Anda di halaman 1dari 9

PENJELASAN HR. BUKHARI NO.

2644 TENTANG HAK ALLAH DAN


HAK HAMBA

Disusun guna memenuhi tugas mata pelajaran


Al-Qur'an Hadis

Guru Pembimbing:
Dr. H. Alivermana Wiguna, M.Ag

Oleh:
Kelompok 7
1. Muhammad Raihan Fahmaylunar
2. Muhammad Syahrullah Ar Rasyid
3. Radianor Ilham
4. Rin Junior Adrian
5. Tio Aji Wibowo

XI MIPA 2
MAN KOTAWARINGIN TIMUR

TAHUN AJARAN 2022/2023


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan rahmat-Nya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan
sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Dr. H. Alivermana Wiguna, M.Ag
sebagai guru pembimbing mata pelajaran Al-Qur'an Hadis yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman materi dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Sampit, 07 September 2022

Penyusun

2
Daftar Isi
Kata Pengantar......................................................................................................................................2
A. Pendahuluan..................................................................................................................................4
1. Latar Belakang...........................................................................................................................4
2. Manfaat......................................................................................................................................4
3. Permasalahan.............................................................................................................................4
4. Tujuan........................................................................................................................................4
B. Pembahasan...................................................................................................................................5
1. Teks Hadis.................................................................................................................................5
2. Terjemahan................................................................................................................................5
3. Penjelasan..................................................................................................................................5
C. Kesimpulan dan Saran...................................................................................................................8
1. Kesimpulan................................................................................................................................8
2. Saran..........................................................................................................................................8
D. Daftar Pustaka...............................................................................................................................8

3
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, artinya Islam adalah rahmat
bagi sekalian alam, termasuk pula bagi umat manusia. Oleh karena itu, Islam telah
mengatur dan merancang tiap-tiap lini kehidupan umat manusia, semenjak
ditiupnya ruh ke dalam raga hingga alam akhirat nanti. Termasuk pula dalam
rancangan dan peraturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, Tuhan pemilik
alam semesta ini, tentang hak bagi diri-Nya sendiri, Allah SWT, dan bagi ciptaan-
ciptaan-Nya, terkhusus bagi manusia.
Dengan demikian, terdapat perbedaan fundamental pada hak Allah SWT,
Tuhan semesta alam, dengan hak hamba sebagai makhluk ciptaan-Nya. Nabi
Muhammad SAW, sebagai juru bicara Allah SWT di muka bumi kepada umat
manusia, telah menyampaikan perbedaan hak Allah SWT dan hak hamba
sebagaimana yang termaktub dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dalam Hadis Shahih Bukhari no. 2644, yang akan penulis terangkan
dalam makalah ini.

2. Manfaat
a. Manfaat Praktis
1. Memberikan sumbangan pemikiran sebagai pemicu dan pemacu diskusi
dalam kegiatan pembelajaran Al-Qur'an Hadis mengenai HR. Bukhari
tentang hak Allah dan hak hamba.
2. Memperluas dan memperdalam wawasan bagi siswa/i peserta didik
terhadap materi Al-Qur'an Hadis mengenai HR. Bukhari tentang hak Allah
dan hak hamba.
3. Mempermudah pemahaman dalam pembelajaran Al-Qur'an Hadis
mengenai HR. Bukhari tentang hak Allah dan hak hamba
b. Manfaat Teoritis
1. Sebagai bacaan landasan mendasar bagi penelitian-penelitian selanjutnya
mengenai materi Al-Qur'an Hadis HR. Bukhari tentang hak Allah dan hak
hamba.
2. Mendukung penelitian-penelitian selanjutnya mengenai hak Allah dan hak
hamba.

3. Permasalahan
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana perbedaan hak Allah dan hak hamba sebagaimana dalam HR.
Bukhari no. 2644?
2. Bagaimana cara menyikapi perbedaan hak Allah dan hak hamba?

4. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mencari tahu penjelasan perbedaan hak Allah dan hak hamba pada HR.
Bukhari no. 2644.

