Anda di halaman 1dari 15

Kelompok IV

HADIS TENTANG ETOS KERJA


Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata kuliah: Hadis
Dosen Pengampu: Baihaki, S. Th. I., M. Ag.

Oleh :
MARSA MAHENDRA
NIM.2212130020
GHAIDA JIHANIAR
NIM.2212130014

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS SYARIAH JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
TAHUN 2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Segala puji dan syukur kami haturkan kehadiran Allah SWT karena dengan
segala Rahmat dan ridhanya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Hadis Tentang Etos Kerja” tidak lupa shalawat serta salam, kami sampaikan
kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para
pengikut beliau hingga akhir zaman.

Semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya kepada semua


pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat dan menjadi dunia Pendidikan dan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kepada dosen penulis meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah
penulis di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca .

Akhir kata, saya ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak terutama kepada
dosen pengampu mata kuliah Hadis yakni, Baihaki, S. Th. I., M. Ag. serta kepada
teman-teman yang turut serta memberikan dukungan dan semangat kepada kami.
Harapannya semoga makalah yang kami buat ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Aaammmiiinnn ya rabbal alamin.

Wassalamualaikum wr.wb

Palangka Raya,04 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 2
C. Tujuan.......................................................................................... 2
D. Metode Penulisan........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
A. Hadis Tentang Pekerjaan/Usaha Yang Paling Baik..................... 3
B. Hadis Tentang Larangan Meminta-Minta.................................... 4
C. Hadis Tentang Mukmin Yang Kuat Lebih Baik Dan Mendapat
Pujian........................................................................................... 6
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 11
A. Kesimpulan.................................................................................. 11
B. Saran............................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 12

iii
BAB I
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk multidimensi. Segala potensi telah disiapkan


oleh Allah SWT. untuk menunjang manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Baik itu berupa akal, bentuk fisik yang sedemikian rupa memudahkan manusia
untuk bergerak, maupun hati sebagai menager dari segala tingkah manusia
tersebut. Islam hadir sebagai jalan untuk manusia menjadi manusia yang
sebenarnya, yakni sebagai khalifah. Segala petunjuk dan aturan telah ditetapkan
oleh Allah Swt. Baik untuk keperluan dunia maupun akhirat. Salah satu
petunjuk tersebut termuat dalam Al Hadis (disamping Al Quran). Di dalamnya
terdapat banyak petunjuk bagaimana sebenarnya seorang khalifah itu. Manusia
bertabiat sebagai pekerja, selalu berusaha untuk mencapai apa yang ia inginkan.
Untuk itu, nash hadir sebagai petunjuk untuk mempergunakan potensi tersebut
sesuai yang diinginkan Sang penciptnya, Rabbal alamin.Dalam makalah ini
akan diuraikan lebih spesifik tentang manusia bekerja atau etos kerja. Kata etos
(Yunani) memiliki arti sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi
terhadap nilai bekerja.1Etos kerja dalam kamus bahasa Indonesia memiliki
pengertian semangat kerja yang menjadi ciri khusus dan keyakinan seseorang
atau kelompok masyarakat tertentu.2Jadi, etos kerja adalah sikap atau cara
berbuat serta semangat seseorang akan sebuah nilai dari bekerja. Di dalam
makalah ini mengulas tentang hadis etos kerja, yang diperkuat dengan dalil Al
Quran.

1
Oneng Nurul Bariyah, Materi Hadis tentang Islam, hukum, ekonomi, sosial dan lingkungan,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2008), 92
2
Ari Prahasta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,( Tangerang: Scientific Press), 121.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hadis tentang pekerjaan/usaha yang baik
2. Bagaimana Hadis tentang larangan meminta-minta
3. Bagaimana Hadis tentang mukmin yang kuat lebih baik dan mendapat
pujian

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Hadis tentang pekerjaan/usaha yang baik
2. Untuk mengetahui Hadis tentang larangan meminta-minta
3. Untuk mengetahui Hadis tentang mukmin yang kuat lebih baik dan
mendapat pujian.

