ‬ُٛ‫هللاِ َسع‬, ُُ ١ْ ‫صُ ِم‬َٚ ‫ظالَ َر‬ َّ ٌ‫ث‬, ٟ َ ‫صُ ْؤ ِص‬َٚ ‫ثٌ َّض َوج َر‬, ََ ُْٛ‫صَظ‬َٚ
َْ‫ؼج‬َ َِ ‫ َس‬, ‫صَ ُق َّؼ‬َٚ ‫ْش‬ َ ١َ‫ْش إِ ِْ ث ٌْذ‬ َ ‫ ِٗ ث ْعضَطَؼ‬١ْ ٌَِ‫الً إ‬١ْ ‫ َع ِذ‬. ‫ لَج َي‬: ‫ش‬ ُ ‫ط َذ ْل‬َ . ‫َ ْغتٍَُٗ ُ ٌَُٗ فَ َؼ ِؾ ْذَٕج‬٠ ُ ُٗ‫ظ ِّذل‬ َ ُ٠َٚ . ‫ لَج َي‬: ْٟ ِٔ ْ‫َػ ِٓ فَأ َ ْخ ِذش‬
ِْ ‫ َّج‬٠ْ ‫ث ِإل‬, ‫ لَج َي‬: ْْ َ‫ ِدجللِ أ‬, ِِٗ‫ َِالَةِ َىض‬َٚ , ِٗ‫ ُوضُ ِذ‬ٚ,َ ِٗ ٍِ‫ ُس ُع‬َٚ , َِ َْٛ١ٌْ ‫ث‬َٚ ‫ ِخ ِش‬٢‫ث‬, َٚ َِِٓ ‫ ِْش ِٖ ِدج ٌْمَ ْذ ِس صُ ْؤ‬١‫ َخ‬َٚ ِٖ ِّ‫ َشش‬. ‫جي‬ َ َ‫ ل‬: ‫ش‬ َ ‫ط َذ ْل‬
َ .
‫جي‬ َ َ
َ َ‫ ل‬: ْٟ ِٔ ْ‫ث ِإلفْ َغج ِْ َػ ِٓ فَأ ْخ ِذش‬, ‫ لَج َي‬: ْْ ‫ه هللاَ صَ ْؼذُ َذ أ‬ َ
َ َّٔ‫ن فَئَِّٔٗ ُ صَ َشثُٖ صَ ُى ْٓ ٌَ ُْ فَئ ِ ْْ صَ َشثُٖ َوأ‬ َ
َ ‫َ َشث‬٠. ‫ لَج َي‬: ْٟ ِٔ ْ‫َػ ِٓ فَأ ْخ ِذش‬
‫ لَج َي ثٌغَّج َػ ِز‬: ‫ْ ُي َِج‬ٚ‫َج ثٌ َّ ْغ ُؤ‬ْٕٙ ‫ثٌغَّجةِ ًِ َِِٓ ِدأ ْػٍَ َُ َػ‬. ‫ لَج َي‬: ْٟ ِٔ ْ‫َج ػ َْٓ فَأ ْخ ِذش‬ِٙ‫أ َِج َسثص‬, ‫ لَج َي‬: ْْ َ‫َج ثألَ َِز ُ صٍَِ َذ أ‬َٙ‫سدَّض‬,
ْ َ َ َ َ ْْ َ‫أ‬َٚ
ٜ‫ْ َْ ثٌ َّشج ِء ِسػَج َء ث ٌْ َؼجٌَ َز ث ٌْ ُؼ َشث َر ث ٌْ ُقفَجرَ صَ َش‬ٌَُٛٚ ‫َضَطَج‬٠ ْٟ ِ‫َج ِْ ف‬١ْٕ ُ‫ث ٌْذ‬, ُ‫ك ع‬ َ ٍََ‫ثَ ْٔط‬, ‫ش‬ ُ ‫ًّج فٍََ ِذ ْغ‬١ٍَِِ , َُّ ُ‫جي ع‬َ َ‫ ل‬: ‫َج‬٠ ‫ ُػ َّ ُش‬, ْٞ‫َِ ِٓ أَصَ ْذ ِس‬
‫ش ثٌغَّجةًِ؟‬ ُ ٍْ ُ‫ ل‬: ُ ‫ هللا‬َٚ ٌُُٗ ُْٛ‫أَ ْػٍَ ُُ َسع‬. ‫ لَج َي‬: ُ َِّٗٔ‫ ًُ فَئ‬٠ْ ‫ُ َؼٍِّ ُّ ُى ُْ أَصَج ُو ُْ ِؽذ ِْش‬٠ ُْ ‫َٕ ُى‬٠ْ ‫ ِد‬. ُٖ‫ث‬َٚ ‫ُِ ْغٍُِ َس‬

Arti Hadits:
Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah shallallahu „alaihi wa
sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang
sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas
perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera
duduk di hadapan Nabi shallallahu „alaihi wa sallam, lalu lututnya disandarkan
kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam, kemudian ia berkata :
“Hai,Muhammad!Beritahukan kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau
bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah,
dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat;
menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke
Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau
benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang
membenarkannya.Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang
Iman”.Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya;
kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang
baik dan yang buruk,” ia berkata,“Engkaubenar.”Dia bertanya lagi: “Beritahukan
kepadaku tentang ihsan”.
Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah
kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak
melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”Lelaki itu berkata lagi : “Beritahukan
kepadaku kapan terjadi Kiamat?”
Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.”
Dia pun bertanya lagi : “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!”
Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika
engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa)
serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan
4
megah yang menjulang tinggi.”
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya
kepadaku
“Wahai,Umar!Tahukahengkau,siapayangbertanyatadi?”Akumenjawab, ”Allah dan
RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang
mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim, no. 8]

Penjelasan hadits :
Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya
terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan.
Hadits ini mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua
makhluk Allah yang terpercaya, yaitu: Amiinussamaa‟ (kepercayaan makhluk di
langit/Jibril) dan Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah).
Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan kebersihan,
khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa.Siapa yang
menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang hadir butuh
untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka
wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar
peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya.Jika seseorang yang ditanya
tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya untuk berkata: “Saya tidak tahu“,
dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya.Kemungkinan malaikat tampil
dalam wujud manusia.Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya
pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan
kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan memperlakukan hambanya.Tidak
disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya sepanjang
tidak ada kebutuhan.Didalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada
yang mengetahuinya selain Allah ta‟ala.Didalamnya terdapat keterangan tentang
adab dan cara duduk dalam majlis ilmu.

3.Hadits Arba’in Nawawi ke-3( Rukun Islam )

َْٓ ‫ ػ‬ٟ‫هللا َػ ْذ ِذ ثٌشَّفْ َّ ِٓ َػ ْذ ِذ أَ ِد‬ ِ ‫ ث ٌْ َخطَّج‬َٟ ‫ػ‬


ِ ِٓ ‫ح ْد ِٓ ُػ َّ َش ْد‬ ِ ‫ ُ َّج هللا ُ َس‬ْٕٙ ‫ َلج َي َػ‬: ‫ْش‬ ِ ٍَّٝ‫ط‬
ُ ‫ْ َي َع ِّؼ‬ُٛ‫هللا َسع‬ َ ُ‫ ِٗ هللا‬١ْ ٍَ‫َػ‬
َُ ٍَّ‫ َع‬َٚ ‫ْ ُي‬ُٛ‫م‬٠َ : ٟ َ ِٕ ُ‫ ثْ ِإل ْعالَ َُ د‬ٍَٝ‫ظ َػ‬ٍ ّْ ‫ َخ‬: ‫ج َد ِر‬َٙ ‫أَ َّْ هللاُ إِلَّ إِ ٌَ َٗ لَ أَ ْْ َش‬َٚ ً‫ْ ُي ُِ َق َّّذث‬ُٛ‫هللا َسع‬
ِ َ‫إِلَ ِج‬َٚ ‫ظالَ ِر‬َّ ٌ‫ضَج ِء ث‬٠ْ ِ‫إ‬َٚ
ِ ١ْ ‫ْ َِ ث ٌْ َذ‬ٛ‫ط‬
‫ َف ِّؼ ثٌ َّض َوج ِر‬َٚ ‫ش‬ َ َٚ َْ‫ؼج‬ َ َِ ‫ث ُٖ ” َس‬َٚ ‫ َس‬ٞ‫جس‬ ِ ‫ ُِ ْغ ٍُِ ثٌذ َُخ‬َٚ “َْٓ ‫ ػ‬ٟ‫َػ ْذ ِذ ثٌشَّفْ َّ ِٓ َػ ْذ ِذ أَ ِد‬

Arti Hadits :

Dari Abu „Abdurrahman „Abdullah bin „Umar bin Al-Khattab radhiyallahu


„anhuma, ia mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam bersabda, “Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada
yang berhak disembah melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah
hamba dan utusan Allah; menunaikan shalat; menunaikan zakat; menunaikan
haji ke Baitullah; dan berpuasa Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Penjelasan Hadits

5
Di dalam hadits ini, Nabi shallallahu „alaihi wasallam menerangkan bahwa Islam
kedudukannya seperti sebuah bangunan yang menaungi dan melindungi orangnya
dari dalam dan luar, dan beliau shallallahu „alaihi wasallam menjelaskan
bahwasanya Islam itu dibangun di atas lima perkara: persaksian bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak untuk disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah
hamba dan utusan-Nya, menegakkan sholat,
mengeluarkan zakat, berpuasadibulanRamadhan, dan berhaji ke Mekkah, dan
berlalu pembicaraan atas semua rukun-rukun yang lima ini di dalam hadits „Umar
bin Al Khatthab sebelum ini, maka hendaklah merujuk kepadanya.

4. Hadits Arba’in Nawawi ke-4( Takdir Manusia telah di Tetapkan )

َْٓ ‫ ػ‬ٟ‫ْ ٍد د ِٓ هللاِ َػ ْذ ِذ ثٌشَّفْ َّ ِٓ َػ ْذ ِذ أَ ِد‬ُٛ‫ َِ ْغؼ‬َٟ ‫ػ‬ ِ ‫ لَج َي َػ ْٕٗ ُ هللاُ َس‬: ‫ْ ُي َف َّذعََٕج‬ُٛ‫ هللاِ َسع‬ٍٝ‫ٗ هللا ط‬١ٍ‫عٍُ ػ‬ٚ َٛ َُ٘ٚ
ُ ‫ق ثٌظَّج ِد‬
‫ق‬ ْ َ ْ
ُ ْٚ‫ ثٌ َّظْ ُذ‬: َّْ ِ‫ُؾْ َّ ُغ أ َف َذ ُو ُْ إ‬٠ ُ ُٗ‫ َخٍم‬ِٟ‫ط ِٓ ف‬ ْ َ‫َٓ أ ُ ِِِّٗ د‬١ْ ‫ْ ِج ً أَسْ دَ ِؼ‬َٛ٠ ،ً‫طفَز‬
ْ ُٔ َُّ ُ‫ْ ُْ ع‬ٛ‫َ ُى‬٠ ً‫ ِِ ْغ ًَ َػٍَمَز‬،‫ه‬ َ ٌِ‫عُ َُّ َر‬
ُْ ْٛ‫َ ُى‬٠ ً‫ ِِغ ًَ ُِؼْ َغز‬،‫ه‬ ْ َ ٌِ‫ُشْ َع ًُ عُ َُّ َر‬٠ ِٗ ١ْ ٌَِ‫ه إ‬ ْ َ َ
ُ ٍََّ ٌ‫َ ْٕفُ ُخ ث‬١َ‫ِٗ ف‬١ْ ِ‫ ف‬،‫ْ َؿ‬ٚ‫ ُْؤ َِ ُش ثٌش‬٠َٚ ‫ َوٍِ َّجسٍ ِدأسْ دَ ِغ‬: ِ‫أ َؽٍِ ِٗ ِس ْصلِ ِٗ ِد َىضْخ‬َٚ ٍَِِّٗ ‫ َػ‬َٚ
ِٟ‫ َشم‬َٚ ْٚ‫ْذ أ‬١‫ َع ِؼ‬. َٛ َ‫ هللاِ ف‬ٞ‫ ُشُٖ إٌََِٗ لَ ثٌ ِز‬١ْ ‫َ ْؼ َّ ًُ أَ َف َذ ُو ُْ إِ َّْ َغ‬١ٌَ ًِ َّ ‫ ث ٌْ َؾَّٕ ِز أَ ْ٘ ًِ ِد َؼ‬َّٝ‫ْ ُْ َِج َفض‬ٛ‫َ ُى‬٠ ُ َٕٗ١ْ َ‫َج د‬َٕٙ١ْ َ‫د‬َٚ َّ‫إِل‬
َ َّ
‫ك ِر َسثع‬ ُ ‫َ ْغ ِذ‬١َ‫ ِٗ ف‬١ْ ٍَ‫َ ْؼ َّ ًُ ث ٌْ ِىضَجحُ َػ‬١َ‫جس أَ ْ٘ ًِ ِد َؼ َّ ًِ ف‬ ِ ٌَّٕ‫ ث‬،‫َج‬ٍُٙ‫َ ْذ ُخ‬١َ‫إِ َّْ ف‬َٚ ُْ ‫َ ْؼ َّ ًُ أَ َف َذ ُو‬١ٌَ ًِ َّ ‫جس أَ ْ٘ ًِ ِد َؼ‬
ِ ٌَّٕ‫ ث‬َّٝ‫ْ ُْ َِج َفض‬ٛ‫َ ُى‬٠
ُ َٕٗ١ْ َ‫َج د‬َٕٙ١ْ َ‫د‬َٚ َّ‫ك ِر َسثع إِل‬ ْ َ ْ ُ
ُ ‫َ ْغ ِذ‬١َ‫ِٗ ف‬١ْ ٍَ‫َ ْؼ َّ ًُ ثٌ ِىضَجحُ َػ‬١َ‫َج ثٌ َؾَّٕ ِز أ ْ٘ ًِ ِد َؼ َّ ًِ ف‬ٍٙ‫َ ْذ ُخ‬١َ‫ف‬

Arti Hadits :

“Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas‟ud Radhiyallahu „Anhu beliau


berkata: Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam menyampaikan kepada kami
dan beliau adalah orang yang jujur dan terpercaya: Sesungguhnya setiap kalian
dikumpulkan penciptaannya diperut ibunya sebagai setetes mani selama empat
puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari,
kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus
kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan
untuk menetapkan empat perkara: menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan
kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya,
sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga
jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya
ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam
neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka
hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan
baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke
dalam surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Penjelasan Hadits :

Dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang proses penciptaan manusia di dalam
perut ibunya, dan penulisan ajal, rejeki, dan lain-lainnya. Abdullah bin Mas‟ud
berkata: Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam pernah bercerita kepada kami dan
beliau adalah orang yang jujur lagi terpercaya, yakni jujur dalam ucapannya,
terpercaya dalam menyampaikan apa yang telah diwahyukan kepadanya.
Abdullah bin Mas‟ud memberikan pendahuluan seperti ini, karena perkara ini
adalah di antara perkara ghaib yang tidak dapat diketahui kecuali dengan
6
perantaraan wahyu. Beliau shallallahu „alaihi wasallam bersabda, “Salah seorang
di antara kalian disempurnakan penciptaannya di dalam perut ibunya selama 40
hari. . . . dan seterusnya.”

5. Hadits Arba’in Nawawi ke-5 ( Semua Perbuatan Bid’ah Tertolak )

َْٓ ‫َٓ أ ُ َِّ ػ‬١ْ ِِِٕ ‫ ػَجةِ َشزَ هللاِ َػ ْذ ِذ أ ُ َِّ ث ٌْ ُّ ْؤ‬َٟ ‫ػ‬
ِ ‫َج هللاُ َس‬ْٕٙ ‫ش َػ‬
ْ ٌَ‫ لَج‬: ‫ْ ُي لَج َي‬ُٛ‫ ثًٌ َسع‬ٍٝ‫ٗ هللا ط‬١ٍ‫عٍُ ػ‬ٚ : ْٓ َِ ‫َط‬ َ ‫أَفْ ذ‬
ِٟ‫ْظ َِج َ٘ َزث أَ ِْ ِشَٔج ف‬ َ ١ٌَ ُ ْٕٗ ِِ َٛ َُٙ‫ َسد ف‬.[ٖ‫ث‬ٚ‫ س‬ٞ‫ِغٍُ ثٌذخجس‬ٚ ٟ‫ف‬ٚ ‫ز‬٠‫ث‬ٚ‫ ٌّغٍُ س‬: ْٓ َِ ًَ ِّ ‫ْظ َػ َّالً َػ‬ َ ١ٌَ ِٗ١ْ ٍَ‫أَ ِْ ُشَٔج َػ‬
َُٛ َٙ‫] َسد ف‬

Arti hadits :

“Dari Ummul Mu‟minin; Ummu Abdillah; „Aisyah Radhiyallahu „Anha dia


berkata: Rasulullah Shallallahu ‟Alaihi wa Sallam bersabda: “Siapa yang
mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan bagian darinya, maka
dia tertolak.” (Riwayat Bukhari dan Muslim), dalam riwayat Muslim disebutkan:
“Siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada contohnya dari kami, maka
dia tertolak.”