4
2. Memperluas wawasan cara menyikapi perbedaan hak Allah dan hak hamba

B. Pembahasan
1. Teks Hadis
‫رو‬A ِ A‫ق ع َْن َع ْم‬ َ ‫ َحا‬A‫ص ع َْن َأبِي ِإ ْس‬ ِ ‫ َو‬Aْ‫ق بْنُ ِإب َْرا ِهي َم َس ِم َع يَحْ يَى ْبنَ آ َد َم َح َّدثَنَا َأبُو اَأْلح‬ ُ ‫ْحا‬ َ ‫َح َّدثَنِي ِإس‬
‫ار يُقَا ُل‬ ٍ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َعلَى ِح َم‬ َ ‫ت ِر ْدفَ النَّبِ ِّي‬ َ َ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ق‬
ُ ‫ال ُك ْن‬ ِ ‫ْب ِن َم ْي ُمو ٍن ع َْن ُم َعا ٍذ َر‬
ُ‫ولُه‬A‫ت هَّللا ُ َو َر ُس‬ ُ ‫ا ِد َعلَى هَّللا ِ قُ ْل‬Aَ‫ق ْال ِعب‬
ُّ A‫ا َح‬A‫ق هَّللا ِ َعلَى ِعبَا ِد ِه َو َم‬ َّ ‫لَهُ ُعفَ ْي ٌر فَقَا َل يَا ُم َعا ُذ هَلْ تَ ْد ِري َح‬
‫ا ِد َعلَى هَّللا ِ َأ ْن اَل‬AAَ‫ق ْال ِعب‬ َّ A‫ ْيًئا َو َح‬A‫ ِه َش‬Aِ‫ ِر ُكوا ب‬A‫دُوهُ َواَل ي ُْش‬Aُ‫ق هَّللا ِ َعلَى ْال ِعبَا ِد َأ ْن يَ ْعب‬ َّ ‫ال فَِإ َّن َح‬ َ َ‫َأ ْعلَ ُم ق‬
‫ال اَل تُبَ ِّشرْ هُ ْم فَيَتَّ ِكلُوا‬ َ َ‫اس ق‬ َ َّ‫ت يَا َرسُو َل هَّللا ِ َأفَاَل ُأبَ ِّش ُر بِ ِه الن‬ ُ ‫ك بِ ِه َش ْيًئا فَقُ ْل‬
ُ ‫ب َم ْن اَل يُ ْش ِر‬ َ ‫يُ َع ِّذ‬
2. Terjemahan
Artinya: Telah disampaikan kepadaku oleh Ishaq bin Ibrahim 1 dari Yahya bin
Adam2 dari Abu al Ahwash3 dari Ishaq4 bin ‘Amr bin Maimun5 dari Mu’adz bin
Jabal6 yang berkata, ‚Aku pernah naik keledai yang bernama ‘Ufair di belakang
Nabi Muhammad saw. Kemudian beliau bertanya, ‘Wahai Mu’âdz! Tahukah
engkau apa hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya dan apa hak para
hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah?’ Aku menjawab, Allah dan Rasul-Nya
yang lebih mengetahui.’ Beliau bersabda, ‘Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh
para hamba-Nya ialah mereka hanya beribadah kepada-Nya dan tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Sedangkan hak para hamba yang
pasti dipenuhi Allah ialah sesungguhnya Allah tidak akan menyiksa orang yang
tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.’ Aku bertanya, ‘Wahai
Rasulullah! Tidak perlukah aku menyampaikan kabar gembira ini kepada orang-
orang?’ Beliau menjawab, ‘Janganlah kausampaikan kabar gembira ini kepada
mereka sehingga mereka akan bersikap menyandarkan diri (kepada hal ini dan
tidak beramal saleh)’.‛ (HR. Bukhari).

3. Penjelasan
1. Tafsir HR. Bukhari no. 2644
Hadis shahih tersebut berisi penjelasan mengenai hak Allah yang wajib
dipenuhi oleh tiap-tiap hambanya yaitu beribadah kepada-Nya semata dan
tidak mempersekutukan Allah SWT dengan sesuatu apapun. Lalu hak bagi
setiap hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah SWT adalah tidak akan menyiksa

