Disusun oleh :
1. Faisol Said (2017520029)
FAKULTAS Ekonomi
UNIVERSITAS MADURA
TAHUN AKADEMIK 2017 / 2018
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................
1.3 Tujuan Penulisan Makalah.............................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ihsan dan Penjabarannya.............................................
2.2 Landasan Syar’i Mengenai Ihsan...................................................
2.3 Wujud atau Aspek Dalam Ihsan....................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target
seluruh hamba Allah SWT. Sebab, ihsan menjadi menjadikan kita sosok yang
mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu
mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk
menduduki posisi terhormat di hadapan Allah SWT. Rasulullah sangat menaruh
perhatian akan hal ini, sehingga seluruh ajaran-ajarannya mengarah pada satu hal,
yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak yang mulia.
Latar belakang terbuatnya makalah ini karena banyaknya seorang muslim
yang memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama saja, yang
seharusnya dipandang sebagai bagian dari akidah dan bagian terbesar dari
keislamannya. Karena, islam diabangun di atas tiga landasan utama, yaitu iman,
islam, dan ihsan, seperti yang telah diterangkan oleh Rasullullah SAW.
Saat ada suatu proses maka disitu ada suatu tujuan, dibuatnya makalah ini
memiliki tujuan pokok yang ingin dicapai, yaitu :
1. Agar supaya nenambah keilmuan kita
2. Memahami lebih rinci apa itu ihsan dan pokok-pokoknya
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya : Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan
apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan
orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke
dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan
untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai (Surat Al-
Isra’:7).
b. Makna kedua adalah bersifat transitif dengan huruf jar (ilaa) seperti
ucapan ahsantu ilaa fulan artinya saya telah menyampaikan berbagai
macam manfaat kepada makhluk, masuk dalam makna ini berbuat baik
(ihsan) kepada hewan dan tumbuhan.
lh
2.2 Landasan Syar’i Mengenai Ihsan
Landasan mengenai ihsan sendiri telah ada dalam dua aspek yaitu :
1. Al-Qur’anul Karim
Dalam Al-Qur’an, terdapat 166 ayat yang berbicara tentang ihsan
dan implementasinya. Dari sini kita dapat menarik satu makna, betapa
mulia dan agungnya perilaku dan sifat ini, sehingga mendapat porsi yang
sangat istimewa dalam Al-Qur’an. Berikut ini adalah beberapa ayat yang
menjadi landasan akan perilaku ihsan, diantaranya sebagai berikut :
a.
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):
Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah
kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang
miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak
memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu
selalu berpaling (Qs. Al-Baqarah:83).
b. ”Dan belanjakanlah harta bendamu di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, Dan berbuat baiklah
kalian karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat
baik” (Qs. Al-baqarah: 195)
c. ”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia member pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Qs. An-nahl: 90)
d. Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri. (Qs. An-nisa’: 36)
2. As-Sunnah
Rasulullah SAW, sangat memberi perhatian terhadap masalah
ihsan ini. Sebab, ini merupakan puncak harapan perjuangan seorang
hamba. Diantara hadits-hadits mengenai ihsan tersebut, ada beberapa yang
menjadi landasan utama dalam memahami agama ini. Rasulullah
menerangkan mengenai ihsan ketika beliau menjawab petanyaan malaikat
jibril tentang ihsan, dimana jawaban tersebut dibenarkan oleh malaikat
jibril. Dengan mengatakan, “Engkau menyembah Allah seakan-akan
engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim).
2.3 Wujud atau Aspek Dalam Ihsan
Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental. Ketiga hal tersebut
adalah ibadah,muamalah, dan akhlak. Ketiga hal inilah yang menjadi
pokok bahasan dalam ihsan.
1. Ibadah
Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan
menunaikan semua jenis ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya
dengan cara yang benar, yaitu menyempurnakan syarat, rukun, sunnah,
dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat ditunaikan oleh
seorang hamba, kecuali jika saat pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut ia
dipenuhi oleh cita rasa yang sangat kuat (menikmatinya) juga dengan
kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa memataunya hingga ia merasa
bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan Allah. Minimal seorang hamba
merasakan bahwa Allah senantiasa memantaunya, karena dengan inilah ia
dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna,
sehingga hasil dari ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan. Inilah
maksud dari perkataan Rasullullah SAW yang berbunyi, “hendaklah kamu
menyembah allah seakan-akan engkau melihat-nya,maka sesungguhnya
dia melihatmu”.
Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu
sendiri sangatlah luas. Maka, selain jenis ibadah yang kita sebutkan tadi,
yang tidak kalah pentingnya adalah jenis ibadah yang lainnya seperti jihad,
hormat terhadap mukmin, mendidik anak, menyenangkan istri/suami,
bekerja, meniatkan setiap apapun yang kita lakukan untuk mendapat ridho
Allah. Oleh karena itu Rasullullah saw menghendaki umatnya senantiasa
dalam keadaan seperti itu, yaitu, senantiasa sadar jika ia ingin
mewujudkan ihsan dalam ibadahnya.
2. Muamalah
Dalam bab muamalah, ihsan dijelaskan allah swt. Pada surat An-Nisa’
ayat 36 yang artinya “Sembahlah Allah dan janganlah Kamu mempersekutu-
Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak,karib-
kerabat,anak-anak Yatim, orang-orang miskin tetangga yang dekat dan tetangga
yang jauh dan teman sejawat, ibnu sabil dan Hamba sahayamu. Sesungguhnya
allah tidak menyukai orang-orang yang Sombong dan Membangga-banggakan
diri”. (QS.An-Nisa’: 36)
Berikut adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan tersebut :
a. Ihsan kepada kedua orang tua
b. Ihsan kepada karib kerabat
c. Ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin
d. Ihsan kepada tetangga dekat, tetangga jauh, serta teman sejawat
e. Ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya
f. Ihsan dengan perlakuan dan ucapan yang baik kepada manusia
g. Ihsan dalam hal muamalah
h. Ihsan dengan berlaku baik kepada binatang
3. Akhlak
Ihsan dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan
muamalah. Seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia
telah melakukan ibadah seperti yang menjadi harapan Rasulullah dalam hadist
yang telah dikemukakan diawal tulisan ini, yaitu menyembah Allah seakan-akan
melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah
senantiasa melihat kita. Jika hal ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka
sesungguhnya itulah puncah ihsan dalam ibadah. Pada akhirnya, ia akan berbuah
menjadi akhlak atau perilaku,sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan
dalam ibadahnya akan terlihat jelas dalam perilaku dan karakternya.
Jika kita ingin melihat nilai ihsan pada diri seseorang “yang diperoleh
dari hasil maksimal ibadahnya” maka kita akan menemukannya dalam
muamalah kehidupannya. Bagaimana ia bermuamalah dengan sesama manusia,
lingkungannya, pekerjaannya, keluarganya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri.
Berdasarkan ini semua, maka Rasullullah menyatakan dalam sebuah hadist “aku
diutus hanya demi menyempurnakan akhlak yang mulia”.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
http://www.aldakwah.org/artikel-islam/manhaj/15-dasar-dasar-perilaku-
bijak.html?start=2
http://www.dakwatuna.com/2008/02/385/ihsan/
https://jalandakwahbersama.wordpress.com/2010.05/21/islam-iman-dan-ihsan/