Penjelasan hadits :
Pokok amalan asalnya ada tuntunan, namun seseorang yang mengerjakannnya
menyelisihi ketentuan syariat, amalan tersebut tidak diterima. Sudah sesuai dengan
ketentuan pokok syariat dan caranya, namun jumlahnya berbeda dengan ketentuan,
maka amalan ini juga akan ditolak. Syarat diterimanya amalan itu ada dua yaitu ikhlas
dan ittiba’ (mengikuti tuntunan). Jika mengamalkan amalan yang tidak ada tuntunannya,
maka amalan tersebut marduddun (tertolak), tidak diterima disisi Allah SWT.

6. Hadits Arba’in ke-6 ( Dalil yang Halal dan yang Haram telah
Jelas)

َ‫َجس ل‬ِٙ‫ْ س ُِ ْشضَذ‬ُِٛ ُ ‫ُ َّج أ‬َٕٙ١ْ َ‫د‬َٚ ِّٓ١َ‫قشث ََ د‬


َ ٌَ‫إِ َّْ ث‬َٚ ِّٓ١َ‫ إِ َّْ ثٌ َقالَ َي د‬: ‫ْ ُي‬ُٛ‫َم‬٠ َُ ٍَّ‫ َع‬َٚ ِٗ ٌِ‫آ‬َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ هللاُ َػ‬ٍَّٝ‫ط‬ َ ِ‫ْ َي هللا‬ُٛ‫ْش َسع‬ُ ‫َع ِّؼ‬
َ ِٟ‫لَ َغ ف‬َٚ ‫س‬
َ‫ثٌق َش ِث‬ ِ ‫َج‬ُٙ‫ ثٌشذ‬ِٟ‫لَ َغ ف‬َٚ ْٓ َِ َٚ ِٗ ‫ػ‬ َ ِ ‫َج‬ُٙ‫ ثٌشذ‬َٝ‫جط فَ َّ ِٓ ثصَّم‬
ِ ْ‫ ِػش‬َٚ ِٗ ِٕ٠ْ ‫س فَمَ ِذ ث ْعضَ ْذ َشأ ٌِ ِذ‬ ِ ٌَّٕ‫ْش َِِٓ ث‬١ِ‫ َُّٓ َوغ‬ُّٙ ٍَ‫َ ْؼ‬٠
َ
ِٟ‫إِ َّْ ف‬َٚ ‫جس ُِٗ ُ أ َل‬ َ
ِ ‫ هللاِ َِ َق‬َّٝ ‫إِ َّْ ِف‬َٚ َ‫ أل‬ًّٝ ‫ه ِف‬ َ َ
ٍ ٍَِِ ًِّ ‫إِ َّْ ٌِ ُى‬ِٚ َّ ‫ْ ِٗ أل‬١ِ‫َشْ صَ َغ ف‬٠ ْْ ‫ه أ‬
ُ ‫ْ ِش‬ُٛ٠ َّٝ ‫ثٌق‬ِ ‫ْ َي‬ٛ‫ َف‬َٝ‫َشْ ػ‬٠ ٟ‫َوجٌشَّث ِػ‬
ٍُِ‫ ُِ ْغ‬َٚ ٞ‫جس‬ ْ َ
ِ ‫ثُٖ ثٌذُ َخ‬َٚ ‫ ثٌمٍَخُ – َس‬َٟ ِ٘ َٚ ‫َس َف َغ َذ ثٌ َؾ َغ ُذ ُوٍُٗ أ َل‬ ْ ‫إِ َرث فَ َغذ‬َٚ ٍُٗ‫ثٌؾ َغ ُذ ُو‬
َ ‫طٍ َـ‬ ُ َ ‫ش‬ ْ ‫طٍُ َق‬
َ ‫ثٌ َؾ َغ ِذ ُِؼْ َغزً إِ َرث‬
Arti Hadits :

Dari An-Nu‟man bin Basyir Radhiyallahu „Anhuma, beliau mengatakan, “Saya


mendengar Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam bersabda, „Sungguh yang
halal itu jelas, yang haram pun jelas. Dan diantara keduanya ada perkara yang
syubhat –perkara yang rancu– yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Maka
barangsiapa yang menghindari syubhat, maka berarti dia telah membebaskan
agama dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang terjatuh ke dalam perkara-
perkara syubhat, maka dia jatuh dalam perkara yang diharamkan oleh Allah
Subhanahu wa Ta‟ala. Seperti seorang gembala menggembalakan di sekitar tanah
larangan. Hampir saja dia masuk dalam tanah larangan itu. Dan sungguh setiap
Raja itu memiliki tanah larangan. Dan tanah larangan Allah Subhanahu wa Ta‟ala
adalah perkara-perkara yang diharamkanNya. Dan sungguh dijasad ini ada sekerat

7
daging yang jika dia baik maka seluruh anggota tubuh akan baik dan jika dia
rusak maka seluruh anggota tubuh akan rusak dan itu adalah hati.'” (HR. Al-
Bukhari dan Muslim)

Penjelasan Hadits:

Ada perkara-perkara yang jelas-jelas diperbolehkan. Ada perkara-perkara yang


jelas-jelas dilarang, dan ada perkara-perkara yang syubhat [samar], yakni tidak
jelas halal dan haramnya. Imam Nawawi berkata: “Segala sesuatu dibagi menjadi
tiga“ Karena itu banyak orang yang tidak mengetahuinya Hadits ini mendorong
pada perbuatan yang halal, menjauhi perbuatan yang haram dan meninggalkan
perkara-perkara syubhat. Mendorong agar senantiasa menjaga agama dan
kehormatan. Mendorong untuk tidak melakukan perkara yang memancing buruk
sangka dan menjerumuskan pada larangan. Seruan untuk meningkatkan
intelektualitas dan memperbaiki jiwa dari dalam, yakni dengan memperbaiki
hati.Menutup semua pintu yang mengarah pada berbagai hal yang dilarang, dan
melarang semua sarana yang mengarah pada perbuatan haram.

7. Hadits Arba’in Nawawi ke-7 ( Agama Adalah Nasihat )

ِ‫جي ِ َّلل‬
َ َ‫ لُ ٍَْٕج ٌِ َّ ْٓ ل‬-ً ‫ َقزُ – عَالَعج‬١‫ظ‬
ِ ٌَّٕ‫ُٓ ث‬٠ِّ‫ َعٍَّ َُ لَج َي ثٌذ‬َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫هللاُ َػ‬
َّ ٍَّٝ‫ط‬ َّ ِ‫ أَ َّْ ثٌَّٕذ‬ٞ
َ ٟ ٍ َْٚ‫ُ ْد ِٓ أ‬١ٍ ِّ َ‫َّزَ ص‬١َ‫ ُسل‬ِٟ‫ػ َْٓ أَد‬
ِ ‫ط ثٌ َّذ‬
ِّ ‫ثس‬
)ٍُ‫ثٖ ِغ‬ٚ‫ ُْ (س‬ِٙ ِ‫ػَج َِّض‬َٚ َٓ١ِّ ٍِ‫ ِألَةِ َّّ ِز ث ٌْ ُّ ْغ‬َٚ ِٗ ٌُِٛ‫ٌِ َشع‬َٚ ِٗ ِ‫ٌِ ِىضَجد‬َٚ

Arti Hadits :

Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari Radhiyallahu „Anhu, ia berkata
bahwa Nabi Shallallahu „Alaihi wa Sallam bersabda, “Agama adalah nasihat -
beliau mengulangnya tiga kali-.” Para Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah,
untuk siapa nasihat itu?” Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam mengatakan,
“Nasihat untuk Allah, kitab Allah, bagi Rasul Allah, para imam umat Islam dan
orang awam dari kalangan mereka.” (HR. Muslim)

Penjelasan Hadits :
Yang dimaksud dengan nasehat adalah menginginkan kebaikan untuk Allah,
untuk Rasulullah, untuk kitabullah, untuk para imam umat Islam dan juga untuk
para orang awam dari umat Islam. Atau yang lebih gamblang lagi seperti yang
disebutkan oleh Ibnu Shalah Rahimahullahu Ta‟ala bahwasanya yang dimaksud
dengan nasehat adalah melakukan kebaikan-kebaikan yang berhubungan dengan
objek nasehat kita. Dalam bahasa Arab nasehat artinya adalah membersihkan,
mensucikan atau memurnikan.
Jadi berdasarkan hadits ini, yang dimaksud dengan agama adalah nasehat adalah
kita melakukan kebaikan-kebaikan yang berhubungan dengan objek nasehat.
Yaitu lima hal yang disebutkan dalam hadits ini. Artinya adalah kita melakukan
kebaikan-kebaikan yang berhubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta‟ala,
melakukan kebaikan-kebaikan yang berhubungan dengan Rasulullah Shallallahu
„Alaihi wa Sallam, melakukan kebaikan-kebaikan yang berhubungan dengan
kitabullah, juga para imam umat Islam dan orang awam dari kalangan mereka.

8
8.Hadits Arba’in Nawawi ke-8 ( Perintah Memerangi Manusia yang Tidak
Melaksanakan Sholat dan Menunaikan Zakat )

ٍُ‫ ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍَّٝ‫ط‬ َ ِ‫ْ َي هللا‬ُٛ‫ُ َّج أَ َّْ َس ع‬ْٕٙ ‫ هللاُ َػ‬َٟ ‫ػ‬ ِ ‫لَج َي ػ َْٓ ث ْد ِٓ ُػ َّ َش َس‬: َّٝ‫ط َفض‬ َ ‫س أَ ْْ أ ُ لَج صِ ًَ ثٌَّٕج‬
ُ ْ‫أ ُ ِِش‬
ٌََِٗ‫ث أَ ْْ لَ إ‬ُٚ‫َذ‬ٙ‫َ ْش‬٠ ‫ه‬ َ ٌِ ‫ث َر‬ٍُٛ‫ فَئ ِ َرث فَ َؼ‬،َ‫ث ثٌ َّض وج َ ر‬ُٛ‫ ُْؤ ص‬٠ َٚ َ‫ظالَر‬ َّ ٌ‫ث ث‬ُّٛ ْ١ِ‫ُم‬٠ َٚ ،ِ‫ ُي هللا‬ْٛ ‫ أَ َّْ ُِ َق َّّذثً َس ُع‬َٚ ُ‫إِ لَّ هللا‬
‫ث‬ُّٛ ‫َظ‬َ ‫ ػ‬َٝ ٌ ‫ هللاِ صَ َؼج‬ٍَٝ‫ُ ُْ َػ‬ُٙ‫ ِف َغج د‬َٚ َِ َ‫ك ث ِإل ْعال‬ ِّ ‫ُ ُْ إِلَّ دِ َق‬ٙ‫ث ٌُـ‬َٛ ِْ َ‫ أ‬َٚ ُْ ُ٘ ‫ ِد َِج ُء‬ِِِّٟٕ
[ ٍُ‫ِغ‬ٚ ٞ‫ثٖ ثٌذخجس‬ٚ‫]س‬
Arti hadits :
Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma,sesungguhnya Rasulullah Shallallahu‟alaihi
wasallam bersabda :“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka
bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah
Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka melakukan hal itu
maka darah dan harta mereka akan dilindungi kecuali dengan hak Islam dan
perhitungan mereka ada pada Allah Subhanahu wata‟ala”.(Riwayat Bukhari dan
Muslim)
Penjelasan Hadits :
Hadits ini secara praktis dialami zaman kekhalifahan Abu Bakar As-Shiddiq,
sejumlah rakyatnya ada yang kembali kafir. Maka Abu Bakar bertekad memerangi
mereka termasuk di antaranya mereka yang menolak membayar zakat. Maka
Umar bin Khattab menegurnya seraya berkata : “ Bagaimana kamu akan
memerangi mereka yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah sedangkan Rasulullah
telah bersabda : Aku diperintahkan…..(seperti hadits diatas)” . Maka berkatalah
Abu Bakar : “Sesungguhnya zakat adalah haknya harta”, hingga akhirnya Umar
menerima dan ikut bersamanya memerangi mereka. Dalam hadits dijelaskan
diperbolehkannya membunuh orang yang mengingkari shalat dan memerangi
mereka yang menolak membayar zakat.
9.Hadits Arba’in Nawawi ke-9 ( Melaksanakan Perintah Sesuai dengan
Kemampuan)
‫ َِج‬: ‫ْ ُي‬ُٛ‫َم‬٠ َُ ٍَّ‫ َع‬َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ هللاُ َػ‬ٍَّٝ‫ط‬ َ ‫هللا‬ ِ ‫ْ َي‬ُٛ‫ْش َسع‬ ُ ‫ َع ِّؼ‬: ‫ هللاُ َػ ُْٕٗ لَج َي‬َٟ ‫ػ‬ َ ِٓ ‫ َشرَ َػ ْذ ِذ ثٌشَّفْ َّ ِٓ ْد‬٠ْ ‫ ُ٘ َش‬ٟ‫ػ َْٓ أَ ِد‬
ِ ‫ط ْخ ٍش َس‬
ْ
ُْ ِٙ ٍِ ‫َٓ َِ ْٓ لَ ْذٍَ ُى ُْ َو ْغ َشرُ َِ َغج ِة‬٠ْ ‫ فَئِٔ َّ َّج أَ ٍَْ٘هَ ثٌَّ ِز‬،ُْ ُ‫ث ِِ ُْٕٗ َِج ث ْعضَطَ ْؼض‬ُٛ‫ َِج أَ َِشْ صُ ُى ُْ دِ ِٗ فَأص‬َٚ ،ُٖ ُْٛ‫ض ُ ُى ُْ َػُْٕٗ فَج ْؽضَ ِٕذ‬١ْ ََٙٔ
ِ ‫ثُٖ ثٌذُ َخ‬َٚ ‫ َس‬. ُْ ِٙ ِ‫َجة‬١‫ أَ ْٔ ِذ‬ٍَٝ‫ُ ُْ َػ‬ُٙ‫ثخ ِضالَف‬
ٍُِ ‫ ُِ ْغ‬َٚ ٞ‫جس‬ ْ َٚ

Dari Abu Hurairah „Abdurrahman bin Shakr radhiyallahu „anhu, ia berkata, “Aku
telah mendengar Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallambersabda, “Apa saja
yang aku larang, maka jauhilah. Dan apa saja yang aku perintahkan, maka
kerjakanlah semampu kalian. Sesungguhnya yang telah membinasakan orang-
orang sebelum kalian adalah banyak bertanya dan menyelisihi perintah nabi-nabi
mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 7288 dan Muslim, no.
1337]

9
Penjelasan Hadits :

Hadits ini menerangkan bahwa secara formal bahwa setiap perintah agama
tidaklah wajib dilaksanakan berulang-ulang, bahwa pada asalnya tidak ada
kewajiban melaksanakan ibadah sampai datang keterangan agama. Sebenarnya
apa yang diperintahkan oleh Allah swt adalah wajib dan bila mana ditinggalkan
maka akan mendapat dosa tetapi hal ini diringankan dengan mengerjakan semua
yang di perintahkan sesuai dengan batas kekuatan kita, akan tetapi segala sesuatu
yang dilarang haruslah dijauhi dan jangan dilakukan.

10.Hadits Arba’in Nawawi ke-10 ( Makan dari Rizki yang Halal )

َّْ ِ ‫إ‬َٚ ،ً‫ِّذج‬١َ‫َمْذَ ًُ إِلَّ ؽ‬٠ َ‫ِّخ ل‬١َ‫ إِ َّْ هللاَ ؽ‬:َُ ٍَّ‫ َع‬َٚ ِٗ ْ١ٍَ‫ هللاُ َػ‬ٍَّٝ‫ط‬ َ ِ‫ْ ُي هللا‬ُٛ‫جي َسع‬ َ َ‫ ل‬:‫ هللاُ َػُْٕٗ لَج َي‬َٟ ‫ػ‬ ِ ‫ َشرَ َس‬٠ْ ‫ ُ٘ َش‬ِٟ‫ػ َْٓ أَد‬
ٌَٝ‫جي صَ َؼج‬ َ َ‫ل‬َٚ }‫طجٌِقً ج‬ َ ‫ث‬ٍَُّٛ ‫ث ْػ‬َٚ ‫س‬ ِ ‫ِّذَج‬١َّ‫ْ ث َِِٓ ثٌط‬ٍُٛ‫َج ثٌش ُع ًُ ُو‬ٙ٠َ‫َج أ‬٠{ ‫َٓ فَمَج َي‬١ْ ٍِ‫َْٓ دِ َّج أَ َِ َش دِ ِٗ ثٌ ُّشْ َع‬١ِِِٕ ‫هللاَ أَ َِ َش ثٌ ُّ ْؤ‬
ٌَِٝ‫ِٗ إ‬٠ْ ‫َ َذ‬٠ ‫َ ُّذ‬٠ ‫ظ أَ ْغذَ َش‬ َ ‫ ًُ ثٌ َّغفَ َش أَ ْش َؼ‬١ْ ‫ُ ِط‬٠ ًَُ ‫ِّذَجسِ َِج َس َص ْلَٕج ُو ُْ} عُ َُّ َر َو َش ثٌ َّشؽ‬١َ‫ث ِِ ْٓ ؽ‬ٍُٛ‫ث ُو‬َُِٕٛ ‫َٓ آ‬٠ْ ‫َج ثٌ ِّز‬ٙ٠َ‫َج أ‬٠{
.ٍُِ‫ثُٖ ُِ ْغ‬َٚ ‫ َس‬.ٌَُٗ ُ‫ُ ْغضَ َؾجح‬٠ ََّٝٔ‫ دِجٌ َق َش ِثَ فَأ‬ٞ َ ‫ ُغ ِز‬َٚ َ‫غُٗ َف َشث‬ ْ َِ َٚ ، ِّ‫َج َسح‬٠ ِّ‫َج َسح‬٠ :‫ثٌ َّغ َّج ِء‬
ُ َ‫ َِ ٍْذ‬َٛ ِ‫ط َؼ ُُّٗ َف َشث‬

Arti Hadits :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu „alaihi


wa sallam bersabda, „Sesungguhnya Allah Ta‟ala itu baik (thayyib), tidak
menerima kecuali yang baik (thayyib). Dan sesungguhnya Allah memerintahkan
kepada kaum mukminin seperti apa yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah
Ta‟ala berfirman, „Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan
kerjakanlah amal shalih.‟ (QS. Al-Mu‟minun: 51). Dan Allah Ta‟ala berfirman,
„Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami
berikan kepadamu.‟ (QS. Al-Baqarah: 172). Kemudian Rasulullah shallallahu
„alaihi wa sallam menyebutkan seseorang yang lama bepergian; rambutnya kusut,
berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit, lantas berkata, „Wahai
Rabbku, wahai Rabbku.‟ Padahal makanannya haram, minumannya haram,
pakaiannya haram, dan ia dikenyangkan dari yang haram, bagaimana mungkin
doanya bisa terkabul.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 1015]

Penjelasan Hadits :

Allah swt senantiasa memerintahkan kepada para hamba-Nya baik dari kalangan
para Rasul atau umatnya untuk makan dari makanan yang baik dan
mensyukurinya. Karena jika masyarakat senantiasa membiasakan mengkonsumsi
yang halal, maka akan tercipta kasih sayang, tidak ada dendam, iri, saling tipu,
atau bahkan mencuri. Sehingga masyarakat hidup dalam situasi yang aman dan
sentosa.

