Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ADAB KEPADA ALLAH

Mata Kuliah :
Pengantar Akhlak dan Adab
Dosen Pengampu :
Dr. Daris Tamin, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 1:


1. Al-Fariza Rahman 202206046
2. Karimul Hayat 202206043
3. Sabda Ali Syaibani 202206030

PROGRAM STUDI
BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN ISLAM GARUT
2022/2023
KATA PENGANTAR

Bismillahi rahmani rahiim, segala puji bagi Allah subhanahu wa taala yang
telah memberikan begitu banyak nikmat kepada setiap makhluk-Nya. Shalawat
serta salam tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi
wasallam. Atas waktu dan kasih sayang yang telah Allah subhanahu wa taala
berikan, Alhamdulillah penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Adab Kepada Allah”

Makalah sederhana ini tidak akan tercapai tanpa adanya peran dan dukungan
baik secara langsung maupun tidak langsung yang turut menyertai penulisan
makalah ini. Penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen kami, Bapak Dr.
Daris Tamin, M.Pd. yang telah memberikan kepercayan kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Demikian makalah ini kami buat dengan harapan, informasi dari makalah
ini dapat dipelajari, dipahami, serta bermanfaat bagi pembaca dan kami juga
mengharapkan ada saran ataupun kritik agar menjadikan makalah selanjutnya
dapat memberikan hasil yang lebih baik.

Garut, 2 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................1


B. Rumusan Masalah...........................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................2

A. Adab Terhadap Allah Tinjaun Al-Quran........................................2


B. Adab Terhadap Allah Tinjauan Hadist...........................................2
C. Aspek-Aspek Adab Terhadap Allah...............................................3
D. Kasus Dalam Kehidupan Nyata.......................................................5

BAB III PENUTUP..................................................................................6

A. Simpulan.........................................................................................6
B. Saran...............................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Adab menurut bahasa adalah kesopanan, tata krama atau etika. Adab
biasanya
didapatkan sedari dini atau diwarisi secara turun temurun. Diajarkan dan
dicontohkan oleh kedua orang tua maupun lembaga pendidikan agar seseorang
yang mendapatkan pengetahuan tersebut mempunyai sikap baik sesuai adab saat
dewasa. Adab atau etika ini biasanya dijadikan contoh bagi orang lain, maka dari
itu memiliki adab yang baik akan menjadikan nilai tambah. Adapun adab dalam
Islam yang berarti etika atau akhlak dalam agama Islam.

Salah satu adab yang dilakukan makhluk hidup yaitu kepada allah, karena
dengan memiliki adab kepada Allah Swt telah menciptakan manusia serta
memuliakannya dari segenap makhluk. Oleh sebab itu, telah menjadi kewajiban
yang tidak terelekan bagi manusia untuk menyembahnya, memuliakannya,
mengagungkan perintah-perintahnya, serta memelihara adab yang baik
dengannya.

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalahnya, yaitu:
1. Mengetahui Adab kepada Allah Terdiri dari Berapa Aspek ?
2. Apa saja Riwayat Al-Quran yang berisi tentang Adab kepada Allah ?
3. Apa saja Riwayat Hadist yang berisi tentang adab kepada Allah ?

B. Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Mengetahui Adab kepada Allah dari tinjauan Al-Quran
2. Mengetahui Adab kepada Allah dari tinjauan Hadist
3. Mengetahui Adab kepada Allah dari Kasus Dalam Kehidupan Nyata

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Adab kepada Allah Tinjauan Al-Quran


Konsep akhlak dalam Al-Qur’an, salah satunya dapat diambil dari
pemahaman
terhadap surat Al-Alaq ayat 1-5 sebagai berikut :

ْ‫ الَّ ِذي‬٣ ‫ر ۙ ُم‬R َ ُّ‫ َرْأ َو َرب‬R ‫ اِ ْق‬٢ ‫ق‬


َ R‫ك ااْل َ ْك‬ ٍ ۚ R َ‫ق ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن َعل‬ َ ۚ َ‫اِ ْق َرْأ بِاس ِْم َربِّكَ الَّ ِذيْ خَ ل‬
َ َ‫ خَ ل‬١ ‫ق‬
‫ َعلَّ َم ااْل ِ ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ۗ ْم‬٤ ‫َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ۙ ِم‬
Artinya : 1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, 2)
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3) Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Mahamulia, 4) Yang mengajar (manusia) dengan pena. 5) Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.1