1
Ishaq bin Ibrahim bin Makhlad, Al Hanzhaliy Al Marwaziy, Abu Ya’qub, Ibnu Rahawaih. Tabi’ul Atba’
kalangan tua. Wafat tahun 238 Hijriah (± 852 Masehi). Hidup di Himsh. Wafat di Nihawand.
2
Yahya bin Adam bin Sulaiman, maula keluarga Abi Mu’ith”, Al Umawiy, Abu Zakariya. Tabi’ut Tabi’in
kalangan biasa. Wafat tahun 203 Hijriah (± 819 Masehi). Hidup di Kufah. Wafat di Falisthina.
3
Salam bin Sulaim, Al Hanafiy, Abu Al Ahwash. Tabi’ut Tabi’in kalangan tua. Wafat tahun 179 Hijriah (± 795
Masehi). Hidup di Kufah. Wafat di Kufah.
4
Amru bin ‘Abdullah bin ‘Ubaid, As Suba’iy Al Hamdaniy, Abu Ishaq. Tabi’in kalangan pertengahan. Wafat
tahun 128 Hijriah (± 746 Masehi). Hidup di Kufah. Wafat di Kufah.
5
Amru bin Maimun, Al Audiy, Abu ‘Abdullah. Tabi’in kalangan tua. Wafat tahun 74 Hijriah (± 693 Masehi).
Hidup di Kufah.
6
Mu’adz bin Jabal bin ‘Amru bin Aus, Al Anshariy Al Khazrajiy, Abu ‘Abdur Rahman. Sahabat. Wafat tahun
18 Hijriah (± 639 Masehi). Hidup di Syam. Wafat di Syam.

5
orang yang bertauhid atau tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
Orang yang melaksanakan ibadah tetapi masih berlaku syirik (menyekutukan
Allah) maka pada hakikatnya dia tidak beribadah karena melanggar salah satu
hak dari Allah SWT. Dengan demikian, hadis ini bermuatan wasiat atau pesan
untuk bertauhid yaitu dengan melaksanakan apa yang Allah dan Rasul-Nya
perintahkan dan menjauhi apa yang Allah dan Rasul-Nya larang. Allah
menjamin setiap hamba-Nya yang bertauhid tidak akan mendapatkan siksa-
Nya.
2. Kajian Ilmiah
Secara etimologi, hak berasal dari Bahasa Arab haq yang memiliki beberapa
makna sebagai berikut (Zullfa, 2014).

a. Kepastian
َ‫ق ۡالقَ ۡو ُل ع َٰلٓى اَ ۡكثَ ِر ِهمۡ فَهُمۡ اَل ي ُۡؤ ِمنُ ۡون‬
َّ ‫لَقَ ۡد َح‬

"Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan


mereka, karena mereka tidak beriman." (QS Yasin [36]: 7).
b. Kebenaran
ِّ ‫ق‌ؕ اَفَ َم ۡن ي َّۡه ِد ۡۤى اِلَى ۡال َح‬
‫ق‬ ِّ ‫ق‌ؕ قُ ِل هّٰللا ُ يَ ۡه ِد ۡى لِ ۡل َح‬
ِّ ‫م َّم ۡن ي َّۡه ِد ۤۡى اِلَى ۡال َحـ‬Aۡ‫قُ ۡل ه َۡل ِم ۡن ُش َر َك ِٕٓاٮ ُك‬
َ‫ق اَ ۡن يُّتَّبَ َع اَ َّم ۡن اَّل يَ ِهد ِّۡۤى اِاَّل ۤ اَ ۡن ي ُّۡه ٰد ۚى‌ فَ َما لَ ُكمۡ َك ۡيفَ ت َۡح ُك ُم ۡون‬
ُّ ‫اَ َح‬
" Katakanlah, "Apakah di antara sekutumu ada yang membimbing kepada
kebenaran?" Katakanlah, "Allah-lah yang membimbing kepada
kebenaran." Maka manakah yang lebih berhak diikuti, Tuhan yang
membimbing kepada kebenaran itu, ataukah orang yang tidak mampu
membimbing bahkan perlu dibimbing? Maka mengapa kamu (berbuat
demikian)? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?" (QS Yunus
[10]: 35).
c. Menetapkan
َ‫ق َوي ُۡب ِط َل ۡالبَا ِط َل َولَ ۡو َك ِرهَ ۡال ُم ۡج ِر ُم ۡون‬
َّ ‫ق ۡال َحـ‬
َّ ‫لِي ُِح‬
‌" Agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil
(syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak
menyukainya.” (QS. Al-Anfal [8]: 8).