11. Hadits Arba’in Nawawi ke-11 ( Tinggalkan Keraguan )

10
ِ ‫ َْقجَٔ ِض ِٗ َس‬٠‫ َس‬َٚ َُ ٍَّ‫ َع‬َٚ ِٗ ْ١ٍَ‫ هللاُ َػ‬ٍَّٝ‫ط‬
‫ ُ َّج‬ْٕٙ ‫ هللا َػ‬َٟ ‫ػ‬ ِ ‫ ِي‬ْٛ ‫خ ِع ْذ ِؾ َس ُع‬
َ ‫هللا‬ ٍ ٌِ ‫ ؽَج‬ٟ‫ ْد ِٓ أ ِد‬ٍِٟ ‫ ُِ َق َّّ ٍذ ث ٌْ َق َغُٓ دُْٓ َػ‬ٟ‫ػ َْٓ أَ ِد‬
.‫ه‬ َ ُ‫ذ‬٠ْ ‫ ِش‬٠َ ‫ َعٍَّ َُ؛ َد ْع َِج‬َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ هللاُ َػ‬ٍَّٝ‫ط‬
َ ُ‫ذ‬٠ْ ‫ ِش‬٠َ َ‫ َِج ل‬ٌَِٝ‫ه إ‬ ِ ‫ْ ِي‬ُٛ‫ش ِِ ْٓ َسع‬
َ ‫هللا‬ ُ ‫ظ‬ ْ ‫ َف ِف‬: ‫جي‬
َ َ‫ل‬

[‫ـ‬١‫ظ فغٓ طق‬٠‫ فذ‬: ‫لجي‬ٚ ٞ‫ثٖ ثٌضشِز‬ٚ‫[س‬

Arti Hadits :
Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah
Shallallahu‟alaihi wasallam dan kesayangannya dia berkata : Saya menghafal dari
Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam (sabdanya): Tinggalkanlah apa yang
meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu.
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata: Haditsnya hasan shoheh)
Penjelasan Hadits :
Meninggalkan syubhat dan mengambil yang halal akan melahirkan sikap wara‟.
Keluar dari ikhtilaf ulama lebih utama karena hal tersebut lebih terhindar dari
perbuatan syubhat, khususnya jika diantara pendapat mereka tidak ada yang dapat
dikuatkan. Jika keraguan bertentangan dengan keyakinan maka keyakinan yang
diambil. Sebuah perkara harus jelas berdasarkan keyakinan dan ketenangan. Tidak
ada harganya keraguan dan kebimbangan. Berhati-hati dari sikap meremehkan
terhadap urusan agama dan masalah bid‟ah. Siapa yang membiasakan perkara
syubhat maka dia akan berani melakukan perbuatan yang haram.
Hadits ini merupakan jawami‟ul kalim (ucapan yang singkat dan padat). Sebuah
ungkapan yang pendek namun mengandung kaidah yang penting dalam Islam.
Dasar tersebut adalah meninggalkan syubhat [keraguan] dan memilih yang halal
dan diyakini. Ibnu Hajar al-Haitamy berkata, “Hadits in i merupakan kaidah yang
sangat penting dan dasar dari sikap wara‟ yang merupakan poros dari ketakwaan,
juga penyelamat dari keraguan dan ketidakjelasan yang menghalangi cahaya
keyakinan.”

12. Hadits Arbain Nawawi ke-12 ( Meninggalkan yang Tidak Bermanfaat )

‫ ” ِِ ْٓ ُف ْغ ِٓ إِ ْعالَ َِ ثٌ َّشْ ِء صَشْ ُوُٗ َِج‬:َُ ٍَّ‫ َع‬َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ هللاُ َػ‬ٍَّٝ‫ط‬
َ ِ‫ْ ُي هللا‬ُٛ‫جي َسع‬ َ َ‫ ل‬،ُْٕٗ ‫ هللاُ َػ‬َٟ ‫ػ‬
َ َ‫ ل‬:‫جي‬ ِ ‫ َشرَ َس‬٠ْ ‫ ُ٘ َش‬ٟ‫ػ َْٓ أَ ِد‬
‫ ُشُٖ َ٘ َى َزث‬١ْ ‫ َغ‬َٚ ٞ‫ثُٖ ثٌضِّشْ ِِ ِز‬َٚ ‫ْظ َف َغٓ َس‬٠‫ ِٗ ” َف ِذ‬١ْ ِٕ‫َ ْؼ‬٠ َ‫ل‬

Arti Hadits:

Dari Abu Hurairah r.a ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu „alaihi wa


sallam bersabda, “Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal
yang tidak bermanfaat.” (Hadits Hasan, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan
lainnya semisal itu pula). [HR. Tirmidzi, no. 2317; Ibnu Majah, no. 3976. Syaikh
Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih].

Penjelasan Hadits

Hadits ini mengandung makna bahwa di antara kebaikan Islam seseorang adalah
meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baik berupa perkataan atau perbuatan.
(Hadits yang ada di hadapan kita ini merupakan salah satu dasar pokok bidang
11
akhlak dalam agama Islam. Imam Ibnu Abi Zaid al-Qairawany menerangkan,
“Adab-adab kebaikan terhimpun dan bersumber dari 4 hadits: hadits “Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya berkata baik atau
diam”, hadits “Salah satu pertanda kebaikan Islam seseorang, jika ia
meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya”, hadits “Janganlah
engkau marah”, dan hadits “Seorang mu‟min mencintai kebaikan untuk
saudaranya, sebagaimana ia mencintai kebaikan tersebut bagi dirinya
sendiri” (Jami‟al-UlumwaAl-Hikam,hal208).

13.Hadits Arbain Nawawi ke-13( Mencintai Milik Orang Lain seperti


Mencintai Milik Sendiri)

ٕٗ‫ هللا ػ‬ٟ‫ فّضر أٔظ دٓ ِجٌه سػ‬ٟ‫عٍُ لجي–ػٓ أد‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي ثٌٗ ط‬ٛ‫ " خجدَ سع‬ٝ‫ؤِٓ أفذوُ فض‬٠ ‫ل‬
ٗ‫قخ ٌٕفغ‬٠ ‫ٗ ِج‬١‫قخ ألخ‬٠

Arti Hadits:
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiyallahu anhu, pelayan Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa Sallam, dari Nabi Shalallahu „alaihi wasallam, beliau
bersabda: “Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai milik
saudaranya (sesama muslim) seperti ia mencintai miliknya sendiri”.
[Bukhari no. 13, Muslim no. 45]

Penjelasan:
Bahwa seseorang imannya tidak sempurna sampai ia mencintai kebaikan untuk
saudaranya sesama muslim seperti mencintai kebaikan untuk dirinya sendiri. Hal
tersebut dapat dilaksanakan dengan melakukan sesuatu hal yang baik bagi diriya,
misalnya tidak berdesak-desakkan di tempat ramai atau tidak mau mengurangi
kenikmatan yang menjadi milik orang lain. Hal-hal semacam itu sebenarnya
gampang dilakukan oleh orang yang berhati baik, tetapi sulit dilakukan orang
yang berhati jahat. Sebagian ulama berpendapat : “Hadits ini mengandung makna
bahwa seorang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu tubuh. Oleh karena
itu, ia harus mencintai saudaranya sendiri sebagai tanda bahwa dua orang itu
menyatu”.

14. Hadits Arba’in Nawawi ke-14( Larangan Berzina, Membunuh dan


Murtad )

‫ هللا ػٕٗ لجي‬ٟ‫د سػ‬ٛ‫ثدٓ ِغؼ‬: ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ط‬ٛ‫ذ أْ ل إٌٗ "لجي سع‬ٙ‫ش‬٠ ٍُ‫قً د َُ ثِشا ِغ‬٠ ‫ل‬
‫ عالط‬ٜ‫ي هللا إل دئفذ‬ٛ‫ سع‬ٟٔ‫أ‬ٚ ‫إل هللا‬: ٟٔ‫خ ثٌضث‬١‫ثٌغ‬, ‫ثٌٕفظ دجٌٕفظ‬ٚ, ‫ٕٗ ثٌّفجسق ٌٍؾّجػز‬٠‫ثٌضجسن ٌذ‬ٚ

Arti Hadits:
Ibnu Mas‟ud radhiyallahu anhu, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu „alaihi wa
Sallam bersabda : „Tidak halal darah seorang muslim kecuali Karena salah satu di

12
antara tiga perkara : orang yang telah kawin berzina, jiwa dengan jiwa, dan orang
yang meninggalkan agamanya yaitu merusak jama‟ah‟ “.[Bukhari no. 6878,
Muslim no. 1676]

Penjelasan Hadits:
Seorang muslim tidak boleh dengan sengaja dibunuh terkecuali karena dia
melakukan salah satu dari tiga hal di atas.Sebagian ulama menjadikan Hadits ini
sebagai dalil bahwa orang yang meninggalkan shalat boleh dibunuh, karena
perbuatannya itu termasuk salah satu dari tiga perbuatan di atas. Dipahami bahwa
perintah memerangi ini berlaku bagi semua yang melanggar apa yang disebutkan.
Pemahaman seperti ini dianggap lemah Karena tidak membedakan antara
memerangi dan membunuh, sedangkan memerangi berarti tindakan dua pihak
yang saling membunuh. Kewajiban memerangi orang yang meninggalkan shalat
tidak dengan sendirinya menyatakan kewajiban membunuh selama orang itu tidak
memerangi kita.
15. Hadits Arba’in Nawawi ke-15 (Berkata Baik atau Lebih Baik Diam Serta
Memuliakan Tamu)

‫عٍُ لجي‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ط‬ٛ‫ هللا ػٕٗ أْ سع‬ٟ‫شر سػ‬٠‫ ٘ش‬ٟ‫ػٓ أد‬: ‫َ ثلخش‬ٛ١ٌ‫ث‬ٚ ‫ؤِٓ دجلل‬٠ ْ‫ِٓ وج‬
‫ظّش‬١ٌ ٚ‫شثً أ‬١‫مً خ‬١ٍ‫ف‬, ٖ‫ىشَ ؽجس‬١ٍ‫َ ثلخش ف‬ٛ١ٌ‫ث‬ٚ ‫َ دجلل‬ٛ٠ ْ‫ِٓ وج‬ٚ, ‫َ ثلخش‬ٛ١ٌ‫ث‬ٚ ‫ؤِٓ دجلل‬٠ ْ‫ِٓ وج‬ٚ
ٗ‫ف‬١‫ىشَ ػ‬١ٍ‫ف‬

Arti Hadits:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu


„alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga
dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia
memuliakan tamunya”.[Bukharino. 6018, Muslim no. 47]

Penjelasan:
Manusia hidup di dunia ini berbaur dengan manusia lain. Satu dengan lain terjalin
berbagai hubungan, dan saling membutuhkan. Islam berusaha agar hubungan
tersebut terjalin dengan baik dan benar. Ini akan terealisasi ketika antara satu
dengan lainnya saling menghormati, dan komitmen terhadap adab pergaulan.
Termasuk dalam adab tersebut adalah perkataan yang baik, menghormati
tetangga, menjamu tamu dengan baik.Membatasi diri untuk berkata yang baik
adalah di antara tanda kesempurnaan iman seseorang. Menjelaskan kepada kita
bahwa di antara tanda kesempurnaan iman seseorang adalah membatasi diri
berbicara yang bermanfaat baginya, baik yang berurusan dengan urusan dunia
maupun akhirat, dan hal-hal yang membawa manfaat bagi masyarakatnya.
Seorang muslim tidak akan bicara seputar hal-hal yang bisa membuat rasa sakit
dan mengarah pada kerusakan. Karena hal tersebut akan mendapat kemarahan dan
kebencian dari Allah swt.

13
16. Hadits Arba’in Nawawi ke-16( Jangan Mudah Marah )

‫عن أبي ىسيسة زضي هللا عنو أن زجال قال للنبي صلى هللا عل و ومل‬: ‫أوصني قال‬: " ‫فسدد "ال تغضب‬
‫ ِمسازا‬, ‫قال‬: ‫ال تغضب‬

Arti Hadits:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa ada seorang laki-laki berkata
kepada Nabi Shallallahu „alaihi wa Sallam: “Berilah wasiat kepadaku”. Sabda
Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam : “Janganlah engkau mudah marah”. Maka
diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda beliau : “Janganlah engkau
mudah marah”.[Bukhari no. 6116]

Penjelasan:

Dalam hadits ini dijelaskan bahwasanya setiap orang harus bisa mengendalikan
amarahnya. 0rang yang marah menyimpang dari keadaan normal, berkata yang
bathil, berbuat yangtercela, menginginkan kedengkian, perseteruan dan perbuatan-
perbuatan tercela. Semua itu adalah akibat dari rasa marah.

17. Hadits Arba'in ke-17 (BERBUAT BAIK DALAM SEGALA URUSAN)

‫عن أبي يعلى شداد بن أوس زضي هللا عنو عن زمول هللا صلى هللا عل و ومل قال‬: " ‫إن هللا كتب‬
‫اإلحسان على كل شيء‬, ‫فإذا قتلت فأحسنوا القتلت‬, ‫وإذا ذبحت فأحسنوا الربحت ول حد أحدك شفستو‬
‫زواه مسل "ول سح ذب حتو‬

Arti Hadits:

Dari Abu Ya'la, Syaddad bin Aus radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah Shallallahu
„alaihi wa Sallam beliau telah bersabda : “ Sesungguhnya Allah mewajibkan
berlaku baik pada segala hal, maka jika kamu membunuh hendaklah membunuh
dengan cara yang baik dan jika kamu menyembelih maka sembelihlah dengan
cara yang baik dan hendaklah menajamkan pisau dan menyenangkan hewan yang
disembelihnya”. [Muslim no. 1955]

Penjelasan

Hadits ini termasuk salah satu Hadits yang mengandung berbagai macam prinsip
atau kaidah. Membunuh dengan cara yang baik itu ialah membunuh tanpa sedikit
pun unsur penganiayaan atau penyiksaan. Menyembelih dengan cara yang baik
yaitu menyembelih hewan dengan lemah lembut, tidak merebahkannya ketanah
dengan keras dan juga tidak menyeretnya, menghadapkannya ke kiblat, membaca
basmalah dan hamdalah, memotong urat nadi lehernya dan membiarkannya
sampai mati baru dikuliti, mengakui nikmat dan mensyukuri pemberian Allah,
karena Allah telah menundukkannya kepada kita, padahal Dia berkuasa untuk

14
menjadikannya sebagai musuh kita dan telah menghalalkan dagingnya untuk kita,
padahal Dia berkuasa untuk mengharamkannya.