D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang di gunakan di dalam pembuatan makalah ini adalah
library research dan internet searching.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadis Tentang Pekerjaan/Usaha Yang Paling Baik

َّ ِ‫َأنَّ اَلنَّب‬
ٍ ‫ َو ُكلُّ بَي‬,‫ َع َم ُل اَل َّرج ُِل بِيَ ِد ِه‬:‫ي ع َْن ِرفَا َعةَ ْب ِن َرافِ ٍع صلى هللا عليه وسلم قَا َل‬
‫ع‬KKْ
‫َّحهُ اَ ْل َحا ِك ُم‬
َ ‫صح‬َ ‫ َو‬، ‫ُور َر َواهُ اَ ْلبَ َّزا ُر‬
ٍ ‫َم ْبر‬
Artinya: “Rifa‟ah bin Rafi‟i berkata bahwa Nabi SAW. Ditanya, “ apa
mata pencaharian yang paling baik?” Nabi menjawab, “seseorang bekerja
dengan tangannya dan tiap-tiap jual beli yang bersih.”(Diriwayatkan oleh
Bazzar dan disahkan oleh Hakim)3

Menurut Rachmat Syafe’i, Islam senantiasa mengajarkan kepada umatnya


agar berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak dibenarkan seorang
muslim berpangku tangan saja atau berdoa mengharapkan rezeki datang dari
langit tanpa mengiringinya dengan usaha. Namun demikian, tidak dibenarkan
pula terlalu mengandalkan kemampuan diri sehingga melupakan pertolongan
Allah SWT dan tidak mau berdoa kepada-Nya.4

Di dalam Al Quran juga terdapat beberapa ayat yang menyatakan untuk


bekerja dan mencari karunia Allah yang bertebaran di muka bumi ini. Diantara
ayat-ayat tersebut ialah. “...maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah
karunia Allah.”(Q.S. Al-Jum‟ah: 10). Ayat ini menjelaskan kepada kita untuk
bekerja mencari karunia Allah ke segala penjuru yang kita sanggupi. Karena
seperti dalam latar belakang makalah ini, yakni bahwa manusia telah

3
Rachmat Syafe‟i, Al-Hadis: Aqidah, Akhlaq, Sosial, dan Hukum, (Bandung: Pustaka Setia,
cet. II, 2003), 113.
4
Ibid.,114

3
dipersiapkan oleh Allah Swt dengan segala potensinya untuk dipergunakan
dengan sebaikbaiknya.

Makna penting dari hadis kedua ini ialah bekerja dengan tangan sendiri,
artinya tidak berpangku tangan kepada orang lain. Dan juga kejujuran dalam
segala hal, terutama jual-beli yang ada di dalam hadis ini. Menurut hemat kami,
di Indonesia sangat memerlukan akan hadis ini. Dimana banyak masyarakat
yang sangat menggantungkan hidupnya kepada orang lain atau juga kepada
pemerintah. Karena itulah, mengapa begitu ngilunya kaum muslim dewasa ini,
kebanyakan telah melupakan ajaran-ajaran Islam yang benar.

B. Hadis Tentang Larangan Meminta-Minta

ِ ‫ َو َعلَى ْال ِم ْن‬KKُ‫قَال َوه‬


‫بَر‬ َ َ ِ‫و َل هللا‬KK‫ َى هللاُ َع ْنهُمَا َأ َّن َر ُس‬KK‫ض‬
‫لَّ َم‬KK‫ ِه َو َس‬KKْ‫لَّى هللاُ َعلَي‬KK‫ص‬ ِ ‫ْث ا ْب ِن عُمَ َر َر‬ ُ ‫حَ ِدي‬
ُّ ‫ ْفلَى فَ ْاليَ ُد ْالع ُْليَا ِه َى ْال ُم ْنفِقَةُ َو‬K‫الس‬
‫ ْفلَى‬K‫الس‬ ُّ ‫ ٌر ِمنَ ْاليَ ِد‬Kْ‫ َأ ْليَ ُد ْالع ُْليَا َخي‬:َ‫َئلَة‬K‫ َدقَةَ َو التَّ َعفُّفَ َو ْال َم ْس‬K‫الص‬
َّ ‫َو َذ َك َر‬
ِ ‫ َأ ْخ َر َجهُ ْالبُ َخ‬.ُ‫ِهىَالسَّاِئلَة‬
ُّ‫ارى‬