Selanjutnya, secara terminologi hak adalah kewenangan atau


kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atas sesuatu yang dibenarkan menurut
aturan yang berlaku (undang-undang) (Sudarsono, 2007). Hak juga dapat
didefinisikan sebagai kekuasaan untuk mendapatkan sesuatu atau
melaksanakan sesuatu yang semestinya kita terima dan tidak boleh dirampas
oleh orang lain tanpa sebab yang dibenarkan secara hukum (Nafilah, 2020).
Dalam agama Islam, pada hakikatnya semua hak yang melekat pada
hamba (khususnya manusia) bersumber dari hak-hak Allah. Dengan demikian,
hak-hak hamba berhubungan dengan hak-hak Allah sebagaimana yang
diterangkan oleh Nabi Muhammad SAW pada hadis shahih Bukhari no. 2644.

6
Hak Allah dan hak hamba yang diterangkan pada hadis shahih tersebut dapat
diandaikan sebagai hubungan hak dan kewajiban suami istri, hak bagi istri
menjadi kewajiban bagi suami dan begitu pula sebaliknya, hak bagi suami
menjadi kewajiban istri. Kewajiban harus dilakukan sebelum hak dapat
diterima (Hidayatulloh, 2019).
Selayaknya penjagaan sistem hak dan kewajiban antara hak Allah dan
hak hamba, dalam kehidupan masyarakat bernegara juga terdapat hal serupa.
Masyarakat mempunyai hak dan pemerintah wajib untuk memenuhi hak
tersebut, begitu pula dengan pemerintah yang dibekali hak untuk dipenuhi
secara wajib oleh masyarakat (Rahmandani & Samsuri, 2019).
Selanjutnya, diterangkan pada hadis tersebut bahwa hak yang wajib
dipenuhi setiap hamba kepada Allah SWT adalah beribadah kepada-Nya.
Seorang ulama tafsir, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA, memberikan definisi
Salah satu contoh dari ibadah adalah shalat yang didefinisikan menurut syara'
sebagai ibadah yang dikerjakan untuk menyatakan diri mengabdi dan
merendahkan diri kepada Allah SWT (Suparman, 2015). Dengan demikian,
hak yang harus dipenuhi hamba kepada Allah atau kewajiban bagi setiap
hamba kepada Allah SWT adalah tunduk dan taat kepada Allah SWT yang
direalisasikan melalui kegiatan ibadah.

7
C. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah Allah SWT telah menetapkan hak-hak yang
ada di kehidupan ini. Baik hak bagi Allah SWT maupun bagi hamba-hamba-Nya.
Dari HR. Bukhari no. 2644 dapat ditarik kesimpulan bahwa hak Allah SWT yang
wajib dipenuhi hamba-Nya adalah beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-
Nya. Sedangkan hak bagi hamba adalah tidak menyiksa orang yang tidak
menyekutukan-Nya. Timbal balik antara hak dan kewajiban ini telah mengakar
pada kehidupan sehari-hari, baik dalam berkeluarga maupun dalam bernegara.
Dengan demikian, cara yang tepat bagi kita untuk menyikapinya adalah berpegang
teguh pada tauhid dan mempertebal iman kita dalam rangka memenuhi kewajiban
kita untuk memenuhi hak dari Allah SWT.

2. Saran
Perlu diadakan penelitian dan pengembangan yang lebih lanjut mengenai
penafsiran dan penjabaran hadis shahih tersebut. Selain itu, perlu ditemukan lagi
contoh-contoh penerapan hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban di
kehidupan sehari-hari.

D. Daftar Pustaka

Bukhori, P. M. (2020). Al-Qur'an Hadis MA Kelas XI. Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah.

Hidayatulloh, H. (2019). Hak Dan Kewajiban Suami Istri Dalam Al-Qur’an. Jurnal Hukum Keluarga
Islam, 4(2), 143-165.

Kallang, A. (2018). Konteks Ibadah Menurut Al-Qur'an. Al-Din: Jurnal Dakwah dan Sosial
Keagamaan, 4(2), 1-13.

Nafilah. (2020). Hak Dan Kewajiban Warga Negara. OSF Preprints.

Rahmandani, F., & Samsuri. (2019). Hak Dan Kewajiban Sebagai Dasar Nilai Intrinsik Warga Negara
Dalam Membentuk Masyarakat Sipil. Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya, 4(1).

Sudarsono. (2007). Kamus Hukum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Suparman, D. (2015). Pembelajaran Ibadah Shalat Dalam Perspektif Psikis Dan Medis. Jurnal ISTEK,
9(2), 48-70.

Zullfa. (2014). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Distribusi Beras Bersubsidi Untuk
Masyarakat Berpendapatan Rendah (Raskin) Secara Merata. UIN Walisongo.

8
9

Anda mungkin juga menyukai