18. Hadits Arba'in Nawawi ke-18 (SETELAH MELAKUKAN DOSA,


SEGERA LAKUKAN KEBAIKAN)

ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ط‬ٛ‫ّج ػٓ سع‬ٕٙ‫ هللا ػ‬ٟ‫ ػذذثٌشفّٓ ِؼجر دٓ ؽذً سػ‬ٟ‫أد‬ٚ ‫ رس ؽٕذح دٓ ؽٕجدر‬ٟ‫ػٓ أد‬
‫عٍُ لجي‬ٚ" ‫غّج وٕش‬١‫ثصك هللا ف‬, ٓ‫خجٌك ثٌٕجط دخٍك فغ‬ٚ ‫ج‬ٙ‫تز ثٌقغٕز صّق‬١‫أصذغ ثٌغ‬ٚ" ٞ‫ثٖ ثٌضشِز‬ٚ‫س‬,
‫لجي‬ٚ: ‫ دؼغ ثٌٕغخ‬ٟ‫ف‬ٚ ٓ‫ظ فغ‬٠‫فذ‬: ‫ـ‬١‫فغٓ طق‬

Arti Hadits:

Dari Abu Dzar, Jundub bin Junadah dan Abu „Abdurrahman, Mu‟adz bin Jabal
radhiyallahu 'anhuma, dari Rasulullah Shallallahu „alaihi wa Sallam, beliau
bersabda : “Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan susullah
sesuatu perbuatan dosa dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan
bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik”. (HR. Tirmidzi, ia telah
berkata : Hadits ini hasan, pada lafazh lain derajatnya hasan shahih)[Tirmidzi no.
1987]

Penjelasan:

Bergaullah dengan manusia dengan cara-cara yang kamu merasa senang bila
diperlakukan oleh mereka dengan cara seperti itu. Ketahuilah bahwa yang paling
berat timbangannya di akhirat kelak adalah akhlaq yang baik. Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa Sallam bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling aku
cintai di antara kamu dan yang paling dekat kepadaku posisinya pada hari kiamat
adalah orang yang paling baik akhlaqnya diantara kamu”.Akhlaq yang baik adalah
sifat para nabi, para rasul dan orang-orang mukmin pilihan. Perbuatan buruk
hendaklah tidak di balas dengan keburukan, tetapi dimaafkan dan diampuni serta
dibalas dengan kebaikan.

19.Hadits Arba'in Nawawi ke-19 (WASIAT RASULULLAH KEPADA IBNU


'ABBAS, MINTA TOLONG DAN BERLINDUNG PADA ALLAH)

‫ِج ً فمجي‬ٛ٠ ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ ط‬ٟ‫ هللا ػٕٗ لجي وٕش خٍف ثٌٕذ‬ٟ‫ ثٌؼذجط ػذذهللا دٓ ػذجط سػ‬ٟ‫ج "ػٓ أد‬٠
َ‫غال‬, ‫ أػٍّه وٍّجس‬ٟٔ‫إ‬: ‫قفظه‬٠ ‫ثففظ هللا‬, ‫ثففظ هللا صؾذٖ صؾج٘ه‬, ‫إرث ثعضؼٕش‬ٚ ‫إرث عأٌش فجعأي هللا‬
‫فجعضؼٓ دجلل‬, ‫ء لذ وضذٗ هللا ٌه‬ٟ‫ن إل دش‬ٛ‫ٕفؼ‬٠ ٌُ ‫ء‬ٟ‫ن دش‬ٛ‫ٕفؼ‬٠ ْ‫ أ‬ٍٝ‫ ثؽضّؼش ػ‬ٌٛ ‫ثػٍُ أْ ثألِز‬ٚ , ْ‫إ‬ٚ
‫ه‬١ٍ‫ء لذ وضذٗ هللا ػ‬ٟ‫ن إل دش‬ٚ‫ؼش‬٠ ٌُ ‫ء‬ٟ‫ن دش‬ٚ‫ؼش‬٠ ْ‫ أ‬ٍٝ‫ث ػ‬ٛ‫ثؽضّؼ‬, ‫ؽفش ثٌظقف‬ٚ َ‫"سفؼش ثأللال‬
‫لجي‬ٚ ٞ‫ثٖ ثٌضشِز‬ٚ‫س‬: ٞ‫ش ثٌضشِز‬١‫ز غ‬٠‫ث‬ٚ‫ س‬ٟ‫ف‬ٚ ‫ـ‬١‫ظ فغٓ طق‬٠‫فذ‬: ‫ثففظ هللا صؾذٖ أِجِه‬, ‫ هللا‬ٌٝ‫صؼشف إ‬
‫ ثٌشذر‬ٟ‫ؼشفه ف‬٠ ‫ ثٌشخجء‬ٟ‫ف‬, ‫خطته‬١ٌ ٓ‫ى‬٠ ‫ِج أطجده ٌه‬ٚ ‫ذه‬١‫ظ‬١ٌ ٓ‫ى‬٠ ٌُ ‫ثػٍُ أْ ِج أخطأن‬ٚ, ْ‫ثػٍُ أ‬ٚ
‫ثٌٕظش ِغ ثٌظذش‬, ‫أْ ثٌفشػ ِغ ثٌىشح‬ٚ, ً‫غشث‬٠ ‫أْ ِغ ثٌؼغش‬ٚ

Arti Hadits:

15
Dari Abu Al „Abbas, „Abdullah bin „Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata : Pada
suatu hari saya pernah berada di belakang Nabi Shallallahu „alaihi wa Sallam,
beliau bersabda : "Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa
kalimat : Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjaga kamu. Jagalah Allah, niscaya
kamu akan mendapati Dia di hadapanmu. Jika kamu minta, mintalah kepada
Allah. Jika kamu minta tolong, mintalah tolong juga kepada Allah. Ketahuilah,
sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu
keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang sudah
Allah tetapkan untuk dirimu. Sekiranya mereka pun berkumpul untuk melakukan
sesuatu yang membahayakan kamu, niscaya tidak akan membahayakan kamu
kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Segenap pena telah diangkat
dan lembaran-lembaran telah kering." (HR. Tirmidzi, ia telah berkata : Hadits ini
hasan, pada lafazh lain hasan shahih. Dalam riwayat selain Tirmidzi : “Hendaklah
kamu selalu mengingat Allah, pasti kamu mendapati-Nya di hadapanmu.
Hendaklah kamu mengingat Allah di waktu lapang (senang), niscaya Allah akan
mengingat kamu di waktu sempit (susah). Ketahuilah bahwa apa yang semestinya
tidak menimpa kamu, tidak akan menimpamu, dan apa yang semestinya
menimpamu tidak akan terhindar darimu. Ketahuilah sesungguhnya kemenangan
menyertai kesabaran dan sesungguhnya kesenangan menyertai kesusahan dan
kesulitan”)

[Tirmidzi no. 2516]

Penjelasan:

Hendaklah beramal karena-Nya dengan penuh ketaatan sehingga Allah tidak


memandangmu sebagai orang yang menyalahi perintah-Nya, niscaya kamu akan
mendapati Allah menjadi penolongmu di saat situasi sulit. Jika kamu minta,
mintalah kepada Allah. Jika kamu minta tolong, mintalah tolong juga kepada
Allah. Memberikan petunjuk supaya bertawakkal kepada Allah, tidak bertuhan
kepada selain-Nya, tidak menggantungkan nasibnya kepada siapa pun baik sedikit
ataupun banyak.Berapa besar ketergantungan seseorang kepada selain Allah baik
dalam hatinya maupun dalam angan-angannya, maka sebesar itu pula ia telah
menjauhkan diri dari Allah untuk bergantung kepada sesuatu yang tidak kuasa
memberinya manfaat atau kerugian. Begitu juga takut kepada selain Allah.

20.Hadits Arba'in Nawawi ke-20 (ANJURAN MEMILIKI RASA MALU)

ٞ‫ ثٌذذس‬ٞ‫ ثألٔظجس‬ٚ‫د ػمذز دٓ ػّش‬ٛ‫ ِغؼ‬ٟ‫ هللا ػٕٗ لجي –ػٓ أد‬ٟ‫سػ‬: ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ط‬ٛ‫لجي سع‬
ٍُ‫ع‬ٚ" ٌٝٚ‫ر ثأل‬ٛ‫إْ ِج أدسن ثٌٕجط ِٓ والَ ثٌٕذ‬, ‫ " إرث ٌُ صغضـ فجطٕغ ِج شتش‬ٞ‫ثٖ ثٌذخجس‬ٚ‫س‬

Arti Hadits:

16
Dari Abu Mas'ud, „Uqbah bin „Amr Al Anshari Al Badri radhiyallahu anhu, ia
berkata : Rasulullah Shallallahu „alaihi wa Sallam telah bersabda : "Sesungguhnya
diantara yang didapat manusia dari kalimat kenabian yang pertama ialah : Jika
engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu." (HR. Bukhari)

Penjelasan:

Bahwa rasa malu selalu terpuji dan dipandang baik, selalu diperintahkan oleh
setiap nabi dan tidak pernah dihapuskan dari syari‟at para nabi sejak dahulu.
Maksud malu di sini adalah malu yang dapat menjauhkan dirinya dari perbuatan
keji dan mendorongnya berbuat kebajikan. Demikian juga bila malu dapat
mendorong seseorang meninggalkan perbuatan keji kemudian melakukan
perbuatan-perbuatan baik, maka malu semacam ini sederajat dengan iman karena
kesamaan pengaruhnya

21. Hadits Arba'in Nawawi ke-21(ISTIQOMAH)

ً١‫ل‬ٚ ٚ‫ ػّش‬ٟ‫ػٓ أد‬: ٕٗ‫ هللا ػ‬ٟ‫ سػ‬ٟ‫جْ دٓ ػذذهللا ثٌغمف‬١‫ ػّشر عف‬ٟ‫لجي –أد‬: ‫ي هللا‬ٛ‫ج سع‬٠, ٟ‫ ف‬ٌٟ ً‫ل‬
‫شن‬١‫لً ل أعأي ػٕٗ أفذثً غ‬ٛ‫ثإلعالَ ل‬, ‫ثٖ ِغٍُ "لً إِٓش دجلل عُ ثعضمُ "لجي‬ٚ‫س‬

Arti Hadits:
Dari Abu „Amrah Sufyan bin „Abdullah radhiyallahu anhu, ia berkata : " Aku
telah berkata : „Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku tentang Islam, suatu
perkataan yang aku tak akan dapat menanyakannya kepada seorang pun kecuali
kepadamu‟. Bersabdalah Rasululloh Shallallahu „alaihi wa Sallam : „Katakanlah :
Aku telah beriman kepada Allah, kemudian beristiqamalah kamu‟ “.[Muslim no.
38]

Penjelasan:

Seseorang dikatakan istiqomah apabila hatinya serta imannya senantiasa tetap


tertuju pada Allah SWT. Dan seseorang tidak dikatakan istiqamah jika ia
menyimpang walaupun hanya sebentar. Hal ini sejalan dengan firman Allah :
“Sesungguhnya mereka yang berkata : Allah adalah Tuhan kami kemudian
mereka istiqamah……”.(QS. Fushshilat : 30) yaitu iman kepada Allah semata-
mata kemudian hatinya tetap teguh pada keyakinannya itu dan taat kepada Allah
sampai mati.Istiqamah adalah sifat yang dapat menyempurnakan kepribadian
seseorang dan tidak adanya sifat ini rusaklah kepribadian seseorang.

22. Hadits Arba'in Nawawi ke-22 (MELAKSANAKAN SYARI'AT ISLAM


DENGAN BENAR)

ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ط‬ٛ‫ّج أْ سؽالً عأي سع‬ٕٙ‫ هللا ػ‬ٟ‫ سػ‬ٞ‫ ػذذهللا ؽجدش دٓ ػذذهللا ثألٔظجس‬ٟ‫ػٓ أد‬
‫فمجي‬: ‫دجس‬ٛ‫ش ثٌّىض‬١ٍ‫ش إرث ط‬٠‫أسأ‬, ‫أفٍٍش ثٌقالي‬ٚ ْ‫طّش سِؼج‬ٚ, ‫ رٌه‬ٍٝ‫ٌُ أصد ػ‬ٚ َ‫فشِش ثٌقشث‬ٚ
‫تج ً أأدخً ثٌؾٕز ؟ لجي‬١‫ش‬- ُ‫ٔؼ‬- ٍُ‫ثٖ ِغ‬ٚ‫س‬

17
Arti Hadits:

Dari Abu „Abdullah, Jabir bin „Abdullah Al Anshari radhiyallahu anhuma,


sungguh ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasululloh Shallallahu „alaihi wa
Sallam : “Bagaimana pendapatmu jika aku melakukan shalat fardhu, puasa pada
bulan Ramadhan, menghalalkan yang halal (melaksanakannya dengan penuh
keyakinan), mengharamkan yang haram (menjauhinya) dan aku tidak
menambahkan selain itu sedikit pun, apakah aku akan masuk surga?" Nabi
Shallallahu „alaihi wa Sallam menjawab : " Ya" [Muslim no. 15]

Penjelasan:

Para imam ahli fiqih perlu menjelaskan perbedaan antara sunnah dan wajib hanya
untuk menjelaskan konsekuensi hukum antara yang sunnah dan yang wajib jika
hal itu ditinggalkan. Rasulullah Shallallahu „alaihi wa Sallam tidak menjelaskan
perbedaan sunnah dan wajib adalah untuk memudahkan dan melapangkan, karena
kaum muslim masih baru dengan Islamnya sehingga dikhawatirkan membuat
mereka lari dari Islam. Atau dimaksudkan agar orang tidak beranggapan bahwa
amalan tambahan dan amalan utama keduanya merupakan hal yang wajib,
sehingga jika meninggalkan konsekuensinya sama.Bila memelihara hal-hal yang
diwajibkan, melaksanakan dan mengerjakan tepat pada waktunya, tanpa
mengubahnya, maka dia mendapatkan keselamatan dan keberuntungan yang
besar.

23.Hadits Arba'in Nawawi ke-23 (Suci itu sebagian dari Iman)

‫ ِجٌه‬ٟ‫ثٌقجسط دٓ ػجطُ–ػٓ أد‬- ‫ هللا ػٕٗ لجي‬ٟ‫ سػ‬ٞ‫ثألشؼش‬: ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ط‬ٛ‫لجي سع‬-
‫ثٌظالر‬ٚ ‫ثألسع‬ٚ ‫ٓ ثٌغّجء‬١‫ثٌقّذ لل صّأل ِج د‬ٚ ‫عذقجْ هللا‬ٚ ْ‫ضث‬١ٌّ‫ثٌقّذ لل صّأل ث‬ٚ ْ‫ّج‬٠‫س شطش ثإل‬ٛٙ‫ثٌط‬
‫ج‬ٙ‫دم‬ُِٛ ٚ‫ج أ‬ٙ‫ فذجةغ ٔفغٗ فّؼضم‬ٚ‫غذ‬٠ ‫ه وً ثٌٕجط‬١ٍ‫ ػ‬ٚ‫ثٌمشثْ فؾز ٌه أ‬ٚ ‫جء‬١‫ثٌظذش ػ‬ٚ ْ‫ثٌظذلز دش٘ج‬ٚ ‫س‬ٛٔ
-" ٍُ‫ثٖ ِغ‬ٚ‫س‬

Arti Hadits:

Dari Abu Malik, Al Harits bin Al Asy'ari radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Telah
bersabda Rasulullah Shallallahu „alaihi wa Sallam : „Suci itu sebagian dari iman,
(bacaan) alhamdulillaah memenuhi timbangan, (bacaan) subhaanallaah dan
alhamdulillaah keduanya memenuhi ruang yang ada di antara langit dan bumi.
Shalat itu adalah nur, shadaqah adalah pembela, sabar adalah cahaya, dan Al-
Qur'an menjadi pembela kamu atau musuh kamu. Setiap manusia bekerja, lalu dia
menjual dirinya, kemudian pekerjaan itu dapat menyelamatkannya atau
mencelakakannya”.[Muslim no. 223]

Penjelasan:

18
Hadits ini memuat salah satu pokok Islam dan memuat salah satu dari kaidah
penting Islam dan agama. Adapun yang dimaksud dengan kata “suci” ialah
perbuatan bersuci. Pahala suci merupakan sebagian dari pahala iman, Thaharah
atau bersuci merupakan salah satu dari syarat sahnya shalat. Jadi, bersuci
merupakan sebagian pekerjaan shalat. Shalat itu mencegah perbuatan maksiat,
merintangi perbuatan-perbuatan keji dan mungkar, serta menunjukkan ke jalan
yang benar, sebagaimana cahaya yang dijadikan orang sebagai penunjuk jalan,
shalat itu kelak akan menjadi petunjuk jalan bagi pelakunya di hari kiamat.
Sedangkan yang lain berpendapat bahwa shalat seseorang kelak akan menjadi
cahaya yang memancar di wajahnya di hari kiamat, dan ketika di dunia
menjadikan wajah pelakunya cemerlang, yang mana hal ini tidak diperoleh orang-
orang yang tidak shalat.