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di surat An-Nahl ayat 53

َ‫ ثُ َّم ِإ َذا َم َّس ُك ُم الضُّ رُّ فَِإلَ ْي ِه تَجْ َأرُون‬ ۖ ِ ‫َو َما بِ ُك ْم ِم ْن نِ ْع َم ٍة فَ ِمنَ هَّللا‬

Artinya: Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah
(datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-
Nya-lah kamu meminta pertolongan.2

B. Adab kepada Allah Tinjauan Hadist


Nabi adalah sosok orang yang paling taqwa kepada Allah, paling takut
kepada-Nya, paling khusyu' dalam ibadahnya. Tidak ada orang yang paling taqwa

1
A. Mahmud, “Akhlak Terhadap Allah Dan Rasulullah,” Sulesana, Jurnal Wawasan Keislaman 11
(2017): 9.
2
Ustadz Abu Al-Atsari Isma’il, “Adab Terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” Adab Terhadap Allah
Subhanahu Wa Ta’ala, last modified 2009, accessed November 2, 2022,
https://almanhaj.or.id/38246-adab-terhadap-allah-subhanahu-wa-taala-2.html.

2
melebihi Nabi, tidak ada yang paling takut kepada Allah melebihi Nabi. Dalam
suatu hadits dinyatakan:

"(Nabi Muhammad) adalah orang yang paling takut dan paling taqwa kepada
Allah."

Mughirah bin Syu'bah meriwayatkan:

"Nabi shalat (malam) sampai bengkak kedua kakinya, kemudian dikatakan


kepadanya: "Bukankah Allah telah mengampuni dosamu yang terdahulu dan
yang kemudian? Nabi menjawab: "Tidakkah aku mesti menjadi hamba yang
bersyukur?." (H.R. al-Bukhari).

Dalam hadits lain diriwayatkan:

Rasulullah SAW bersabda: "Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah dan


mintalah ampun kepada-Nya, sesungguhnya kami suka bertaubat kepada Allah
100 kali dalam satu hari." (H.R. Muslim)3

C. Aspek-Aspek Adab kepada Allah


1. Bersyukur atas apa yang diberikan oleh Allah
2. Meyakini kesempurnaan Allah
3. Taat terhadap perintahnya
4. Bertutur kata yang baik
3
A Zakaria, Prinsip Prinsip Akhlak Mulia, ed. Yudi Wildan Rosid (Garut,Indonesia: ibn azka press,
2018).

3
5. Saat beribadah menggunakan pakaian suci dan terbaik

D. Kasus dalam Kehidupan Nyata

Junaid bin Muhammad al Baghdadi, atau lebih dikenal sebagai Junaid al


Baghdadi adalah seorang ulama sufi yang dianggap sebagai para penghulu
kaum auliya di jamannya, yakni pada abad ke 2 hijriah atau abad 9 masehi.
Sejak masih kecil ia telah mendalami dan mempraktekkan kehidupan sufi di
bawah bimbingan guru, yang juga pamannya sendiri, Sariy as Saqthi.

Suatu malam menjelang subuh, ketika tidur di rumah paman dan gurunya
tersebut, Sariy as Saqthi membangunkannya dan berkata, “Wahai Junaid,
bangunlah karena engkau akan memperoleh pelajaran sangat berharga malam
ini…!”

Kemudian Sariy as Saqthi menceritakan kalau ia bermimpi seolah-olah


berhadapan dengan Allah, dan berkata kepadanya, “Wahai Sariy, ketika Aku
menjadikan mahluk, maka mereka semua mengaku cinta kepada-Ku. Tetapi
ketika Aku menciptakan dunia, maka larilah dari Aku sembilan dari sepuluh
(90%-nya) kepada dunia, tinggallah satu dari sepuluh (10%-nya) saja yang
tetap mengaku cinta kepada Aku…..!”

Sariy melanjutkan ceritanya kepada Junaid, bahwa Allah menghadapkan Diri-


Nya kepada hamba yang mencintai-Nya itu, yang tinggal sepuluh persennya.
Kemudian Allah menciptakan surga, maka larilah sembilan dari sepuluh
(90%-nya) untuk mengejar kenikmatan surga, tinggal satu dari sepuluh (10%-
nya, atau seper-seratus dari seluruh mahluk) yang tetap berkhidmat dan
mengaku tetap mencintai Allah, tidak tergiur surga dan kenikmatannya.