Artinya: “Ibnu Umar r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda pada saat beliau
di atas mimbar dan menerangkan tentang shadaqah. „iffah (menjaga diri, dan
minta-minta) “Tangan yang di atas lebih baik pada tangan yang di bawah.
Tangan yang di atas adalah (tangan) orang yang berinfak, dan tangan yang di
bawah adalah (tangan) orang yang meminta”. (HR. Bukhari)5

manusia merupakan makhluk yang memiliki potensi untuk mengemban


amanah dalam mengabdi kepada Allah. Setiap manusia dikarunia akal untuk
mengatasi berbagai problem kehidupan yang dihadapi. Dalam menempuh
kehidupan manusia hendaknya berusaha dengan segenap potensi yang dimiliki
untuk mencari penghidupan yang halal tanpa menggantungkan diri kepada

5
Oneng Nurul, Materi Hadits, 96-97

4
orang lain semata.10 Ajaran Islam sangat mencela setiap orang yang bermata
pencaharian dengan meminta-minta. Rasulullah mengingatkan kepada umatnya
agar menghindari pekerjaan meminta-minta. Karena, orang yang meminta-
minta itu ibarat orang yang tidak memiliki muka, tidak ada rasa malu. Bahkan
pada hari kiamat nanti, orang yang pekerjaannya meminta-minta akan datang
tanpa memiliki wajah. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam
kitabnya sebagai berikut:

‫ قال الرسول‬:‫عن عبد هللا بن عمر قال‬


‫الكريم‬

"‫سيأتي شخص يتوسل اآلخرين دائ ًما‬

‫يوم القيامة بوجه ال يغطي اللحم‬

Artinya: diriwayatkan dari Abdullah bin umar ia berkata ;” Nabi saw


bersabda: ” seseorang yang selalu maminta-minta kepada orang lain, akan
datang pada hari kiamat dengan muka tanpa terbungkus dengan daging”. (HR
al-Bukhari)

Menurut saya, mengisyaratkan bahwa pekerjaan meminta-minta sangat


tercela. Karena, manusia diberikan potensi oleh Allah untuk berusaha. Manusia
memilki akal untuk berfikir mencari jalan keluar dalam mengarungi kehidupan.
Apabila manusia tidak menggunakan akal fikirannya dengan terus-menerus
menggantungkan dirinya kepada orang lain, ia telah menyia-nyiakan akal
sebagai karunia Tuhan. Adanya kewajiban berusaha bagi manusia, tidak berarti
bahwa Allah SWT. tidak berkuasa untuk mendatangkan rezeki begitu saja
kepada manusia , tetapi dimaksudkan agar manusia menghargai dirinya sendiri
dan usahanya, sekaligus agar tidak berlaku semena-mena atau melampaui
batas,6sebagaimana firman Allah:

6
Rachmat Syafe‟I, Al-Hadis, 124

5
Artinya: “Seandainya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-Nya
pasti merka melampaui batas (bejat moral), tetapi Allah memberinya menurut
sekehendakNya secara detail dan mengawasinya.”(Q.S Asy-Syura: 27)

Menurut saya, seandainya Allah SWT, member rezeki kepada manusia


yang tidak mau berusaha, pasti manusia semakin rusak dan mamiliki banyak
peluang untuk berbuat kejahatan. Akan tetapi, Dia Mahabijaksana dan
memerintahkan manusia untuk berusaha agar manusia tidak banyak berbuat
kerusakan.