24. Hadits Arba’in Nawawi ke-24 (Haramnya Berbuat Dzolim)

‫ؽً أٔٗ لجي‬ٚ‫ٗ ػٓ سدٗ ػض‬٠ٚ‫ش‬٠ ‫ّج‬١‫عٍُ ف‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ ط‬ٟ‫ هللا ػٕٗ ػٓ ثٌٕذ‬ٟ‫ سػ‬ٞ‫ رس ثٌغفجس‬ٟ‫ ػٓ أد‬: -
ٟ‫ ٔفغ‬ٍٝ‫ فشِش ثٌظٍُ ػ‬ٟٔ‫ إ‬ٞ‫ج ػذجد‬٠, ‫ث‬ٌّٛ‫ٕىُ ِقشِج ً فال صظج‬١‫ؽؼٍضٗ د‬ٚ, ِٓ ‫ وٍىُ ػجي إل‬ٞ‫ج ػذجد‬٠
ُ‫ أ٘ذو‬ٟٔٚ‫ذ‬ٙ‫ضٗ فجعض‬٠‫٘ذ‬, ُ‫ أؽؼّى‬ّٟٔٛ‫ وٍىُ ؽجةغ إل ِٓ أؽؼّضٗ فجعضطؼ‬ٞ‫ج ػذجد‬٠, ‫ػجس إل‬ ٍ ُ‫ وٍى‬ٞ‫ج ػذجد‬٠
ً
ُ‫ أوغى‬ٟٔٛ‫صٗ فجعضىغ‬ٛ‫ِٓ وغ‬, ٟٔٚ‫ؼج فجعضغفش‬١ّ‫ح ؽ‬ٛٔ‫أٔج أغفش ثٌز‬ٚ ‫جس‬ٌٕٙ‫ث‬ٚ ً١ٌٍ‫ْ دج‬ٛ‫ إٔىُ صخطت‬ٞ‫ج ػذجد‬٠
ُ‫أغفش ٌى‬, ٟٔٛ‫ فضٕفؼ‬ٟ‫ث ٔفؼ‬ٛ‫ٌٓ صذٍغ‬ٚ ٟٔٚ‫ فضؼش‬ٞ‫ث ػش‬ٛ‫ إٔىُ ٌٓ صذٍغ‬ٞ‫ج ػذجد‬٠, ٞ‫ج ػذجد‬٠, ٚ ُ‫ٌى‬ٚ‫ أْ أ‬ٌٛ
ُ‫آخشو‬, ً ‫تج‬١‫ ش‬ٟ‫ ٍِى‬ٟ‫ثفذ ِٕىُ ِج صثد رٌه ف‬ٚ ً‫ لٍخ سؽ‬ٝ‫ أصم‬ٍٝ‫ث ػ‬ٛٔ‫ؽٕىُ وج‬ٚ ُ‫إٔىغ‬ٚ, ْ‫ أ‬ٌٛ ٞ‫ج ػذجد‬٠
ً ‫تج‬١‫ ش‬ٟ‫ ٍِى‬ٟ‫ثفذ ِٕىُ ِج ٔمض رٌه ف‬ٚ ً‫ أفؾش لٍخ سؽ‬ٍٝ‫ث ػ‬ٛٔ‫ؽٕىُ وج‬ٚ ُ‫إٔىغ‬ٚ ُ‫ آخشو‬ٚ ُ‫ٌى‬ٚ‫أ‬, ٞ‫ج ػذجد‬٠
‫ثفذ ِغأٌضٗ ِج ٔمض رٌه‬ٚ ً‫ش و‬١‫ فأػط‬ٌٟٔٛ‫ثفذ فغأ‬ٚ ‫ذ‬١‫ طؼ‬ٍٝ‫ث ػ‬ِٛ‫ؽٕىُ لج‬ٚ ُ‫إٔىغ‬ٚ ُ‫ آخشو‬ٚ ُ‫ٌى‬ٚ‫ أْ أ‬ٌٛ
‫ؾ إرث أدخً ثٌذقش‬١‫ٕمض ثٌّخ‬٠ ‫ إل وّج‬ٞ‫ِّج ػٕذ‬, ّٓ‫ج٘ج ف‬٠‫ىُ إ‬١‫ف‬ٚ‫ج ٌىُ عُ أ‬ٙ١‫ أػّجٌىُ أفظ‬ٟ٘ ‫ إّٔج‬ٞ‫ج ػذجد‬٠
ٗ‫ِٓ إل ٔفغ‬ٍٛ٠ ‫ش رٌه فال‬١‫ؽذ غ‬ٚ ِٓٚ ‫قّذ هللا‬١ٍ‫شثً ف‬١‫ؽذ خ‬ٚ- ٍُ‫ثٖ ِغ‬ٚ‫س‬

Arti Hadits:

Dari Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu „alaihi wa
Sallam, beliau meriwayatkan dari Allah 'azza wa Jalla, sesungguhnya Allah telah
berfirman: "Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan (berlaku)
zhalim atas diri-Ku dan Aku menjadikannya di antaramu haram, maka janganlah
kamu saling menzhalimi. Wahai hamba-Ku, kamu semua sesat kecuali orang yang
telah Kami beri petunjuk, maka hendaklah kamu minta petunjuk kepada-Ku, pasti
Aku memberinya. Kamu semua adalah orang yang lapar, kecuali orang yang Aku
beri makan, maka hendaklah kamu minta makan kepada-Ku, pasti Aku
memberinya. Wahai hamba-Ku, kamu semua asalnya telanjang, kecuali yang telah
Aku beri pakaian, maka hendaklah kamu minta pakaian kepada-Ku, pasti Aku
memberinya. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kamu melakukan perbuatan dosa
di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka
mintalah ampun kepada-Ku , pasti Aku mengampuni kamu. Wahai hamba-Ku,
sesungguhnya kamu tidak akan dapat membinasakan Aku dan kamu tak akan
dapat memberikan manfaat kepada Aku. Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang
terdahulu dan yang terakhir diantaramu, sekalian manusia dan jin, mereka itu
bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa di antaramu, tidak akan menambah
kekuasaan-Ku sedikit pun, jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di
19
antaramu, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang
paling jahat di antara kamu, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun
juga. Wahai hamba-Ku, jika orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antaramu,
sekalian manusia dan jin yang tinggal di bumi ini meminta kepada-Ku, lalu Aku
memenuhi seluruh permintaan mereka, tidaklah hal itu mengurangi apa yang ada
pada-Ku, kecuali sebagaimana sebatang jarum yang dimasukkan ke laut. Wahai
hamba-Ku, sesungguhnya itu semua adalah amal perbuatanmu. Aku catat
semuanya untukmu, kemudian Kami membalasnya. Maka barang siapa yang
mendapatkan kebaikan, hendaklah bersyukur kepada Allah dan barang siapa
mendapatkan selain dari itu, maka janganlah sekali-kali ia menyalahkan kecuali
dirinya sendiri”.

[Muslim no. 2577]

Penjelasan:

Allah telah mengharamkan kedzoliman atas diriNya, karena kesempurnaan


keadilanNya, padahal Dia Maha Kuasa untuk berbuat dzolim. Maha Kuasa Allah
untuk mengurangi kebaikan kebaikan yang telah dilakukan orang-orang yang
berbuat baik, Maha Kuasa pula untuk menambah kesalahan yang dilakukan oleh
orang-orang yang berbuat maksiat lebih dari kadar yang dilakukan oleh mereka.
Akan tetapi, karena kesempurnaanNya keadilanNya, Dia haramkan hal itu atas
diriNya. Rasulullah SAW. telah menjelaskan bahwa kedzoliman itu bisa terjadi
dalam hal darah, harta, dan kehormatan.

25.Hadits Arba'in Nawawi ke-25 (BERSEDEKAH TIDAK MESTI DENGAN


HARTA)

ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ ط‬ٟ‫ث ٌٍٕذ‬ٌٛ‫عٍُ لج‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ط‬ٛ‫ هللا ػٕٗ أْ أٔجعج ً ِٓ أطقجح سع‬ٟ‫ رس سػ‬ٟ‫ػٓ أد‬
ٍُ‫ع‬ٚ: ْٛ‫ضظذل‬٠ٚ َٛ‫ْ وّج ٔظ‬ِٛٛ‫ظ‬٠ٚ ٍٟ‫ْ وّج ٔظ‬ٍٛ‫ ُظ‬٠ ‫س‬ٛ‫س دجألؽ‬ٛ‫ي هللا ر٘خ أ ً٘ ثٌذع‬ٛ‫ج سع‬٠
‫ُ لجي‬ٌٙ‫ث‬ِٛ‫ي أ‬ٛ‫دفؼ‬- ‫قز طذلز‬١‫ْ دٗ إْ ٌىُ دىً صغذ‬ٛ‫ظ هللا ؽؼً ٌىُ ِج صظذل‬١ٌٚ‫أ‬, ‫شر طذلز‬١‫وً صىذ‬ٚ,
‫ٍٗ طذلز‬١ٍٙ‫وً ص‬ٚ ‫ذر طذلز‬١ّ‫وً صق‬ٚ, ‫ ػٓ ِٕىش طذلز‬ٟٙٔٚ ‫ف طذلز‬ٚ‫أِش دجٌّؼش‬ٚ, ُ‫ُؼـ أفذو‬٠ ٟ‫ف‬ٚ
‫طذلز‬- ‫ج أؽش ؟ لجي‬ٙ١‫ْ ٌٗ ف‬ٛ‫ى‬٠ٚ ٗ‫ص‬ٛٙ‫ أفذٔج ش‬ٟ‫أص‬٠‫ي هللا أ‬ٛ‫ج سع‬٠ ‫ث‬ٌٛ‫لج‬- ْ‫ فشثَ أوج‬ٟ‫ج ف‬ٙ‫ػؼ‬ٚ ٌٛ ُ‫ض‬٠‫أسأ‬
‫ ثٌقالي وجْ ٌٗ أؽش‬ٟ‫ج ف‬ٙ‫ػؼ‬ٚ ‫صس فىزٌه إرث‬ٚ ٗ١ٍ‫ػ‬

Arti Hadits:

Dari Abu Dzar radhiallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu „alaihi wa Sallam, ia
berkata: Sesungguhnya sebagian dari para sahabat Rasulullah Shallallahu „alaihi
wa Sallam berkata kepada Nabi Shallallahu „alaihi wa Sallam : “Wahai
Rasulullah, orang-orang kaya lebih banyak mendapat pahala, mereka mengerjakan
shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa,
dan mereka bershadaqah dengan kelebihan harta mereka”. Nabi bersabda :
“Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu untuk bershadaqah ?
20
Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah shadaqah, tiap-tiap tahmid adalah shadaqah,
tiap-tiap tahlil adalah shadaqah, menyuruh kepada kebaikan adalah shadaqah,
mencegah kemungkaran adalah shadaqah dan persetubuhan salah seorang di
antara kamu (dengan istrinya) adalah shadaqah “. Mereka bertanya : “ Wahai
Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya, ia
mendapat pahala?” Rasulullah Shallallahu „alaihi wa Sallam menjawab :
“Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia
berdosa, demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia
mendapat pahala”.[Muslim no. 1006]

Penjelasan:

Hadits ini menerangkan keutamaan tasbih dan semua macam dzikir, amar ma‟ruf
nahi mungkar, berniat karena Allah dalam hal-hal mubah, karena semua perbuatan
dinilai sebagai ibadah bila dengan niat yang ikhlas. Hadits ini juga menunjukkan
dibenarkannya seseorang bertanya tentang sesuatu yang tidak diketahuinya
kepada orang yang berilmu, bila ia mengetahui bahwa orang yang ditanya itu
menunjukkan sikap senang terhadap permasalahan yang ditanyakan dan tidak
dilakukan dengan cara yang buruk, dan orang yang berilmu akan menerangkan
kepadanya apa yang tidak diketahuinya itu..

26.Hadits Arba'in Nawawi ke-26 (SEGALA PERBUATAN BAIK ADALAH


SEDEKAH)

‫ هللا ػٕٗ لجي‬ٟ‫شر سػ‬٠‫ ٘ش‬ٟ‫ػٓ أد‬: ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ط‬ٛ‫لجي سع‬- ‫ ِٓ ثٌٕجط طذلز‬ِٝ‫وً عُال‬, ً‫و‬
‫ٓ طذلز‬١ٕ‫ٓ ثع‬١‫ٗ ثٌشّظ صؼذي د‬١‫َ صطٍغ ف‬ٛ٠, ‫ج أ‬ٙ١ٍ‫ دثدضٗ فضقٍّٗ ػ‬ٟ‫ٓ ثٌشؽً ف‬١‫صؼ‬ٚ, ٗ‫ج ِضجػ‬ٙ١ٍ‫صشفغ ػ‬
‫طذلز‬, ‫ذز طذلز‬١‫ثٌىٍّز ثٌط‬ٚ, ‫ ثٌظالر طذلز‬ٌٝ‫ج إ‬ٙ١‫ر صّش‬ٛ‫دىً خط‬ٚ, ‫ك طذلز‬٠‫ ػٓ ثٌطش‬ٜ‫ؾ ثألر‬١ّ‫ص‬ٚ"
ٍُ‫ِغ‬ٚ ٞ‫ثٖ ثٌذخجس‬ٚ‫س‬

Arti Hadits:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Telah bersabda Rasulullah


Shallallahu „alaihi wa Sallam : „Setiap anggota badan manusia diwajibkan
bershadaqah setiap hari selama matahari masih terbit. Kamu mendamaikan antara
dua orang (yang berselisih) adalah shadaqah, kamu menolong seseorang naik ke
atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya
adalah shadaqah, berkata yang baik itu adalah shadaqah, setiap langkah berjalan
untuk shalat adalah shadaqah, dan menyingkirkan suatu rintangan dari jalan
adalah shadaqah ”.[Bukhari no. 2989, Muslim no. 1009]

Penjelasan:

Termasuk sedekah adalah menahan tangan dan lisan untuk tidak menyakiti orang
lain, justru seharusnya digunakan untuk menunaikan hak-hak setiap muslim.
Hadits ini menerangkan juga agar senantiasa mendamaikan kedua belah pihak,
tolong menolong mengucapkan kalimat yang baik, berjalan menuju sholat dan
21
menyingkirkan penghalang dari sholat. Jasad harus dikeluarkan zakatnya
sebagimana harta ada zakatnya. Zakat badan ialah melakukan perbuatan yang
baik, bersedekah. Allah telah menjadikan sebagai rasa syukur terhadap nikmatnya
setiap anggota badan untuk menolong hamba-hamba Allah ta‟ala, bersedekah
kepada mereka dengan menggunakannya sesuai dengan kemaslahatannya.

27.Hadits Arba'in Nawawi ke-27 (MENJAUHI PERBUATAN YANG


MERESAHKAN)

‫عٍُ لجي‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ ط‬ٟ‫ هللا ػٕٗ ػٓ ثٌٕذ‬ٟ‫ثط دٓ عّؼجْ سػ‬ٌٕٛ‫ثإلعُ ِج فجن "ػٓ ث‬ٚ ‫ثٌذش فغٓ ثٌخٍك‬
‫ٗ ثٌٕجط‬١ٍ‫طٍغ ػ‬٠ ْ‫وش٘ش أ‬ٚ ‫ ٔفغه‬ٟ‫ثٖ ِغٍُ "ف‬ٚ‫س‬... ‫ش‬١‫ هللا ػٕٗ لجي أص‬ٟ‫ثدظز دٓ َِؼذذ سػ‬ٚ ٓ‫ػ‬ٚ
‫عٍُ فمجي‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ط‬ٛ‫لٍش "ؽتش صغأي ػٓ ثٌذش؟ "سع‬: ‫ثعضفش لٍذه "ٔؼُ لجي‬, ‫ثٌذش ِج‬
‫ٗ ثٌمٍخ‬١ٌ‫ثؽّأْ إ‬ٚ ‫ٗ ثٌٕفظ‬١ٌ‫ثؽّأٔش إ‬, ‫ن‬ٛ‫أفض‬ٚ ‫إْ أفضجن ثٌٕجط‬ٚ ‫ ثٌظذس‬ٟ‫صشدد ف‬ٚ ‫ ثٌٕفظ‬ٟ‫ثإلعُ ِج فجن ف‬ٚ
" ٓ‫ دئعٕجد فغ‬ِٟ‫ثٌذسث‬ٚ ً‫ٓ أفّذ دٓ فٕذ‬١ِ‫ ثإلِج‬ٞ‫ ِغٕذ‬ٟ‫ٕجٖ ف‬٠ٚ‫ظ فغٓ س‬٠‫فذ‬

Arti Hadits:

Dari An Nawas bin Sam'an radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu „alaihi wa
Sallam, beliau bersabda: “Kebajikan itu keluhuran akhlaq sedangkan dosa adalah
apa-apa yang dirimu merasa ragu-ragu dan kamu tidak suka jika orang lain
mengetahuinya”. (HR. Muslim) Dan dari Wabishah bin Ma‟bad radhiyallahu
anhu, ia berkata : “Aku telah datang kepada Rasulullah Shallallahu „alaihi wa
Sallam, lalu beliau bersabda : „Apakah engkau datang untuk bertanya tentang
kebajikan ?‟ Aku menjawab : „Benar‟. Beliau bersabda : „Mintalah fatwa dari
hatimu. Kebajikan itu adalah apa-apa yang menentramkan jiwa dan menenangkan
hati dan dosa itu adalah apa-apa yang meragukan jiwa dan meresahkan hati,
walaupun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka
membenarkannya”. (HR. Imam Ahmad bin Hanbal dan Ad-Darimi, Hadits hasan)
[Imam Ahmad bin Hanbal no. 4/227, Ad-Darimi no. 2/246]

Penjelasan:

Bahwa keluhuran akhlaq adalah sebaik-baik kebajikan Adapun kebajikan adalah


perbuatan yang menjadikan pelakunya menjadi baik, selalu berupaya mengikuti
orang-orang yang berbuat baik, dan taat kepada Allah yang Maha Mulia lagi
Maha Tinggi.Yang dimaksud dengan berakhlaq baik yaitu jujur dalam
bermuamalah, santun dalam berusaha, adil dalam hukum, bersungguh-sungguh
dalam berbuat kebajikan. Dosa adalah perbuatan yang ditolak oleh hati nurani. Ini
merupakan suatu pedoman untuk membedakan antara dosa dan kebaikan. Dosa
menimbulkan keraguan dalam hati dan tidak senang jika orang lain
mengetahuinya. Yang dimaksud dengan “orang lain” di sini adalah orang-orang
baik, bukan orang-orang yang telah rusak akhlaqnya. Demikianlah yan disebut
dosa, karena itu tinggalkanlah perbuatan tersebut.