Allah menghadapkan Diri-Nya kepada hamba yang mencintai-Nya itu, yang


tinggal sepuluh persen dari sisanya (seper-seratus dari seluruh mahluk).
Kemudian Allah menciptakan neraka, maka larilah sembilan dari sepuluh
(90%-nya) untuk menghindari pedihnya siksa neraka, tinggal satu dari

4
sepuluh (10%-nya, atau seper-seribu dari seluruh mahluk) yang tetap
berkhidmat dan mengaku tetap mencintai Allah. Tidak takut akan neraka dan
kepedihan siksaan di dalamnya, tetapi hanya takut kepada Allah, yang
dilandasi rasa cinta.

Allah menghadapkan Diri-Nya kepada hamba yang mencintai-Nya itu, yang


tinggal sepuluh persen dari sisanya (seper-seribu dari seluruh mahluk).
Kemudian Allah menciptakan atau menurunkan bala atau musibah, maka
larilah sembilan dari sepuluh (90%-nya) untuk menghindari atau sibuk
menghadapi musibah tersebut, tinggal satu dari sepuluh (10%-nya, atau seper-
sepuluhribu dari seluruh mahluk) yang tetap berkhidmat dan mengaku tetap
mencintai Allah. Tidak mau disibukkan dengan bala tersebut, dan
menerimanya dengan tawakal yang dilandasi rasa cinta kepada Allah.
Maka Allah menghadapkan diri-Nya pada mereka yang tetap mengaku
mencintai-Nya, yang tinggal seper-sepuluh ribu dari seluruh mahluk, dan
berfirman, “Wahai hamba-hamba-Ku, kalian ini tidak tergiur dengan dunia,
tidak terpikat dengan kenikmatan surga, tidak takut dengan siksaan neraka,
dan tidak juga lari dari kepedihan bala musibah, apakah sebenarnya yang
kalian inginkan ?”

Tentu saja sebenarnya Allah telah mengetahui jawaban atau keinginan


mereka, dan mereka itu memang hamba-hamba Allah yang ma’rifat (sangat
mengenal) kepada-Nya. Maka mereka berkata, “Ya Allah, Engkau sangat
mengetahui apa yang tersimpan pada hati kami!”
Allah berfirman lagi, “Kalau memang demikian, maka Aku akan menuangkan
bala ujian kepada kalian, yang bukit yang sangat besar-pun tidak akan mampu
menanggungnya, apakah kalian akan sabar?”
Mereka yang memang hanya mencintai Allah itu berkata, “Ya Allah, apabila
memang Engkau yang menguji, maka terserah kepada Engkau….!”
Di akhir mimpinya itu, Allah berkata, “Wahai Sariy, mereka itulah hamba-
hamba-Ku yang sebenarnya!”.

5
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Adab kepada Allah tak dapat kita pisahkan dalam kehidupan kita. Sebab
Allah telah menciptakan manusia untuk senantiasa menyembahnya. Kita sebagai
manusia patut untuk mengetahui adab terhadap Allah.

B. Saran
Banyak yang kita pelajari dan pahami dari makalah ini. Adab kepada Allah
merupakan hal yang kita ketahui. Demikianlah makalah ini kami buat. Diharapkan
menjadi wawasan baru bagi kita semua. Dan kami persilahkan bagi yang mau
memberikan kritik dan saran, agar kami dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan
lebih baik.

6
DAFTAR PUSTAKA

A. Mahmud. “Akhlak Terhadap Allah Dan Rasulullah.” Sulesana, Jurnal Wawasan


Keislaman 11 (2017): 9.

A Zakaria. Prinsip Prinsip Akhlak Mulia. Edited by Yudi Wildan Rosid. Garut,Indonesia: ibn
azka press, 2018.

Al-Atsari Isma’il, Ustadz Abu. “Adab Terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala.” Adab
Terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Last modified 2009. Accessed November 2,
2022. https://almanhaj.or.id/38246-adab-terhadap-allah-subhanahu-wa-taala-
2.html.

Anda mungkin juga menyukai