C. Hadis Tentang Mukmin Yang Kuat Lebih Baik Dan Mendapat Pujian

‫عيف‬KK‫ؤمن الض‬KK‫ير وأحب إلى هللا من الم‬KK‫وي خ‬KK‫ؤمن الق‬KK‫ الم‬:‫ول هللا ﷺ‬KK‫ قال رس‬:‫فعن أبي هريرة قال‬
‫و أني‬KK‫ل ل‬KK‫يء فال تق‬KK‫ابك ش‬KK‫ وإن أص‬،‫ز‬KK‫تعن باهلل وال تعج‬KK‫ واس‬،‫ك‬KK‫ احرص على ما ينفع‬،‫وفي كل خير‬
)‫ وما شاء فعل؛ فإن لو تفتح عمل الشيطان (رواه مسلم‬،‫ قدر هللا‬:‫ ولكن قل‬،‫فعلت كان كذا وكذا‬

Artinya : “Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda Mukmin


yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah SWT daripada Mukmin yang
lemah, tetapi dalam diri kedua mereka ada kebaikan. Berusahalah kamu
terhadap apa yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada Allah. Dan
janganlah kamu lemah. Apabila musibah menimpamu, maka janganlah berkata
‘seandainya’ aku melakukan begini dan begitu, tetapi katakanlah bahwa sesuatu
itu atas kekusaan dan kehendak-Nya, karena sesungguhnya kata ‘sendainya’
merupakan pintu masuk pekerjaan syaitan. (HR. Muslim).7

Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim ini menjelaskan pesan


Rasulullah saw terhadap umatnya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu:

7
Sahih Muslim, Juz 13. 143

6
Pertama, orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah
daripada mukmin yang lemah, maksud kuat di sini adalah kuat imannya.
Keimanan yang kuat akan mendorong untuk melaksanakan sesuatu yang
diwajibkan Allah serta melaksanakan amal-amalan lainnya, sedangkan bila
iman seseorang itu lemah tidak mudah melaksanakannya apa yang menjadi
kewajiban kepada Allah, apalagi yang bersifat sunnah, keimanan seseorang
akan membawa kemuliaan baginya, baik di dunia maupun di akhirat. Keimanan
yang kuat selalu diikuti dengan melakukan amal sholeh, dan ia akan
mendapatkan manisnya iman.

Kekuatan dalam hadits di atas dapat juga dipahami dalam hal ekonomi
atau kekayaan, orang yang kuat lalu berusaha sehingga memperoleh harta
benda yang melimpah untuk digunakan sebagai bekal ibadah dan mengerjakan
amal sholeh, lebih baik daripada mukmin yang lemah yang tidak berusaha
sehingga kehidupannya susah.

Kedua, Rasulullah saw mengingatkan umatanya agar memanfaatkan


waktu, beberapa kali Allah bersumpah denga waktu. Itu artinya umat Islam agar
benar-benar memperhatikan waktu.

Ketiga, mohon pertolongan Allah, manusia hanya berikhtiar atau


berusaha. Untuk mencapai sesuatu harus dijalani dengan tekun. Rasulullah
menganjurkan setelah memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya jangan lupa
untuk meminta pertologan kepada Allah melalui do’a, yakni berusaha dan
berdo’a sungguh-sungguh kepada Allah. Setelah berusaha kemudian berdo’a,
maka hasil akhirnya diserahkan kepada Allah.8

Kata Khair (‫“ )خير‬lebih baik” berarti lebih baik daripada orang mukmin
yang lemah dan lebih dicintai Allah daripada orang-orang mukmin yang lemah,
kemudian Rasulullah saw bersabda “masing-masing ada kebaikannya” artinya,

8
Abd. Wadud, Al-Qur’an Hadits, (Semarang, PT Karya Toha Putra, 2015),89-90.

7
biaik orang mukmin yang kuat maupun orang mukmin yang lemah juga
memiliki kebaikan, yaitu lebih baik daripada orang kafir.