28.Hadits Arba'in Nawawi ke-28 (BERPEGANG TEGUH PADA SUNNAH


RASULULLAH DAN KHULAFAUR RASYIDIN)
22
‫ هللا ػٕٗ لجي‬ٟ‫ز سػ‬٠‫ـ ثٌؼشدجع دٓ عجس‬١‫ ٔؾ‬ٟ‫ ػٓ أد‬: ‫ػظز‬ِٛ ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ط‬ٛ‫ػظٕج سع‬ٚ
ْٛ١‫ج ثٌؼ‬ِٕٙ ‫رسفش‬ٚ ‫ح‬ٍٛ‫ج ثٌم‬ِٕٙ ‫ؽٍش‬ٚ, ‫طٕج‬ٚ‫دع فأ‬ِٛ ٍ ‫ػظز‬ِٛ ‫ج‬ٙٔ‫ي هللا وأ‬ٛ‫ً سع‬٠ ‫فمٍٕج‬, ‫لجي‬- ُ‫ى‬١‫ط‬ٚ‫أ‬
ً‫ؽ‬ٚ‫ هللا ػض‬ٜٛ‫دضم‬, ‫ه ػذذ‬١ٍ‫إْ صأِش ػ‬ٚ ‫ثٌطجػز‬ٚ ‫ثٌغّغ‬ٚ, ً‫شث‬١‫ ثخضالفج ً وغ‬ٜ‫ش‬١‫ؼش ِٕىُ فغ‬٠ ِٓ ٗٔ‫فئ‬.
‫ثؽز‬ٌٕٛ‫ج دج‬ٙ١ٍ‫ث ػ‬ٛ‫ٓ ػؼ‬٠‫ذ‬ٌّٙ‫ٓ ث‬٠‫عٕز ثٌخٍفجء ثٌشثشذ‬ٚ ٟ‫ىُ دغٕ ض‬١ٍ‫فؼ‬, ‫س فئْ وً دذػز‬ِٛ‫ِقذعجس ثأل‬ٚ ُ‫جو‬٠‫إ‬ٚ
‫ػالٌز‬- ‫لجي‬ٚ ٞ‫ثٌضشِز‬ٚ ‫د‬ٚ‫دث‬ٛ‫ثٖ أد‬ٚ‫س‬: ‫ـ‬١‫ظ فغٓ طق‬٠‫فذ‬

Arti Hadits:

Abu Najih, Al „Irbad bin Sariyah ra. ia berkata : “Rasulullah telah memberi
nasehat kepada kami dengan satu nasehat yang menggetarkan hati dan membuat
airmata bercucuran”. kami bertanya ,"Wahai Rasulullah, nasihat itu seakan-akan
nasihat dari orang yang akan berpisah selamanya (meninggal), maka berilah kami
wasiat" Rasulullah bersabda, "Saya memberi wasiat kepadamu agar tetap
bertaqwa kepada Alloh yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia, tetap mendengar dan
ta'at walaupun yang memerintahmu seorang hamba sahaya (budak).
Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian masih hidup niscaya bakal
menyaksikan banyak perselisihan. karena itu berpegang teguhlah kepada
sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang lurus (mendapat petunjuk) dan
gigitlah dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah olehmu hal-hal baru karena
sesungguhnya semua bid'ah itu sesat." (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi, Hadits
Hasan Shahih) [Abu Dawud no. 4607, Tirmidzi no. 2676]

Penjelasan:

Dalam hadits ini dijelaskan bahwa Rasulullah SAW, berwasiat agar kita
senantiasa mengamalkan dan berpegang teguh pada jalan Allah. Kita diajarkan
agar selalu berpegang teguh pada apa yang diajarkan dan sunah Rasullullah SAW.
dalam perkara apapun dilarang untuk menjauh dari sunah rasul. Terutama dalam
perkara ibadah. Semua ibadah yang kita lakukan harus ada ilmu dan memiliki
sunah yang jelas. Dalam hadits ini juga dijelaskan adanya larangan bid‟ah. Bid‟ah
membawa kesesatan, karena kita membuat ibadah baru tanpa adanya ilmu. Allah
SWT. Sangat melarang hambanya untuk membuat perkara baru dalam agama
tanpa adanya landasan ilmu yang jelas.

29. Hadits Arba’in Nawawi ke-29 (SHALAT LAIL MENGHAPUS DOSA)


‫ هللا ػٕٗ لجي‬ٟ‫ػٓ ِؼجر دٓ ؽذً سػ‬: ‫ ػٓ ثٌٕجس‬ٟٔ‫ذجػذ‬٠ ٚ ‫ ثٌؾٕز‬ٍٟٕ‫ذخ‬٠ ًّ‫ ػٓ ػ‬ٟٔ‫ي هللا أخذش‬ٛ‫ج سع‬٠ ‫لٍش‬
‫؟ لجي‬- ٗ١ٍ‫ ػ‬ٌٝ‫غشٖ هللا صؼج‬٠ ِٓ ٍٝ‫ش ػ‬١‫غ‬١ٌ ٗٔ‫إ‬ٚ ُ١‫ٌمذ ؽتش صغأي ػٓ ػظ‬: ُ١‫صم‬ٚ ً ‫تج‬١‫صؼذذ هللا ل صششن دٗ ش‬
‫ش‬١‫صقؼ ثٌذ‬ٚ ْ‫َ سِؼج‬ٛ‫صظ‬ٚ ‫ ثٌضوجر‬ٟ‫صؤص‬ٚ ‫ثٌظالر‬, ‫عُ لجي‬: ‫َ ؽُٕز‬ٛ‫ش ؟ ثٌظ‬١‫ثح ثٌخ‬ٛ‫ أد‬ٍٝ‫أل أدٌه ػ‬
‫طفب ثٌّجء ثٌٕجس‬٠ ‫تز وّج‬١‫ثٌظذلز صطفب ثٌخط‬ٚ, ‫ً عُ صال‬١ٌٍ‫ف ث‬ٛ‫ ؽ‬ٟ‫طالر ثٌشؽً ف‬ٚ- ِٓ ‫ُ ُْ َػ‬ُٙ‫د‬ُٕٛ‫ ُؽ‬َٝ‫صَضَ َؾجف‬
َ َّ ٌْ ‫ ٍُٓ َؽ َضث ًء دِ َّج *ث‬١‫ُ ُْ ِِ ْٓ لُ َّش ِر أَ ْػ‬ٌَٙ َٟ ِ‫فَ َال صَ ْؼٍَ ُُ َٔ ْفظ َِج أ ُ ْخف‬
ُْٛ‫ُ ْٕفِم‬٠ ُْ ُ٘‫ ِِ َّّج َس َص ْلَٕج‬َٚ ‫ؽَ َّؼًج‬َٚ ‫ْ فًج‬ٛ‫ُ ُْ َخ‬َّٙ‫َْ َسد‬ٛ‫َ ْذ ُػ‬٠ ‫ؼج ِؽ ِغ‬
ََ ٍََُّْٛ ‫َ ْؼ‬٠ ‫ث‬ُٛٔ‫ َوج‬- ]‫ثٌغؾذر‬16-17]... ‫ر عٕجِٗ ؟‬ٚ‫رس‬ٚ ٖ‫د‬ّٛ‫ػ‬ٚ ‫عُ لجي أل أخذشن دشأط ثألِش‬- ‫لٍش‬: ٍٝ‫د‬,
‫ي هللا لجي‬ٛ‫ج سع‬٠" َ‫ط ثإلعال‬ ٍ ‫سأ‬, ‫جد‬ٙ‫ر عٕجِٗ ثٌؾ‬ٚ‫رس‬ٚ ‫دٖ ثٌظالر‬ّٛ‫ػ‬ٚ" ‫عُ لجي‬: ‫أل أخذشن دّالن رٌه‬
‫ي هللا "وٍٗ ؟‬ٛ‫ج سع‬٠ ٍٝ‫فمٍش ن د‬, ‫لجي‬ٚ ٟٔ‫فأخز دٍغج‬- ‫ه ٘زث‬١ٍ‫وف ػ‬- ‫فمٍش‬: ‫ هللا‬ٟ‫ج ٔذ‬٠ , ْٚ‫ إٔج ٌّؤثخز‬ٚ
‫دّج ٔضىٍُ ؟ فمجي‬- ‫عىٍضه أِه‬, ُٙ٘ٛ‫ؽ‬ٚ ٍٝ‫ ثٌٕجس ػ‬ٟ‫ىخ ثٌٕجط ف‬٠ ً٘ٚ- ‫ لجي‬ٚ‫أ‬- ‫ ِٕجخشُ٘ إل فظجةذ‬ٍٝ‫ػ‬
‫ُ ؟‬ٙ‫ !أٌغٕض‬- ‫لجي‬ٚ ٞ‫ثٖ ثٌضشِز‬ٚ‫س‬: ‫ـ‬١‫ظ فغٓ طق‬٠‫فذ‬
Arti Hadits:
23
Dari Mu‟adz bin Jabal radhiallahu 'anhu, ia berkata : Aku berkata : “Ya
Rasulullah, beritahukanlah kepadaku suatu amal yang dapat memasukkan aku ke
dalam surga dan menjauhkan aku dari neraka”. Nabi Shallallahu „alaihi wa Sallam
menjawab, “Engkau telah bertanya tentang perkara yang besar, dan sesungguhnya
itu adalah ringan bagi orang yang digampangkan oleh Allah ta‟ala. Engkau
menyembah Allah dan jangan menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mengerjakan
shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan mengerjakan
haji ke Baitullah”. Kemudian beliau bersabda : “Inginkah kuberi petunjuk
kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah perisai, shadaqah itu
menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seseorang
di tengah malam”. Kemudian beliau membaca ayat : “Tatajaafa junuubuhum „an
madhaaji‟… hingga …ya‟maluun“. Kemudian beliau bersabda: “Maukah bila aku
beritahukan kepadamu pokok amal tiang-tiangnya dan puncak-puncaknya?” Aku
menjawab : “Ya, wahai Rasulullah”. Rasulullah bersabda : “Pokok amal adalah
Islam, tiang-tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad”. Kemudian
beliau bersabda : “Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara
itu?” Jawabku : “Ya, wahai Rasulullah”. Maka beliau memegang lidahnya dan
bersabda : “Jagalah ini”. Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut
(disiksa) karena apa yang kami katakan?” Maka beliau bersabda : “Semoga
engkau selamat. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau
ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka, selain ucapan lidah
mereka?” (HR. Tirmidzi, ia berkata : “Hadits ini hasan shahih)[Tirmidzi no. 2616]

Penjelasan:
maksudnya orang yang shalat tengah malam, dia mengorbankan kenikmatan
tidurnya dan lebih mengutamakan shalat karena semata-mata mengharapkan
pahala dari Tuhannya. Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Allah sangat
membanggakan orang-orang yang melakukan shalat malam.

30.Hadits Arba'in Nawawi ke-30 (LAKSANAKAN PERINTAH AGAMA


DAN MENJAUHI LARANGAN AGAMA)

‫َ دٓ ٔجشش‬ٛ‫ ؽشع‬ٟٕ‫ عؼٍذز ثٌخش‬ٟ‫ هللا ػٕٗ –ػٓ أد‬ٟ‫عٍُ لجي –سػ‬ٚ ‫ز‬١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ط‬ٛ‫ػٓ سع‬: " ْ‫إ‬
ٓ‫عىش ػ‬ٚ ، ‫٘ج‬ٛ‫ى‬ٙ‫جء فال صٕض‬١‫فشَ أش‬ٚ ،‫٘ج‬ٚ‫دث فال صؼضذ‬ٚ‫فذ فذ‬ٚ،‫٘ج‬ٛ‫ؼ‬١‫ فشع فشثةغ فال صؼ‬ٌٝ‫هللا صؼج‬
‫ج‬ٕٙ‫ث ػ‬ٛ‫جْ فال صذقغ‬١‫ش ٔغ‬١‫جء سفّز ٌىُ غ‬١‫"أش‬. ٖ‫ش‬١‫غ‬ٚ ٟٕ‫ثٖ ثٌذثسلط‬ٚ‫ظ فغٓ س‬٠‫فذ‬

Arti Hadits:

Dari Abu Tsa‟labah Al Khusyani, jurtsum bin Nasyir radhiallahu 'anhu, dari
Rasulullah Shallallahu „alaihi wa Sallam, beliau telah bersabda : “ Sesungguhnya
Allah ta‟ala telah mewajibkan beberapa perkara, maka janganlah kamu
meninggalkannya dan telah menetapkan beberapa batas, maka janganlah kamu
24
melampauinya dan telah mengharamkan beberapa perkara maka janganlah kamu
melanggarnya dan Dia telah mendiamkan beberapa perkara sebagai rahmat
bagimu bukan karena lupa, maka janganlah kamu membicarakannya”. (HR.
Daraquthni, Hadits hasan) [Daruquthni dalam Sunannya no. 4/184]

Penjelasan:
Semua telah jelas apa yang di wajibkan kepada hambanya. Semua pekerjaan yang
wajib dikerjakan pasti memiliki manfaat yang dapat dirasakan. Begitu pula
sebaliknya Allah melarang perbuatan-perbuatan yang memang sudah dilarang.
Semua yang sudah jelas dilarang oleh Allah hukumnya haram. Maka tidak ada
ampun bagi mereka yang tetap melakukan perbuatan yang sudah dilarang dan
diharamkan. Para ulama berselisih pendapat dalam banyak perkara yang agama
belum menetapkan hukumnya. Apakah perkara tersebut termasuk yang haram
atau mubah atau didiamkan. Ada tiga pendapat dalam hal ini, dan semuanya itu
dibicarakan dalam kitab-kitab Ushul.

31.Hadits Arba'in Nawawi ke-31 (ANJURAN ZUHUD)

ٞ‫ً دٓ عؼذ ثٌغجػذ‬ٙ‫ ثٌؼذجط ع‬ٟ‫ هللا ػٓ –ػٓ ثد‬ٟ‫لجي –سػ‬: ٍُ‫ ع‬ٚ ‫ز‬١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ ط‬ٟ‫ ثٌٕذ‬ٌٝ‫ؽجء سؽً إ‬
‫فمجي‬: ‫ ثٌٕجط فمجي‬ٟٕ‫ ثفذ‬ٚ ‫ هللا‬ٟٕ‫ ػًّ إرث ػٍّضٗ ثفذ‬ٍٝ‫ ػ‬ٌٟٕ‫ د‬، ‫ي هللا هللا‬ٛ‫ج سع‬٠: - ‫قذه‬٠ ‫ج‬١ٔ‫ ثٌذ‬ٟ‫ثص٘ذ ف‬
‫قذه ثٌٕجط‬٠ ‫ّج ػٕذ ثٌٕجط‬١‫ثص٘ذ ف‬ٚ ، ‫هللا‬- ٕٗ‫ذ فغ‬١ٔ‫شٖ دجعج‬١‫ غ‬ٚ ٗ‫ثٖ ثدٓ ِجؽ‬ٚ‫ظ فغٓ س‬٠‫فذ‬

Arti Hadits:

Dari Abul „Abbas, Sahl bin Sa'ad As-Sa'idi radhiallahu 'anhu, ia berkata: “Seorang
laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu „alaihi wa Sallam lalu berkata: „Wahai
Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu perbuatan yang jika aku
mengerjakannya, maka aku dicintai Allah dan dicintai manusia‟. Maka sabda
beliau : „Zuhudlah engkau pada dunia, pasti Allah mencintaimu dan zuhudlah
engkau pada apa yang dicintai manusia, pasti manusia mencintaimu”. (HR. Ibnu
Majah dan yang lainnya, Hadits hasan)[Ibnu Majah no. 4102]
Penjelasan:
Ketahuilah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu „alaihi wa Sallam menganjurkan
supaya menahan diri dari memperbanyak harta dunia dan bersikap zuhud.Orang
yang zuhud dari segala kesenangan dunia menjadikan hatinya nyaman di dunia
dan di akhirat. Sedangkan orang yang mencintai dunia hatinya menjadi resah di
dunia dan di akhira. Beliau menasihatkan kepada penanya agar menjauhkan diri
dari menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain. Jika seseorang ingin dicintai
lalu meninggalkan kecintaannya kepada dunia, maka mereka tidak mau berebut
dan bermusuhan hanya karena mengejar kesenangan dunia.
Orang yang beruntung yaitu orang yang memilih kenikmatan abadi daripada
kehancuran yang ternyata adzabnya tiada habis-habisnya.