Susunan kalimat seperti ini, oleh para ahli balaghah disebut dengan
ihtiraz, yaitu berbicara dengan perkataan yang samar sehingga seakan
mengandung makna yang tidak diinginkan, lalu dia mengungkapkan suatu
kalimat yang menjelaskan bahwa dia meamsukan makna tertentu.9

‫ه ـ‬KK‫ى هللا عن‬KK‫د َِام ـ رض‬K‫ َع ِن ْال ِم ْق‬، َ‫ ع َْن خَ الِ ِد ْب ِن َم ْعدَان‬،‫ ع َْن ثَوْ ٍر‬،‫ َأ ْخبَ َرنَا ِعي َسى‬،‫َح َّدثَنَا ِإ ْب َرا ِهي ُم بْنُ ُمو َسى‬
ِ ‫ َل ِم ْن ع‬K‫رًا ِم ْن َأ ْن يَْأ ُك‬K‫قَط خَ ْي‬
‫ َوِإ َّن‬،‫َمَل يَ ِد ِه‬ ُّ ‫ط َعا ًما‬
َ ‫ُول هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم قَا َل " َماَأ َك َل َأ َح ٌد‬ ِ ‫ع َْن َرس‬
10
" ‫ي هَّللا ِ دَا ُو َد ـ َعلَ ْي ِه ال َّسالَ ُم ـ َكانَ يَْأ ُك ُل ِم ْن َع َم ِل يَ ِد ِه‬
َّ ِ‫نَب‬

“Telah diceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa, dikabarkan kepada


kami ‘Isa dari Tsaur, dari Khalid bin Mahdan, dari al-Miqdam dari Rasulullah
saw, beliau bersabda; tidak seorang pun yang makan lebih baik dari makan hasil
kerja tangannya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Daud as makan dari hasil kerja
tangannya sendiri.”

Dalam Hadits diatas disebutkan dalam mencari kerja dengan tangan


sendiri sudah dicontohkan oleh para nabi seperti Nabi Daud as. Contoh
pekerjaan dengan tangan adalah bercocok tanam, kerajinan, mengolah kayu,
pandai besi dan menulis. Giat bekerja dalam mencari nafkah adalah jalan yang
ditempuh para nabi, sebegaiman disebutkan bahwa Nabi Daud as mendapatkan
penghasilan dari hasil keringat tangannya sendiri, sedangkan Nabi Zakariya as
bekerja sebagai tukang kayu, dan Nabi Muhammad saw pernah menjadi
pengemabala kambing dan menjadi pedagang dengan menjualkan barang milik
Sayyidah Khadijah.11

9
Muhammad Al-Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihin Imam Nawawi, (Jakarta, Darul Falah
2006), Jilid I,571.
10
Shahih Bukhari No. 34 Hadits ke-2073,
11
Arief Dermawan Anwar, 7 Jurus Sukses Pengusaha Properti Syariah, (Jakarta, Bhuana
Ilmu Populer, 2017), 4-6.

8
Imam Nawawi menyebutkan bab anjuran makan hasail kerja tangannya
sendiri, memelihara diri dari meminta-minta untuk makan, dan menunjukan diri
agar dikasihani.12

Suri tauladan kita Rasulullah saw telah mengajarkan kepada kita


bagaimana kita harus bersikap terhadap harta, yaitu menyikapai harta dengan
qonaah (kepuasan dan kerelaan). Sikap qonaah ini seharusnya dimiliki oleh
orang kaya atau maupun orang yang miskin, adapun wujud qanaah yaitu merasa
cukup dengan pemberian Allah, tidak tamak terhadap apa yang dimiliki
manusia, tidak iri melihat apa yang ada di tangan orang lain dan tidak rakus
mencari harta benda dengan menghalalkan semua cara, sehingga dengan semua
itu akan melahirkan rasa puas dengan apa yang sekedar dibutuhkan. Tentang
sikap qonaah Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qoshidin menyampaikan hadits
dalam shohih Muslim dan yang lainnya, dari Amr bin Al-Ash ra. Rasulullah
sawAmr bin Al-Ash ra. Rasulullah bersabda;

ُ‫ َوقَنَّ َعهُ هّللا ُ بِ َما آتضاه‬,‫ق َكفَافًا‬ ِ ‫قَ ْد َأ ْفلَ َح َم ْن َأ ْسلَ َم َور‬
ُ ‫ُز‬

“Beruntunglah orang yang memasrahkan diri, dilimpahi rizki yang


sekadar mencukupi dan diberi kepuasan oleh Allah terhadap apa yang diberi”.