32.Hadits Arba'in Nawawi ke-32 (Tidak boleh berbuat kerusakan atau


bahaya)

25
ٞ‫ذ دٓ عؼذ دٓ عٕجْ ثٌخذس‬١‫ عؼ‬ٝ‫ هللا ػٕٗ –ػٓ أد‬ٟ‫ عٍُ لجي –سػ‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ط‬ٛ‫ل "أْ سع‬
‫ػشثس‬
ِ ‫ ل‬ٚ ‫ؽأ "ػشس‬ٌّٛ‫ ث‬ٟ‫ثٖ ِجٌه ف‬ٚ‫س‬ٚ ‫شّ٘ج ِغٕذث‬١‫ غ‬ٚ ٟٕ‫ ثٌذثسلط‬ٚ ٗ‫ثٖ ثدٓ ِجؽ‬ٚ‫ظ فغٓ س‬٠‫فذ‬
ٞٛ‫م‬٠ ٜ‫ٌٗ ؽشق أخش‬ٚ ، ‫ذ‬١‫عٍُ فأعمؾ أدج عؼ‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ ط‬ٟ‫ٗ ػٓ ثٌٕذ‬١‫ ػٓ أد‬ٝ١‫ق‬٠ ٓ‫ د‬ٚ‫ِشعال ػٓ ػّش‬
‫ج دؼؼج‬ٙ‫دؼؼ‬

Arti Hadits:
Dari Abu Sa'id, Sa‟ad bin Malik bin Sinan Al Khudri radhiyallahu anhu,
sesungguhnya Rasulullah Shallallahu „alaihi wa Sallam telah bersabda :
“Janganlah engkau membahayakan dan saling merugikan”.
(HR. Ibnu Majah, Daraquthni dan lain-lainnya, Hadits hasan. Hadits ini juga
diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al Muwaththa sebagai Hadits mursal dari
Amr bin Yahya dari bapaknya dari Nabi Shallallahu „alaihi wa Sallam tanpa
menyebut Abu Sa‟id. Hadits ini mempunyai beberapa jalan yang saling
menguatkan)
[Ibnu Majah no. 2341, Daruquthni no. 4/228, Imam Malik (Muwaththo 2/746)]

Penjelasan:

Ketahuilah, bahwa orang yang merugikan saudaranya dikatakan telah


menzhaliminya. Sedangkan berbuat zhalim adalah haram. Merugikan adalah
melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, tetapi menyebabkan orang lain
mendapatkan mudharat.Janganlah kamu berkhianat kepada orang yang
mengkhianati kamu setelah kamu mendapat kemenangan atas pengkhianatannya.
Seolah-olah larangan ini berlaku terhadap orang yang memulai, sedangkan bagi
orang yang melakukan pembalasan yang setimpal dan menuntut haknya tidak
dikatakan berkhianat. Yang dikatakan berkhianat hanyalah orang yang mengambil
sesuatu yang bukan haknya atau mengambil lebih dari haknya.

33.Hadits Arba'in Nawawi ke-33(PENUDUH WAJIB MEMBAWA BUKTI,


DAN TERTUDUH CUKUP BERSUMPAH)

‫ هللا ػٕٗ –ػٓ ثدٓ ػذجط‬ٟ‫ عٍُ لجي –سػ‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ط‬ٛ‫أْ سع‬- ‫ ل‬، ُ٘‫ث‬ٛ‫ ثٌٕجط دذػ‬ٝ‫ؼط‬٠ ٌٛ
‫ ِٓ أٔىش‬ٍٝ‫ّٓ ػ‬١ٌ‫ ث‬ٚ ٟ‫ ِٓ ثٌّذػ‬ٍٝ‫ٕز ػ‬١‫ دِجءُ٘ ٌىٓ ثٌذ‬ٚ َٛ‫ثي ل‬ِٛ‫ سؽجي أ‬ٝ‫دػ‬- ٖ‫ث‬ٚ‫ظ فغٓ س‬٠‫فذ‬
ٓ١‫ق‬١‫ ثٌظق‬ٟ‫دؼؼٗ ف‬ٚ ،‫شٖ ٘ىزث‬١‫ غ‬ٚ ٟ‫م‬ٙ١‫ثٌذ‬
Arti Hadits
Dari Ibnu „Abbas radhiallahu 'anhuma, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa Sallam bersabda : “Sekiranya setiap tuntutan orang dikabulkan begitu
saja, niscaya orang-orang akan menuntut darah orang lain atau hartanya. Akan
tetapi, haruslah ada bukti atau saksi bagi yang menuntut dan bersumpah bagi yang
mengingkari (dakwaan)”.
(HR. Baihaqi, hadits Hasan, sebagian lafazhnya ada pada riwayat Bukhari dan
Muslim) [Baihaqi (Sunan Baihaqi 10/252), dan yang lain, juga sebagian lafaznya
ada di shahih Bukhari dan Muslim]

26
Penjelasan:
Hadits ini merupakan salah satu pokok hukum Islam dan sumber pegangan yang
terpenting di kala terjadi perselisihan dan permusuhan antara orang-orang yang
bersengketa. Suatu perkara tidak boleh diputuskan semata-mata berdasarkan
pengakuan atau tuntutan dari seseorang.

34. Hadits Arba'in Nawawi ke-34 (KEWAJIBAN


MENGINGKARI/MEMBERANTAS KEMUNGKARAN)

ٞ‫ذ ثٌخذس‬١‫ عؼ‬ٟ‫ هللا ػٕٗ –ػٓ أد‬ٟ‫لجي –سػ‬: ‫ي‬ٛ‫م‬٠ ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ط‬ٛ‫لجي عّؼش سع‬- ٜ‫ِٓ سأ‬
ْ‫ّج‬٠‫ رٌه أػؼف ثإل‬ٚ ٗ‫غضطغ فذمٍذ‬٠ ٌُ ْ‫ فئ‬، ٗٔ‫غضطغ فذٍغج‬٠ ٌُ ْ‫ فئ‬، ٖ‫ذ‬١‫شٖ د‬١‫غ‬١ٍ‫ِٕىُ ِٕىشث ف‬- ٍُ‫ثٖ ِغ‬ٚ‫س‬
Arti Hadits:
Dari Abu Sa'id Al Khudri radhiyallahu anhu, ia berkata : Aku mendengar
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda : “Barang siapa di antaramu
melihat kemungkaran, hendaklah ia merubahnya (mencegahnya) dengan
tangannya (kekuasaannya) ; jika ia tak sanggup, maka dengan lidahnya
(menasihatinya) ; dan jika tak sanggup juga, maka dengan hatinya (merasa tidak
senang dan tidak setuju) , dan demikian itu adalah selemah-lemah iman”. [Muslim
no. 49]

Penjelasan:
Dengan demikian, amar ma‟ruf dan nahi mungkar yang dibebankan kepada setiap
muslim, jika ia telah menjalankannya, sedangkan orang yang diperingatkan tidak
melaksanakannya, maka pemberi peringatan telah terlepas dari celaan, sebab ia
hanya diperintah menjalankan amar ma‟ruf dan nahi mungkar, tidak harus sampai
bisa diterima oleh yang diberi peringatan.
Kemudian, amar ma‟ruf dan nahi mungkar merupakan perbuatan wajib kifayah,
sehingga jika telah ada yang menjalankannya, maka yang lain terbebas. Jika
semua orang meninggalkannya, maka berdosalah semua orang yang mampu
melaksanakannya, terkecuali yang ada udzur. Kemudian ada kalanya menjadi
wajib „ain bagi seseorang.

35. Hadits Arbain Nawawi ke-35 (HARAMNYA SIFAT DENGKI(HASAD),


DAN MENCARI-CARI KESALAHAN ORANG)

‫شر‬٠‫ ٘ش‬ٝ‫ هللا ػٕٗ –ػٓ أد‬ٟ‫لجي –سػ‬: ٍُ‫ ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ط‬ٛ‫لجي سع‬- ، ‫ث‬ٛ‫ ل صٕجؽش‬ٚ ، ‫ث‬ٚ‫ل صقجعذ‬
ٍُ‫ ثٌّغ‬ٛ‫ ثٌغٍُ أخ‬، ‫ثٔج‬ٛ‫ث ػذجد هللا إخ‬ٛٔٛ‫ و‬ٚ ، ‫غ دؼغ‬١‫ د‬ٍٝ‫ذغ دؼؼىُ ػ‬٠ ‫ ل‬ٚ ، ‫ث‬ٚ‫ ل صذثدش‬ٚ ‫ث‬ٛ‫ ل صذجغؼ‬ٚ
‫ ٘ج ٕ٘ج‬ٜٛ‫ ثٌضم‬، ٖ‫قمش‬٠ ‫ ل‬ٚ ٗ‫ىزد‬٠ ‫ ل‬ٚ ، ٌٗ‫خز‬٠ ‫ ل‬ٚ ٍّٗ‫ظ‬٠ ‫ طذسٖ عالط ِشثس –ل‬ٌٝ‫ش إ‬١‫ش‬٠ ٚ– ‫دقغخ‬
ٗ‫ ػشػ‬ٚ ٌٗ‫ ِج‬ٚ ِٗ‫ ثٌّغٍُ فشثَ د‬ٍٝ‫قمش أخجٖ ثٌّغٍُ وً ثٌّغٍُ ػ‬٠ ْ‫ثِشا ِٓ ثٌشش أ‬- ٍُ‫ثٖ ِغ‬ٚ‫س‬

Arti Hadits:

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu 'alaihi


wa Sallam bersabda : “Kamu sekalian, satu sama lain Janganlah saling
mendengki, saling menipu, saling membenci, saling menjauhi dan janganlah
27
membeli barang yang sedang ditawar orang lain. Dan jadilah kamu sekalian
hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi
muslim yang lain, maka tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya,
mendustainya dan menghinakannya. Taqwa itu ada di sini (seraya menunjuk dada
beliau tiga kali). Seseorang telah dikatakan berbuat jahat jika ia menghina
saudaranya sesama muslim. Setiap muslim haram darahnya bagi muslim yang
lain, demikian juga harta dan kehormatannya”.[Muslim no. 2564]

Penjelasan:

Jangan mengharapkan hilangnya nikmat dari orang lain. Hal ini adalah haram.
Adapun iri hati ialah tidak ingin orang lain mendapatkan nikmat, tetapi ada
maksud untuk menghilangkannya. Perbuatan-perbuatan lahiriyah tidak akan
mendapatkan pahala tanpa taqwa. Taqwa itu adalah rasa yang ada dalam hati
terhadap keagungan Allah, takut kepada-Nya, dan merasa selalu diawasi. Adapun
kecaman seorang muslim yang berilmu terhadap orang muslim yang jahil, orang
adil terhadap orang fasik tidaklah termasuk menghina seorang muslim, tetapi
hanya menyatakan sifatnya saja. Jika orang itu meninggalkan kejahilan atau
kefasikannya, maka ketinggian martabatnya kembali.

36. Hadits Arba'in Nawawi ke-36 (SESAMA MUSLIM WAJIB SALING


BANTU)

‫شر‬٠‫ ٘ش‬ٟ‫ هللا ػٕٗ لجي –ػٓ ثد‬ٟ‫سػ‬- ‫ عٍُ لجي‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ ط‬ٟ‫ػٓ ثٌٕذ‬- ِٓ ‫ِٓ ٔفظ ػٓ ِؤِٓ وشدز‬
‫خشر‬٢‫ ث‬ٚ ‫ج‬١ٔ‫ ثٌذ‬ٟ‫ٗ ف‬١ٍ‫غش هللا ػ‬٠ ‫ ِؼغش‬ٍٝ‫غش ػ‬٠ ِٓٚ ، ‫جِز‬١‫َ ثٌم‬ٛ٠ ‫ج ٔفظ هللا ػٕٗ وشدز ِٓ ِشح‬١ٔ‫وشح ثٌذ‬
ٗ١‫ْ أخ‬ٛ‫ ػ‬ٟ‫ْ ثٌؼذذ ِج وجْ ثٌؼذذ ف‬ٛ‫ ػ‬ٟ‫ هللا ف‬ٚ ، ‫خشر‬٢‫ ث‬ٚ ‫ج‬١ٔ‫ ثٌذ‬ٝ‫ِٓ عضش ِغٍّج عضشٖ هللا ف‬ٚ ، . ِٓ ٚ
‫ْ وضجح‬ٍٛ‫ض‬٠ ‫س هللا‬ٛ١‫ش ِٓ د‬١‫ د‬ٟ‫َ ف‬ٛ‫ِج ثؽضّغ ل‬ٚ ، ‫ ثٌؾٕز‬ٌٝ‫مج ث‬٠‫ً هللا دٗ ؽش‬ٙ‫ٗ ػٍّج ع‬١‫ٍضّظ ف‬٠ ‫مج‬٠‫عٍؾ ؽش‬
ٖ‫ ِٓ ػٕذ‬ٟ‫ روشُ٘ هللا ف‬ٚ ‫ُ ثٌّالةىز‬ٙ‫ ففض‬ٚ ‫ُ ثٌشفّز‬ٙ‫ض‬١‫ غش‬ٚ ‫ٕز‬١‫ُ ثٌغى‬ٙ١ٍ‫ُ إل ٔضٌش ػ‬ٕٙ١‫ٔٗ د‬ٛ‫ضذثسع‬٠ ٚ ‫هللا‬
ٗ‫غشع دٗ ٔغذ‬٠ ٌُ ٍّٗ‫ ِٓ دطأ دٗ ػ‬ٚ ،- ‫زث ثٌٍفظ‬ٙ‫ثٖ ِغٍُ د‬ٚ‫س‬

Arti Hadits:

Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, beliau bersabda :
“Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan
melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang
menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia
dan di akhirat. Barang siapa yang menutup aib seorang muslim, pasti Allah akan
menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya
selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya. Barang siapa menempuh suatu
jalan untuk mencari ilmu, pasti Allah memudahkan baginya jalan ke surga.
Apabila berkumpul suatu kaum di salah satu masjid untuk membaca Al Qur‟an
secara bergantian dan mempelajarinya, niscaya mereka akan diliputi sakinah
(ketenangan), diliputi rahmat, dan dinaungi malaikat, dan Allah menyebut nama-
nama mereka di hadapan makhluk-makhluk lain di sisi-Nya. Barangsiapa yang
lambat amalannya, maka tidak akan dipercepat kenaikan derajatnya”. (Lafazh
riwayat Muslim) [Muslim no. 2699]

28
Penjelasan:

Hadits ini amat berharga, mencakup berbagai ilmu, prinsip-prinsip agama, dan
akhlaq. Hadits ini memuat keutamaan memenuhi kebutuhan-kebutuhan orang
mukmin, memberi manfaat kepada mereka dengan fasilitas imu, harta, bimbingan
atau petunjuk yang baik, atau nasihat dan sebagainya. Hal ini berlaku dalam
menutup perbuatan dosa yang terjadi. Adapun bila diketahui seseorang berbuat
maksiat, tetapi dia meragukan kemaksiatannya, maka hendaklah ia segera dicegah
dan dihalangi. Jika tidak mampu mencegahnya, hendaklah diadukan kepada
penguasa, sekiranya langkah ini tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar.
Adapun orang yang sudah tahu bahwa hal itu maksiat tetapi tetap melanggarnya,
hal itu tidak perlu ditutupi, Karena menutup kesalahannya dapat mendorong dia
melakukan kerusakan dan tindakan menyakiti orang lain serta melanggar hal-hal
yang haram dan menarik orang lain untuk berbuat serupa. Dalam hal semacam ini
dianjurkan untuk mengadukannya kepada penguasa, jika yang bersangkutan tidak
khawatir terjadi bahaya. Begitu pula halnya dengan tindakan mencela rawi hadits,
para saksi, pemungut zakat, pengurus waqaf, pengurus anak yatim, dan
sebagainya, wajib dilakukan jika diperlukan. Tidaklah dibenarkan menutupi cacat
mereka jika terbukti mereka tercela kejujurannya. Perbuatan semacam itu
bukanlah termasuk menggunjing yang diharamkan, tetapi termasuk nasihat yang
diwajibkan.

37.Hadits Arba'in Nawawi ke-37 (PAHALA KEBAIKAN


DILIPATGANDAKAN OLEH ALLAH)

‫ هللا ػٕٗ –ػٓ ثدٓ ػذجط‬ٟ‫ لجي –سػ‬ٌٝ‫ صؼج‬ٚ ‫ٗ ػٓ سدٗ صذجسن‬٠‫ش‬٠ ‫ّج‬١‫عٍُ ف‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ط‬ٛ‫ػٓ سع‬
- ‫ٓ رٌه‬١‫تجس عُ د‬١‫ ثٌغ‬ٚ ‫إْ هللا وضخ ثٌقغٕجس‬: ُ٘ ْ‫ إ‬ٚ ‫ج هللا ػٕذٖ فغٕز وجٍِز‬ٙ‫ج وضذ‬ٍّٙ‫ؼ‬٠ ٍُ‫فّٓ ُ٘ دقغٕز ف‬
‫ج‬ٍّٙ‫ؼ‬٠ ٍُ‫تز ف‬١‫ إْ ُ٘ دغ‬ٚ ، ‫شر‬١‫ أػؼجف وغ‬ٌٝ‫ عذؼّجةز ػؼف إ‬ٌٝ‫ج هللا ػٕذٖ ػشش فغٕجس إ‬ٙ‫ج وضذ‬ٍّٙ‫ج فؼ‬ٙ‫د‬
‫ثفذر‬ٚ ‫تز‬١‫ج هللا ع‬ٙ‫ج وضذ‬ٍّٙ‫ج فؼ‬ٙ‫إْ ُ٘ د‬ٚ ، ‫ج هللا ػٕذٖ فغٕز وجٍِز‬ٙ‫وضذ‬- ‫ّج‬ٙ١‫ق‬١‫ طق‬ٟ‫ ِغٍُ ف‬ٚ ٞ‫ثٖ ثٌذخجس‬ٚ‫س‬
‫ف‬ٚ‫زٖ ثٌقش‬ٙ‫د‬

Arti Hadits:

Dari Ibnu „Abbas radhiallahu 'anhu, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam,
beliau meriwayatkan dari Tuhannya, Tabaaraka wa ta‟aala. Firman-Nya :
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan nilai kebaikan dan kejahatan, kemudian
Dia menjelaskannya. Maka barangsiapa berniat mengerjakan kebaikan tetapi tidak
dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Jika ia
berniat untuk berbuat kebaikan lalu ia mengerjakannya, Allah mencatatnya
sebagai 10 sampai 700 kali kebaikan atau lebih banyak lagi. Jika ia berniat
melakukan kejahatan, tetapi ia tidak mengerjakannya, Allah mencatatkan padanya
29
satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat melakukan kejahatan lalu
dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kejahatan”.