Sungguh indah pahala yang Allah janjikan terhadap hambaNya yang


memiliki sifat qanaah dan dijauhkan dari sikap kikir, malas dan bakhil.13

Anas bin Malik ra berkata bahwa Rasulullah saw biasa membaca do’a:

ِ ‫ب ْالقَب ِْر َو ِم ْن فِ ْتنَ ِة ْال َمحْ يَا َو ْال َم َما‬


‫ت‬ ِ ‫ك ِمنَ ْال َعجْ ِز َو ْال َك َس ِل َو ْال ُج ْب ِن َو ْالهَ َر ِم َو ْالب ُْخ ِل َوَأعُو ُذ بِكَ ِم ْن َع َذا‬
َ ِ‫اللَّهُ َّم ِإنِّى َأعُو ُذ ب‬

“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa
takut, rasa kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir, dan aku juga berlindung

12
Muhammad Al-Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihin Imam Nawawi, (Jakarta, Darul Falah
2006), Jilid II 507.
13
Darmadi, Konservasi Sumber Daya Manusia Dalam Ekosistem Pendidikan Islam, (Gersik,
CV. Jendela Sastra Indonesia Press, 2018),566-567.

9
kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian.” (HR.
Bukhari No. 6367 dan Muslim No. 2706).

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Hadis tentang pekerjaan yang paling baik memberikan pelajaran untuk kita.
Diantaranya pertama, bekerja semaksimal mungkin agar sejahtera dengan
tangan sendiri. Artinya tidak menjadi beban orang lain. Kedua, kejujuran
dalam segala hal, terutama dalam jual-beli. Karena jika tidak, maka dapat
merugikan diri sendiri dan juga orang lain.
2. Hadis tentang larangan meminta-minta memberikan pelajaran untuk kita.
Diantaranya pertama, anjuran untuk bersedekah. Karena tangan di atas lebih
baik daripada tangan di bawah. Kedua, senantiasa menjaga harga diri sebagai
seorang muslim dengan tidak meminta-minta,kecuali ada hal yang
mendesak.
3. Hadis tentang mukmin yang kuat lebih baik dan mendapat pujian
memberikan pelajaran untuk kita. Diantaranya memanfaatkan waktu sebaik
mungkin dan keimanan yang kuat suatu faktor penggerak dalam kerja pro
aktif dan efisien untuk mewujudkan kehidupan kesejahteraan dalam dunia
maupun akhirat.

B. Saran
Dalam Menyusun makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini
belum sempurna dan masih kurang mengenai materi maupun penulisannya.
Makalah ini hendaklah dapat memberikan manfaat sekaligus menjadi dasar bagi
kita untuk menambah wawasan juga dapat digunak sebagai proses
pembelajaran . Semoga teman-teman dan penulis mendapatkan wawasan yang
luas khususnya dalam mempelajari hadis.

11
DAFTAR PUSAKA

Muhammad Al-Utsaimin. 2006. Syarah Riyadhus Shalihin Imam Nawawi, Jakarta:


Darul Falah.
Darmadi 2018. Konservasi Sumber Daya Manusia Dalam Ekosistem Pendidikan
Islam.
Gersik: CV Jendela Sastra Indonesia Press.
Arief Dermawan Anwar. 2017. 7 Jurus Sukses Pengusaha Properti Syariah. Jakarta.

Bhuana Ilmu Populer.

Ari Prahasta, Kamus Umum Bahasa Indonesia ,Tangerang: Scientific Press.

12

Anda mungkin juga menyukai