(HR. Bukhari dan Muslim dalam Kitab Shahihnya dengan lafazh ini) [Bukhari no.
6491, Muslim no. 131]

Penjelasan:

Hadits yang sangat mulia dan berharga. Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam
menjelaskan betapa banyak kelebihan yang Allah berikan kepada makhluk-Nya.
Di antaranya yaitu orang yang berniat melakukan kebaikan sekalipun belum
dilaksanakan mendapat satu pahala, sedangkan orang yang berniat berbuat dosa
tetapi tidak jadi dikerjakan, mendapat satu pahala, dan bila ia laksanakan
mendapat satu dosa. Orang yang berniat baik kemudian melaksanakannya, Allah
tetapkan baginya sepuluh kali pahala. Ini adalah suatu keutamaan yang sangat
besar, yaitu dengan melipat gandakan pahala kebaikan, tetapi tidak melipat
gandakan siksa atas perbuatan dosa. Allah tetapkan keinginan berbuat baik
sebagai suatu kebaikan, karena keinginan berbuat baik itu merupakan perbuatan
hati yang ditekadkannya. Adapun orang yang meninggalkan niat jahatnya karena
dipaksa atau tidak sanggup menjalankannya, maka tidaklah dicatat sebagai suatu
kebaikan (yang mendapat pahala) dan tidak termasuk dalam pembicaraan Hadits
ini.

38.Hadits Arba'in Nawawi ke-38(KEUTAMAAN MELAKSANAKAN


SUNNAH)

‫شر‬٠‫ ٘ش‬ٟ‫ هللا ػٕٗ –ػٓ أد‬ٟ‫لجي –سػ‬: ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ط‬ٛ‫لجي سع‬- ‫ لجي‬ٌٝ‫إْ هللا صؼج‬: ٞ‫ِٓ ػجد‬
ٞ‫ضثي ػذذ‬٠ ‫ ل‬ٚ ، ٗ١ٍ‫ ِّج ثفضشػش ػ‬ٌٟ‫ء أفخ إ‬ٟ‫ دش‬ٞ‫ ػذذ‬ٌٟ‫ِج صمشح إ‬ٚ ، ‫ج فمذ آرٔضٗ دجٌقشح‬١ٌٚ ٌٟ
ٟ‫ذٖ ثٌض‬٠ ٚ ، ٗ‫ذظش د‬٠ ٞ‫ دظشٖ ثٌز‬ٚ ٗ‫ عّغ د‬ٞ‫ فئرث أفذذضٗ وٕش عّؼٗ ثٌز‬، ٗ‫ أفذ‬ٝ ‫ثفً فض‬ٌٕٛ‫ دج‬ٌٟ‫ضمشح إ‬٠
ٗٔ‫ز‬١‫ ألػ‬ٟٔ‫ ٌتٓ ثعضؼجر‬ٚ ، ٕٗ١‫ ألػط‬ٌٟٕ‫ ٌتٓ عأ‬ٚ ‫ج‬ٙ‫ د‬ٟ‫ّش‬٠ ٟ‫ سؽٍٗ ثٌض‬ٚ ‫ج‬ٙ‫ذطش د‬٠- ٞ‫ثٖ ثٌذخجس‬ٚ‫س‬

Arti Hadits:

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anh, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa


Sallam “Sesungguhnya Allah ta‟ala telah berfirman : „Barang siapa memusuhi
wali-Ku, maka sesungguhnya Aku menyatakan perang terhadapnya. Hamba-Ku
senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu (perbuatan)
yang Aku sukai seperti bila ia melakukan yang fardhu yang Aku perintahkan
kepadanya. Hamba-Ku senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku
dengan amalan-amalan sunah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah
mencintainya, maka jadilah Aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk
mendengar, sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, sebagai
tangannya yang ia gunakan untuk memegang, sebagai kakinya yang ia gunakan
untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya
dan jika ia memohon perlindungan, pasti akan Aku berikan kepadanya."[Bukhari
no. 6502]

30
Penjelasan:

Hadits ini mengandung pengertian bahwa Allah menyampaikan ancaman kepada


setiap orang yang memusuhi wali-Nya. Allah mengumumkan bahwa Dia-lah yang
memerangi orang yang menjadi wali-Nya. Wali Allah yaitu orang yang mengikuti
syari‟at-Nya, oleh karena itu hendaklah manusia takut untuk berbuat menyakiti
hati wali-wali Allah. Memusuhi disini berarti menjadikan wali Allah sebagai
musuh, yaitu memusuhi seseorang karena dia menjadi wali Alloh. Adapun jika
terjadi perselisihan antara wali Alloh karena memperebutkan hak, maka hal
semacam ini tidak termasuk dalam makna memusuhi yang dimaksud dalam hadits
ini, sebab pernah terjadi perselisihan antara Abu Bakar dan Umar, Abbas dan Ali
dan banyak lagi sahabat yang lain, padahal mereka semua adalah wali-wali Alloh.

39.Hadits Arba'in Nawawi ke-39(TIDAK SENGAJA ATAU LUPA


DIMAAFKAN)

‫ّج –ػٓ ثدٓ ػذجط‬ٕٙ‫ هللا ػ‬ٟ‫عٍُ لجي –سػ‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ط‬ٛ‫أْ سع‬- ٟ‫ ػٓ أِض‬ٌٟ ‫ص‬ٚ‫إْ هللا صؾج‬
ٗ١ٍ‫ث ػ‬ٛ٘‫ ِج ثعضىش‬ٚ ، ْ‫ج‬١‫ ثٌٕغ‬ٚ ‫ثٌخطأ‬- ‫شّ٘ج‬١‫ غ‬ٚ ٟ‫م‬ٙ١‫ ثٌذ‬ٚ ٗ‫ثٖ ثدٓ ِجؽ‬ٚ‫ظ فغٓ س‬٠‫فذ‬

Terjemahan:

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, sesungguhnya Rasululloh Shallallahu


'alaihi wa Sallam telah bersabda : " Sesungguhnya Allah telah mema‟afkan
kesalahan-kesalahan uamt-Ku yang tidak disengaja, karena lupa dan yang dipaksa
melakukannya" (HR. Ibnu Majah, Baihaqi dll, hadits hasan)

[Ibnu Majah no. 2405, Baihaqi (As-Sunan no. 7/356), dan yang lain]

Penjelasan:

Ada beberapa hukum bagi sikap kekafiran ketika Allah menyatakan bahwa
kekufuran tidak terdapat pada orang yang dipaksa, maksudnya bahwa menyatakan
kekufuran secara lisan karena dipaksa tidak dianggap kufur. Jika sesuatu yang
lebih berat dianggap gugur, maka yang lebih ringan lebih patut untuk gugur.

40.Hadits Arba'in Nawawi ke-40(HIDUP BAGAIKAN SEORANG


PENGEMBARA)

‫ هللا ػٕٗ فمجي‬ٟ‫ سػ‬ٟ‫عٍُ دّٕىذ‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ط‬ٛ‫ّج لجي أخز سع‬ٕٙ‫ هللا ػ‬ٟ‫ػٓ ثدٓ ػّش سػ‬- ٟ‫وٓ ف‬
‫خ‬٠‫ج وأٔه غش‬١ٔ‫ثٌذ‬, ً١‫ ػجدش عذ‬ٚ‫أ‬- ‫ي‬ٛ‫م‬٠ ٕٗ‫ هللا ػ‬ٟ‫وجْ ثدٓ ػّش سػ‬ٚ" ‫إرث‬ٚ ‫ش فال صٕضظش ثٌظذجؿ‬١‫إرث أِغ‬
‫جصه ٌّّجصه‬١‫ِٓ ف‬ٚ ‫خز ِٓ طقضه ٌّشػه‬ٚ ‫ "أطذقش فال صٕضظش ثٌّغجء‬ٞ‫ثٖ ثٌذخجس‬ٚ‫س‬

Arti Hadits:

Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu 'alaihi


wa Sallam memegang pundakku, lalu bersabda : Jadilah engkau di dunia ini
31
seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara. Lalu Ibnu Umar radhiyallahu
anhuma berkata : “Jika engkau di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu
pagi dan jika engkau di waktu pagi, maka janganlah menunggu sore dan
pergunakanlah waktu sehatmu sebelum kamu sakit dan waktu hidupmu sebelum
kamu mati”.[Bukhari no. 6416]

Penjelasan:

Maksud dari Hadits ini ialah orang asing biasanya sedikit berkumpul dengan
orang lain sehingga dia terasing dari mereka, karena hampir-hampir dia hanya
berkumpul dan bergaul dengan orang ini saja. Ia menjadi orang yang merasa
lemah dan takut. Begitu pula seorang pengembara, ia hanya mau melakukan
perjalanan sebatas kekuatannya. Dia hanya membawa beban yang ringan agar dia
tidak terbebani untuk menempuh perjalanannya. Dia hanya membawa bekal dan
kendaraan sebatas untuk mencapai tujuannya. Hal ini menunjukkan bahwa sikap
zuhud terhadap dunia dimaksudkan untuk dapat sampai kepada tujuan dan
mencegah kegagalan, seperti halnya seorang pengembara yang hanya membawa
bekal sekadarnya agar sampai ke tempat yang dituju. Begitu pula halnya dengan
seorang mukmin dalam kehidupan di dunia ini hanyalah membutuhkan sekadar
untuk mencapai tujuan hidupnya.Kita memohon kepada Allah semoga kita
dirahmati dan dijadikan orang yang zuhud terhadap kehidupan dunia dan
menjadikan kita bersemangat mengejar apa yang ada di sisi-Nya dan menjadikan
kita memperoleh kesenangan di hari kiamat. Sesungguhnya Dia adalah Tuhan
yang Maha Dermawan, Maha Pemurah, Maha Pengampun dan Maha Belaskasih.

41.Hadits Arba'in Nawawi ke-41(MENUNDUKKAN HAWA NAFSU)

ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ط‬ٛ‫ّج ِج لجي لجي سع‬ٕٙ‫ هللا ػ‬ٟ‫ دٓ ثٌؼجص سػ‬ٚ‫ ِقّذ ػذذهللا دٓ ػّش‬ٟ‫ػٓ أد‬- ‫ل‬
ٗ‫ثٖ صذؼج ُ ٌّج ؽتش د‬ٛ٘ ْٛ‫ى‬٠ ٝ‫ؤِٓ أفذوُ فض‬٠- ‫ـ‬١‫ وضجح ثٌقؾز دئعٕجد طق‬ٟ‫ٕجٖ ف‬٠ٚ‫ـ س‬١‫ظ طق‬٠‫فذ‬

Arti Hadits:

Dari Abu Muhammad, Abdullah bin Amr bin Al „Ash radhiallahu 'anhuma, ia
berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam telah bersabda : “Tidak
sempurna iman seseorang di antara kamu sehingga hawa nafsunya tunduk kepada
apa yang telah aku sampaikan”. (Hadits hasan shahih dalam kitab Al Hujjah)

Penjelasan:

Mencintai dan mengikuti apa yang dibawa dan dissampaikan Rasul adalah sebuah
kewajiban bagi setiap muslim mukmin. Cinta Rasul adalah iitiba‟ yaitu mengikuti
semua tuntunan serta menjauhi dari hal yang membuat sesuatu menyelisihi
tuntunan beliau. Kita dikatakan memiliki iman yang sempurna yang sifatnya
wajib ketika kita tunduk pada ajaran Rasullullah SAW. dengan mengikuti
perintahnya dan menjauhi larangannya serta mencintai perintah dan membenci
setiap larangannya.
32
42. Hadits Arba'in Nawawi ke-42 (DOSA SELAIN SYIRIK AKAN
DIAMPUNI)

‫ي‬ٛ‫م‬٠ ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ػ‬ٍٝ‫ي هللا ط‬ٛ‫ هللا ػٕٗ لجي عّؼش سع‬ٟ‫ػٓ أٔظ سػ‬- ٌٝ‫لجي هللا صؼج‬: ‫ج دٓ ثدَ إٔه ِج‬٠
ٌٟ‫ل أدج‬ٚ ْ‫ ِج وج‬ٍٝ‫ غفشس ٌه ػ‬ٟٕ‫ص‬ٛ‫سؽ‬ٚ ٟٕ‫ص‬ٛ‫دػ‬, ٟٕ‫ده ػٕجْ ثٌغّجء عُ ثعضغفشص‬ٛٔ‫ دٍغش ر‬ٌٛ َ‫ج دٓ ثد‬٠
‫غفشس ٌه‬, ‫ج ِغفشر‬ٙ‫ضه دمشثد‬١‫تج ً ألص‬١‫ ش‬ٟ‫ ل صششن د‬ٟٕ‫ض‬١‫ج عُ ٌم‬٠‫ دمشثح ثألسع خطج‬ٟٕ‫ض‬١‫ أص‬ٌٛ ‫ج دٓ ثدَ إٔه‬٠-
‫ـ‬١‫ظ فغٓ طق‬٠‫لجي فذ‬ٚ ٞ‫ثٖ ثٌضشِز‬ٚ‫س‬

Terjemahan:

Dari Anas radhiallahu 'anhu, ia berkata : Saya telah mendengar Rasulullah


Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Allah ta‟ala telah berfirman : “Wahai
anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan
mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan lagi. Wahai anak Adam, walaupun
dosamu sampai setinggi langit, bila engkau mohon ampun kepada-Ku, niscaya
Aku memberi ampun kepadamu. Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku
dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan
sesuatu dengan Aku, niscaya Aku datang kepadamu dengan (memberi) ampunan
sepenuh bumi pula”. (HR. Tirmidzi, Hadits hasan shahih) [Tirmidzi no. 3540]

Penjelasan:

Hadits ini berisikan kabar gembira, belas kasih dan kemurahan yang besar. Tidak
terhitung banyaknya karunia, kebaikan, belas kasih dan pemberian Allah kepada
hamba-Nya. Sekiranya kamu sekalian tidak mau berbuat dosa, niscaya Allah akan
menggantinya dengan makhluk lain yang mau berbuat dosa, lalu Allah memberi
ampun kepada mereka. Sungguh, Allah tidak mengampuni orang yang
menyekutukan-Nya, tetapi mengampuni dosa selain dari itu kepada siapa yang
dikehendaki.Tidaklah dikatakan terus-menerus berbuat dosa orang yang mau
meminta ampun, sekalipun dia mengulangi tujuh puluh kali dalam sehari.
Mempunyai anggapan baik kepada Allah termasuk beribadah yang baik kepada
Allah.

33
BAB III

PENUTUP

1.Kesimpulan

Kitab yang ditulis oleh Imam Nawawi yang terdiri dari empat puluh dua
hadits mengenai pokok-pokok ajaran Islam, akhlak dan kaidah-kaidah hukum
Islam. Dalam satu kitab ini memuat beberapa tema pokok permasalahan agama
hingga pada akhlak mulia, untuk itu diantara para ulama telah memberikan
perhatian secara khusus terhadap kitab Arba‟in Nawawi. Ditinjau dari sisi
keberadaan kitab hadits Arba‟in Nawawi memang cukup membanggakan dalam
dunia Islam. Namun kebanggaan ini hanya menjadi kejayaan dimasa lalu, juga
penghias sudut-sudut perpustakaan kaum muslimin semata. Jika ditinjau dari sisi
lain kitab Arba‟in Nawawi belum sepenuhnya dipelajari bahkan diamalkan oleh
umat Islam, sehingga nilai-nilai luhur yang terdapat dalam kitab ini belum
tersampaikan dalam akhlak masyarakat Islam secara umum, padahal arus
globalisasi dan modernisasi yang kian menerpa umat Islam mengakibatkan
semakin mengikis akhlak mulia umat Islam.

2.Saran dan Kritik

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat


rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Hadits Arba‟in Nawawi
guna memenuhi tugas mata kuliah Hadits. Kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan sesuai dengan waktunya.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini


masih banyak kekurangan dan kesalahannya, untuk itu mohon maaf, sekaligus
kami berharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca semua. Semoga
makalah ini nantinya bermanfaat untuk kita semua.

34
DAFTAR PUSTAKA

-Hadits Arbain Nawawi Matan dan Terjemah_Revisi.pdf

-https://id.wikipedia.org/wiki

-https://www.radiorodja.com/download/kajian/ustadz-anas-burhanuddin/hadits-
arbain-an-nawawi/

35

Anda mungkin juga menyukai